Anda di halaman 1dari 26

Cyber crime dan Transaksi Elekronik dalam UU No.

11 Tahun 2008 tentang


ITE

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era informasi (information age), keberadaan suatu informasi
mempunyai arti dan peranan yang sangat penting di dalam aspek kehidupan
sehingga ketergantungan akan tersedianya informasi semakin meningkat. Perubahan
bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi (information society)
memicu perkembangan teknologi informasi (information technology revolution) yang
menciptakan perangkat teknologi yang kian canggih dan informasi yang berkualitas.
”Kita telah berada dalam teknologi elektronik yang berbasiskan lingkungan digital,
contohnya komputer pribadi, mesin fax, penggunaan kartu kredit, dan hal-hal
lainnya”.1
Hal yang membuat internet memiliki peran yang sangat penting adalah potensi yang
dimilikinya sebagai media teknologi informasi, antara lain :
1. Keberadaannya sebagai jaringan elektronik publik yang sangat besar;
2. Mampu memenuhi berbagai kebutuhan berinformasi dan berkomunikasi
secara murah, cepat, dan mudah diakses, dan;
3. Menggunakan data elektronik sebagai media penyampaian pesan/data
sehingga dapat dilakukan pengiriman, penerimaan, dan penyebarluasan
informasi secara mudah dan ringkas.
Di Indonesia, perkembangan teknologi informasi semakin pesat dan
pengggunanya pun semakin banyak tetapi perkembangan ini tidak diimbangi dengan
perkembangan produk hukumnya. Data atau informasi elektronik akan diolah dan
diproses dalam suatu sistem elektronik dalam bentuk gelombang digital (digital
information). Dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat, diiringi dengan
terjadinya perikatan antar pihak yang dilakukan dengan cara pertukaran informasi
untuk melakukan transaksi perdagangan secara elektronik di ruang lingkup maya
(cyber). Akan tetapi kerap timbul dampak negatif dari perkembangan teknologi
informasi tersebut salah satu contohnya seperti pembobolan rekening nasabah

1 Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika, Rajagrafindo Perkasa, Jakarta, Hlm. 31

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 1
secara online melalui dunia maya (cyber). Secara teknis, informasi dan/atau sistem
informasi itu sendiri sangat rentan untuk tidak berjalan sebagaimana seharusnya
(malfunction), dapat diubah-ubah ataupun diterobos oleh pihak lain. Untuk
melindungi kerahasiaan informasi pribadi dari ancaman pelanggaran kerahasiannya,
dibutuhkan keamanan data (data security), keamanan computer serta jaringannya.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat selama ini telah
membawa banyak perubahan terhadap pola kehidupan sebagian besar masyarakat
Indonesia. Perubahan pola kehidupan tersebut terjadi hampir di semua bidang, baik
sosial, budaya, ekonomi, maupun bidang lainnya. Perubahan tersebut antara lain
dengan berkembangnya penggunaan teknologi internet (telematika) yang
merupakan salah satu bagian dari perkembangan teknologi informasi. Salah satu
perubahan yang sangat besar akibat berkembangnya teknologi informasi adalah
dalam bidang ekonomi. Perkembangan teknologi informasi secara signifikan telah
mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi digital. Sistem
digital ini memungkinkan dunia usaha melakukan suatu transaksi dengan
menggunakan media elektronik yang lebih menawarkan kemudahan, kecepatan, dan
efisiensi. Oleh karena itu, tidak mengherankan, bukan saja di dunia internasional di
Indonesia-pun pemanfaatan internet yang berbasis e-commerce,ebusiness, dan lain
sebagainya berkembang dengan cepat2.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan Cyber crime?
2. Dapatkah UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE menjadi payung hukum
terhadap Transaksi Elektronik di Indonesia?
3. Permasalah yang mungkin terjadi dalam penerapan UU ITE ini?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mendiskripsikan bagaimanakah sejarah perkembangan Cyber crime.
2. Mendiskripsikan latar belakang dan peranan UU ITE dalam Transaksi
Elektronik di Indonesia
3. Mendiskripsikan permasalahan-permasalahan yang mungkin akan

2 Budi Agus Riswandi, 2003, Hukum Internet di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, Hlm 58.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 2
muncul dalam penerapan UU ITE ini.

