Analisis Regulasi Terhadap Tindakan Cyber Bullying
Sebagai Kejahatan Cyber Crime
Regulasi Hukum dan ICT
Dosen: DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Oleh:
Indra Widhi Arsyadi
55416110028
Magister Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana 2017 ANALISIS REGULASI TERHADAP TINDAKAN CYBER BULLYING SEBAGAI KEJAHATAN CYBER CRIME Indra Widhi Arsyadi Program Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta, Indonesia Email : allenavarro@gmail.com
Dosen: DR Ir Iwan Krisnadi MBA
secara online dengan resiko tertangkap yang sangat minim oleh
Abstract — Cyber Bullying merupakan sebuah individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih kejahatan jenis baru jika dilihat dari media yang besar baik untuk masyarakat maupun Negara. Selain digunakan, yaitu media elektronik. Fenomena ini menimbulkan kejahatan-kejahatan baru seiring dengan membutuhkan perhatian khusus dari para penegak hukum perkembangan teknolosi internet, menyebabkan munculnya karena semakin masifnya interaksi dalam dunia Cyber. kejahatan yang disebut dengan cybercrime atau kejahatan Fenomena Cyber Bullying dalam hukum Indonesia melalui jaringan internet. Oleh karena itu, dalam kejahatan dimasukkan ke dalam definisi pencemaran nama baik atau komputer dimungkinkan adanya delik formil dan delik materiil. penghinaan dimana definisi tersebut kurang memadai jika Delik formil yang dimaksudkan dalam kasus ini adalah dilihat bentuk-bentuk Cyber Bullying yang lebih dari perbuatan seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa sekedar pencemaran nama baik. izin, sedangkan delik materiilnya adalah perbuatan yang Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU- menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. VI/2008 telah memberikan sebuah Kepastian Hukum B. Perkembangan Cyber Crime di Indonesia terhadap ketentuan yang mengatur tentang fenomena Contoh yang akan dititikberatkan adalah cyber bullying, Cyber Bullying sehingga masyarakat menjadi lebih yaitu salah satu bentuk intimidasi yang dilakukan seseorang berhati-hati dalam beraktifitas melalui jaringan internet atau lebih untuk memojokkan, menyudutkan, mendiskreditkan dan media elektronik lainnya. orang lain melalui dunia cyber. Intimidasi ini tidak Kata kunci — cyber bullying, cyber crime, regulasi ITE sembarangan akibatnya, tak jarang kematian menjadi akhir dari cyber bullying. Karakteristik aktivitas di dunia cyber yang bersifat lintas batas yang tidak lagi tunduk pada batasan- I. PENDAHULUAN batasan teritorial dan hukum tradisional memerlukan hukum A. Latar Belakang responsif sebab pasal-pasal tertentu dalam KUHP dianggap tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan-persoalan Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui hukum yang muncul akibat aktivitas di dunia cyber. Pasal dalam KUHP yang relevan terhadap cyber bullying adalah internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi bagian Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP. Sedangkan Putusan MK terbesar dan pesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas Negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di Nomor 50/PUU-VI/2008 menyebutkan bahwa penghinaan secara offline tidak dapat menjangkau penghinaan secara dunia dapat diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet online karena ada unsur “di muka umum” dalam Pasal 310 atau disebut juga cyber space, apapun dapat dilakukan. Adapun dewasa ini, kerap terjadi penggunaan istilah ayat (1) dan ayat (2) KUHP. “maya” sebagai pengganti istilah “cyber”, karena definisi II. TUJUAN DAN SASARAN menurut KBBI kata “maya” hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada. Sedangkan “cyber” adalah terminologi yang Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini menggambarkan aktivitas yang nyata, riil, meskipun dalam adalah Untuk mngetahui unsur-unsur dari Cyber bentuk virtual. Segi positif dari dunia cyber ini tentu saja menambah tren Bullying sehingga dikatakan sebagai bentuk kejahatan. perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas Sementara itu adapun sasaran yang diharapkan manusia. tentunya untuk yang bersifat positif kita semua harus dalam penulisan ini adalah masyarakat lebih aware terhadap mensyukurinya karena banyak manfaat dan kemudahan yang bahaya cyber bullying serta lebih bijak dalam berkomentar didapat dari teknologi ini misalnya kita dapat melakukan maupun memberikan informasi, serta diharapkan dapat transaksi perbankan kapan saja dengan e- banking, e-commerce menjadi referensi dalam perkembangan regulasi Cyber juga membuat kita mudah melakukan pembelian maupun Crime di Indonesia, khususnya dalam Hukum Pidana terkait dengan analisis yuridis terhadap Putusan Mahkamah penjualan suatu barang tanpa mengenal tempat. Mencari Konstitusi dalam pengujian undang- undang. Selain itu, referensi atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga diharapkan juga dapat bermanfaat bagi kalangan praktisi IT bukanlah hal yang sulit dengan adanya e-library dan maupun teoritis hukum serta bagi masyarakat pada umumnya. banyak III. RUANG LINGKUP lagi kemudahan yang didapatkan dengan perkembangan Penulisan ini melingkupi relevansi Putusan Mahkama internet. Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi Konstitusi dengan unsur-unsur dari Cyber Bullying sehingga internet juga membawa dampat negatif yang tidak kalah dikatakan sebagai bentuk kejahatan (cyber crime) ditinjau dari banyak dengan manfaat yang ada. regulasi dan undang-undang ITE. Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian dan penipuan IV. PERMASALAHAN kini dapat dilakukan dengan menggunakan media komputer Cyber bullying dapat menjadi masalah yang kompleks, Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang terutama korban cyber bullying sebagaian besar yang terjadi berarti kejahatan. Secara yuridis, kejahatan berarti kepada anak-anak. Permasalahan yang dapat timbul dari anak- segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana yang anak yang menjadi korban cyber bullying adalah orang tua diatur dalam hukum pidana. Dari segi apa pun yang tidak terbiasa dan kurang memahami internet, instant dibicarakan suatu kejahatan perlu diketahui bahwa messenger, atau chat room seperti yang dilakukan anak-anak kejahatan bersifat relatif. Dalam kaitan dengan sifat mereka. Kurang perdulinya orang tua terhadap aktifitas relatifnya kejahatan, G. Peter Hoefnagels menulis berinternet anak-anak mereka dapat membuat anak-anak sebagai berikut; terjerat dari dampak cyber bullying yang berkelanjutan atau “We have seen that concept of crime is highly bahkan menjadi pelaku itu sendiri. realtive on common parlence. The use of term Pelaku cyber bullying mampu menutupi identitas asli “crime” in respect of the same behavior differs from mereka di dunia cyber dengan menggunakan nama samaran moment to moment (time), from group to group dan membuat banyak korbannya tidak berdaya. Kemajuan (place) and from context to (situation).” teknologi memungkinkan terjadinya cyber bullying untuk Kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma dilakukan secara rahasia dan tersembunyi dan lebih mudah hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan untuk dibagikan atau disiarkan. masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan, Terkait dengan masalah regulasi, Indonesia belum menjengkelkan sehinggah tidak boleh dibiarkan memiliki aturan khusus tentang cyber bullying. Meski tidak (negara bertindak). secara spesifik mengatur cyber bullying, aturan terkait hal ini 3. Sejarah Cyber Crime di Indonesia masih terakomodasi secara umum di dalam Undang-Undang Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri No 11 Tahun 2008 tentang Informasi Teknologi dan Yogyakarta tanggal 26 September 1983 Nomor Elektronik (ITE). Perbuatan yang dilarang dalam di dalam UU 33/1983Pid/PN.Yk, Cyber Crime telah terjadi di ITE yang terkait dengan cyber bullying tercantum dalam Pasal Indonesia sejak tahun 1983, yaitu dalam kasus 27 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) dan Pasal 29. Pasal-pasal pembobolan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang tersebut berisi tentang larangan pendistribusian dan Brigjen Katamso Yogyakarta. Pada tahun 1986 terjadi pentransmisian informasi elektronik dan/atau dokumen pembobolan Bank Negara Indonesia (BNI 46) dengan elektronik yang bermuatan perbuatan kesusilaan, penghinaan, cara menggunakan fasilitas komputer. Pada tahun 1990 pencemaran nama baik, dan pengancaman. terjadi Cyber Crime di Bandung, yaitu dalam kasus Adapun peraturan tentang “muatan menghina dan/atau pengopian secara tidak sah terhadap program Word pencemaran nama baik” yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Star versi 5.0. Dalam tahun-tahun berikutnya sampai UU ITE juga mengacu pada KUHP, khususnya dalam BAB saat ini, di Indinesia semakin banyak Cyber Crime XVI tentang penghinaan. Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP yang terjadi, misalnya cracking, pemalsuan kartu memberiakan dasar pemahaman atau esensi mengenai kredit (carding), pornografi, dan sebagainya. penghinaan atau pencemaran nama baik, yaitu tindakan 4. Cyber Crime Sebagai Kejahatan Jenis Baru menyerang kehormatan atau nama baik orang lain dengan Sejak adanya Convention on Cyber Crime tahun maksud diketahui oleh umum. Selain pasal-pasal di atas, 2001, istilah kejahatan yang berhubungan dengan regulasi mengenai perlindungan terhadap cyber bullying komputer sering disebut cyber crime. Munculnya telah dirumuskan secara umum pada Pasal 28D ayat (1) beberapa kasus cyber crime di Indonesia, seperti UUD 1945 yang menyatakan: pembajakan kartu kredit, pembajakan beberapa situs, "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, menyadap transmisi data orang lain, dan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah hadapan hukum ". yang tidak dikehendaki ke dalam program komputer telah membentuk opini publik para Pasal-pasal dari beberapa peraturan perundang-undangan yang pengguna jasa internet bahwa cyber crime telah disebutkan di atas masih digunakan sebagai acuan karena merupakan suatu perbuatan yang merugikan bahkan pengaturannya kurang spesifik. Untuk memberi perlindungan amoral. terhadap korban cyber bullying dibutuhkan pengaturan yang Abdul Wahid dan Mohammad Labib lebih spesifik agar upaya perlindungan lebih efektif. mengemukakan bahwa Cyber Crime adalah segala Pengaturan yang khusus tersebut dapat berbentuk Undang- macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan Undang yang baru, maupun revisi Undang-Undang yang kriminal dan/atau kriminal berteknologi tinggi dengan sudah ada. menyalahgunakan kemudahan teknologi digital. Sebagaian besar perbuatan cyber crime dilakuakan V. METODOLOGY oleh seseorang yang sering disebut cracker. A. Studi Literatur Perbuatan para cracker juga telah melanggar hak-hak 1. Pengertian Cyber pengguna jasa internet sebagaimana digarikan dalam Kata cyber dalam cyberspace, cybercrime, The Declaration or The Rights or Netizen yang dan cyberlaw, serta istilah lain yang menggunakan dimaksuk eleh Ronda Hauben dan Muchael Mauben kata cyber berkembang dari penggunaan terminologi mengingakan bahwa pada saat memperluas hukum cybernetics oleh Norbert Wiener pada tahun 1948 pidana, seharusnya terdapat spesifikasitentang dalam bukunya yang berjudul Cybernetics or batas-batas pengertian dari suatu perbuatan baru yang Control and Communication in the Animal and the dilarang sehingga dapat dinyatan sebagai pernuatan Machine. pidana dan juga dapat dibedakan denan misalnya Menurut Lawrence Lessig, Cybernetics adalah: sebagai suatu perbuatan perdata. Berdasarkan ”cybernetic”, the study of control at a distance pemikiran bahwa cyber crime merupakan gejala through devices.” sosial, maka dapat dipahami bahwa cyber crime Yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan merupakan konsekuensi logis dan merupakan akses tentang mengatur atau mengarahkan sistem mulai negatif dari perkembangan teknologi informasi dan dariyang paling sederhana hingga yang paling komunikasi. Cyber crime merupakan gejala sosial kompleks dengan cara memahami sistem dan perilaku yang sudah mengarah pada ranah hukum pidana yaitu terlebih dahulu dan mengaturnya dari luar sistem berupa kejahatan. Cyber crime bukan hanya melalui berbagai alat, cara, dan metode. dianggap sebagai masalah individual, atau lokal, 2. Pengertian Crime atau nasional, melainkan sudah menjadi permasalahan dan segala kegiatan yang bersifat global. merugikan hak milik orang lain. 5. Klasifikasi Cyber Crime 3) Cyber crime yang menyerang Cyber crime memiliki karakteristik dan jenis-jenis pemerintah (Against Government). tertentu, yaitu berdasarkan jenis aktifitas yang Cyber crime Against Government dilakukan, motif, dan sasaran kejahatan, berikut jenis- dilakukan dengan tujuan khusus jenis Cyber crime: penyerangan terhadap pemerintah. a. Unauthorized Access Kegiatan tersebut misalnya cyber b. Illegal Contents terrorism sebagai tindakan yang c. Data Forgery mengancam pemerintah termasuk juga d. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion cracking ke situs resmi pemerintah atau e. Cyberstalking situs militer. f. Carding g. Hacking dan Cracking 6. Sejarah Pengaturan Cyber Crime h. Hijacking a. Dalam Hukum Internasional i. Cyber Terrorism Upaya pengaturan Cyber crime dirintis sejak tahun 1997. Rancangan Undang-Undang Pemerintah a. Berdasarkan motif kegiatan: 1) Cyber crime sebagai tindakan murni kriminal. Federal Amerika Serikat merupakan rancangan yang Kejahatan jenis ini biasanya paling lengkap pertama kali di dunia. Selanjutnya, menggunakan internet hanya sebagai sarana Dewan Eropa membentuk panitia ahli yang kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini bertugas mengkaji Cyber crime, kemudian menghasilkan adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu rekomendasi yang yang diadopsi oleh Dewan Eropa kredit milik orang lain untuk digunakan pada tanggal 13 September 1989. Hasil pembahasan oleh dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet PBB terhadap rekomendasi tersebut akhirnya diadopsi (webserver, mailing list) untuk oleh Dewan Eropa pada tanggal 11 September 1995, menyebarkan material bajakan. Pengirim e- termasuk rekomendasi lain yang berkaitan dengan mail anonim yang berisi promosi persoalan hukum acara terhadap kejahatan yang (spamming) juga dapat dimasukkan dalam berhubungan dengan teknologi informasi. contoh kejahatan yang menggunakan Negara-negara yang tergabung dalam internet sebagai sarana. Di beberapa negara Government-8 (G-8), sejak tahun 1977 membentuk maju pelaku spamming dapat dituntut panitia khusus yang bertugas mengkaji penanganan dengan tuduhan pelanggaran privasi. Cyber crime. Berkaitan dengan