Anda di halaman 1dari 15

Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan

Kasus Cyber Di Indonesia ISSN 2656-4041 (Media Online)

PERSPEKTIF HUKUM INDONESIA (CYBERLAW)


PENANGANAN KASUS CYBER DI INDONESIA
Oleh :
Riko Nugraha
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta
Dosen Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma
Jl. Angkasa No. 1, Komplek Angkasa, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Email : rijko.nugraha@yahoo.com
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak :
Kemajuan teknologi beserta penerapannya selalu mempunyai berbagai implikasi, baik bagi
tatanan kehidupan sosial, bagi perkembangan dunia usaha, bagi perkembangan nilai-nilai
Moral, Etika, maupun Hukum. Berikut akan diberikan gambaran tentang beberapa
teknologi yang dianggap mampu mengubah peri kehidupan di dunia dalam segenap
dimensinya.
Melalui teknologi multimedia maka jenis telekomunikasi menjadi sangat berkembang,
tidak hanya meliputi telekomunikasi dasar, tetapi juga mencakup teknologi nilai tambah
lainnya. Penetrasi internet yang begitu besar apabila tidak dipergunakan dengan bijak maka
akan melahirkan kejahatan di dunia maya atau yang diistilahkan dengan kejahatan siber
atau cyber crime1 yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari computer crime.
Tindak pidana teknologi informasi merupakan bentuk kejahatan yang relatif baru apabila
dibandingkan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain yang sifatnya konvensional. Tindak
pidana teknologi informasi muncul bersamaan dengan lahirnya revolusi teknologi
informasi. Di samping itu juga ditandai dengan adanya interaksi sosial yang meminimalisir
kehadiran secara fisik, merupakan ciri lain revolusi teknologi informasi.
Penanggulangan cyber crime oleh penegak hukum sangat dipengaruhi oleh adanya
peraturan perundang- undangan, terdapat beberapa perundang-undangan yang berkaitan
dengan teknologi informasi khususnya kejahatan yang berkaitan dengan internet yang
diatur di dalam peraturan nasional.
Kata kunci : Kebijakan, Hukum Cyber, dan Penanganan Cyber di Indonesia,
Peraturan PerUndang-Undangan.

Abstract :
The Technological of progression and application always have various of implications,
well being for the order of social life, for the development of the business world, for the

1
Cyber crime dapat didefinisikan bahwa; “Cyber crime is used to refer both to traditional crimes (e.g
extortion,
fraud, forgery, identity theft, and child explotation) that are committed over electronic networks and
information system as well as to crimes unique to electronic networks (e.g hacking and denial of service
attacs). Also acts against confi dentiality, integrity and availability of data or system is the core of cyber
crime” Terdapat 3 (tiga) kategori besar dari cyber crime, yaitu: 1) Computer Integrity Crime Terkait dengan
integritas sistem komputer seperti hacking dan DDOS. 2) Computer Assisted Crime Perbuatan melawan
hukum yang dibantu/memanfaatkan computer seperti: virtual robberies, scams, theft. 3) Computer Content
Crime Perbuatan melawan hukum yang difokuskan pada isi (content) komputer, seperti pornografi dan
komunikasi yang offensive. Dan lihat juga US Department of Homeland Security, American Cyber Security
Enhancement Act of 2005.

44
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

development of moral, ethical, and legal values. The following will give an overview of
some of the technologies that are considered capable of changing the fairy life in the world
in all its dimensions.
Through multimedia of technology, the type of telecommunications has become highly
developed, Close only the covering basic telecommunications, but also including other
value-added technologies. Internet penetration is so large if not used wisely it will give
birth to crime in cyberspace or what is termed cyber crime or cyber crime which is a
further development of computer of crime.
Information technology crime is a relatively new form of crime when compared to other
forms of crime that are conventional in nature. Information technology crimes emerged
simultaneously with the birth of the information technology revolution. In addition, it is
also marked by social interactions that minimize physical presence, which is another
characteristic of the information technology revolution.
Prevention of cyber crime by law enforcement is strongly influenced by the existence of
laws and regulations, there are several laws relating to information technology, especially
crimes related to the internet which are regulated in national regulations.
Keywords: Policy, CyberLaw, and The Indonesia Cyber of Handling, National
Regulation.

A. Pendahuluan yang berlangsung hampir di semua


bidang kehidupan manusia. Revolusi
1. Latar Belakang
yang dihasilkan oleh teknologi
Peradaban dunia pada masa kini
informasi dan komunikasi biasanya
dicirikan dengan fenomena kemajuan
dilihat dari sudut pandang penurunan
teknologi informasi dan komunikasi2
jarak geografis, penghilangan batas-
batas negara dan zona waktu serta
2
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di peningkatan efisiensi dalam
bidang ICT dan bidang-bidang lain yang terkait pengumpulan, penyebaran, analisis
akan menimbulkan tantangan-tantangan baru.
Tantangantantangan baru tersebut diakibatkan oleh
dan mungkin juga penggunaan data.
ciri-ciri dari teknologinya yang mempunyai Disamping berbagai hal positif
jangkauan global (borderless and unbounded); yang diapat diambil dari kemajuan
sifat anonymity dari pelaku tertentu (misalnya teknologi informasi dan transaksi
cyber criminals) yang cenderung
menyembunyikan identitas yang sesungguhnya.
Kemudian juga sifat asimetri dari teknologi yang perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam
dimediasi oleh jaringan dan teknologi informasi. berbagai bidang yang secara langsung telah
Masalah cyber security telah menjadi perhatian memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan
serius, baik pada level internasional maupun hukum baru. globalisasi informasi telah
nasional. Dalam lingkup nasional bentukbentuk menempatkan Indonesia sebagai bagian dari
ancaman terhadap cyber security Perkembangan masyarakat informasi dunia sehingga
teknologi dan penerapannya tersebut, tidak hanya mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai
mengubah wajah bisnis secara revolusioner, pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di
namun juga menimbulkan perubahan dalam tingkat nasional sehingga pembangunan Teknologi
Tatanan Sosial, Moral, Etika dan Hukum. Nilai- Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata,
nilai baru yang dihadirkan tentu saja tidak selalu dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna
sama dengan nilai-nilai sebelumnya, bahkan mencerdaskan kehidupan bangs. Dan lihat juga
berpotensi menimbulkan konfl ik nilai yang perlu UU No. 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas
dicermati dan dicari jalan keluarnya, terutama dari Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
perspektif Etika dan Hukum. Bahwa Informasi dan Transaksi Elektronik serta Undang-
perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
yang demikian pesat telah menyebabkan Informasi Publik.

