Anda di halaman 1dari 16

Peranan Dinas Perhubungan Dalam Merekayasa Lalu Lintas

Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat


Di Wilayah Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat
Mardji Soleh
(Email)
Mahasiswa Fakultas Hukum STIH PAINAN BANTEN

ABSTRAK
Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu kendaraan bermotor
ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan raya merupakan sarana yang
sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Dari segi manapun jalan raya
merupakan penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga komponen
terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling
berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan
oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan. Seringkalinya kita melihat
permasalahan lalu-lintas yang ada disekitar kita mungkin jalan banyak yang berlubang, arus
kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadi macet atau tidak adanya alat lalulintas yang
memadai. Permasalahan yang sering terjadi di sekitar kita mungkin salah satunya ada yang tadi
disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman memakai atau melalui jalan tersebut. Untuk
mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut diperlukan suatu sistem penentuan
fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan,
dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan
pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi pertemuan-
pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih ini
mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas.
Perumusan masalah dalam penlitian ini adalah : 1). Bagaimana upaya Dinas Perhubungan
Dalam Merekayasa Lalu Lintas Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di
Wilayah Sudin Jakarta Pusat? 2). Kendala apa saja yang dihadapi Dinas Perhubungan Dalam
Merekayasa Lalu Lintas Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di Wilayah
Sudin Jakarta Pusat?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mana penelitian bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif, serta fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan, menegenai tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya dilapangan.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 yang berkaitan langsung dengan
efektivitasnya pelaksanaan rekayasa lalu-lintas, menyebutkan Rekayasa Lalu Lintas adalah
serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.
Lebih jelasnya diterangkan kembali Dalam Pasal 12 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 terkait
pelaksanaan rekayasa lalu lintas.
Peranan Dinas Perhubungan dalam merekayasa lalu lintas pada saat pemberlakuan pembatasan
kegiatan masyarakat belum sepenuhnya berjalan baik, ini diakibatkan dari tingkat kesadaran dan
kepatuhan individu pun masih jadi kendala. Faktanya masih ada Sebagian jalan dengan tingkat
arus lalu lintas yang padat, dan masih banyak pula masyarakat yang berkendara melebihi batas
kapasitas penumpang saat berlakunya PPKM.
Kata Kunci : Peranan, Rekayasa Lalu Lintas

1
PENDAHULUAN
Transportasi saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi manusia baik kebutuhan
individu maupun kebutuhan kelompok. Sehingga peningkatanakan transportasi sangat
tinggi pada setiap kota, terutama transportasi darat. Sistem pengangkutan atau
transportasi harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas
orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat. Disamping
itu, dalam upaya menunjang perkembangan wilayah dan memeratakan hasil- hasil
pembangunan, pengangkutan dapat berperan sebagai penunjang (pelayan), pamacu
(pendorong), sekaligus pemicu (penggerak) perkembangan. Berkaitan dengan hal itu
menuntut pihak-pihak pengelola jasa angkutan atau transportasi dapat mengelola dengan
baik agar kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi dapat terpenuhi sebagai alat
mobilitas masyarakat dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Transportasi yang tertib, lancar, aman, dan nyaman merupakan pilihan yang
ditetapkan dalam mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Pengembangan
transportasi perkotaan juga mengemban misi bahwa angkutan perkotaan haruslah
mampu mengurangi kemacetan, mampu mengurangi gangguan lalu lintas, mampu
mempertahankan kualitas lingkungan, serta terjangkau oleh semua lapisan pemakai jasa
transportasi. Oleh karena itu sistem jaringan jalan dalam kota harus terintegrasi dengan
sistem jaringan jalan antar kota sehingga transportasi dalam kota dapat berfungsi dengan
baik dalam melayani aktifitas lokal maupun daerah sekitarnya. Agar transportasi
perkotaan dapat berfungsi dengan baik maka harus dilakukan koordinasi perencanaan
dan pelaksanaan transportasi kota secara terpadu, meningkatkan peran swasta dalam
investasi dan pengelolaan transportasi kota, serta melakukan upaya konservasi dan
diversifikasi energi dalam transportasi perkotaan.