D. Metode Penulisan
Studi ini menggunakan metode penelitian hukum empiris, dan bertujuan
mendapatkan gambaran deskriptif mengenai peranan dan Eksistensi Informasi
dan Transaksi Elektronik dalam peningkatan pembangunan ekonomi Indonesia
menurut UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Sumber data yang digunakan
adalah sejumlah buku teks serta artikel dan komentar-komentar masyarakat
tentang adanya Undang-undang No. 11 tahun 2008 di internet. Studi ini disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I. Pendahukuan
2. Bab II. Pembahasan Masalah
3. Bab III. Penutup
4. Daftar Pustaka

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 3
BAB II. PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik


Banyak teori yang mendefinisikan teknologi informasi sebagai teknologi
aplikasi (apllied technology) yang dapat digunakan untuk merekayasa data (data
engineering)-dalam bentuk apapun- menjadi suatu informasi. Penggunaan kata
“rekayasa“ untuk membedakan dengan suatu proses yang dilalui berdasarkan
manufakturisasi handmade (pekerjaan manual). Ada beberapa pendapat yang
mendefinisikan teknologi informasi, di antaranya :3
1. Haag den Keen (1996) “Teknologi Informasi adalah perangkat alat yang
membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugad-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi”.
2. Martin (1999) juga mendefinisikan “Teknologi Informasi tidak hanya terbatas
pada teknologi computer –pernagkat keras dan perangkat lunak- yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga
mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi”.
3. Sedangkan Williem dan Sawyer (2003) mendefinsikan Teknologi informasi
adalah teknologi yang menggabungkan komputasi –komputer– dengan jalur
komunkasi berkecepatan tinggi membawa data, suara dan video”.
Dari ketiga teori di atas bahwa teknologi informasi baik secara implicit atau
eksplisit tidak sekedar berupa teknologi computer, tetapi juga mencakup teknologi
komunikasi. Dengan kata lain teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi
computer dan teknologi telekomunikasi. Pengertian ini menjadi sangat penting,
karena hasil rekayasa itu berupa “informasi“ yang harus dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga teknologi yang memproses menjadikan sesuatu
sebagai informasi elektronik senantiasai sama dalam pengulangannya. Oleh
karenanya, dalam lingkup elektronik tidak lagi dikenal istilah asli dan atau salinan
sebagaimana dalam lingkup hukum perdata materiil dan formil, sehingga terkesan
rancu dan mempersulit pihak penegak hukum dalam mengambil tindakan hukum di
kemudian hari.
Salah satu perubahan yang sangat besar akibat berkembangnya teknologi

3 Abdul kadir & Terra Ch. Triwahyuni, 2003, Pengenalan Teknologi Informasi, Andi Yogyakarta, Hlm.2

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 4
informasi adalah dalam bidang ekonomi. Perkembangan teknologi informasi secara
signifikan telah mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi
digital. Sistem digital ini memungkinkan dunia usaha melakukan suatu transaksi
dengan menggunakan media elektronik yang lebih menawarkan kemudahan,
kecepatan, dan efisiensi. Oleh karena itu, tidak mengherankan, bukan saja di dunia
internasional di Indonesia-pun pemanfaatan internet yang berbasis e-
commerce,ebusiness,dan lain sebagainya berkembang dengan cepat.
Beberapa Definisi e-Commerce :
E-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi
perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan
menggunakan media elektronik (Sutedjo SB, 1999: 4).
Menurut Robert E. Johnson, III (http://www.cimcor.com), e-commerce
merupakan suatu tindakan melakukan transaksi bisnis secara elektronik dengan
menggunakan internet sebagai media komunikasi yang paling utama. Pada website
ECARM (The Society For Electronic Commerce And Rights Management) dijelaskan
bahwa e-commerce secara umum menunjukkan seluruh bentuk transaksi yang
berhubungan dengan aktifitas-aktifitas perdagangan, termasuk organisasi dan
perorangan yang berdasarkan pada pemrosesan dan transmisi data dijital termasuk
teks, suara, dan gambar-gambar visual (OECD, 1997).

B. Sejarah Perkembangan Cyber Crime


Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah
baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan
budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini
menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif
perbuatan melawan hukum.

Mengingat sebelumnya ada beberapa fase-fase global yang berkembang


sesuai dengan perubahaan zaman, yaitu:

a. Fase yang pertama adalah berawal dari bercocok tanam (agraria),

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 5
b. Fase yang kedua adalah fase industi atau revolusi Prancis

c. Fase yang ketiga adalah masuk kedalam fase komunikasi seperti pemakaian
telephone

d. Fase yang keempat yaiu teknologi informasi seperti cara memperbaharui


orang berkomunikasi.