45
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

elektronik komunikasi, perkembangan lebih lanjut dari


perkembangannya yang pesat dari computer crime. Dunia maya
perkembangan internet juga (cyberspace) saat ini ternyata rentan
menimbulkan pro dan kontra. terhadap perilaku kriminal. Sebagai
Prinsipnya, internet membuat contoh adalah praktik- praktik
kejahatan yang semula bersifat implantasi virus yang mencederai
konvensional dan langsung seperti komputer di seluruh dunia, bank dan
pengancaman, pencurian, pencemaran lembaga keuangan telah kehilangan
nama baik, pornografi, perjudian, uang dalam jumlah besar. Negara
penipuan hingga tindak pidana maju seperti Amerika Serikat dan
terorisme kini melalui media internet Inggris dan beberapa negara lainnya
beberapa jenis tindak pidana tersebut mengungkapkan bahwa data tentang
dapat dilakukan secara online oleh keamanan nasional telah dibobol dan
individu maupun kelompok dengan di download oleh orang-orang yang
resiko tertangkap yang sangat kecil tidak berkepentingan. Tindak pidana
dengan akibat kerugian yang lebih lain juga dapat dilakukan melalui
besar baik untuk masyarakat maupun media internet seperti pornografi
Negara.3 anak, penyerangan terhadap privacy
Fenomena tindak pidana seseorang, perdagangan barang ilegal,
teknologi informasi merupakan atau hadirnya situs-situs yang
bentuk kejahatan yang relatif baru meresahkan masyarakat. Contoh lain,
apabila dibandingkan dengan bentuk- bagi mereka yang senang akan
bentuk kejahatan lain yang sifatnya perjudian dapat melakukannya dari
konvensional. Tindak pidana rumah atau di kantor.
teknologi informasi muncul 2. Perumusan Masalah
bersamaan dengan lahirnya revolusi Sebagaimana telah diuraikan di
teknologi informasi. Di samping itu atas bahwa Cyber Law sangat
juga ditandai dengan adanya interaksi dibutuhkan, kaitannya dengan upaya
sosial yang meminimalisir kehadiran pencegahan tindak pidana. Cyber
secara fisik, merupakan ciri lain Law akan menjadi dasar hukum
revolusi teknologi informasi.4 dalam proses penegakan hukum
Penetrasi internet yang begitu terhadap kejahatan-kejahatan dengan
besar apabila tidak dipergunakan sarana elektronik dan komputer,
dengan bijak maka akan melahirkan
kejahatan di dunia maya atau yang information system as well as to crimes unique to
diistilahkan dengan kejahatan siber electronic networks (e.g hacking and denial of
atau cyber crime5 yang merupakan service attacs). Also acts against confi dentiality,
integrity and availability of data or system is the
core of cyber crime” Terdapat 3 (tiga) kategori
3
Golos P. R.., “Penegakan Hukum besar dari cyber crime, yaitu: 1) Computer
Cybercrime dalam Sistem Hukum Indonesia dalam Integrity Crime Terkait dengan integritas sistem
Seminar Pembuktian dan Penangan Cybercrime di komputer seperti hacking dan DDOS. 2) Computer
Indonesia”.2007. hlm. 12. Assisted Crime Perbuatan melawan hukum yang
4
Nitibaskara, Tubagus Ronny Rahman. dibantu/memanfaatkan computer seperti: virtual
Ketika kejahatan berdaulat: sebuah pendekatan robberies, scams, theft. 3) Computer Content
kriminologi, hukum dan sosiologi. 2011. hlm. 31 Crime Perbuatan melawan hukum yang difokuskan
5
Cyber crime dapat didefinisikan bahwa; “Cyber pada isi (content) komputer, seperti pornografi
crime is used to refer both to traditional crimes dan komunikasi yang offensive. Dan lihat juga US
(e.g extortion, Department of Homeland Security, American
fraud, forgery, identity theft, and child explotation) Cyber Security Enhancement Act of 2005.
that are committed over electronic networks and

44
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

termasuk kejahatan pencucian uang Manfaat Praktis:


dan kejahatan terorisme dan lain 1. Penelitian ini diharapkan dapat
sebagainya. memberikan masukan-masukan
Memperhatikan uraian pada latar kepada regulator khususnya
belakang sebagaimana diuraikan di dalam bidang cyberlaw,
atas, permasalahan dalam penelitian Informasi Teknologi dan
ini dirumuskan, sebagai berikut; Telekomunikasi (ITE).
1. Bagaimana kebijakan terhadap 2. Penelitian ini berguna untuk
pelaksanaan Cyberlaw di menambah wawasan dengan
Indonesia? memberikan gambaran bagi
2. Bagaimanakah upaya pemeritah pembaca terutama di bidang
terhadap penanganan Cyberlaw cyberlaw dan Informasi
dimasa yang akan datang? Teknologi dan Telekomunikasi
(ITE) baik para Penganjar
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian (Dosen), mahasiswa fakultas
Berdasarkan latar belakang dan hukum maupun masyarakat luas.
pokok permasalahan di atas, tujuan
dan manfaat penelitian adalah sebagai C. PENELITIAN DAN
berikut; PEMBAHASAN
Tujuan Penelitian; 1. Kebijakan dan Hukum Siber di
1. Untuk mengetahui faktor-faktor Indonesia dalam Menaggulanginya
apa saja yang mendominanasi Dalam menanggulangi kejahatan
dalam rangka mengetahui Cyber maka diperlukan adanya hukum
kebijakan dan hukum Cyberlaw Cyber atau Cyber Law. Cyber Law
di Indonesia. adalah aspek hukum yang istilahnya
2. Upaya apa saja yang perlu berasal dari Cyberspace Law, yang
dilaksanakan dalam rangka ruang lingkupnya meliputi setiap
pengantisipasian perubahan aspek yang berhubungan dengan
penyelenggaraan usaha orang perorangan atau subyek hukum
telekomunikasi sejalan dengan yang menggunakan dan
prinsip dalam upaya pemeritah memanfaatkan teknologi internet /
terhadap penanganan Cyberlaw elektronik yang dimulai pada saat
dimasa yang akan datang. mulai “online” dan memasuki
Manfaat Penelitian; dunia cyber atau maya. Pada negara
1. Penelitian ini dapat memberikan yang telah maju dalam penggunaan
kontribusi pemikiran dalam internet/elektronik sebagai alat untuk
rangka pengembangan khasanah memfasilitasi setiap aspek kehidupan
ilmu pengetahuan khususnya mereka, perkembangan hukum dunia
dibidang hukum Cyberlaw dan maya sudah sangat maju.
Informasi Teknologi dan Jonathan Rosenoer (1997) membagi
Telekomunikasi (ITE). ruang lingkup Cyber Law dalam beberapa
2. Bahwa hukum cyberlaw dan hal diantaranya: Copy right (hak cipta),
telekomuniasi dapat dijadikan Trademark (hakmerek), Defamation (penc
sebagai landasan hukum, rujukan emaran nama baik), Hate Speech
dan/atau references sesuai (penistaan, penghinaan, fitnah), Hacking,
ketentuan hukum cyberlaw dan Viruses, Illegal Access, (penyerangan
Informasi Teknologi dan terhadap computer / Optik lain), The
Telekomunikasi (ITE). Regulation Internet of Resource

