Anda di halaman 1dari 11

UTS

SISTEM TRANSPORTASI

Dosen Pengajar :
Dr. Dra. Elly Adriani Sinaga,M.Sc.

Disusun Oleh :
Hanifan Fajar Adhi Nugroho
21C606001014

PROGRAM PASCA SARJANA


INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK TRISAKTI
2021
1. Sistem transportasi makro adalah penggambaran suatu sistem
transportasi yang terdiri dari system-sistem transportasi mikro yakni
sistem kegiatan sistem jaringan dan sistem pegerakan yang bergerak
secara sinergis dan saling mempengauhi satu dengan yang lain.
Sedikit perubahan pada sistem transportasi mikro akan mempengauhi
sistem mikro lainnya yang ada dalam satu sistem makro tersebut .
Sistem transportasi makro terdiri dari beberapa system transportasi
mikro yaitu sistem kegiatan (transport demand) sistem jaringan
(transport supply) sistem pergerakan (traffic) dan sistem kelembagaan
(government).

Sistem-sistem tersebut saling berinteraksi dan diatur oleh


sistem kelembagaan.

Sistem kegiatan adalah sistem yang terdiri darisistem pola


kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang
timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat
pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak
dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. besarnya pergerakan
sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

Salah satu contoh dari system kegiatan adalah pergerakan


orang yang berpergian dari rumah ke kantor. Kegiatan ini memerlukan
sistem jaringan agar orang dapat mencapai tempat yang ditujuu
Sistem jaringan yang biasanya digunakan adalah berupa jaringan jalan
raya, kereta api, terminal, bus, bandaradan pelabuhan lautu Sistem
jaringan adalah sistem yang berfungsi untuk mendukung pergerakan
manusia dan atau barang, moda ini berupa moda transportasi (sarana)
dan media (prasarana) tempat moda tersebut bergerak.

Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang


meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan
pelabuhan laut. Contoh dari sistem jaringan adalah jaringan jalan dan
moda yang ada pada jaringan jalan tersebutu untuk jaringan jalan, kita
ambil contoh jalan Gatot Subroto yang merupakan salah satu jalan-
raya yang terletak di Kota Denpasar. Jalan Gatot Subroto disini adalah
sebagai media (prasarana) sedangkan kendaraan yang melalui jalan
Gatot Subroto baik itu sepeda motor, mobil, dan moda lainnya adalah
sebagai moda transportasi (sarana).

Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan


menghasilkan suatu pergerakan manusia/kendaraan, sistem ini
disebut dengan sistem pergerakan. Sistem pergerakan
berperan penting dalam menampung pergerakan penduduk /orang
dan/ atau barang agar tercipta pergerakan yang lancar, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kembali sistem sistem kegiatan dan
sistem jaringan yang ada, dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitasu
Contoh dari sistem pergerakan adalah Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas).

Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara


kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai, danau, dan penyeberangan,transportasi laut serta
transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan
prasarana,kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan
perangkat lunak dan perangkat piker membentuk suatu sistem
pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi
melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang
secara dinamisu Tujuan Sistranas adalah terwujudnya transportasi
yang efektif dan efisien dalam rangka perwujudan wawasan nusantara
dan peningkatan hubungan internasional. untuk menjamin terjadinya
pergerakan yang aman, nyaman, lancar, mudah dan handal dan
sesuai dengan lingkungan.
Maka diperlukan suatu sistem yang mengatur tiga sistem
diatasu. Sistem ini disebut sistem kelembagaan. Contoh system
kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah
Bappeda, Bina Marga, dan Polantasu Beberapa contoh tersebut
merupakan institusi-institusi yang mengatur sistem kegiatan,sistem
jaringan, dan sistem pergerakan. Koordinasi diantara instansi-instasi
yang termasuk dalam sistem kelembagaan sangat diharapkan untuk
mencapai tujuan dari sistem transportasi makro Indonesia.