Seperti yang kita ketahui DKI Jakarta memiliki banyak angkutan umum, dalam
rangka untuk merekayasa lalu lintas diperlukan rambu lalu lintas. Rambu lalu lintas
adalah salah satu alat pengawasan Dinas Perhubungan dalam melaksanakan tugasnya.

Permasalahan dan tantangan transportasi adalah multi dimensi antara sistem


transportasi dan sistem perkotaan, baik aspek operasional, pengelolaan maupun
kebijakan. Kebijakan transportasi perkotaan yang peduli pada pembangunan
berkelanjutan di negara sedang berkembang sangat kompleks, tetapi dapat dikaji
terutama pada sistem transportasi publik karena lebih memungkinkan jika dibandingkan

2
dengan angkutan pribadi pada saat ini.

Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu
kendaraan bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan
raya merupakan sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek
kehidupan. Dari segi manapun jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan
kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia
sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan
kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi
mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang
menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan.

Seringkalinya kita melihat permasalahan lalu lintas yang ada disekitar kita
mungkin jalan banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga
terjadi macet atau tidak adanya alat lalu lintas yang memadai. Permasalahan yang sering
terjadi di sekitar kita mungkin salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita merasa
kurang nyaman memakai atau melalui jalan tersebut.

Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu lintas tersebut diperlukan


suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas yang baik dan sangat
berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang
melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas biasanya lebih
ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau
persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan
adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu lintas.

Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat bahwa sebagian


besar kendaraan bermotor yang keluar masuk ibu kota selama Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ialah dalam rangka kepentingan pekerjaan.
Sebagian besarnya diketahui bekerja di sektor swasta.

Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan jalan, lalu
lintas adalah gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan, sedangkan angkutan
adalah perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Lalu lintas merupakan masalah penting karena lalu lintas adalah sarana untuk

3
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Angkutan umum sebagai bagian dari sistem
transportasi perkotaan memiliki peran menunjang mobilisasi masyarakat kota dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(disingkat dengan PPKM) adalah kebijakan Pemerintah Indonesia sejak awal tahun
2021 untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Sebelum pelaksanaan PPKM,
pemerintah telah melaksanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang
berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia. PPKM berlangsung di beberapa wilayah
yang menjadi titik penyebaran infeksi Covid-19, yakni di Pulau Jawa dan Bali.

Pemerintah Indonesia pertama kali menerapkan PPKM pada tanggal 3 hingga 25


Januar 2021. PPKM selama dua pekan ini dilaksanakan berdasarkan Instruksi Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 1 Tahun 2021 dan diberlakukan di wilayah Jawa dan
Bali. Sebelumnya, pada tahun 2020, sejumlah daerah telah menerapkan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19.

Menurut Airlangga Hartanto selaku Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan


Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), inisiatif awal pengajuan PSBB berada pada
pemerintah daerah, sedangkan PPKM ada pada pemerintah pusat. Wakil Ketua
KPCPEN Luhut Panjaitan mengatakan bahwa PSBB dilakukan secara tidak seragam,
sedangkan PPKM bisa diterapkan dengan seragam.

PPKM berlanjut pada tanggal 3 hingga 25 Juli 2021 diterapkan di tujuh provinsi
di Jawa dan Bali, yakni Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Banten,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sejumlah
kabupaten/kota di tiap-tiap provinsi diprioritaskan untuk melaksanakan PPKM.
Terdapat empat unsur yang digunakan sebagai parameter bagi provinsi, kabupaten, atau
kota dalam penerapan PPKM, yaitu memiliki (1) tingkat kematian di atas rata-rata
tingkat kematian nasional, (2) tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat
kesembuhan nasional, (3) tingkat kasus aktif di atas rata-rata tingkat kasus aktif
nasional, dan (4) tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk intensive care unit
(ICU) dan ruang isolasi di atas 70%.