Fase keempat inilah yang sedang kita hadapi sekarang. Oleh karena itu,
teknologi juga mempengaruhi budaya (culture) yang ada di masyarakat sehingga
ketika ada suatu perubahan dalam masyarakat maka ada suatu pengaruh terhadap
pola pikir masyarakat dan perbedaan budaya mempengaruhi pula moral masyarakat
itu sendiri, dalam hal ini hukumlah yang sangat berperan dalam mengatur pola
perilaku masyarakat, sesuai dengan pernyataan ubi soceitas ibi ius (di mana ada
masyarakat disitu ada hukum) dan sampai sekarang masih relevan untuk dipakai.
Dalam masyarakat yang tradisional pun pasti ada hukum dengan bentuk dan corak
yang sesuai dengan tingkat peradaban masyarakat tersebut. Suatu masyarakat
tanpa hukum tidak akan pernah menjadi masyarakat yang baik.4

Dalam beberapa literatur, cyber crime sering diidentikkan sebagai computer


crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertian computer crime
sebagai:"Any illegal act requiring knowledge of computer technology for its
perpetration, investigation, or prosecution". Pengertian lainnya diberikan oleh
Organization of European Community Development, yaitu: "any illegal, unethical or
unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission
of data". Andi Hamzah dalam bukunya Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer
(1989) mengartikan: "Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan
sebagai penggunaan komputer secara ilegal". Secara teoritis Cyber crime (ada yang
mengatakan computer crime) merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang
menggunakan komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun
tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara ringkas computer crime didefinisikan
sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
komputer yang canggih (Wisnubroto, 1999).

4 Edi Setiadi, 2004, Hukum Pidana Ekonomi, Fakultas Hukum Unisba, Bandung, hal 7

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 6
Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber
atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan
untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari
konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika.5 Istilah
lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information
technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-
istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem
komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet)
dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang
merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan hukum
yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi,
komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian
dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem
elektronik.

Sejarah perkembangan kejahatan criminal/cyber crime muncul seiring dengan


adanya Internet sebagai medianya. Sejarah Internet sendiri bermula dengan adanya
jaringan computer pertama di Amerika Serikat yang diprakarsai oleh lembaga yang
bernama ARPANet (Advanced Research Project Agency Network) milik Departemen
Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969. ARPANet menghubungkan empat
buah computer yang berada di empat tempat berbeda, yaitu Stanford Research
Institute (SRI), Universitas on California of Los Angeles (UCLA), Universitas Utah
Charley Kline, dan Universitas California Santa Barbara (USCB).

Sejak saat itu perkembangan Internet sangat pesat dan telah dimanfaatkan
mulai dari media belajar (e-learning), pemerintahan (e-government), surat elektronik
(e-mail) sampai dunia binis (e-commerce) dan perbankan (e-banking). Internet
dianggap mempunyai kemampuan untuk mengatasi hambatan birokratis dalam
pertukaran informasi dan menciptakan situasi yang kondusif bagi komunikasi. Hal
tersebut tentunya memiliki kelebihan-kelebihan yang sifatnya praktis dan ekonomis,
namun demikian perkembangan internet juga dapat menimbulkan permasalahan

5 Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika
Aditama, Bandung

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 7
yang berkaitan dengan hukum, yaitu:

a. Perlindungan Konsumen, hal ini perlu perhatikan karena dalam e-


commerce konsumen biasanya menjadi pihak yang lemah atau dirugikan,
misalnya Perusahaan di Internet tidak memiliki alamat fisik di suatu Negara
tertentu sehingga akan meyulitkan konsumen untuk
mengembalikan/mengkomplain produk yang tidak sesuai dengan
pesanannya. Konsumen sulit untuk mendapatkan jaminan purna jual dari
perusahaan.

b. Jurisdiksi, hal ini berkaitan dengan hukum kontrak tempat terjadinya


transaksi perdagangan yang sudah konvensional tidak sesuai dengan aturan-
aturan e-commerce di Internet yang sudah mencakup seluruh Negara di
dunia, sehingga memerlukan kerjasama dan pendekatan internasional untuk
menyelesaikan persoalan.

c. Penyelesaian sengketa, hal ini sangat penting karena di dunia maya belum
ada mekanisme yang jelas penyelesaian sengketa. Sampai saat ini belum ada
solusi yang jelas tentang penyelesaian sengketa sehingga orang cenderung
akan menggunakan cara konvensional. Hal ini menjadi sangat kontras
mengingat persoalan yang terjadi di dunia maya tetapi mengapa
penyelesaiannya masih dengan cara yang konvensional (dunia nyata).
d. Pembajakan, hal ini merupakan permasalahan hukum yang sangan urgen di
dunia maya, mengingat sebagian besar program atau karya intelektual lain
yang ada di internet dapat diakses oleh semua pengguna internet tanpa
terkecuali.
Beberapa contoh di atas hanya sedikit permasalahan hukum yang terjadi di
dunia maya, karena masih banyak lagi permasalahan lain, seperti serangan virus
yang dapat menimbulkan kekacauan dan kerusakan data.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 8
C. UU No. 11 Tahun 2008 sebagai Payung Hukum dalam Transaksi
Elektronik