upaya tersebut, 2) Cyber crime sebagai kejahatan “abu-abu” Universitas Stanford California Amerika Serikat juga Pada jenis kejahatan di internet yang merancang The Stanford Proposal for an International masuk dalam wilayah “abu-abu”, cukup Convention on Cyber crime and Terrorism pada tahun sulit menentukan apakah itu merupakan 1999.proposal ini menjadi dasar pembuatan Proposal for tindak kriminal atau bukan mengingat motif an International Convention on Cyber Crime and kegiatannya terkadang bukan untuk Terrorism pada tahun 2000. kejahatan. Salah satu contohnya adalah Convention on Cyber crime dibuka untuk probing atau portscanning. Ini adalah ditandatangani oleh negara-negara anggota sejak 23 sebutan untuk semacam tindakan pengintaian November 2001, tetapi baru mulai berlaku pada terhadap sistem milik orang lain dengan tahun 2004. Sebagaimana terlihat dari jumlah negara mengumpulkan inormasi sebanyak- yang telah menjadi anggota konvensi baik dari dalam banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk maupun dari luar Council of Europe, dapat dikatakan sistem operasi yang digunakan, port-port bahwa CoC nmerupakan instrumen hukum yang ada, baik yang terbuka maupun yang internasional yang paling banayak dijadikan acuan tertutup, dan sebagainya. utama dalam pembentukan peraturan perundang- b. Berdasarkan sasaran kejahatan: undangan mengenai tindak pidana Cyber oleh negara- 1) Cyber crime yang menyerang individu negara di dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian besar (Against Person) dari materi dalam konvensi ini telah diterapkan Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ditujukan kepada perorangan atau Informasi dan Transaksi Elektronik yang akan individu yang memiliki sifat atau dijelaskan dalam bagian selanjutnya. kriteria tertentu sesuai tujuan b. Dalam Hukum Indonesia penyerangan tersebut. Beberapa contoh Saat ini ketentuan Cyber crime di Indonesia banyak kejahatan ini antara lain: diatur dalam UU-ITE, walaupun Undang-Undang i) Pornografi tersebut sebagaian besar adalah tentang transaksi ii) Cyberstalking elektronik daripada kejahatan Cyber. Sebelum iii) Cyber Bullying diberlakukan UU-ITE, Cyber crime di Indonesia iv) Cyber Trespassing sudah diatur, namun masih tersebar di beberapa 2) Cyber crime yang menyerang hak milik Undang-Undang. Namun demikian, setelah ada UU- (Against Property) ITE pun, ketentuan dalam beberapa UU tersebut tetap Cyber crime yang dilakukan untuk berlaku, antara lain sebagai berikut. mengganggu atau menyerang hak milik 1) Undang-Undang Republik Iindonesia No.6 orang lain. Beberapa contoh kejahatan Tahun 1982 tentang Hak Cipta, kemudian jenis ini misalnya pengaksesan komputer diubah melalui Undang-Undang Republik secara tidak sah melalui dunia cyber, Iindonesia No.7 Tahun 1987 tentang pemilikan informasi elektronik secara Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 tidak sah/pencurian informasi, carding, Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Akhirnya cybersquating, hijacking, data forgery kedua UU tersebut diganti dengan Undang- Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2002 posting cruel text and/or graphics using tentang Hak Cipta Pasal 49 dalam ayat (3) yang technological means.” berbunyi: Menurut Oxford Dictionary, Cyber Bullying “Lembaga Penyiaran memiliki hak memiliki arti: eksklusif untuk memberikan izin atau “the use of electronic communication to bully melarang pihak lain yang tanpa a person, typically by sending messages of an persetujuannya membuat, memperbanyak, intimidation or threatening nature” dan/atau menyiarkan ulang karya siarnya Dengan kata lain, Cyber Bullying adalah melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, apabila seseorang menggunakan alat atau melalui sistem elektromagnetik lain.” komunikasi elektronik untuk mem-bully 2) Undang-Undang Republik Indonesia No.36 seseorang, khususnya mengirimkan pesan yang Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dalam berisi intimidasi atau ancaman. Pasal 40 yang berbunyi: Cyber Bullying adalah bentuk bullying “Setiap orang dilarang melakukan yang menggunakan alat-alat bantu seperti: kegiatan penyadapan atas informasi yang a) Media Sosial disalurkan melalui jaringan telekomunikasi b) Handphone dalam bentuk apapun.” c) Gambar/video 3) Undang-Undang Republik Indonesia No.32 d) E-mail Tahun 2002 tentang Penyiaran dalam Pasal e) Website 36 ayat (5) yang berbunyi: f) Game Online “Isi siaran dilarang: Dari defenisi-defenisi diatas tentang a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan Cyber Bullying, dapat disimpulakan bahwa dan/atau bohong; Cyber Bullying merupakan suatu perbuatan b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dan perjudian, penyalah- gunaan narkotika dan bertujuan untuk menyakiti dan/atau menghina obat terlarang; atau orang lain baik yang tidak dapat membela diri c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan secara verbal maupun non-verbal dan antargolongan.” dilakukan secara terus-menerus dengan Dan pasal 36 ayat (6) yang berbunyi : menggunakan media elektronik/teknologi “Isi siaran dilarang memperolokkan, digital. Cyber Bullying dapat dikategorikan merendahkan, melecehkan dan/atau sebagai Cyber crime berdasarkan defenisi mengabaikan nilai-nilai agama, martabat dari bullying itu sendiri. manusia indonesia, atau merusak Perbedaan antara Bullying biasa dengan hubungan internasional.” Cyber Bullying adalah sebagai berikut: Professor Dan Olweus pada tahun 1993 a) Dalam Cyber Bullying korban tidak telah mendefenisikan bullying yang mengandung punya peluang untuk bersembunyi, dan tiga unsur mendasar perilaku bullying, yaitu: dapat menerima “serangan” kapan pun a) Bersifat menyerang (agresif) dan negatif. dan saat berada dimanapun. b) Dilakukan secara berulang kali. b) Cyber Bullying itu dapat menjangkau c) Adanya ketidakseimbangan kekuatan area yang sangat luas, seluas jaringan antara pihak yang terlibat. internet. Sedangkan jenis-jenis perilaku bullying c) Pelaku Cyber Bullying relatif lebih menurut Astuti antara lain: aman karena terlindung berkat a) Kekerasan fisik (mendorong, anonimitas dari bentuk kontak yang menendang, memukul, menampar). dipergunakannya, sehingga mereka lebih b) Secara verbal (misalnya panggilan yang sulit untuk “ditangkap” bersifat mengejek atau celaan). Ada berbagai macam tindakan Cyber c) Secara non-verbal (misalnya Bullying yang dirangkum oleh Willard, memanipulasi pertemanan, menatap yaitu: dengan muka mengancam, a) Pertama, Flaming: mengasingkan, dan menakut-nakuti) “Online fights using electronic messages with angry and vulgar language.” c. Defenisi Cyber Bullying Yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya Istilah cyber bullying dikenalkan oleh merupakan kata-kata yang penuh amarah Bill Belsey dari Kanada, dan istilah ini dan frontal. Istilah “flame” ini pun berkembang begitu cepat. Cyber bullying merujuk pada kata-kata di sebuah pesan yang memiliki defenisi yang berbeda-beda. Berikut berapi-api. ini adalah defenisi cyber bullying menurut b) Kedua, Harassment: para ahli: Cyber bullying is the use of “Repeatedly sending nasty , mean and technology to intimidate, victimize, or bully insulting messages” Merupakan Cyber an individual or group. Cyber bullying Bully yang berisikan pesan-pesan adalah penggunaan teknologi untuk gangguan pada e-mail, sms, maupun mengintimidasi, menjadikan korban, atau pesan teks di jejaring sosial yang mengganggu individu atau sekelompok orang. dilakukan secara terus-menerus. Dalam Pendapat lain tentang cyber bullying dari model harassment ini, biasanya si Mason adalah: pelaku hendak menjatuhkan mental “Cyber bullying is an individual or a group dan psikis korbannya. Dengan willfully using information and communication menggunakan kata-kata kotor dan involving electronic technologies to facilitate juga ancaman-ancaman yang menteror deliberate and repeated harassment or threat jiwa korban. to another individual or group by sending or c) Ketiga, Denigration: “Dissing someone online. Sending or Masjid Agung Kota Tasikmalaya yang dimuat posting gossip or rumors about a person dalam situs Tokobagus.com. Widya merasa to damage his or her reputation or dirugikan karena namanya dan nomor friendships.” teleponnya dicatut oleh orang yang tak Yakni proses yang mengumbar keburukan bertanggungjawab dalam bisnis penjualan seseorang di internet dengan maksud online. Nama dan nomor teleponnya terpampang merusak reputasi dan nama baik orang jelas sebagai pemasang iklan penjualan Masjid tersebut. Intinya adalah si pelaku hendak Agung Tasikmalaya di Tokobagus.com. akibat mencemarkan nama baik seseorang, dan dari terpampangnya nama dan nomornya, ia biasanya korbannya adalah orang-orang merasa tercemar namanya dan sering menerima yang memiliki sisi “lebih” dari orang lain, pesan singkat berupa cacian dan makian dari baik dalam hal jabatan, harta, dan juga orang-orang. Kasus Widya ini masuk ke dalam popularitas. kategori impersonation, yaitu pelaku berpura- d) Keempat, Impersonation: pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan- “Pretending to be someone else and pesan atau status yang tidak baik, agar orang lain sending or posting material to get that mengira bahwa status atau pesan tersebut adalah person in trouble or danger or to damage asli dari korban. that person’s reputation or friendships.” Adalah berpura-pura menjadi orang lain VI. PEMBAHASAN dan mengirimkan pesan- pesan atau status A. Unsur-unsur yang Menjadikan Cyber Bullying yang tidak baik, agar teman korban sebagai Sebuah Kejahatan. mengira bahwa status atau pesan Cyber bullying merupakan sebuah kejahatan tersebut adalah asli dari si korban jenis baru jika dilihat dari media yang dengan maksud mencemarkan reputasi digunakan, yaitu media elektronik. Fenomena atau pertemanan si korban. ini