Demi berlangsungnya PPKM dengan maksimal, dibutuhkan adanya rekayasa lalu


lintas pada saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat diwilayah Jakarta Pusat
untuk menghambat tingkat laju perpindahan dan perjalanan di wilayah Jakarta Pusat.1
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberlakuan_pembatasan_kegiatan_masyarakat_di_Indonesia
4
PEMBAHASAN PENELITIAN
Masalah transportasi pada dasarnya terjadi karena adanya interaksi yang sangat
intern antara komponen-komponen sistem transportasi, dimana interaksi yang terjadi
berada pada kondisi diluar kontrol, sehingga terjadi tidak keseimbangan. Keseimbangan
yang dimaksud dapat saja terjadi karena ketidaksesuaian antara transport demand dan
transport supply ataupun faktor-faktor relevan lainnya, yang pada dasarnya
menyebabkan pergerakan manusia dan barang menjadi tidak efisien dan tidak efektif.
Adanya permasalahan transportasi sudah lama ada, namun disiplin pemecahannya boleh
dikatakan baru. Sementara permasalahannya sendiri berkembang sangat pesat.

Permasalahan dan tantangan transportasi adalah multi dimensi antara sistem


transportasi dan sistem perkotaan, baik aspek operasional, pengelolaan maupun
kebijakan. Kebijakan transportasi perkotaan yang peduli pada pembangunan
berkelanjutan di negara sedang berkembang sangat kompleks, tetapi dapat dikaji
terutama pada sistem transportasi publik karena lebih memungkinkan jika dibandingkan
dengan angkutan pribadi pada saat ini.

Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu
kendaraan bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan
raya merupakan sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek
kehidupan. Dari segi manapun jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan
kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia
sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan
kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi
mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang
menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan.

Seringkalinya kita melihat permasalahan lalu lintas yang ada disekitar kita
mungkin jalan banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga
terjadi macet atau tidak adanya alat lalulintas yang memadai. Permasalahan yang sering
terjadi di sekitar kita mungkin salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita
merasa kurang nyaman memakai atau melalui jalan tersebut.

Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu lintas tersebut diperlukan


suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas yang baik dan sangat
5
berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang
melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas biasanya lebih
ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau
persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan
adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu lintas.

Kepala Dinas Perhubungan mengakui banyak masyarakat datang ke Hari Bebas


Kendaraan Bermotor (HBKB) pertama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) pada Minggu (21/8). Meski sudah ada imbauan tidak berkerumun
untuk menghindari penyebaran virus Corona (COVID-19), masyarakat seperti tidak
menghiraukan aturan tersebut sehingga pendatang tetap menumpuk. Akhirnya ada
evaluasi yang membuat HBKB/CFD di Bundaran HI ditiadakan untuk sementara.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
telah mengatur mengenai Standar Pelayanan Angkutan Orang (Pasal 141) yang
mewajibkan pengguna angkutan umum untuk memenuhi standar pelayanan minimal
meliputi: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan
keteraturan. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, Menteri Perhubungan
mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar

Pelayanan Minimal pengguna angkutan umum: Standar Pelayanan Minimal


Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek adalah persyaratan
penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum alam Trayek
mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak diperoleh setiap Pengguna Jasa
Angkutan.

Angkutan Massal Berbasis Jalan adalah suatu sistem angkutan umum yang
menggunakan mobil bus dengan jalur khusus yang terproteksi sehingga memungkinkan
peningkatan kapasitas angkut yang bersifat missal yang dioperasikan di Kawasan
Perkotaan.

Kawasan Perkotaan adalah adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama


bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.

Kawasan Megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih

6
Kawasan Metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah
sistem. Kawasan Metropolitan adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah
Kawasan Perkotaan yang berdiri sendiri atau Kawasan Perkotaan inti dengan Kawasan
Perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan
dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk
secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.

Kawasan Perkotaan Besar adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah
Kawasan Perkotaan yang berdiri sendiri atau Kawasan Perkotaan inti dengan Kawasan
Perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan
dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk
antara 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa.

Kawasan Aglomerasi Perkotaan adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas


sebuah Kawasan Perkotaan yang terdiri sendiri atau Kawasan Perkotaan inti dengan
Kawasan Perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang
dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dan
membentuk sebuah sistem.

Transportasi di Indonesia saat ini tergolong memprihatinkan, seperti kondisi lalu


lintas yang hampir macet total, polusi yang dapat mengancam kesehatan masayarakat,
tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi, serta penyalahgunaan ruang publik dan lain-
lain. Kebijakan yang tepat diperlukan sebagai arahan untuk menuju pada perubahan
radikal yang akan menghasilkan sistem tranportasi yang berkelanjutan sehingga dapat
menciptakan kota-kota Indonesia menjadi kota yang layak huni dan nyaman.