45
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

(pengaturan / Regeling sumber daya Transaksi Elektronik jo. Undang-


internet), Privacy (kenyamanan pribadi), Undang Nomor 19 Tahun 2016
Duty Care (kehati - hatian), Criminal tentang Perubahan atas Undang-
Liability (kejahatan / Criminal dengan Undang Nomor 11 Tahun 2008
menggunakan Informasika dan tentang Informasi dan Transaksi
Teknologi), Procedural Issues (yuridiksi, Elektronik (“UU ITE”) yang
pembuktian, penyelidikan, dll.), mengatakan bahwa “setiap orang
Electronic Contract (transaksi yang dilanggar haknya sebagaimana
elektronik), Pornography, Robbery yang dimaksud pada ayat (1) dapat
(pencurian lewat internet), mengajukan gugatan atas kerugian
Consumer Protection (perlindungan yang ditimbulkan berdasarkan
konsumen), dan E-Commerce, E- Undang-Undang ini.”
Government (pemanfaatan internet Dengan hak yang telah
dalam keseharian). disebutkan di atas, Lukman Hakim
Cyber Law sangat dibutuhkan, Saifuddin berhak untuk mengajukan
kaitannya dengan upaya pencegahan gugatan yang berdasarkan pada Pasal
tindak pidana, maupun penanganan 28 ayat (1) UU ITE yang berbunyi,
tindak pidana. Cyber Law akan “setiap orang dengan sengaja dan
menjadi dasar hukum dalam proses tanpa hak menyebarkan berita bohong
penegakan hukum terhadap kejahatan dan menyesatkan yang
- kejahatan dengan sarana elektronik mengakibatkan kerugian konsumen
dan komputer, termasuk kejahatan dalam Transaksi Elektronik”, di mana
pencucian uang dan kejahatan hal tersebut merupakan perbuatan
terorisme. yang dilarang.
Cyber Law penting diberlakukan Sejalan dengan itu, pelaku dapat
sebagai hukum di Indonesia. Hal dikenakan pidana sesuai ketentuan
tersebut disebabkan oleh Pasal 45A6 UU ITE yang berbunyi,
perkembangan zaman. Menurut pihak “Setiap Orang yang dengan sengaja
yang pro terhadap Cyber Law, sudah dan tanpa hak menyebarkan berita
saatnya Indonesia memiliki Cyber bohong dan menyesatkan yang
Law, mengingat hukum - hukum mengakibatkan kerugian konsumen
tradisional tidak mampu dalam Transaksi Elektronik’
mengantisipasi perkembangan dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
maya yang pesat. 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
Salah satu contoh kasus dalam penjara paling lama 6 (enam) tahun
kejahatan cyber adalah kasus yang dan/atau denda paling banyak
dialami oleh Wakil Ketua MPR Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
periode 2009-2014 Lukman Hakim rupiah).”
Saifuddin, di mana e-mail beliau Dalam kasus yang menimpa
dibajak oleh seseorang untuk Lukman Hakim Saifuddin tersebut,
mendapatkan kepentingan dengan pelaku kejahatan dunia maya yang
sejumlah uang dengan mengirimkan membajak e-mail beliau juga dapat
surat kepada kontak-kontak yang ada diterapkan dengan pelanggaran Pasal
di e-mail milik beliau. Lukman
Hakim Saifuddin memiliki hak 6
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
sebagaimana diatur dalam Pasal 26 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo.
ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Tahun 2008 tentang Informasi dan Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