2.
a. Penyelesaian masalah transportasi merupakan bagian dari upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena layanan
transportasi yang baik akan menjamin mobilitas warga dan barang
semakin lancar, sehingga barangbarang kebutuhan pokok dapat
terdistribusi secara merata, dan mobilitas warga dalam mencari
nafkah pun tidak terganggu. Namun semua layanan transportasi
tersebut tetap mengacu pada aspek keselamatan, keamanan, serta
kenyamanaan.

Pembangunan transportasi massal saat ini sudah


seharusnya menjadi prioritas utama disetiap kota di Indonesia.
Salah satu bentuk transportasi massal yang sudah dibangun dan
dapat lebih dimaksimalkan untuk mengatasi kemacetan kendaraan
bermotor adalah dengan bus transjakarta ataupun bus rapid transit
yang sudah juga mulai dikembangkan dibeberapa kota di
Indonesia. Contoh di wilayah Jabodetabek ada 9 sistem
transportasi massal yang dikembangkan, yaitu Light Rail Transit
(LRT) dikembangkan di Pemprov DKI Jakarta, LRT oleh
Kementerian Perhubungan, LRT oleh Jababeka, Mass Rapid
Transit (MRT), Kereta Api Bandara, Kereta Api Cepat, Automatic
People Mover System (APMS), Commuter Line, dan Bus Rapid
Transit (BRT). Dengan memaksimalkan penggunaan transportasi
massal ini, diharapkan nantinya penggunaan kendaraan bermotor
pribadi baik itu mobil dan motor dapat berkurang.

Dampaknya ialah penghematan penggunaan BBM (bahan


bakar minyak) dan juga menjadikan udara makin bersih, serta
kesejahteraan kota akan makin meningkat. Hal ini tentu saja butuh
suatu kebijakan publik yang tepat, tegas dan konsisten dari
pemerintah. Kebijakan terkait transportasi massal sudah banyak
dikeluarkan antara lain: Undang undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkuta Jalan; Undang undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; namun dalam
implementasinya masih banyak permasalahan yang dihadapi
misalnya: pelanggaran terhadap pasal 138 ayat (3) Undang-
Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan yang menyatakan angkutan umum dan atau barang hanya
dilakukan dengan kendaraan 15 bermotor umum; kemudian
pelanggaran terhadap pasal 139 ayat (4) yang menyatakan
penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
pelanggaran terhadap pasal 173 ayat (1) tentang angkutan jalan
mensyaratkan perusahaan angkutan umum yang
menyelenggarakan angkutan dan atau barang wajib memiliki izin
penyelenggaran angkutan; pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (2)
UndangUndang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
yang menyatakan penanaman modal asing wajib dalam bentuk
perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali
ditentukan lain oleh undang undang. Dari permasalahan tersebut
diatas, maka BPHN perlu untuk melakukan analisis dan evaluasi
hukum dalam rangka Pembangunan Transportasi Umum Massal.
b. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan di pedesaan, perkotaan
maupun di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.2
Dengan adanya transportasi diharapkan dapat menghilangkan
isolasi dan memberi stimulan ke arah perkembangan di semua
bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor
lainnya dapat merata disemua daerah. Kegiatan ekonomi
masyarakat akan berkembang apabila terdapat prasarana dan
sarana transportasi yang baik untuk aksesibilitas.
Aksesibilitas ini dapat memacu proses interaksi antar wilayah
sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta
pemerataan pembangunan. Dalam kerangka makro-ekonomi,
transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional,
regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

c. Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara


memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui
fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Distribusi barang, manusia, dll akan menjadi lebih mudah dan
cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana
untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui
transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya
dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil-hasil
pembangunan yang ada. Konektivitas antar wilayah sangat
diperlukan sebagai konsekuensi dari kondisi Indonesia sebagai
negara kepulauan.