Gubernur Anies Baswedan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan


Masyarakat (PPKM) DKI hingga akhir Agustus 2021. Selama masa transisi tersebut,
Anies baru saja meneken Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 51 Tahun 2020 tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Masa Transisi Menuju
Masyarakat Sehat, Aman, dan Produktif. Dalam Bab VI tentang Pengendalian Moda
Transportasi, mengatur pembatasan kendaraan dengan rekayasa ganjil-genap untuk
kendaraan bermotor seperti motor dan mobil.

Dalam Pasal 18 diatur setiap kendaraan roda dua dan roda empat berpelat nomor
ganjil hanya bisa melintas di ruas jalan di tanggal ganjil. Sedangkan kendaraan roda dua

7
dan roda empat berpelat nomor genap hanya bisa melintas di ruas jalan di tanggal
genap. "Setiap pengendara kendaraan bermotor beroda 4 (empat) atau lebih dan roda 2
(dua) dengan nomor pelat ganjil dilarang melintasi ruas jalan pada tanggal genap, setiap
pengendara kendaraan bermotor beroda 4 (empat) atau lebih dan roda 2 (dua) dengan
nomor pelat genap dilarang melintasi ruas jalan pada tanggal ganjil; dan nomor pelat
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b merupakan angka terakhir dan nomor
pelat kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih dan roda 2 (dua)”.

Kunci dari pendekatan untuk mewujudkan transportasi perkotaan yang


berkelanjutan terletak pada kondisi pelayanan transportasi umumnya, yang diharapkan
dapat melayani kebutuhan permintaan transportasi secara terpadu di kota-kota di
Indonesia. Namun, dalam proses mewujudkan transportasi perkotaan yang
berkelanjutan tersebut perlu diikuti dengan penelitian dan pengembangan dalam
meningkatkan teknologi dan investasi dalam negeri, sehingga dapat memaksimalkan
sumber daya manusia dalam negeri dan dapat meminimalkan ketergantungan pada luar
negeri.

Tuntutan pemakai kendaraan angkutan pada dasarnya mengkehendaki tingkat


pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan
dan kenyamanan yang terjamin selama perjalanan. Hal ini dapat dipenui bila
penyediaan armada angkutan umum penumpang berada pada garis seimbang dengan
permintaan jasa angkutan umum.

Pada umumnya kota yang berada pada jalur sistem angkutan merupakan kota
yang berkembang pesat. Hal-hal yang mengurangi sumbangan angkutan umum bagi
mobilitas suatu kota antara lain adalah perubahan gaya hidup, pola perkembangan kota,
dan pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi. Namum sarana trasnportasi seperti
bis dan kereta api masih memainkan peran yang amat penting dalam kehidupan kota
maupun antar kota. (Warpani, 1990).

Dalam melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan


kegiatannya, baik kegiatan sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah (angkutan
perkotaan/ pedesaan dan angkutan antarkota dalam provinsi) maupun kegiatan sewaktu-
waktu antarprovinsi (angkutan antar kota dalam provinsi/ AKDP dan antar kota antar
provinsi/ AKAP) merupakan peranan utama angkutan umum. Aspek lain dalam
pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam pengengendalian lalu lintas,
8
penghematan energi, dan pengembangan wilayah (Warpani, 2002).

Adapun kendala yang dihadapi Dinas Perhubungan dalam merekayasa lalu lintas
pada saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di wilayah Sudin Jakarta
Pusat, yaitu, Salah satu permasalahan yang dijumpai di kota-kota besar di Indonesia
adalah pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu
rata-rata di atas 3%. Di sisi lain pembangunan infrastruktur atau pertambahan jumlah
dan lebar jalan sangat kecil kurang lebih di bawah 1% pertahunnya. Ketidak
seimbangan antara jumlah lalu lintas dan prasarana jalan akan menimbulkan titik-titik
kemacetan di kota-kota.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan tak segan menindak tegas


para pelanggar Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dia berharap
masyarakat turut menjadi pengawas bagi setiap pelanggaran yang ada di lapangan. "Bila
menemukan penyimpangan, tegur, laporkan pada kami dan nanti kami akan tindak
sesuai dengan semua peraturan yang ada. Kami tak akan segan mencabut izin, menutup
tempat, apabila melakukan pelanggaran. Bila ada pertokoan, perkantoran, mal yang
kapasitasnya maksimal harus 50 persen, diingatkan dua kali, kalau masih melanggar,
yang ketiga akan ditutup.