membutuhkan perhatian khusus dari e) Outing: para penegak hukum karena semakin “Sharing someone’s secrets or masifnya interaksi dalam dunia cyber. Fenomena embarassing information or images cyber bullying dalam hukum Indonesia online.”38 dimasukkan ke dalam definisi pencemaran nama Yaitu menyebarkan rahasia orang lain, baik atau penghinaan dimana definisi atau foto-foto pribadi orang lain dengan tersebut kurang memadai jika dilihat bentuk- maksud mengumbar keburukan atau bentuk cyber bullying yang lebih dari sekedar privasi orang lain tersebut. Bedanya pencemaran nama baik. Ditambah lagi dengan denigration di atas adalah terletak ketidaklengkapan definisi atas cyber bullying pada jenis objek medianya; outing dapat menyebabkan aktivitas jurnalistik yang lebih menggunakan pada foto-foto dan sejatinya merupakan penjaminan akan hak video pribadi, sedangkan denigration lebih kebebasan untuk menyebarluaskan opini kepada pada pendeskripsian melalui tulisan. publik pun dapat dinilai sebagai pencemaran Akan tetapi, tujuannya adalah sama- nama baik bagi mereka yang merasa dicemarkan sama menjatuhkan harga diri seseorang. nama baiknya. f) Trickery: Setelah elaborasi yang telah dijelaskan pada “Talking someone into revealing secrets Bab II, unsur-unsur dari Cyber Bullying yang or embarassing information, then sharing menjadikannya sebagai sebuah kejahatan. it online.” Berdasarkan pengertian kejahatan yang telah Membujuk seseorang dengan tipu daya dijelaskan sebelumnya, dapat diartikan bahwa agar mendapatkan rahasia atau foto kejahatan adalah suatu perbuatan yang pribadi orang tersebut yang bertujuan melanggar norma-norma yang ada di masyarakat untuk disebarkan secara online. yang bersifat merugikan dan menimbulkan g) Exclusion: akibat-akibat tertentu yang nyata. Pelanggaran “Intentionally and cruelly excluding atas norma tersebut dapat menyebabkan someone from an online group.” timbulnya suatu reaksi, baik berupa Secara sengaja dan kejam mengeluarkan hukuman, cemohan atau pengucilan. Norma itu seseorang dari grup online. merupakan suatu garis untuk membedakan h) Cyberstalking: perbuatan terpuji atau perbuatan yang wajar “Repeated, intense harassment and pada suatu pihak, sedang pada pihak lain adalah denigration that includes threat or creates suatu perbuatan tercelang. Menurut para ahli, significant fear.” kejahatan memiliki pengertian secara umum Yaitu mengganggu dan mencemarkan nama yaitu perbuatan yang disengaja dan baik seseorang dan mengumbar keburukan menimbulkan akibat-akibat yang merugikan, orang tersebut secara berulang-ulang dan selain itu kejahatan memiliki unsur-unsur yaitu intens dengan unsur ancaman sehingga kerugian yang dimaksud harus dilarang oleh membuat ketakutan besar pada orang undang-undang, harus ada maksud jahat, harus tersebut. Tak jarang ketakutan yang ada hubungan sebab akibat diantara kerugian ditimbulkan bisa berujung pada kematian, yang dilarang undang-undang dengan perbuatan stres, dan depresi yang berlebihan. yang disengaja atas keinginan sendiri, harus ada 2. Kasus Cyber Bullying Di Indonesia hukuman yang telah ditetapkan oleh undang- Salah satu kasus cyber bullying yang pernah di undang. Indonesia adalah kasus yang menimpa Widya Dari definisi Cyber Bullying, unsur-unsur dari Sru Rahayu (15), warga Kampung/Kelurahan kata Cyber sendiri adalah sebuah media Simagalih, Kecamatan Indihiang yang dicatut elektronik yang terhubung ke dalam suatu namanya dalam iklan Masjid Agalih, Kecamatan jaringan komputer di seluruh dunia dan Indihiang yang dicatut namanya dalam iklan berfungsi untuk berkomunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online. Dengan intinya unsur pencemaran nama baik dan kata lain, Cyber adalah sebuah dimensi baru penghinaan di dunia cyber telah dipayungi oleh yang terkomputerisasi dimana kita dapat dengan Undang-Undang ITE yang tidak dapat bebas memindahkan informasi dan mengakses dipisahkan dari norma hukum pokok dalam data yang berupa audio dan visual. Sedangkan KUHP. unsur-unsur Bullying adalah kecenderungan Karakteristik internet. Anonymity atau seseorang atau kelompok dalam melakukan pseudonimity adalah salah satu karakteristik tindakan menyakiti orang lain dengan dari internet. Maksudnya adalah setiap orang berulang-ulang secara sengaja untuk melukai, dapat menggunakan nama lain selain nama membuat korbannya merasa tidak nyaman diri yang sebenarnya. Oleh karena itu, sangat dan takut, secara fisik, verbal, dan mental dan besar kemungkinan subyek hukum yang dilakukan dengan perasaan senang. melakukan interaksi yang dilakukan dalam Berdasarkan kedua unsur diatas, maka dunia maya sulit untuk diketahui. Dengan kata Cyber Bullying adalah tindakan agresif lain, setiap orang dapat menyalahgunakan yang dilakukan oleh kelompok maupun kebebasan yang diperolehnya secara sistematis individu dalam melakukan tindakan sebagai konsekuensi pola komunikasi di menyakiti orang lain dengan