3.
a. Pada dasarnya permintaan atas jasa tranportasi merupakan
cerminan kebutuhan akan transportasi dari pemakai system
tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun barang. Oleh
karena itu permintaan akan jasa transportasi merupakan dasar
yang penting dalam mengevaluasi perencanaan transportasi dan
perancangan fasilitas pelengkapnya. Tanpa mengetahui
permintaan atas jasa trasnportasi, maka sangat dimungkinkan
akan menghasilkan system yang tidak sesuai dengan kebutuhan
transportasi, sehingga akan menimbulkan pemborosan sumber
daya yang ada. Transportasi manusia atau barang biasanya
bukanlah merupakan tujuan akhir, tetapi hal itu dilakukan untuk
mencapai tujuan lain, oleh karena itu, permintaan atas jasa
transportasi disebut sebagai permintaan turunan derived demand
yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lain.
Dalam hal angkutan penumpang, karakter turunan dari
kebutuhan dicerminkan pada fakta di mana perjalanan diadakan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti pergi bekerja,
membeli makanan ke toko serba ada, berenang ke pantai, dan
sebagainya. Universitas Sumatera Utara Biaya untuk mencapai
tempat tujuan tadi dari tempat asal penumpang juga penting.
Karateristik alat transportasi yang tersedia dari tempat asal
seseorang ke tempat tujuannya merupakan faktor utama dalam
menentukan moda cara dan rute yang akan ditempuh.
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada
tingkat harga tertentu. Permintaan adalah sejumlah barang atau
jasa yang dinginkan dibeli atau dimiliki pada berbagai tingkat harga
pada waktu tertentu.
b. Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam
bentuk arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang)
yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan di dalam daerah
tertentu dan selama periode waktu tertentu. Matriks Pergerakan
atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) sering digunakan oleh perencana
transportasi untuk menggambarkan pola pergerakan tersebut.
MAT adalah matriks berdimensi dua yang berisi informasi
mengenai besarnya pergerakan antarlokasi (zona) di dalam daerah
tertentu. Baris menyataka zona asal dan kolom menyatakan zona
tujuan, sehingga sel matriks-nya menyatakan besarnya arus dari
zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini, notasi Tid menyatakan
besarnya arus pergerakan (kendaraan, penumpang, atau barang)
yang bergerak dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang
waktu tertentu.
c. Dalam transportasi , Permintaan perjalanan (transport demand)
merupakan kebutuhan turunan (derived demand) kebutuhan yang
timbul guna memenuhi kebutuhan lain
• Kebutuhan manusia berpindah ke lokasi lain untuk beraktifitas
• Kebutuhan barang berpindah dari produksi ke konsumsi
Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis
untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta
perubahan permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan
hukum permintaan. Perubahan permintaan akan suatu barang atau
jasa tersebut akan dapat dilihat dari perubahan pada kurva
permintaan. Maka analisis permintaan akan suatu barang atau jasa
erat kaitanya dengan perilaku konsumen. Konsumen adalah
mereka yang memiliki pendapatan (uang) dan menjadi pembeli
barang dan jasa di pasar (Adiningsih dan Kadarusman, 2003:49).

Sistem sewa yaitu kendaraan bisa dioperasikan oleh operator


maupun penyewa, dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu
yang harus diikuti oleh pemakai. Sistem ini sering disebut juga
sebagai deman responsive sistem karena pengguna yang
tergantung pada permintaan. Contoh sistem ini adalah jenis
angkutan taksi.
Derived demand. Permintaan akan jasa angkutan, merupakan
suatu permintaan yang bersifat turunan, saduran atau dalam istilah
ekonomi lazim disebut “derived demand”. Dengan demikain
permintaan akan jasa transport baru akan ada, apabila ada faktor-
faktor yang mendorongnya. Permintaan jasa transpor tidak berdiri
sendiri, melainkan tersembunyi dibalik keoentingan orang lain.
Permintaan akan jasa angkutan, baru akan timbul apabila ada hal-
hal dbalik permintaan itu, misalnya keinginan untuk rekreasi,
keinginan untuk sekolah atau untuk berbelanja, keinginan untuk
menengok keluarga yang sakit, dan sebagainya.

d. Sasaran utama dari implementasi RITJ secara substansial adalah


bagaimana menciptakan sistem transportasi perkotaan berbasis
angkutan umum massal yang terintegrasi di seluruh Jabodetabek.
Penggunaan kendaraan pribadi ditargetkan berkurang, sehingga
tidak menyebabkan kemacetan parah. Bambang juga menjelaskan
beragam target penataan sistem angkutan massal perkotaan yang
tertuang dalam RITJ membutuhkan dukungan semua pihak
termasuk Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Jabodetabek.
Garis besar RITJ mengakomodasi sejumlah program dan
strategi pembangunan transportasi secara terpadu. Pertama,
integrasi perencanaan dan kebijakan terkait pengembangan
pelayanan transportasi multimoda. Integrasi ini mencakup
terintegrasinya rencana pembangunan dan pengembangan oleh
Pemerintah Daerah dan Pusat, juga antara Pemerintah dan
masyarakat (swasta).
Terintegrasinya jaringan prasarana dan pelayanan baik
intramoda maupun antarmoda. Ketiga, integrasi moda transportasi.
Terintegrasinya pengembangan moda transportasi perkotaan
mencakup proses perencanaan, pembangunan hingga tahap
pengoperasian (integrasi waktu). Keempat, integrasi tarif/tiket.
Integrasi tarif/tiket dilakukan dengan menerapkan sistem e-
ticketing untuk layanan intramoda maupun antarmoda. Dengan
penggunaan sistem pembayaran secara elektronik, maka integrasi
dalam sistem pembayaran (cashless transaction) bisa diwujudkan
dan masyarakat cukup dimudahkan dengan bentuk pelayanan
multiguna ini.
Integrasi sistem informasi. Pengintegrasian sistem informasi
dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi untuk
pelayanan jasa terkait informasi sarana dan prasarana angkutan
umum yang bisa dan mudah diakses oleh masyarakat. Informasi
tentang moda angkutan, jadwal dan rute angkutan umum, akan
memudahkan masyarakat memanfaatkan jasa angkutan umum
yang lebih baik dari sebelumnya.
Tantangan transportasi perkotaan, saat ini, antara lain adalah
tingginya penggunaan kendaraan pribadi, baik motor maupun
mobil. Total jumlah perjalanan orang di wilayah Jakarta, Bogor,
tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dari tahun ke tahun terus
meningkat. Data 2018 lalu, setidaknya ada 49,5 juta perjalanan
orang per hari.
Dari jumlah itu, sebanyak 23,4 juta orang bergerak di dalam
kota Jakarta, sedangkan 20,02 juta lainnya merupakan warga
Bodetabek yang mobilitas dari luar kota menuju dalam kota
Jakarta. Sementara, jumlah pengguna moda angkutan umum,
masih sedikit. Sebagian besar mobilitas warga Bodetabek masih
menggunakan kendaraan pribadi.
Bertolak dari kondisi tersebut, upaya menata sistem transportasi
yang terpadu dapat dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2018 tentang Rencana Induk
Transportasi Jabodetabek (RITJ) yang ditandatangani Presiden
Joko Widodo. Kehadiran Perpres) ini telah menandai babak baru
dalam penanganan transportasi terpadu perkotaan di wilayah
Jabodetabek, baik oleh Kementerian Perhubungan maupun
Pemerintahan Daerah se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi.

Daftar Pustaka
- https://kumparan.com/kumparanbisnis/mengintip-rencana-
transportasi-jabodetabek-2018-2024-
1553213852748326402/4
- https://www.scribd.com/embeds/299566106/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-
fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
- https://www.bphn.go.id/data/documents/
ae_transportasi_umum_massal.pdf
- http://bptj.dephub.go.id/

Anda mungkin juga menyukai