Di pandang dari sudut sistem angkutan umum kondisi tersebut akan menyulitkan
terutama angkutan umum bus. Bus tersebut dalam melakukan pergerakan akan
menggunakan prasarana jalan sebagai lintasan rutenya. Akibat langsung dari banyaknya
titik-titik kemacetan adalah tingkat pelayanan bus akan berkurang (menurun), seperti
rendahnya kecepatan perjalanan, tidak terpenuhinya jadwal perjalanan dan kenyamanan
penumpang tidak terjamin.

Secara historis, keberadaan wilayah Jabodetabek sebenarnya bukan hal baru.


Bahkan, semua daerah dalam wilayah tersebut semula adalah bagian dari provinsi yang
sama, yaitu provinsi Jawa Barat. Baik provinsi DKI Jakarta maupun kabupaten
Tangerang, kota Tangerang dan kota Tangerang Selatan yang saat ini masuk ke wilayah
Provinsi Banten pernah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari provinsi Jawa Barat.
Sementara itu, Bogor, Depok, dan Bekasi, sampai saat ini masih menjadi bagian dari
wilayah provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, Jabodetabek secara fungsional
merupakan satu kesatuan ekosistem, begitu juga secara administrasi berawal dari satu
kesatuan administrasi. Oleh karena itu, secara pengelolaan, Jabodetabek memerlukan
9
kebijakan yang harmonis dan sinkron untuk mengatasi permasalahan di wilayahnya,
diantarannya kebijakan tata ruang hendaknya mengakomodasi Jabodetabek sebagai
kesatuan fungsional yang harmonis.

Dalam memandang Jabodetabek sebagai sebuah kawasan metropolitan, terdapat


perbedaan pandangan antara pemerintah-pemerintah daerah provinsi di Jabodetabek.
Pemerintah provinsi Jawa Barat memandang bahwa permasalahan di Jabodetabek
bersumber dari fungsi pelayanan wilayah sekitar terhadap DKI Jakarta. Sehubungan
dengan itu, provinsi Jawa Barat memandang perlu melakukan terobosan
diantaranyadengan mengkonsep Twin Metropolitan Jakarta dan Bodebek (Bogor-
Depok-Bekasi) yang berkembang secara mandiri. Sementara itu, Provinsi Banten
mengharapkan adanya pertumbuhan wilayah Tangerang yang mandiri dengan
pemukiman yang sukses, artinya kota yang mandiri disertai tumbuhnya peluang usaha
dan bekerja dan hidup yang layak sehingga tidak tergantung pada Jakarta. (PRPW UI,
2013). Perpres 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah mengharmoniskan tata ruang Jabodetabek,
namun belum efektif memitigasi masalah lingkungan dan mengharmoniskan
perkembangan pemukiman yang tumbuh dengan pesat karena Perpres tersebut belum
diterapkan secara konsisten dan akurat (PRPW UI, 2013).

Transportasi merupakan suatu proses pindah, proses gerak dan proses


mengangkut sesuai dengan waktu yang diinginkan. Transportasi bermanfaat bagi
masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap kemajuan sarana dan prasarana transportasi. Transportasi di
sebuah daerah dikatakan berjalan dengan baik apabila sistem transportasi tersebut
memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan lancar.

Pendekatan konvensional yang selama ini digunakan oleh para perencana


transportasi perkotaan dan para pengambil keputusan adalah dengan
mengakomodikasikan setiap pertumbuhan kebutuhan transportasi dalam bentuk
peningkatan kapasitas dan efesiensi prasarana sistem jaringan. Hal ini dilakukan dengan
pembangunan prasarana baru, peningkatan kapasitas prasarana yang sudah ada, dan
peningkatan efesiensi pengguna prasarana dengan berbagai perangkat kebijakan
Rekayasa Lalu Lintas yang ada, sehingga pendekatan ini dirasakan sangat efektif.