46
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

378 KUHP tentang penipuan yang (by means of a computer system or


berbunyi, “Barang siapa dengan network) Didalam sistem atau
maksud untuk menguntungkan diri jaringan komputer (in a computer
sendiri atau orang lain secara system or network) dan 3. Terhadap
melawan hukum dengan memakai sistem atau jaringan komputer
nama palsu atau martabat (ageinst a computer system or
(hoendanigheid) palsu, dengan tipu network). Dari defenisi tersebut, maka
muslihat, ataupun rangkaian dalam arti sempit cyber crime adalah
kebohongan, mengerakkan orang lain computer crime yang ditujukan
untuk menyerahkan barang sesuatu terhadap sistem atau jaringan
kepadanya, atau supaya memberi komputer, sedangkan dalam arti luas,
utang maupun menghapuskan cyber crime mencakup seluruh bentuk
piutang, diancam karena penipuan, baru kejahatan yang ditujukan kepada
dengan pidana penjara paling lama 4 komputer, jaringan komputer dan
(empat) tahun. penggunanya serta bentuk-bentukk
Dalam bacground paper untuk kejahatan tradisional yang sekarang
lokakarya konfrensi PBB X/2000 di dilakukan dengan menggunakan atau
Wina, Austria, istilah cybercrime dengan bantuan peralatan komputer
dibagi dalam dua kategori, yaitu (computer related crime).
pertama, cyber crime dalam arti Transaksi elektronik adalah
sempit disebut computer crime, kedua perbuatan hukum yang dilakukan
cybercrime dalam arti luas disebut melalui komputer, jaringan komputer
computer related crime. Dalam atau media elektronik lainnya.8 Lebih
dokumen tersebut dinyatakan: a. lanjut yang dimaksud dengan
Cybercrime in narrow sanse komputer adalah alat proses data
(computer crime): any legal elektronik, mengetik, optikal, atau
behaviour directed by means of sistem yang melaksanakan fungsi
elctronik operations that targets the logika, aritmatika dan
security of computer system and data penyimpanannya. Berdasarkan
procssed by them. b. Cybercime in a pengertian tersebut, maka transaksi
broader sense (computer related elektronik memiliki cakupan yang
crime): any ilegal behaviour sangat luas, baik mengenai subyeknya
commited by means on in reltion to, a yaitu tiap orang pribadi atau badan
computer systemor network, including yang yang memanfaatkan yang
such crime as illegal possesion, memanfaatkan komputer, jaringan
offering or distribution by meaans of komputer atau media elektronik
a computer system or network.7 lainnya, maupun mengenai obyeknya
Dengan menggunakan sarana - sarana yang meliputi berbagai barang dan
dari sistem atau jaringan komputer jasa. Dalam implementasinya,
transaksi elektronik dilakukan dengan
7
Laporan Konfrensi PBB X/2000, : The menggunakan interconected network
term computer related crime had been developed (internet), yaitu jaringan komputer
to encompass both the entirely new forms of crime yang terdiri dari berbagai macam
that were directed at computers, net work and ukuran jaringan yang saling
their users, and the more traditional form of crime
that were now being commited whit use or
dihubungkansatu sama lain lewat
assistence of computer aquipment, dalam Barda
8
Nawawi Arif, 2001, Masalah Penegakkan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia
& Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Ctra Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Aditya Bakti, Bandung, hlm.249-250. Transaksi Elektronik.

47
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

suatu medium komunikasi secara dengan internet sebelum disahkannya


elektronik dan dapat saling UU ITE. Penegakkan hukum
mengakses semua layanan (services) cybercrime sebelum disahkannya UU
yang disediakan oleh jaringan ITE dilakukan dengan menafsirkan
lainnya9. cyber crime ke dalam perundang-
Dalam kaitan dengan upaya undangan KUHP dan khususnya
pencegahan tindak pidana, ataupun undang-undang yang terkait dengan
penangan tindak pidana, UU ITE perkembangan teknologi informasi
akan menjadi dasar hukum dalam diantaranya:
proses penegakan hukum kejahatan- a) Undang – Undang No. 14 tahun
kejahan dengan sarana elektronik dan 2008 tentang Keterbukaan
komputer, termasuk kejahatan Informasi Publik;
pencucian uang dan kejahatan b) Undang -Undang Nomor 36 Tahun
terorisme.10 1999 tentang Telekomunikasi;
Berikut ini akan diuraikan faktor- c) Undang-Undang No. 19 tahun
faktor yang mempengaruhi 2002 sebagaimana telah diubah
penegakan hukum terhadap kejahatan oleh Undang-Undang No. 28
siber (ciber crimes). Faktor-faktor Tahun 2014 tentang Hak Cipta;
yang dimaksud yaitu penegakan d) Undang-Undang No. 25 Tahun
hukum terhadap kejahatan siber 2003 tentang Perubahan atas
sangat dipengaruhi oleh faktor Undang – Undang No. 15 Tahun
hukum. Karena kejahatan siber 2002 tentang Tindak Pidana
berada pada anatomi kejahatan Pencucian Uang sebagaimana
transnasional maka hukum yang telah diganti dengan Undang-
digunakan adalah hukum nasional Undang No. 8 Tahun 2010
yang dalam pembahasan ini adalah Tentang Pencegahan dan
hukum Indonesia. Namun sepanjang Pemberantasan Tindak Pidana
tidak diatur dalam hukum nasional Pencucian Uang;
maka yang dipergunakan adalah asas- e) Undang-Undang No 15 Tahun
asas, prinsip – prinsip dan kaidah 2003 tentang Pemberantasan
hukum internasional. Tindak Pidana Terorisme;
Penanggulangan cyber crime f) Dan lain sebagainya.
oleh aparat penegak hukum sangat
dipengaruhi oleh adanya peraturan Dalam perkembangannya,
perundang - undangan, terdapat pengaturan cyber space dan kejahatan
beberapa perundang-undangan yang siber (ciber crimes) diatur di dalam
berkaitan dengan teknologi informasi Undang - undang Nomor 11 Tahun
khususnya kejahatan yang berkaitan 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana telah diubah
oleh Undang-Undang Nomor 19
9
Daniel H Purwadi, Belajar Sendiri Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Mengenal Internet Jaringan Informasi Dunia, PT Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Elex Media Komputindo, Jakarta 1995, hlm.1.
10
T. Nasrullah, Sepintas Tinjauan Yuridis 2008 Tentang Informasi Dan
Baik Aspek Hukum Materil Maupun Formil Transaksi Elektronik sebagai payung
Terhadap Undang-undang Nomor 15/2003 hukum. UU ITE ini diharapkan
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana sebagai kekuatan pengendali dan
Terorisme. Makalah Pada Semiloka tentang
penegak ketertiban bagi kegiatan
“Keamanan Negara” yang diadakan oleh
Indonesia Police Watch bersama Polda pemanfaatan teknologi informasi
Metropolitan : Jakarta Raya.,2003:hlm.,3. tidak hanya terbatas pada kegiatan