berulang-ulang internet yang tidak dapat mewajibkan setiap dengan sengaja untuk melukai dan membuat orang mencantumkan identitas dirinya secara korbannya merasa tidak nyaman dan takut benar. Untuk menelusuri, mengungkapkan, atau secara verbal ataupun non- verbal yang mencari siapa pelakunya hanya merupakan dilakukan dengan menggunakan media kewenangan dan tanggung jawab aparat elektronik/teknologi digital. penyidik. Dalam hal ini proses penelusuran Menurut pengertian umum, Cyber Bullying untuk menemukan siapa pelaku tersebut juga merupakan sebuah kejahatan karena suatu memerlukan keahlian dan kemampuan tertentu, perbuatan yang merusak nama baik atau khususnya keahlian dan kemampuan dalam hal kehormatan seseorang adalah perbuatan yang perolehan dan penanganan bukti digital (digital bertentangan dengan asas-asas hukum yang evidence). hidup dalam keyakinan manusia dan terlepas dari undang-undang jika dikaitkan dengan B. Relevansi Putusan Mahkamah Konstitusi pengertian kejahatan. Selain itu, menurut Nomor 50/PUU-VI/2008 Terkait Dengan Fenomena pengertian moral, tindakan pencemaran nama Cyber Bullying. baik adalah suatu perbuatan yang merugikan Pengaturan kejahatan berdimensi baru yang orang lain dan bertentangan dengan norma- beraspek gobal maupun bersifat transnasional, norma yang berlaku di masyarakat, dimana apabila ditempatkan pada keseluruhan peraturan setiap orang berhak bebas dari penyiksaan atau hukum pidana nasional mencakup peraturan perlakuan yang merendahkan derajat martabat hukum pidana umum dalam KUHP. Dengan manusia dengan bunyi Pasal 28G ayat (2) UUD berkembangnya jaman, untuk menanggulangi 1945. kejahatan berdimensi baru seperti kejahatan Menurut hukum internasional, Cyber komputer dan kejahatan internet (cyber crime) Bullying dikategorikan sebagai Cyber Crime diperlukan suatu peraturan yang baru pula. dan hukum internasional yang mengatur hal itu Oleh sebab itu, UU No. 8 Tahun 2011 tentang adalah dari Convention on Cyber Crime dimana Informasi dan Transaksi Elektronik diciptakan konvensi tersebut merupakan instrumen untuk melakukan hukuman bagi para pelanggar hukum internasional yang paling banyak atau pelaku kejahatan Cyber Crime. Salah satu dijadikan acuan utama dalam pembentukan bentuk spesifik dari Cyber Crime adalah peraturan perundang-undangan mengenai Cyber Bullying, yang seperti telah dijelaskan tindak pidana Cyber Crime oleh negara- negara pada Bab sebelumnya merupakan suatu bentuk di dunia. tindak kejahatan, Cyber Bullying dapat Menurut Undang-Undang ITE, konten yang dikategorikan sebuah kejahatan jenis baru jika memiliki muatan penghinaan dan/atau dilihat dari media yang digunakan, yaitu media pencemaran nama baik seperti yang elektronik. Tindakan Cyber Bullying memiliki tercantum pada Pasal 27 ayat konten yeng dampak-dampak negatif bagi para memiliki muatan yang ditujukan untuk korbannya, khususnya dampak psikologis menimbulkan rasa kebencian atau yang dapat membuat korbannya kehilangan permusuhan individu dan/atau kelompok kepercayaan dirinya dan dampak psikologis masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, terburuk adalah hasrat korban untuk ras, dan antargolongan (SARA) seperti yang mengakhiri hidupnya. tercantum pada Pasal 28 ayat (2), konten yang Seperti pada kasus Cyber Bullying berisi ancaman kekerasan atau menakut- yang terjadi di Amerika, korbannya nakuti yang ditujukan secara pribadi seperti bernama Amanda Todd yang di-bully yang tercantum dalam Pasal 29 merupakan melalui internet yang pada akhirnya unsur- unsur dari Cyber Bullying yang secara mengakhiri hidupnya karena beratnya eksplisit menyatakan bahwa tindakan tersebut tekanan yang ia terima. Cyber Bullying sudah merupakan tindak kejahatan yang dapat di nilai sebagai suatu permasalahan yang harus dipidana. mendapatkan perhatian yang lebih dari para Berdasarkan penjelasan beberapa unsur penegak hukum, karena kasusnya yang semakin diatas, maka Cyber Bullying termasuk dalam marak terjadi baik di dunia internasional kategori tindak pidana di dalam dunia Cyber dan maupun di Indonesia. Telah adanya suatu pelakunya dapat dijerat oleh Undang-Undang definisi yang komprehensif mengenai Cyber yang berlaku, walaupun pada kenyataannya Bullying di dalam Massachussetts Law beberapa jenis dari Cyber Bullying belum memberikan suatu batasan-batasan dan diatur secara rinci dalam UU ITE, namun pada kategorisasi untuk http://muda.kompasiana.com/2012/10/19/aman penyelidikan terhadap pelaku cyber bullying, da-todd-gadis-umur-15-tahun-bunuh-diri- pemerintah berperan dalam menyelenggarakan akibat-di-bully-496738.html, diakses 23 Juni suatu strategi technical approach yaitu 2017 mengidentifikasi suatu tindakan Cyber pemantauan konten- konten yang ada dalam Bullying. Ketidaklengkapan definisi tersebut dunia cyber dengan bekerjasama dengan para dapat menjadikan siapapun menjadi pelaku penyedia layanan internet. Cyber Bullying, bahkan aktivitas