Permasalahan transportasi lain yang terjadi dalam perkotaan antara lain berupa
10
penertiban arus lalu lintas, penentuan jenis moda kendaraan umum, pola jaringan, izin
trayek angkutan, kebijakan perpakiran, dan perambuan lalu lintas. Arus lalu lintas yang
identik dengan kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan menjadi hal yang dianggap
wajar bagi masyarakat, terutama di wilayah perkotaan.

Salah satu penyebab utama kemacetan adalah percepatan tingginya angka


pertumbuhan dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, baik motor maupun mobil
sejak tahun 1999. Selain itu juga terdapat beberapa penyebabnya lainnya yakni kurang
baiknya pelayanan angkutan umum dan tidak disiplinnya pengguna jalan raya di
Jakarta. Melihat penyebab di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara
atau jalan keluar yang bisa digunakan sebagai pendekatan untuk menyelesaikannya
masalah kemacetan di Jakarta. Tentunya dapat dilakukan sebagai pendekatan dalam
mengatasinya seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dan
peningkatan etika, disiplin lalu lintas di jalan raya dan perbaikan layanan (revitalisasi)
angkutan umum itu sendiri.

Dalam upaya menekan penggunaan kendaraan bermotor pribadi terdapat beberapa


cara atau kebijakan yang dapat dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan beban biaya penggunaan kendaraan bermotor pribadi dan memperbaiki
pelayanan angkutan umum yang ada. Artinya pendekatan memecah kemacetan dengan
menekan penggunaan kendaraan bermotor pribadi dan merevitalisasi (memperbaiki)
layanan angkutan umum menjadi penting. Memberikan layanan angkutan yang baik
akan menjadi alternative transportasi dan mendorong para pengguna kendaraan pribadi
berpindah ke angkutan umum.

Kendala lain misalnya secara kondisi lingkungan dan hunian, di Jakarta Pusat
sangatlah sempit. Banyaknya lingkungan kumuh dan hunian sempit terkadang dijejali
jumlah keluarga yang banyak menjadi problem baru lagi. Ruang yang sempit dan
pengap malah lebih beresiko terpapar covid-19 bila ada salah satu anggota dari hunian
tersebut belum terdeteksi tetapi sudah terpapar covid-19. Belum lagi, Hunian yang
begitu sempit tentu membuat mereka tidak betah dan memilih berkumpul di luar.

Kesadaran dan kepatuhan individu pun masih jadi kendala. Faktanya masih ada
sebagian masyarakat yang tidak bermasker ketika bepergian dan masih banyak pula
masyarakat yang berkerumun. Lepas dari gencarnya penegak hukum melakukan
sosialisasi hingga penindakan sangsi disiplin. Ditambah lagi kondisi dilema sebagian
11
masyarakat dimana masih berjualan secara sengaja dengan alasan ekonomi karena bila
tidak berjualan mereka tak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Mengingat tidak
semua masyarakat terima bantuan jaringan pengaman sosial.

Sementara ditingkat birokrasi lintas sektor juga masih sering terjadi tumpang
tindih aturan, seperti peraturan yang berisi ketentuan yang ambigu tentang pembatasan
penggunaan alat transportasi pribadi maupun umum. Di satu sisi, di Pasal 11, ayat c,
membatasi penggunaan kendaraan roda dua hanya untuk mengangkut barang, namun, di
ayat d, malah memungkinkan pengangkutan orang dengan protokol ketat. Dan ini
semua bertentangan dengan UU 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dan juga PP
dan Permenkes, serta Pergub yang ada terkait PPKM. 

PPKM Di Jakarta Pusat tidak berjalan mulus atau bahkan bisa disebut gagal saat
diimplementasikan. Pasalnya, masih banyak pihak yang melanggar kebijakan tersebut.
Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya, selama 5 hari pelaksanaan PPKM DKI, masih
ditemukan 16.958 pengendara yang melanggar aturan PPKM terkait sektor lalu lintas.
Jenis pelanggaran terbanyak yakni tidak menggunakan masker saat berkendara, baik
sepeda motor maupun kendaraan roda empat. Selain itu, jumlah penumpang kendaraan
roda empat yang melebihi kapasitas. Pelanggaran lain yang kerap terjadi yakni
pengendara sepeda motor berboncengan dengan orang yang tidak satu alamat.