48
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

internet, tetapi semua kegiatan yang informasi. Pengaturan dalam Undang


memanfaatkan perangkat komputer, - undang Nomor 11 Tahun 2008.
dan instrumen elektronik lainnya. Tentang Informasi dan Transaksi
Pada dasarnya, Undang – undang Elektronik sebagaimana telah diubah
ini telah memenuhi syarat oleh Undang – Undang Nomor 19
keberlakuan hukum baik secara Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
yuridis, sosiologis dan filosofis. Undang – Undang Nomor 11 Tahun
Secara filosofis, lahirnya Undang- 2008 Tentang Informasi Dan
undang Nomor 11 Tahun 2008 Transaksi Elektronik ini sejalan
Tentang Informasi dan Transaksi dengan agama, nilai-nilai maupun
Eleketronik sebagaimana telah diubah kaidah moral yang diterima secara
oleh Undang-Undang Nomor 19 universal sehingga keberadaan cyber
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas law (termasuk instrumen hukum
Undang – Undang Nomor 11 Tahun internasional yang mengaturnya)
2008 Tentang Informasi Dan diakui, diterima dan dilaksanakan
Transaksi Elektronik didasarkan oleh information society.
amanat yang terkandung pada Pasal Dalam praktik penegakan hukum
28F Undang- Undang Dasar Negara terhadap apapun bentuk kejahatan-
Republik Indonesia Tahun 1945.11 kejahatan transnasional salah satunya
yang menyatakan. Secara yuridis, kejahatan siber (cyber crimes), faktor
undang- undang ini telah hukum yang utama yang seringkali
mengatur mengenai segala sesuatu menjadi kendala penegakan hukum
yang berkaitan dengan kegiatan dalam praktik adalah masalah
internet, perangkat komputer, dan yurisdiksi. Masalah keraguan
instrumen elektronik lainnya. Secara penentuan yurisdiksi dalam cyber
sosiologis, masyarakat memang space pun justru diakui oleh pakar
memerlukan Undang-undang Nomor hukum itu sendiri. Tien S. Saefullah
11 Tahun 2008 Tentang Informasi yang menyatakan bahwa yurisdiksi
dan Transaksi Elektronik suatu negara yang diakui hukum
sebagaimana telah diubah oleh internasional dalam pengertian
Undang-Undang Nomor 19 Tahun kovensional, didasarkan pada batas-
2016 Tentang Perubahan Atas batas geografis dan waktu sementara
Undang – Undang Nomor 11 Tahun komunikasi dan informasi multimedia
2008 Tentang Informasi Dan bersifat internasional, multi yurisdiksi
Transaksi Elektronik untuk mengatur dan tanpa batas – batas geografis
berbagai aktivitas yang mereka sehingga sampai saat ini belum dapat
lakukan selama berinteraksi di cyber dipastikan bagaimana yurisdiksi suatu
space. Dinamika globalisasi informasi negara dapat diberlakukan terhadap
telah menuntut adanya suatu aturan komunikasi multimedia dewasa ini
untuk melindungi kepentingan para sebagai salah satu pemanfaatan
netter dalam mengakses pelbagai teknologi informasi.12
Penentuan yurisdiksi merupakan
11
Pasal 28F UUD 1945 bahwa Setiap orang suatu diskursus yang sangat penting
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh dalam rangka penegakan cyber law
informasi dengan baik untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
apalagi dalam konsteks penegakan
untuk mencari, memperoleh, memiliki,
12
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan Mansur, Dikdik M. Arief. Cyber Law:
informasi dengan menggunakan segala jenis Aspek Hukum Teknologi Informasi. Tiga
saluran yang tersedia. Serangkai, 2007. hlm.34.

49
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

hukum terhadap kejahatan pada merugikan kepentingan ekonomi


transnasional. Permasalahan nasional, perlindungan data strategis,
mengenai yurisdiksi diatur dalam harkat dan martabat bangsa,
Pasal 2 Undang – undang Nomor 11 pertahanan dan keamanan negara,
Tahun 2008 Tentang Informasi dan kedaulatan negara, warga negara,
Transaksi Elektronik sebagaimana serta badan hukum Indonesia.
telah diubah oleh Undang – Undang “Darrel Menthe menyatakan
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang bahwa yurisdiksi di cyber space
Perubahan Atas Undang – Undang membutuhkan prinsip - prinsip yang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang jelas yang berakar dari hukum
Informasi Dan Transaksi Elektronik internasional. Hanya melalui prinsip-
menyebutkan Undang – Undang ini prinsip yurisdiksi dalam hukum
berlaku untuk setiap orang yang internasional ini, negara-negara
melakukan perbuatan hukum kiranya dapat mengadopsi pemecahan
sebagaimana diatur dalam undang - yang sama terhadap pertanyaan
undang ini, baik yang berada di mengenai yurisdiksi internet.13
wilayah hukum Indonesia maupun di Pendapat Menthe ini dapat ditafsirkan
luar wilayah hukum Indonesia, yang bahwa dengan diakuinya prinsip-
memiliki akibat hukum di wilayah prinsip yurisdiksi yang berlaku dalam
hukum Indonesia dan/atau di luar hukum internasional dalam kegiatan
wilayah hukum Indonesia dan cyber space oleh setiap negara, maka
merugikan kepentingan Indonesia. akan mudah bagi negara-negara untuk
Selanjutnya, dalam Pasal 1 angka 21 mengadakan kerjasama dalam
yang menyatakan bahwa “orang rangka harmonisasi ketentuan-
adalah orang perseorangan, baik ketentuan pidana untuk
warga negara Indonesia, warga menanggulangi cyber crime. Pada
negara asing, maupun badan hukum.” hakikatnya untuk menentukan
Dalam penjelasan Pasal 2 yurisdiksi manakah yang dapat
disebutkan Undang - Undang ini diterapkan dalam kegiatan
memiliki jangkauan yurisdiksi tidak cyberspace, termasuk di dalamnya
semata-mata untuk perbuatan hukum cyber crime, tidak perlu dicari
yang berlaku di Indonesia dan/ atau yurisdiksi tertentu yang lain dari pada
dilakukan oleh warga negara yang lain (yurisdiksi dengan
Indonesia, tetapi juga berlaku karakteristik khusus), karena
untuk perbuatan hukum yang sebenarnya prinsip - prinsip dalam
dilakukan di luar wilayah hukum hukum internasional sudah memadai
(yurisdiksi) Indonesia baik oleh untuk dipergunakan.14
warga negara Indonesia maupun “Penentuan yurisdiksi cyber
warga negara asing atau badan hukum crimes dapat ditelaah dari asas-asas
Indonesia maupun badan hukum hukum internasional. Ada dua
asing yang memiliki akibat hukum di pandangan dari negara yakni
Indonesia, mengingat pemanfaatan perundang – undangan hukum pidana
Teknologi Informasi untuk Informasi berlaku bagi semua perbuatan pidana
Elektronik dan Transaksi Elektronik yang terjadi di dalam wilayah negara,
dapat bersifat lintas teritorial atau baik dilakukan oleh warga negaranya
universal. Yang dimaksud dengan sendiri maupun oleh orang asing
“merugikan kepentingan Indonesia
13
adalah meliputi tetapi tidak terbatas Ibid.,hlm.37
14
Ibid., hlm.38