Hukum mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai Sarana pengendalian


masyarakat (a tool of social control), Sarana pemelihara masyarakat (a tool of social
maintenance), Sarana untuk menyelesaikan konflik (a tool of dispute settlement),
Sarana pembaharuan/ alat merekayasa masyarakat (a tool of social engineering,
Roscoe Pound). Namun peranan hukum sebagai social engineering di sini harus
mencakup semua aspek kehidupan, jadi bukan hanya untuk merekayasa ekonomi
masyarakat saja seperti yang terjadi di era orde baru. 6 Dari fungsi-fungsi hukum
tersebutlah pemerintah sebagai penjamin kepastian hukum dapat menjadi sarana
pemanfaatan teknologi yang modern. Sebagai salah satu bukti nyata adalah
dibuatnya suatu kebijakan dalam UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Dalam UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik diharapkan mempunyai dampak terhadap kegiatan perekonomian di
Negara Indonesia. Dan dilihat dari luas lingkup dalam hukum ekonomi, UU No.11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini terdapat faktor-faktor
ekonomi meliputi:
1. Faktor teknologi
a. Perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi yang tanpa batas
b. Melahirkan bentuk-bentuk perbuatan hukum baru seperti transaksi elektronik
c. Tujuan dari teknologi informasi dan transaksi elektronik :
 Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia
 mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
 meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
 membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang
untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang
penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal
mungkin dan bertanggung jawab; dan
 memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
6 Soetandyo Wignjosoebroto, 1994, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional. Rafa Grafindo Persada,
Jakarta, Hlm.234

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 9
pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.
2. Faktor distribusi atau pemasaran
a. Pengembangan usaha melalui Internet
b. Mempromosikan lewat internet
c. Sebagai pemerataan pendapatan
d. Sebagai pengembangan Usaha kecil

Dalam UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik selain
mengatur tentang pemanfaatan teknologi informasi juga mengatur tentang transaksi
elektronik, Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Bahwa di dalam penerapannya, UU No 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
ini masih ada kendala-kendala teknis.

Sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia adalah sistem ekonomi


campuran yaitu perekonomian bertumpu pada kekuatan dan mekanisme pasar
tetapi pasar tersebut tidak kebal dari intervernsi pemerintah singkatnya sistem
ekonomi ini merupakan campuran antara unsur-unsur dalam perekomian pasar dan
perekomian sosialis.7 Pemerintah sebagai regulator mengatur kegiatan
perekonomian Indonesia, dalam hal ini kegiatan ekonomi berupa transaksi secara
elektronik dengan membuat suatu kebijakan atau perangkat hukum berupa UU
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang memiliki tujuan
antara lain8:

a. Memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dalam menjalankan


aktivitas usahanya.

• Dengan adanya perangkat hukum, maka kepastian hukum akan


terjamin.

• Informasi /dokumen elektronik/hasil cetaknya sbg alat bukti hukum yg


sah sebagai mana dimaksud dalam Pasal 5

b. Memberikan perlindungan hukum bagi para pelaku usaha dan bagi konsumen

7 Elly Erawaty, Pengantar Hukum Ekonomi Indonesia, edisi ketiga, , Unpar, Bandung, 2004, hlm 10
8 Elly Erawaty, Ibid, hal 18

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 10
• Pelaku Usaha menyediakan informasi yg lengkap dan benar. sebagai
mana dimaksud dalam Pasal 9.

• Melindungi Konsumen dari berita bohong dan menyesatkan yg


merugikan Konsumen dalam transaksi sebagai mana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1).

• Melindungi Pelaku Usaha dari tindakan-tindakan melawan hukum,


misal : seseorang yg melanggar/menerobos sistem pengamanan
sebagai mana dimaksud dalam Pasal Pasal 30 (3)

c. Memberikan proteksi secara khusus bagi pelaku usaha nasional khususnya


yang termasuk sebagai pengusaha kecil dalam menghadapi persaingan
dengan pengusaha asing.

Pemerintah menciptakan iklim usaha yang sehat dan kondusif untuk


mengembangkan usaha dari pelaku usaha nasional supaya dapat bersaing
dengan pengusaha asing. Dengan adanya perbuatan yang dilarang, misal :
informasi/dokumen elekronik yang melanggar kesusilaan, memiliki muatan
perjudian, pencemaran nama baik, pemerasan, atau pengancaman sebagai
mana dimaksud dalam Pasal 27.

d. Melindungi kepentingan umum dari kemungkinan terjadinya praktik bisnis


yang tidak sehat dari para pelaku ekonomi.

Nama Domain (alamat internet) yang telah terdaftar tidak boleh disalahgunakan
oleh Pelaku Usaha lain karena dapat merugikan pemilik domain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal Pasal 23.

e. Menciptakan pemerataan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi


makro.

Dengan adanya sistem elektronik maka jaringan usaha akan semakin luas dan
produksi meningkat sehingga penyerapan tenaga kerja juga akan tinggi.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 11
D. Asas-asas Hukum UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

Hukum Ekonomi Indonesia sebagai suatu sistem juga memiliki seperangkat


asas-asas dan kaidah hukum. Asas atau prinsip hukum yang dapat diartikan sebagai
landasan filosofis yang menjiwai, memayungi, mengilhami atau menghidupi
substansi dari suatu peraturan hukum. Di dalam UU No.11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik terdiri atas asas-asas sebagai berikut :

1. Asas Kepastian Hukum

Landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik


serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapat
Pengakuan Hukum di dalam dan diluar pengadilan. Sebagai contoh :

Pasal 6 :
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan
dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.

Pasal 30 ayat (3) :


Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

2. Asas Manfaat
Asas bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik diupayakan
untuk mendukung proses informasi sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan
masyarakat.

Pasal 4 huruf d :

membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan


pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab

3. Asas efisiensi

Pasal 4 huruf C : meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan publik

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 12
Pelayanan Publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan BUMN
atau BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan
adanya teknologi maka kita bisa mengefisienkan waktu. Contoh : pembayaran
listrik dengan menggunakan ATM (Anjungan Tunai Mandiri ).

4. Asas keterbukaan / transparansi

Pasal 9 :

Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus


menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak,
produsen, dan produk yang di tawarka.

Dengan adanya keharusan di atas maka perusahaan harus terbuka atas produk
yang dikeluarkan atau isi kotraknya tidak boleh mengandung unsur yang
merugikan konsumen. Dalam perlindungan konsumen itu dikenal dengan klausula
eksonerasi dimana adanya pengalihan tanggung jawab yang seharusnya tanggung
jawab pelaku usaha menjadi tanggung jawab konsumen.

5. Asas Persamaan Perlakuan / Non-diskriminasi

Pasal 14 :

Penyelelenggara sertifikasi elektronik harus menyediakan informasi yang akurat,


jelas, dan pasti kepada setiap pengguna.

a. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi penanda tangan

b. Hal yang dapat digunakan untuk mengetahui data diri pembuat


tanda tangan elektronik

c. Hal yang dapat digunakan untuk menunjukan keberlakuan dan


keamanan tanda tangan elektronik.

6. Asas pertanggung jawaban / akuntabilitas

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 13
Pemilik, penyedia, pengguna sistem informasi seharusnya bertanggung jawab dan
mempertanggung jawabkannya.
Pasal 15 (2) :
Penyelenggara sistem elektronik bertanggung jawab terhadap penyelenggara
sistem elektronik
7. Asas kebebasan berkontrak yang terbatas
Pasal 18 ayat (1) :
transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para
pihak
Pasal 19 :
para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem
elektronik yang disepakati.
8. Asas pembangunan berkelanjutan
Pasal 4 huruf b : mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

9. Asas kemandirian yang berwawasan kebangsaan

Pasal 23 ayat (1) setiap penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau
masyarakat berhak memiliki nama domain.

10.Asas kemitraan

Pasal 22 ayat (1) : penyelenggara agen elektronik tertentu harus menyediakan


fitur pada agen elektronik yang dioperasikannya.

11. Asas pasar bebas yang terkendali

Pasal 23 ayat (2) : pemilik dan pengguna nama domain harus didasarkan pada
itikad baik, tidak melanggar prinsip persaingan usaha secara sehat, tidak
melanggar hak orang lain.

12. Asas keadilan

Pasal Pasal 46 ayat (3) setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara lama 8
(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000(delapan ratus

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 14
juta rupiah)

Dengan adanya asas asas seperti Asas Kepastian Hukum Asas Kepastian
Hukum, Asas Manfaat, Asas efisiensi, Asas keterbukaan/transparansi, Asas
Persamaan Perlakuan/Non-diskriminasi Asas pertanggung jawaban/akuntabilitas,
Asas kebebasan berkontrak yang terbatas, Asas pembangunan berkelanjutan, Asas
kemandirian yang berwawasan kebangsaan, Asas kemitraan, Asas pasar bebas yang
terkendali, Asas keadilan dalam Undang Undang No 11 tahum 2008 dapat
memberikan kepastian hukum kepada pengguna tekhnologi dalam melakukan
kegiatan perekonomian ( transaksi ) secara elektronok.

E. Metode Pendekatan yang dapat dilakukan dalam UU No. 11 Tahun


2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

1. Interdisipliner dan multidisipliner adalah hukum ekonomi indonesia berkaitan


dengan segala macam kaidah hukum baik hukum perdata, hukum pidana,
hukum tata negara dan hukum internasional, kalau kita lihat bahwa didalam
ITE ada kaidah-kaidah:
a) hukum pidana yaitu pada Pasal 45 sampai dengan Pasal 52
b) hukum administrasi adalah Pasal 10 ,
c) hukum Perdata yaitu Pasal 23 ayat (2),Pasal 26 ayat (2), Pasal 18 ayat (1)
Pasal 19-20,
d) hukum internasional Pasal 18 ayat (2) (3)

2. Transnasional adalah Hukum ekonomi tidak lagi dapat ditinjau dan dibentuk
secara intern nasional saja tapi juga pendekatan internasional dengan cara
memandang kejadian-kejadian perekonomian dalam negeri dalam kaitannya
dengan perkembangan di dunia internasional. Dalam UU ITE ini tidak bisa
menggunakan pndekatan hukum nasional saja akan tetapi perlu bantuan
pendekatan hukum internsional karena dalam dunia maya kita bebas
bertransaksi dengan siapapun dan otomatis ketika kita bertransaksi dengan
warga negara lain maka kita perlu kepastian hukum mana yang mengatur,
masalah tentang itu diatur dalam Pasal 18 ayat (2) dan (3) yang intinya dalam
ayat (2) adalah para pihak berwenang untuk memilih hukum (itu artinya bisa
saja orang yang bertransaksi itu memilih hukum negara lain) ayat (3)

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 15
menyebutkan bahwa apabila tidak terjadi pilihan hukum maka berlaku asas-
asas hukum perdata internasional.

3. Futuristik adalah kebijakan-kebijakan hukum ekonomi dapat menjangkau


perkembangan perekonomian di masa yang akan datang tidak mudah
ketinggalan jaman. Bahwa dalam UU ITE mengandung pendekatan futuristic
karena pada masa yang akan datang teknologi semakin berkembang
sehingga hukum harus mengatur tentang perubahan yang ada di masyarakat
termasuk perubahan dalam bidang teknologi supaya tercapai kepastian
hukum dalam UU ITE tercemin kaidah-kaidah bahwa hukum dapat
menjangkau perkembangan perekonomian dimasa yang akan datang yaitu
terlihat dalam beberapa Pasal yang berkaitan dengan perundang-undangan
lain sehingga UU ITE ini bersifat fleksibel sepanjang tidak bertentangan
dengan UU ITE ini. Juga sebagai wujud law is a tool of social engineering,
menurut pendapat Prof. Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara bahwa hukum
tidak lagi berfungsi sebagai social engeenering, hukum tidak lagi diletakan
dalam posisi dimuliakan, tetapi acap kali digunakan sebagai alat kejahatan
atau di istilahkan law as a tool of crime, kepastian hukum hanya dibuat untuk
dalih meraih keuntungan sepihak. yang dikatakan ”demi kepastian hukum”
sering hanya retorika untuk membela kepentingan pihak tertentu. Akhirnya,
proses hukum diluar dan didalam pengadilan menjadi eksklusif milik oran
-orang tertentu yang berkecimpung dalam perkara bahka advokat dapat
membangun kontruksi hukum yang dituangkan dalam kontrak yang
sedemikian canggih sehingga kliennya meraih kemenangan tanpa melalui
pengadilan.

F. Permasalahan yang mungkin terjadi dalam Penerapan UU No. 11


Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Permasalahan yang akan terjadi dalam penerapan UU ITE ini adalah:
1. Pembajakan internet berkaitan dengan HAKI, pembajakan lewat internet
sangat sulit untuk di deteksi karena pada dasarnya pemerintah belum
menyediakan fasilitas atau suatu lembaga yang khusus menangani masalah
atau pendeteksian pelanggaran internet, seperti dalam kejahatan money
laundring ada suatu lembaga yang mengawasi yaitu PPATK.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 16
2. Perlindungan bagi konsumen dalam transaksi elektronik, perlindungan bagi
konsumen itu pengaturannya diatur dalam UU No 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen sehingga kurang efektif dalam penerapannya. Dalam
hal penyelesaian sengketa konsumen tahap-tahapnya sama dengan UU No 8
Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, untuk itu terdapat kelemahan-
kelemahan seperti : ketidakjelasan kompetensi mengadili dan lembaga yang
berwenang menyelesaiankan sengketa.
3. Pilihan hukum dalam hal transaksi elektronik merupakan transaksi antar
negara ( dalam UU ITE ini pilihan hukum itu berdasarkan asas-asas hukum
perdata Internasional.
a. Dalam Pasal 28 ayat (2) ( dalam Pasal ini terkendala kalau pelakunya warga
negara asing, seperti kasus film fitnah negara menanggulangi dengan
memblok situs yang memuat film fitnah tetapi imbasnya setiap yang memuat
kata-kata fitnah itu situsnya di blok.
b. Dalam pasal 1 ayat (10) dan (11) tentang penyelenggara sertifikasi elektronik
dan lembaga sertifikasi keandalan dikhawatirkan akan terjadi benturan
kewenangan sehingga kedua lembaga tersebut dalam menjalankan tugasnya
tidak efisien atau bisa disebut kotra produktif.
c. Pasal 20 ayat (2) tentang taransaksi elektonik disebutkan bahwa persetujuan
atas penawaran transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan
secara elektronik, melihat dari isi atau substansi dari Pasal 20 ayat (2)
menutup kemungkinan bagi setiap orang yang memberi pernyataan dalam
bentuk tertulis yang bukan elektronik kecuali para pihak tersebut menentukan
cara atau pernyataan yang disetujui oleh kedua belah pihak sebelum
melakukan transaksi.
d. Pasal 21 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengirim atau penerima dapat
melakukan transaksi melalui pihak yang kuasakannya dalam Pasal ini tidak
jelas bagaimana cara pengirim atau penerima memberikan kuasa, apakah
harus secara tertulis atau bisa dengan lisan. Dan secara teknis tentang
pemberian kuasanya ini tidak diperintahkan oleh UU ITE ini.
e. Pasal 23 ayat (3) tentang pembatalan nama domain, dalam seminar kontrversi
UU No 11 Tahun 2008 salah satu pembicara dari kalangan praktisi
menyebutkan bahwa Pasal 23 ayat (3) tidak bisa dilaksanakan karena menurut

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 17
beliau nama domain itu tidak bisa di batalkan karena server atau pusat data
berada diluar negeri.
f. Pasal 24 ayat (2) tentang hak pemerintah tentang pengambilalihan sementara
pengelolaan nama domain oleh pemerintah. Ketika pemerintah mengambilalih
sementara, maka harus ada kejelasan waktunya atau berapa lama.
g. Dalam Pasal 27 ayat 3 (batasan unsur-unsur penghinaan dan pencemaran
nama baik itu tidak jelas sehingga menimbulkan ambiguitas dan menurut
Tubagus law as a tool of crime dan itu belum diatur secara spesifik, padahal
pemerintah mencabut pasal penghinaan dalam KUHP). Sehingga dengan tidak
ada batasan tentang penghinaan dan pencemaran nama baik, ada
kekhawatiran dari kalangan pers bahwa UU ITE membatasi para jurnalis untuk
menulis berita secara bebas sesuai dengan fakta-fakta di lapangan. Pasal 27
ini terkait dengan Pasal 1 ayat (11) UU No. 40 tahun 1999.
h. Pasal 34 ayat (1) setiap orang dengan sengaja tanpa hak atau melawan
hukum, memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor,
mendistribusikan, memiliki: perangkat keras atau lunak untuk mempasilitasi
perbuatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 27 sampai 33, Pasal ini tidak
bisa diterapkan karena ketika ada suatu program atau yang menyediakan
fasilitas sebagaimana di atur dala Pasal 27 sampai 33 pelakunya susah untuk
di jerat karena dalam substansinya menyatakan penyedia layanan itu juga
terkena sanksi, pasal ini terkendala kalau servernya ada di luar negeri.
i. Pasal 43 ayat (5) penyidik pegawai negeri berwenang menerima laporan atau
pengaduan dalam hal ini seharusnya UU membedakan antara laporan dan
pengaduan karena itu berakibat pada konsekwensi hukumnya. Laporan itu
tidak bisa dicabut oleh pelapor jadi kasus itu walaupun kedua belah pihak
sudah berdamai kasus itu akan terus diproses sedangkan pengaduan orang
yang mengadukan bisa mencabut pengaduan tersebut dan kasus itu selesai.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 18
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informatika di era


globalisasi telah melintasi batas-batas wilayah, ini berarti masalah hukum yang
berkaitan dengan yurisdiksi dan penegakan serta pemilihan hukum yang berlaku
terhadap suatu sengketa multi-yurisdiksi akan bertambah penting dan kompleks
yaitu dengan munculnya cyber crime.
UU ITE ini memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dan
masyarakat dalam menggunakan tekhnologi untuk meningkatkan pembangunan
perekonomian negara Indonesia. Dengan adanya hal itu maka pembangunan
tersebut harus diarahkan secara teratur dan tertib sehingga akan tercapai proses
pembangunan berkelanjutan dan dalam proses pembangunan tersebut
mencerminkan hukum sebagai alat rekayasa social yang sesungguhnya.
Karenanya, UU ini harusnya mencakup berbagai aspek, mulai dari informasi
elektronik, penyelenggaraan sistem elektronik, transaksi elektronik, tanda tangan
elektronik, penyelenggara tanda tangan elektronik, akses ke sistem dan jaringan
komputer, nama domain, dan perlindungan terhadap informasi dalam komputer
serta sistem komputer. UU juga mengatur aspek-aspek yang belum diatur dalam
HaKI, seperti desain situs dan karya intelektual yang ada di dalamnya. Perlindungan
juga diberikan atas hak-hak pribadi (privacy). Sehingga penggunaan setiap informasi
melalui media elektronik, yang menyangkut data tentang hak pribadi seseorang
harus memperoleh persetujuan pemiliknya. Dengan demikian UU ITE juga masih
banyak hal hal yang perlu diperbaiki, sehingga penerapan UU ITE ini menimbulkan
banyak kendala secara teknis. Karena hukum tidak selalu jelas, segampang dan
sesederhana yang dibayangkan orang kendati hukumnya sudah jelas.9 Oleh karena
itu dalam penerapannya perlu mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat serta
pemerintah sebagai lembaga penegak hukumnya.

B. Saran

1. Pemerintah harus mempersiapkan para penegak hukum

9 Satjipto Rahardjo, 2008,Membedah Hukum Progresif, Kompas, Jakarta, Hlm. 96

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 19
yang mengerti atau berkompeten dalam bidang teknologi,
sehingga Cyber crime yang merupakan masalah serius di
masa kini dan masa yang akan dating dapat diatasi.

2. Pemerintah harus lebih gencar mensosialisasikan masalah


UU ITE dengan mengadakan seminar-seminar tentang
pelaksanaan UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi
transaksi elektronik.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 20
DAFTAR PUSTAKA

Edi Setiadi, Hukum Pidana Ekonomi; Fakultas Hukum Unisba; Bandung; 2004.

Elly Erawaty, Pengantar Hukum Ekonomi Indonesia; edisi ketiga; Unpar; Bandung

Soetadyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional; Raja Grafindo


Persada, Jakarta; 1994

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas; Jakarta;


2008

Abdul Kadir, Terra Ch. Triwahyuni; Pengenalan Teknologi Informasi; Andi Offset
Yogyakarta; 2003.

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam sistem hukum Indonesia; Aditama
Bandung; 2004.

Budi Agus Siswandi, Hukum Internet di Indonesia; UII Press Yogyakarta; 2003.

Biskom-Komunitas Telematika,Indonesia Modern dengan UU ITE, situs


www.biskom.com, Mei 2008

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 21
Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 22
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah
memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kepada Penulis agar dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Mata Kuliah Sejarah Hukum ini yang berjudul
“Cyber crime dan Transaksi Elekronik dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang
ITE”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah
Hukum Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran tentang
Cyber crime (kejahatan dunia maya) yang merupakan model kejahatan baru di
Negara kita. Dalam makalah ini dijelaskan tentang sejarah perkembangan Cyber
crime , UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta
berbagai masalah yang akan muncul dalam penerapan undang-undang tersebut.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan karena segala keterbatasan yang dimiliki Penulis.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun
sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan hukum ini.
Penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak,
baik bantuan yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Atas segala
bantuan yang telah diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebenar-
benarnya kepada para pihak yang telah banyak membantu dan menolong Penulis
selama pembuatan makalah ini :
1. Bapak Natangsa Surbakti, SH, M.Hum, sebagai Dosen pengampu Mata
Kuliah Sejarah Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta Semester I angkatan 2008.
2. Bapak dan Ibu serta rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta Semester I angkatan 2008.

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 23
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .…. ii


…………………………………………………................................................

Daftar Isi ………………………………………………………….……………. iii


………………………..

Bab I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………..…….. 1


…………………...

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………....... 2


……

C. Tujuan dan Masalah ………………………………………………………….……….. 2


D. Metode Penulisan ……………………………….. 3


………………………………………..

Bab II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik ……….. 4


……………..….

B. Sejarah Perkembangan Cyber crime ………….……….…………………....... 5


……

C. UU No. 11 Tahun 2008 sebagai Payung Hukum dalam Transaksi 9


Elektronik ..…

D. Asas-asas Hukum UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE 1


……………………………… 2

E. Metode pendekatan yang dapat dilakukan dalam UU No. 11 Tahun 2008 1


5
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik …..
………………………………………

F. Permasalahn yang Mungkin Terjadi dalam Penerapan UU No. 11 tahun 1


7
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik …..
………………………………………

Bab III. PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………….……………………………………………….. 2

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 24
…. 0

B. Saran ……………………………………………………….. 2
1
……………………………….

Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 25
Tugas Semester Sejarah Hukum (Muslim Heri Kiswanto - NIM R1000070027) Hal 26

Anda mungkin juga menyukai