Kegagalan PPKM DKI lainnya saat Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Energi (Disnakertrans) melakukan giat sidak pada 433 perusahaan atau tempat kerja.
Saat sidak tersebut, Disnakertrans menemukan sejumlah perusahaan di luar sektor yang
dikecualikan oleh Pemprov DKI masih beroperasi. Akhirnya sebanyak 52 perusahaan
ditutup paksa, 68 perusahaan kategori tidak dikecualikan tapi punya izin Kemenperin
dan belum menjalankan protokol kesehatan mendapat peringatan. Lalu 313 perusahaan
yang dikecualikan diberi peringatan karena belum melaksanakan seluruh protokol
kesehatan. Beberapa dari anggota sukarelawan Kawal COVID-19 pun menyarankan
agar PPKM ke depan dapat berjalan secara maksimal, pemerintah harus memiliki
manajemen yang baik.

Informasi yang beredar di publik itu disebutkan, mobil jenis sedan berkapasitas
empat orang hanya diperkenankan mengakut tiga penumpang saat PSBB. Lalu, minibus
tujuh kursi cuma bisa membawa empat orang, sepeda motor hanya diperkenankan
dikendarai seorang diri, dan bus kapasitas di atas tujuh kursi paling banyak mengangkut
12
50% saja. Untuk transportasi publik, setiap rangkaian moda raya terpadu (MRT) hanya
diperkenankan mengangkut 60 dari 325 tempat duduk dan lintas rel terpadu (LRT) 30
dari 129 tempat duduk, Transjakarta hanya mengoperasikan bus raya terpadu (BRT)
dengan ketentuan maksimal 60 penumpang dari kapasitas 120 kursi dan 30 pengguna
dari kapasitas 60 kursi, serta taksi ketentuannya seperti sedan dan minibus. Berikutnya,
bus besar berkapasitas 52 kursi hanya bisa mengangkut 26 penumpang dan bus kecil
cuma diperkenankan membawa enam penumpang dari kapasitas 12 kursi. Jumlah
armada yang diizinkan beroperasi 50% dari kondisi normal. Kemudian, bajaj hanya
boleh membawa satu penumpang. Ojek cuma diperkenankan mengangkut barang
ataupun makanan dan kapal tujuan Kepulauan Seribu-Jakarta Utara maksimal
mengangkut 25 penumpang dari kapasitas 54 tempat duduk (operasional seminggu
sekali).

Jakarta Pusat menjadi daerah pertama yang melakukan kebijakan Pemberlakuan


Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang kemudian disusul daerah-daerah yang
seperti Depok, Bogor, Bandung, Bekasi, dan daerah terdampak penyebaran kasus
covid-19 tinggi lainnya.

Substansi dari PPKM adalah membatasi aktivitas luar rumah yang lebih ketat
melalui penutupan, pembatasan, dan memperketat akses wilayah dan kegiatan
masyarakat, kecuali toko penyalur bahan kebutuhan pokok, toko obat kesehatan, dan
fasilitas layanan medis. Secara teknis konsekuensi dari PPKM, pemda menerapkan
kebijakan warga dilarang berkumpul lebih lima orang, pembatasan jumlah orang dalam
berkendara, kegiatan ibadah dilakukan di rumah, begitu pula seluruh kegiatan
pengerahan massa seperti kegiatan politik, hajatan dan olahraga dilarang. Pemda turut
pula menyediakan alat kesehatan, lokasi karantina, ketersediaan tenaga medis, dan
Jaminan Pengaman Sosial (JPS) yang diantaranya; berupa Bantuan Tunai Langsung,
bantuan sembako guna meringankan beban jutaan warga rentan miskin dan miskin yang
terimbas penghasilannya di tengah pandemi Covid-19.

Persoalannya kini, sebagian besar daerah yang sudah menerapkan PPKM masih
belum berjalan maksimal dalam menangkal penyebaran covid-19. Sebut saja, di Jakarta
kurang lebih sekitar empat juta warga rentan miskin dan miskin yang harus disantuni,
itu saja datanya masih umum, belum detil by name by address, sehingga memicu
pembagian bantuan yang tidak tepat sasaran dan dilakukan secara kerumunan. Belum

13
lagi nama-nama calon penerima baru yang belum terdaftar.