jurnalistik 2. Dilihat dari kurangnya payung hukum bagi yang sejatinya merupakan penjaminan akan hak korban cyber bullying di Indonesia, Pasal 27 kebebasan untuk menyebarluaskan opini ayat (3) UU ITE masih dapat dijadikan acuan kepada publik pun dapat dinilai sebagai bagi mereka yang merasa menjadi korban cyber pencemaran nama baik bagi mereka yang bullying. Oleh karena itu, dari Putusan MK merasa dicemarkan nama baiknya. Bahkan di Nomor 50/PUU-VI/2008, diharapkan beberapa negara, kasus penghinaan atau masyarakat maupun jurnalis yang melakukan pencemaran nama baik telah dimasukkan ke aktivitas di dunia cyber dapat mengadukan dalam ranah perdata karena hal tersebut bullying yang dilakukan terhadapnya merupakan konflik antar individu. Indonesia berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, bukan yang masih memasukkan perbuatan Pasal 310 dan 311 KUHP. pencemaran nama baik dan penghinaan di dalam hukum pidana memiliki hukuman yang dinilai cukup berat. Pasal yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku Cyber Bullying adalah Pasal 310 dan 311 KUHP dan Pasal 27 ayat (3) DAFTAR PUSTAKA UU ITE tentang pencemaran nama baik. Tindak pidana pencemaran nama baik dalam Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan KUHP diatur sebagai delik aduan dimana harus Mayantara (Cyber Crime)., Jakarta, PT. Refika adanya suatu aduan dari korban yang merasa Aditama, 2005. telah dicemarkan nama baiknya agar si pelaku dapat dijerat oleh pasal tersebut. Aloysius Wisnubaroto Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan penyalahgunaan komputer. Universitas Atmajaya, Yogyakarta 1999. VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Andri Priyatna, Let’s End Bullying: Memahami, Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat Mencegah, dan Mengatasi Bullying. Jakarta, PT disimpulkan beberapa hal mengenai keterkaitan Elex Media Komputindo, 2010, hal. 32 antara cyber bullying dengan Putusan MK nomor (http://books.google.co.id/books?id=ewhQu2DfhxwC& 50/PUU-VI/2008, antara lain: pg=PA9 0&lpg=PA90&dq), diakses 23 Juni 2016. 1. Berdasarkan dari pengertian Cyber Bullying pada BAB sebelumnya, penguraian Coloroso, Barbara, The Bully, The Bullied, and unsur-unsurnya secara umum telah memenuhi The Bystander: From Preschool to High School dan dapat dikategorikan sebagai sebuah (How Parents and Teachers Can Help Break the kejahatan. Terlebih lagi regulasi pengaturannya Cycle of Violence) Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, telah dimuat dalam UU ITE dan KUHP 2007. hal. 16 meskipun penjabaran dari kata Cyber (http://www.swlauriersb.qc.ca/english/edservices/pedres Bullying itu sendiri belum memberikan ources /bullying/bully.pdf), diakses 23 Juni 2016. penjelasan yang lebih akurat dan masih bersifat penafsiran. Insan Darmawan, “Hukum di Indonesia Tentang 2. Putusan Mahkamah Konstitusi telah Cybercrime”, Jurnal Dampak Etika Komputer mempertegas adanya kepastian hukum dalam Terhadap Kejahatan Dunia Maya (Cyber Crime), 1:1, penerapan Pasal 27 ayat (3) Undang- Lampung, Mei 2010. Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE yang mengelaborasi Cyber Bullying secara Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara lebih mendalam, yg membedakannya dari Pasal Efektif Mengatasi K.P.A. Jakarta, PT. Grasindo, 2008. 310 KUHP yang bersifat limitatif secara teritori keberlakuan yurisdiksional dan media yang digunakan. Dengan kata lain, Putusan MK Raden Subekti, Hukum Pembuktian. Pradnya Nomor 50/PUU-VI/2008 telah memberikan Paramita, Jakarta, 1995. Sejiwa, Bullying: Mengatasi sebuah Kepastian Hukum terhadap ketentuan Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta, Grasindo, 2008. yang mengatur tentang fenomena Cyber Bullying. Nancy E. Willard, Cyberbullying and Cyberthreats: B. Saran Responding to the Challenge of Online Aggression, Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran Threats, and Distress. United States, Research Press, yang dapat direkomendasikan adalah sebagai 2007, hal. 255. berikut: (http://books.google.co.id/books?id=VyTdG2BTnl4C& 1. Aparat penegak hukum harus mampu printsec=frontcover#v=onepage&q=flaming&f=false), mengikuti perkembangan teknologi yang diakses 23 Juni 2016. semakin pesat agar setiap tindak kejahatan khususnya cyber bullying dapat ditanggulangi Walden, Ian, Computer Crimes and Digital secara efektif dan pelakunya tidak dapat lepas Investigations. Oxford University Press, New York, 2007. dari jerat hukum. menanggapi karakteristik dunia cyber yang memiliki sifat anonim dan tidak terbatas yang menyebabkan sulitnya Massachusetts Law (General Laws ch.71, Section 370,2014). (https://malegislature.gov/Laws/GeneralLaws/PartI/Titl eXII/Chapter71/Section37O), diakses 23 Juni 2016.
Bhat, C.S. Cyber bullying: Overview and strategies for
school counselors, guidance officers, and all school personnel. Australian Journal of Guidance & Counseling, 18 (1), 2008.