50
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

(asas teritorial). Kedua, perundang- wilayahnya untuk downloading


undangan hukum pidana berlaku bagi kegiatan perjudian.
semua perbuatan pidana yang b. The theory of the law of the server
dilakukan oleh warga negara, dimana (teori hukum pusat penyedia).
saja, juga di lua wilayah negara (asas
Pendekatan lain yang dapat
personal). Juga dinamakan prinsip
digunakan adalah memperlakukan
nasionalitas yang aktif. Lebih lanjut
server dimana webpages secara
dikatakan bahwa dasar lain yang
fisik berlokasi, yaitu dimana
masuk akal bahwa hukum pidana di
mereka dicatat sebagai data
luar negara adalah asas melindungi
elektronik. Menurut teori ini
kepentingan. Ini dapat dibedakan
sebuah webpages yang berlokasi di
antara melindungi kepentingan
server pada Standford University
nasional (prinsip nasional pasif) dan
tunduk pada hukum California.
melindungi kepentingan internasional
Namun teori ini akan sulit
(prinsip universal).
dipergunakan apabila uploader
Dalam substansi hukum di
berada dalam yurisdiksi asing.
Amerika terdapat beberapa teori yang
berkaitan dengan yurisdiksi di cyber c. The theory of International Space
space yakni:15 (teori ruang internasional).
a. The theory of the uploader and the Menurut teori ini, cyber space
downloader (teori tentang adalah lingkungan hukum yang
mengunggah dan mengunduh). terpisah dengan hukum
konvensional dimana setiap negara
Uploader (pengunggah) adalah memiliki kedaulatan yang sama.
pihak yang memasukkan informasi Dalam kaitan dengan teori ini
elektronik ke dalam cyber space Menthe mengusulkan agar cyber
sedangkan downloader space menjadi fourth space. Yang
(pengunduh) adalah pihak yang menjadi dasar analogi tidak
mengakses Informasi. Pada terletak pada kesatuan fisik,
umumnya, yurisdiksi mengenai melainkan pada sifat internasional
perbuatan-perbuatan perdata dan yakni sovereignless quality
tindak pidana tidak ada kesulitan. (kualitas kedaulatan). Semua
Suatu negara dapat melarang kegiatan dalam cyber space
dalam wilayahnya kegiatan dianalogikan dengan kegiatan
uploading dan downloading yang ruang angkasa. Semua kegiatan ini
diperkirakan dapat bertentangan diatur secara bersama – sama.
dengan kepentingan negaranya. Bahwa dalam melakukan
Misalnya, suatu negara dapat penanganan pelanggaran UU ITE,
melarang setiap orang untuk penegak hukum diminta
uploading kegiatan perjudian memedomani hal-hal seperti,
dalam wilayah negaranya dan mengikuti perkembangan
melarang setiap orang dalam pemanfaatan ruang digital yang
terus berkembang dengan segala
macam persoalannya; memahami
15
Saefullah, Tien S. "Jurisdiksi sebagai Upaya
budaya beretika yang terjadi di
Penegakan Hukum dalam Kegiatan Cyberspace, ruang digital dengan
artikel dalam Cyberlaw: Suatu Pengantar." Pusat menginventarisasi berbagai
Studi Cyberlaw Fakultas Hukum UNPAD. permasalahan dan dampak yang
ELIPS (2009).hlm. 102-103

51
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

terjadi di masyarakat; dan mengedepankan restorative of


mengedepankan upaya preemtif justice dalam penyelesaian
dan preventif melalui virtual police perkara; Terhadap para pihak
dan virtual alert yang bertujuan dan/atau korban yang akan
untuk memonitor, mengedukasi, mengambil langkah damai agar
memberikan peringatan, serta menjadi bagian prioritas penyidik
mencegah masyarakat dari potensi untuk dilaksanakan restorative of
tindak pidana siber. Pada dasarnya justice terkecuali perkara yang
penerapannya dalam menerima bersifat berpotensi memecah belah,
laporan dari masyarakat, penyidik SARA, radikalisme, dan
harus dapat dengan tegas separatism.
membedakan antara kritik, Berikut data rekapitulasi kasus
masukan, hoaks, dan pencemaran cyber crime di Indonesia;17
nama baik yang dapat dipidana
untuk selanjutnya menentukan
langkah yang akan diambil. Sejak
penerimaan laporan, penyidik
berkomunikasi dengan para pihak
terutama korban (tidak diwakilkan)
dan memfasilitasi serta memberi
ruang seluas-luasnya kepada para
pihak yang bersengketa untuk
melaksanakan mediasi. Melakukan
kajian dan gelar perkara secara
komprehensif terhadap perkara
yang ditangani dengan melibatkan Gambar 1. Persentase Cyber Crime
para penegak hukum/apparat di Indonesia, pada Tahun 2018 itu
penegak hukum secara kolektif ada laporan polisi 4.360.
kolegial berdasarkan fakta dan data Kemudian 2019 meningkat jadi
yang ada. 4.586. Kemudian 2020 meningkat
Upaya terakhir dalam penegakan lagi menjadi 4.790. Ini
hukum (ultimatum remidium)16 kecenderungannya laporan polisi
terkait UU ITE meningkat.
16
Ultimum remedium merupakan salah satu asas
yang terdapat dalam hukum pidana
Indonesia. Ultimum remedium merupakan salah
satu asas yang terdapat di dalam hukum pidana
Indonesia yang mengatakan bahwa hukum pidana
hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal
penegakan hukum. ultimum remedium ini
berprinsip yang berada di tengah-tengah moral dan menggambarkan suatu sifat hukum, yakni sebagai
hukum, yang kedua adalah ultimum remedium itu pilihan atau alat terakhir yang dikenal baik dalam
merupakan prinsip segala proses legislasi. Jadi hukum pidana. Lihat juga Prof. Topo Santoso,
bagaimana menolak kriminalisasi atau negoisasi S.H., M.H., Ph.D. Ultimatum Remedium; Antara
maka ultimum remedium menjadi patokannya, Prinsip Moral dan Prinsip Hukum. Guru Besar
bukan ketika kita menegakan hukum kalau Uiniversitas Indonesia. FH-UI. Jakarta. Indonesia.
Undang-undang sudah ada, pasal sudah ada maka 2019.
17
polisi atau jaksa tentu tidak bisa menggunakan Data diambil dan diolah dari Direktorat Reserse
prinsip ini. Ultimum remedium merupakan istilah Kriminal Khusus, Cyber Law. Di Jakarta.
lumrah yang kemudian biasa dipakai atau Indonesia. Dari tahun 2018 – 2020. Data diambil
dikaitkan dengan hukum. Istilah ini pada Senin, 21 Juni 2021.