Kendala lain misalnya secara kondisi lingkungan dan hunian, di Jakarta sangatlah
sempit. Banyaknya lingkungan kumuh dan hunian sempit terkadang dijejali jumlah
keluarga yang banyak menjadi problem baru lagi. Ruang yang sempit dan pengap
malah lebih beresiko terpapar covid-19 bila ada salah satu anggota dari hunian tersebut
belum terdeteksi tetapi sudah terpapar covid-19. Belum lagi, Hunian yang begitu sempit
tentu membuat mereka tidak betah dan memilih berkumpul di luar.

Anjuran untuk tidak mudik bagi pekerja informal dan pengangguran juga tak
efektif. Tetap saja masih banyak yang melakukan mudik. Tentu menjadi dilematis,
disaat tidak adanya penghasilan untuk sekedar bertahan tentu sulit, belum lagi
tanggungan-tanggungan yang lain seperti bayar sewa hunian di perantauan dan pada
akhirnya tak ada jalan lain selain pulang kampung.

Kesadaran dan kepatuhan individu pun masih jadi kendala. Faktanya masih ada
sebagian masyarakat yang tidak bermasker ketika bepergian dan masih banyak pula
masyarakat yang berkerumun. Lepas dari gencarnya penegak hukum melakukan
sosialisasi hingga penindakan sangsi disiplin. Ditambah lagi kondisi dilema sebagian
masyarakat dimana masih berjualan secara sengaja dengan alasan ekonomi karena bila
tidak berjualan mereka tak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Mengingat tidak
semua masyarakat terima bantuan jaringan pengaman sosial.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Dinas Perhubungan
Dalam Merekayasa Lalu Lintas Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Di Wilayah Sudin Jakarta Pusat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam Pasal 1 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 yang berkaitan langsung dengan
efektivitasnya pelaksanaan rekayasa lalu-lintas, menyebutkan Rekayasa Lalu Lintas
adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam
rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas. Lebih jelasnya diterangkan kembali Dalam
Pasal 12 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 terkait pelaksanaan rekayasa lalu
lintas.
14
2. Peranan Dinas Perhubungan dalam merekayasa lalu lintas pada saat pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat belum sepenuhnya berjalan baik, ini diakibatkan
dari tingkat kesadaran dan kepatuhan individu pun masih jadi kendala. Faktanya
masih ada Sebagian jalan dengan tingkat arus lalu lintas yang padat, dan masih
banyak pula masyarakat yang berkendara melebihi batas kapasitas penumpang saat
berlakunya PPKM. Lepas dari gencarnya penegak hukum melakukan sosialisasi
hingga penindakan sanksi disiplin. Ditambah lagi kondisi yang membingungkan
bagi sebagian masyarakat dimana masih beraktifitas normal secara sengaja dengan
alasan ekonomi karena bila tidak mereka terancam akan mengalami kerugian
ekonomi yang cukup besar. Mengingat tidak meratanya bantuan sosial yang
diberikan oleh pemerintah di kalangan masyarakat Jakarta Pusat.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Dinas
Perhubungan Dalam Merekayasa Lalu Lintas Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat Di Wilayah Sudin Jakarta Pusat , maka penulis memberi saran
sebagai berikut :

1. Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat, diharapkan dapat menambah agenda


penyuluhan yang bisa menjangkau masyarakat luas mengingat efektifitasnya
rekayasa lalu lintas harus difahami para pengguna jalan.

2. Penambahan anggota tugas juga sangat membantu jalannya rekayasa lalu lintas
menjadi optimal, namun diperlukan pelatihan khusus bagi para anggota tugas agar
memiliki sumberdaya manusia yang berkompeten sehingga maksimal dalam
menjalankan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Iskandar, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada


Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Pustaka Setia
Nurul Zuriah, 2009, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Ahmad Tanzeh, 2009, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta
15
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Moleong, Lexy J., 2014, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Imam Gunawan, 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Iskandar, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Brantas. 2009.
Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta
Adisasmita,R. Dasar-Dasar Ekonomi Transportasi. Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Pustaka Setia, 2009
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945


Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

16

Anda mungkin juga menyukai