52
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

saat kapan alat itu bekerja efektif,


oleh sebab itu analisis telematika
sangat diperlukan dalam mengungkap
kejahatan ini. Untuk menelusi,
mendeteksi dan menanggulangi
kejahatan ini Onno W. Purbo
menjelaskan bahwa caranya sangat
tergantung aplikasi dan topologi
jaringan yang dipakai. Sebagian
aplikasinya ada di gnacktrack dan
backtrack. Hal ini menggambarkan
bahwa sarana dan fasilitas yang
Gambar 2. Diagram Bentuk Cyber memadai menjadi hal yang penting
Crime di atas dapat kita lihat dalam proses penegakan hukum.
bahwa cenderung mengalami Tanpa adanya sarana atau fasilitas
peningkatan. Kasus pencemaran tertentu, maka tidak mungkin
nama baik masih mendominasi penegakan hukum akan berlangsung
laporan di kepolisian terkait UU dengan lancar. Sarana atau fasilitas
ITE. Pada tahun 2018 terdapat tersebut antara lain, mencakup tenaga
1.258 laporan, 2019 sebanyak manusia yang berpendidikan dan
1.333 laporan dan pada 2020 trampil, organisasi yang baik,
menjadi 1.794 laporan polisi yang peralatan yang memadai, keuangan
menyangkut pencemaran nama yang cukup, dan seterusnya. Kalau
baik. Urutan kedua ditempati hal-hal itu tidak terpenuhi, maka
ujaran kebencian sebanyak 238 mustahil penegakan hukum akan
laporan pada 2018, meningkat mencapai tujuannya.
mencapai 247 laporan pada 2019 Untuk meningkatkan upaya
dan 223 laporan polisi pada 2020. penanggulangan kejahatan siber atau
Selanjutnya terkait informasi cyber crimes yang semakin
hoaks atau kabar bohong juga meningkat Polri dalam hal ini
mengalami hal serupa. "2018 itu Bareskrim Mabes Polri telah
60 kasus, 2019 ada 97 kasus, dan berupaya melakukan sosialisasi
2020 menjadi 197 kasus yang mengenai kejahatan cyber dan cara
menyangkut hoaks. penanganannya kepada satuan di
2. Upaya Penanggulangan Kejahatan kewilayahan (Polda). Sosialisasi
Siber Di Indonesia tersebut dilakukan dengan cara
Belum optimalnya penegakan melakukan pelatihan (pendidikan
hukum terhadap cyber crimes kejuruan) dan peningkatan
disebabkan karena sarana dan fasilitas kemampuan penyidikan anggota Polri
penegakan hukum yang belum dengan mengirimkan personelnya ke
memadai. Penegakan hukum berbagai macam kursus yang
terhadap cyber crimes mutlak berkaitan dengan cyber crime.
memerlukan alat sebab karakteristik Pengiriman personel Polri tidak hanya
dari kejahatan ini adalah dilakukan terbatas dilakukan dalam lingkup
dengan alat baik yang berwujud nasional tetapi juga dikirim untuk
maupun yang tidak berwujud. mengikuti kursus di negara-negara
Penentuan waktu dan tempat maju agar dapat diterapkan dan
terjadinya cyber crimes ditentukan diaplikasikan di Indonesia.

53
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

Pelatihan, kursus dan ceramah daripadanya baik oleh norma – norma


kepada aparat penegak hukum lain hukum maupun oleh kekuatan-
(misalnya Jaksa dan Hakim) kekuatan di luar hukum.” Penegakan
mengenai cyber crime juga hukum berasal dari masyarakat dan
hendaknya dilaksanakan, dikarenakan bertujuan untuk mencapai kedamaian
Jaksa dan Hakim belum memiliki di dalam masyarakat. Oleh karena
satuan unit khusus yang menangani itu, dipandang dari sudut tertentu,
kejahatan dunia maya sehingga maka masyarakat dapat
diperlukan sosialisasi terutama mempengaruhi penegakan hukum
setelah disahkannya UU ITE agar tersebut. Pengaruh masyarakat dalam
memiliki kesamaan persepsi dan penegakan hukum ini ditelaah dari
pengertian yang sama dalam kesadaran hukum yang menjadi
melakukan penanganan terhadap indikator dari derajat kepatuhan
kejahatan siber. Jaksa dan Hakim hukum.
cyber sangat dibutuhkan seiring Kesadaran hukum masyarakat
dengan perkembangan tindak sangat diperlukan dalam berteknologi
pidana teknologi yang semakin dan rendahnya kesadaran hukum para
banyak terjadi di masyarakat yang netter menjadikan penegakan hukum
akibatnya dapat dirasakan di satu terhadap cyber crimes tidak berjalan
daerah, di luar daerah perbuatan yang optimal. Tidak adanya kesadaran
dilakukan bahkan di luar negeri. hukum para netter ini terlihat pada
Kurangnya sarana dan prasarana pemanfaatan sarana internet untuk
dalam penegakan hukum cyber crime, melakukan berbagai jenis tindak
sangat berpengaruh terhadap kinerja pidana salah satunya
aparat penegak hukum dalam memperjualbelikan layanan seks dan
menghadapi high tech crimes. berbagai jenis tindak pidana lainnya.
Pencegahan dan penanggulangan Kesadaran hukum dari para korban
terhadap cyber crimes membutuhkan untuk melaporkan kejahatan yang
pendekatan penal dan non penal yang dialaminya masih sangat sedikit.
integral dan membutuhkan Berdasarkan laporan Symantec
keterpaduan. Membicarakan bertajuk Norton Cybercrime Report,
masyarakat adalah suatu keharusan hampir satu dari dua (45 persen)
atau kewajiban yang melekat pada korban kejahatan siber (cyber crimes)
perbincangan mengenai hukum. tidak pernah menyelesaikan secara
Hukum dan masyarakatnya tuntas kejahatan cyber yang mereka
merupakan dua sisi dari satu mata alami. Padahal, sebanyak 86 persen
uang. Maka tanpa perbincangan pengguna yang disurvei mengaku
mengenai masyarakat terlebih dahulu, pernah menjadi korban pelaku
sesungguhnya berbicara tentang kejahatan tindak pindana cyber.19
hukum yang kosong.18 Korban dari kasus eksploitasi
Satjipto Rahardjo menyimpulkan seksual pun jarang ada yang
bahwa “setiap anggota masyarakat melaporkan, hal ini disebabkan
sebagai pemegang peranan ditentukan karena korban malu apabila ada
tingkah lakunya oleh pola-pola
peraturan yang diharapkan
19
18
Rahardjo, Satjipto. Hukum dan http://teknologi.vivanews.com/news/read/180241-
Perilaku: hidup baik adalah dasar hukum yang 45--korban-cybercrime-tak- melapor diakses pada
baik. Penerbit Buku Kompas, 2009.hlm.9. tanggal 8 Juli 2021.

54
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

orang yang mengetahui kejadian Kejahatan - kejahatan yang


yang dialaminya. berkaitan dengan kerahasiaan,
Kurangnya kesadaran hukum integritas dan keberadaan data
masyarakat berimplikasi dan dan sistem komputer perlu
pemahaman serta ketidaktaatan mendapat perhatian khusus,
mereka terhadap hukum. Dikdik M. sebab kejahatankejahatan ini
Arief Mansur dan Elisatris Gultom memiliki karakter yang berbeda
merumuskan beberapa alasan maka dari kejahatan – kejahatan
sampai saat ini kesadaran hukum konvensional
masyarakat Indonesia masih sangat b. Sistem perundang-undangan di
kurang, yakni: Sampai saat ini, Indonesia belum mengatur secara
kesadaran hukum masyarakat khusus mengenai kejahatan
Indonesia dalam merespon aktivitas komputer melalui media internet.
cyber crime masih dirasakan kurang. Beberapa peraturan yang ada
Hal ini disebabkan antara lain oleh baik yang terdapat di dalam
kurangnya pemahaman dan KUHP maupun di luar KUHP
pengetahuan (lack of information) untuk sementara dapat diterapkan
masyarakat terhadap jenis kejahatan terhadap beberapa kejahatan,
cyber crime. Lack of information ini tetapi ada juga kejahatan yang
menyebabkan upaya penanggulangan tidak dapat diantisipasi oleh
cyber crime mengalami kendala, undang-undang yang saat ini
dalam hal ini kendala yang berkenaan berlaku.
dengan penaatan hukum dan proses c. Hambatan – hambatan yang
pengawasan (controlling) masyarakat ditemukan dalam upaya
terhadap setiap aktivitas ang diduga melakukan penyidikan terhadap
berkaitan dengan cyber crime. cyber crime terkait dengan
Dengan demikian, kiranya tepatlah undang-undang ITE antara lain
jika dikatakan bahwa penegakan berkaitan dengan masalah
hukum yang optimal memerlukan perangkat hukum, kemampuan
kesadaran hukum dan kesadaran penyidik, alat bukti, dan fasilitas
moral dari masyarakat. komputer forensik. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk
D. KESIMPULAN mengatasi hambatan yang
Mengenai penanganan cyberlaw ditemukan di dalam melakukan
di Indonesia, maka dapat disimpulkan penyidikan terhadap cybercrime
beberapa hal, sebagai berikut: antara lain berupa
a. Modus operasi cybercrime sangat penyempurnaan perangkat
beragam dan terus berkembang hukum, mendidik para penyidik,
sejalan dengan perkembangan membangun fasilitas forensic
teknologi, tetapi jika diperhatikan computing, meningkatkan upaya
lebih seksama akan terlihat penyidikan dan kerja sama
bahwa banyak di antara kegiatan- nasional dan internasional, serta
kegiatan tersebut memiliki sifat melakukan upaya
yang sama dengan kejahatan – penanggulangan pencegahan.
kejahatan konvensional.
Perbedaan utamanya adalah
bahwa cybercrime melibatkan
komputer dalam pelaksanaannya.

55
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Perspektif Hukum Indonesia (Cyberlaw) Penanganan
Kasus Cyber Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Cyberlaw: Suatu Pengantar." Pusat


Studi Cyberlaw Fakultas Hukum
Buku-Buku UNPAD. ELIPS (2009).
US Department of Homeland Security,
Barda Nawawi Arif, 2001, Masalah American Cyber Security
Penegakkan Hukum & Kebijakan Enhancement Act of 2005.
Penanggulangan Kejahatan, Ctra
Aditya Bakti, Bandung, Peraturan PerUndang-undangan;
Daniel H Purwadi, Belajar Sendiri
Mengenal Internet Jaringan Undang-Undang Dasar 1945
Informasi Dunia, PT Elex Media Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Komputindo, Jakarta 1995, tentang Perubahan Atas Undang-
Edmon, Makarim,. Komplikasi Hukum Undang Nomor 11 Tahun 2008
Telematika. Jakarta: RajaGrafindo. tentang Informasi dan Transaksi
2003. Elektronik (UU ITE)
Golos P. R, “Penegakan Hukum Undang-Undang No. 14 tahun 2008
Cybercrime dalam sistem Hukum tentang Keterbukaan Informasi
Indonesia dalam seminar Pembuktian Publik
dan Penanganan Cybercrime di
Indonesia”. 2007.
Nasrullah, Sepintas Tinjauan Yuridis Baik
Aspek Hukum Materil Maupun
Formil Terhadap Undang-undang
Nomor 15/2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme. Makalah Pada Semiloka
tentang “Keamanan Negara” yang
diadakan oleh Indonesia Police
Watch bersama Polda Metropolitan :
Jakarta Raya.,2003
Nitibaskara, Tubagus Ronny Rahman.
Ketika kejahatan berdaulat: sebuah
pendekatan kriminologi, hukum dan
sosiologi. 2011
Mansur, Dikdik M. Arief. Cyber Law:
Aspek Hukum Teknologi Informasi.
Tiga Serangkai, 2007.
Rafiqul Islam, Interntional Trade Law,
London ; LBC, 1999
Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Perilaku:
hidup baik adalah dasar hukum yang
baik. Penerbit Buku Kompas, 2009.
Romli, Atmasasmita, Terori Kapita
Selekta Kriminologi. Bandung:
Refika Aditama. 2005.
Saefullah, Tien S. "Jurisdiksi sebagai
Upaya Penegakan Hukum dalam
Kegiatan Cyberspace, artikel dalam

56
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai