ABSTRAK
Pada peningkatan kinerja kebutuhan hidup diperlukan sistem informasi dan teknologi informasi
yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk
mendukung keberhasilan dunia dalam bidang apapun sehingga mampu bersaing di pasar global.
Hidup pada era digital membuat kita bisa dengan mudah mengakses informasi yang tak hanya
cepat, tetapi juga besar. Hal ini juga mengubah cara kita mengkonsumsi hingga membagikan
informasi itu. Kemajuan ilmu dan teknologi informasi telah banyak mengubah cara pandang dan
gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas dan kegiatannya.
Teknologi Informasi sangat diperlukan untuk memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Jadi dapat dikatakan karena
dibutuhkannya pemecahan masalah, membuka kreativitas dan efisiensi manusia dalam
melakukan pekerjaan, menjadi penyebab atau acuan diciptakannya teknologi informasi. Dengan
adanya teknologi informasi membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.
Keberadaan dan peranan teknologi informasi dan Komunikasi telah membawa era baru
perkembangan dunia, tetapi perkembangan tersebut belum diimbangi dengan peningkatan
sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan di Indonesia pada umumnya. Hal ini lebih
disebabkan masih tertinggalnya sumber daya manusia kita untuk memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam setiap proses kehidupan.
Dalam pengaruhnya, perkembangan TI tidak selalu memiliki dampak positf. Banyak dari
oknum-oknum yang menggunakan kemajuan dalam teknologi informasi untuk tujuan yang tidak
baik, bahkan untuk tidak kriminal. Karena itu diperlukannya pengawasan dan peraturan dalam
undang-undang agar teknologi informasi digunakan sebagaimana mestinya.
Latar Belakang
Dalam perkembangannya teknologi informasi selalu menyertai kehidupan manusia sejak awal
dikenalnya peradaban, berbagai perubahan dalam hal teknologi dan informasi telah membawa
dunia jauh berkembang ke arah lebih baik.
Dewasa ini perkembangan teknologi dan informasi berkembang dengan begitu cepatnya. Begitu
banyak hal-hal yang kita lakukan dalam keseharian bergantung kepada teknologi hingga seakan-
akan manusia tak dapat lepas dari Teknologi dan informasi. Berbagai kebutuhan hidup telah
dipermudah seiring dengan berkembangnya teknologi. Semakin tingginya teknologi dibarengi
dengan berbagai permasalahan selain daripada manfaat teknologi itu sendiri.
Karena itu dibutuhkannya sebuah aturan yang dapat mengatur batasan dari penggunaan dan
lajunya alur informasi. Dengan adanya aturan, manusia tidak bisa dengan seenaknya
menggunakan teknologi informasi untuk tujuan yang tidak benar.
Di Indonesia terdapat undang-undang yang dibuat karena beberapa alasan, salah satunya adalah
bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat telah
mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap
telekomunikasi.
salah satu UU yang berhubungan dengan pengaturan penggunaan teknologi informasi yaitu UU
N0.36. Dan isi dari UU No.36 adalah apa arti dari telekomunikasi, asas dan tujuan dari
telekomunikasi, penyelenggaraan, perizinan, pengamanan, sangsi administrasi dan ketentuan
pidana dari penggunaan telekomunikasi.
Rumusan Masalah
1. Apa tujuan awal dari adanya teknologi informasi?
2. Bagaimana batasan Teknologi informasi berdasarkan hukum yang berlaku?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam penyalahgunaan teknologi informasi?
4. Bagaimana perkembangan undang-undang teknologi informasi saat ini?
Tujuan
1. Memahami tentang batasan teknologi informasi
2. Memahami dasar dari terbentuknya teknologi informasi berdasarkan tujuan dan
manfaatnya
3. Memahami tujuan dan kegunaan dari teknologi informasi
4. Mengetahui perkembangan dalam peraturan yang diatur dalam undang-undang ITE
BAB II
PEMBAHASAN
Teknologi informasi telah menjadi industri yang utama dan mampu memenuhi kebutuhan
yang paling pokok dalam bidang ekonomi serta sumber-sumber daya utama lainnya. Teknologi
komputer telah melahirkan satelit komunikasi yang dapat digunakan untuk kepentingan sarana
telekomunikasi dan berbagai keperluan lainnya, termasuk untuk kepentingan siaran radio dan
televisi. Disamping itu telah muncul berbagai macam sistem penyaluran informasi dengan
memanfaatkan saluran pesawat telepon dan teknologi komputer yang menghasilkan video-text,
sehingga memungkinkan pemilik pesawat telepon dapat memperoleh ribuan informasi langsung
kapan dan dimanapun ia berada. Pengembangan serat optik (fibre optic) telah menghasilkan
sistem televisi kabel dengan jangkauan hampir tidak terbatas.
Adapun kejahatan dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah Pencurian uang
atau harta benda dengan menggunakan sarana komputer/ siber dengan melawan hukum. Bentuk
kejahatan ini dapat dilakukan dengan mudah dalam hitungan detik tanpa diketahui siapapun juga.
Penggelapan, pemalsuan pemberian informasi melalui komputer yang merugikan pihak lain dan
menguntungkan diri sendiri. Perbuatan pidana perusakan sistem komputer (baik merusak data
atau menghapus kode-kode yang menimbulkan kerusakan dan kerugian).
Perbuatan pidana ini juga dapat berupa penambahan atau perubahan program, informasi,
dan media dan Pembajakan yang berkaitan dengan hak milik intelektual, hak cipta, dan hak
paten. Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber (cyber space),
meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang
nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan
kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak
kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah
kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam
pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu
pendekatan aspek hukum untuk mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem
secara elektronik. Pendekatan hukum bersifat mutlak, karena tanpa kepastian hukum, persoalan
pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal. Ini berarti perbuatan yang bersangkutan
harus telah diancamkan pidana dalam suatu undang-undang. Cybercrime merupakan suatu
perilaku yang oleh para pengguna internet dipandang sebagai perilaku yang anti-sosial,
sedangkan dapat atau tidaknya dituntut dan dihukum menurut hukum pidana merupakan soal
lain. bahwa perilaku itu sasaran dan atau akibatnya adalah pada kelancaran dan kesehatan
jalannya cyberspace. Contohnya, seorang tanpa hak merubah tampilan situs internet milik orang
lain, menyebarkan hoax (berita tidak benar) tentang adanya suatu virus berbahaya, atau
menciptakan dan mengirim worm sehingga membuat macetnya banyak server e-mail. perilaku
anti-sosial yang dilakukan melalui (via) cyberspace adalah bahwa perilaku anti-sosial itu sasaran
dan atau akibatnya adalah pada orang/orang-orang tertentu.
Contoh lainnya, orang melakukan access ke dalam server suatu perusahaan atau
departemen pertahanan, baik untuk main-main saja, merusak data ataupun mencuri data. Internet
merupakan jaringan komputer global yang sangat terbuka. Ada orang-orang yang dengan
berbagai teknik selalu berupaya menembus ke suatu sistem jaringan, terutama jaringan suatu
perusahaan atau instansi pemerintah. Orang seperti ini lazimnya dinamakan hacker. Di antara
hackers ini ada yang melakukannya dengan tujuan jahat, yaitu menerobos suatu jaringan
komputer dengan tujuan mencuri password, data, nomor kartu kredit, ataupun alih rekening.
Peristiwa yang banyak diberitakan adalah perseteruan antara industri musik dengan bursa ilegal
pertukaran lagu MP3 secara peer-to-peer. Mulanya yang terkenal adalah Napster tetapi kemudian
telah menutup layanan download gratisnya untuk lagu-lagu yang memiliki hak cipta. Tetapi
muncul pula jaringan pertukaran gratis lain seperti Gnutela, yang cakupannya bukan lagi hanya
lagu MP3 tetapi juga video clips.
http://www.esaunggul.ac.id/article/peran-teknologi-informasi-dalam-duniakomunikasi/
http://www.kompasiana.com/ arozisokhi_azjava/ dampak- perkembanganteknologi-informasi_
http://stephanniputri.blogspot.com/2013/12/landasan-hukum-bidang-informasidan.html
BATASAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI MENURUT UNDANG
UNDANG
Tercetusnya UU No. 36 Tahun 1999 ini karena ada beberapa alasan, salah satunya adalah
bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat telah
mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap
telekomunikasi.
Di dalam UU No. 36 telekomunikasi berisikan sembilan bab yang mengatur hal-hal berikut ini :
“Azas dan tujuan telekomunikasi, pembinaan, penyelenggaraan telekomunikasi, penyidikan,
sanksi administrasi, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup”. Undang-
Undang ini dibuat untuk menggantikan UU No.3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, karena
diperlukan penataan dan pengaturan kembali penyelenggaraan telekomunikasi nasional yang
dimana semua ketentuan itu telah di setujui oleh DPR RI. UU ini dibuat karena ada beberapa
alasan, salah satunya adalah bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi
telekomunikasi yang sangat cepat telah mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam
penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi.
Dengan munculnya undang-undang tersebut membuat banyak terjadinya perubahan dalam dunia
telekomunikasi, antara lain :
Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat tidak hanya terbatas pada lingkup
telekomunikasi itu saja, melainkan sudah berkembang pada TI.
Perkembangan teknologi telekomunikasi dituntut untuk mengikuti norma dan
kebijaksanaan yang ada di Indonesia.
Apakah ada keterbatasan yang dituangkan dalam UU no. 36 Tahun 1999 Telekomunikasi
tersebut dalam hal mengatur penggunaan teknologi Informasi. Maka berdasarkan isi dari UU
tersebut tidak ada penjelasan mengenai batasan-batasan yang mengatur secara spesifik dalam
penggunaan teknologi informasi tersebut, artinya dalan UU tersebut tidak ada peraturan yang
secara resmi dapat membatasi penggunaan teknologi komunikasi ini.
Namun akan lain ceritanya jika kita mencoba mencari batasan-batasan dalam penggunaan
teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat
dilihat secara virtual, maka hal tersebut diatur dalam UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik terutama BAB VII tentang Perbuatan yang Dilarang. Untuk itu kita
sebagai pengguna teknologi informasi dan komunikasi harus lebih bijak dan berhati-hati lagi
dalam memanfaatkan teknologi ini dengan memperhatikan peraturan dan norma yang ada.
Seperti kasus yang marak terjadi, di dalamnya terdapat keterbatasan UU Telekomunikasi
dalam mengatur penggunaan Teknologi Informasi (UU ITE) mengenai carding atau pencurian
kartu kredit di internet berasal dari Indonesia, hal ini memungkinkan Indonesia dipercaya oleh
komunitas ´trust´ internasional menjadi sangat kecil sekali. Dengan hadirnya UU ITE,
diharapkan bisa mengurangi terjadinya praktik carding di dunia maya. Dengan adanya UU ITE
ini, para pengguna kartu kredit di internet dari negara kita tidak akan di-black list oleh toko-toko
online luar negeri. Sebab situs-situs seperti http://www.amazon.com selama ini masih mem-back
list kartu-kartu kredit yang diterbitkan Indonesia,karena mereka menilai kita belum memiliki
cyber law. Nah dengan adanya UU ITE sebagai cyber law pertama di negeri ini,negara lain
menjadi lebih percaya kepada kita.
Dalam Bab VII UU ITE disebutkan: Perbuatan yang dilarang pasal27-37, semua Pasal
menggunakan kalimat, ´Setiap orang… dan lain-lain. Padahal perbuatan yang dilarang seperti:
spam, penipuan, cracking, virus, flooding, sebagian besar akan dilakukan oleh mesin olah
program, bukan langsung oleh manusia. Banyak yang menganggap ini sebagai suatu kelemahan,
tetapi ini bukanlah suatu kelemahan. Sebab di belakang mesin olah program yang menyebarkan
spam, penipuan, cracking, virus, flooding atau tindakan merusak lainnya tetap ada manusianya,
“the man behind the machine”. Jadi kita tak mungkin menghukum mesinnya, tapi orang di
belakang mesinnya.
UU No. 36 Tahun 1999 ini tidak secara jelas menjelaskan batasan-batasan yang mengatur secara
spesifik dalam penggunaan teknologi informasi. Namun di lain sisi dengan ditetapkannya UU
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah memberikan pencerahan
bahwasanya penggunaan teknologi informasi telah diatur dalam undang-undang tersebut. Jadi
akan lebih baik jika UU No. 19 Tahun 1999 disempurnakan agar tidak saling tumpang tindih
dengan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sehingga dengan
demikian masyarakat akan lebih merasa aman dan nyaman dalam melakukan kegiatan transaksi
dan telekomunikasi dengan menggunakan teknologi informasi.
Sumber :
http://martindonovan91.blogspot.com/2013/04/jelaskan-uu-no36-tentang-telekomunikasi.html
http://d1maz.blogspot.com/2012/03/keterbatasan-penggunaan-uu-ite-dalam.html
http://aldinobahtiar.wordpress.com/2011/03/21/undang-undang-republik-indonesia-tentang-
telekomunikasi/
http://grayrykynzhy.blogspot.com/2012/01/uu-hak-cipta-yang-mengatur-tentang.html
https://tionih.wordpress.com/2013/07/04/batas-penggunaan-teknologi-informasi-menurut-uu-
ite/amp/
Undang-Undang yang Mengatur Informasi dan Transaksi Elektronik
Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik
dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang. Pengaturan mengenai informasi dan transaksi
elektronik mengacu pada beberapa instrumen internasional, seperti UNCITRAL Model Law on
eCommerce dan UNCITRAL Model Law on eSignature. Bagian ini dimaksudkan untuk
mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan masyarakat umumnya guna
mendapatkan kepastian hukum dalam melakukan transaksi elektronik.
Beberapa materi yang diatur, antara lain:
pengakuan informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah (Pasal 5 &
Pasal 6 UU ITE)
tanda tangan elektronik (Pasal 11 & Pasal 12 UU ITE)
penyelenggaraan sertifikasi elektronik (certification authority, Pasal 13 & Pasal 14 UU
ITE); dan penyelenggaraan sistem elektronik (Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE)
Perbuatan yang dilarang (cybercrimes) yang diatur dalam UU ITE, antara lain:
konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian,
penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan (Pasal 27, Pasal 28,
dan Pasal 29 UU ITE)
akses ilegal (Pasal 30)
intersepsi ilegal (Pasal 31)
gangguan terhadap data (data interference, Pasal 32 UU ITE)
gangguan terhadap sistem (system interference, Pasal 33 UU ITE)
penyalahgunaan alat dan perangkat (misuse of device, Pasal 34 UU ITE)
Penyusunan materi UU ITE tidak terlepas dari dua naskah akademis yang disusun oleh dua
institusi pendidikan yakni Universitas Pajajaran (Unpad) dan Universitas Indonesia (UI). Tim
Unpad ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan Informasi sedangkan Tim UI oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada penyusunannya, Tim Unpad bekerjasama
dengan para pakar di Institut Teknologi Bandung yang kemudian menamai naskah akademisnya
dengan RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU PTI). Sedangkan tim UI menamai naskah
akademisnya dengan RUU Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik
Di awal tahun 2015, Kominfo melakukan pemblokiran terhadap 22 situs media Islam
yang dianggap mengajarkan paham radikal, atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT). Namun tindakan ini, menimbulkan sikap pro dan kontra di tengah
masyarakat. BNPT merekomendasikan pemblokiran situs islam berdasarkan surat Nomor
149/K.BNPT/3/2015 tentang Situs/Website Radikal ke dalam sistem filtering Kemen-kominfo
(Trust Positif). Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Irjen (Pol) Arief
Dharmawan mengatakan, konten situs tersebut memuat tulisan yang menghasut dan menyebar
kebencian.
Berdasarkan laporan tersebut dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 19 Tahun
2014 soal penanganan situs internet bermuatan negatif, maka Kominfo pun memblokir situs yang
diajukan. Merujuk Pasal 1, pemblokiran situs adalah upaya yang dilakukan agar situs internet
bermuatan negatif tidak dapat diakses. "Dari 26 situs yang diajukan, kami memblokir 22 karena
yang lain ada yang mati, tidak aktif dan sudah ditutup," ujar Ismail, Kepala Pusat Informasi dan
Humas Kominfo.
Pemblokiran ini dinilai sejumlah pihak telah membelenggu kebebasan pers dan kebebasan
berekspresi. Menurut Menteri Kominfo Rudiantara, situs bermuatan terorisme saat ini memang
sulit dilacak, berbeda dengan situs porno yang menggunakan kata kunci populer. Peneliti Setara
Institute berkata dugaan terhadap 22 situs penyebar ajaran radikal seharusnya diuji melalui
proses peradilan. Ia menuturkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik misalnya, menyediakan ruang untuk mempidanakan pengelola situs yang
menyebarkan kebencian. Aturan yang dimaksud merupakan Pasal 28 ayat (2) UU ITE. Pasal itu
melarang setiap orang menyebarkan informasi yang bertujuan menimbulkan kebencian dan
permusuhan antar individu atau kelompok berdasarkan latar belakang suku, agama, ras maupun
golongan.
Atas kekisruhan ini, blokir itu dibuka dan sebagai solusi jangka panjang, Menkominfo membuat
Tim Panel Ahli untuk menangani masalah pemblokiran situs ini. Sebelum situs diblokir, situs
akan dinilai oleh Tim Panel yang terdiri dari multi-stakeholder dengan expertise masing-masing
dan Tim ini dibagi 4 panel, yaitu:
Pornografi, Kekerasan Anak
SARA, Terorisme, Kebencian
Narkoba, Investasi Ilegal,
Hak Kekayaan Intelektual.
Rencananya kementerian bakal mengusulkan proses normalisasi 10 situs web Islam kepada
Panel Terorisme, SARA, dan Kebencian dari Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan
Negatif (PSIBN)
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi informasi ada ketika kebutuhan manusia akan kehidupan lebih baik mulai
meningkat. Teknologi informasi diperlukan untuk membantu pencapaian dalam perkembangan
kehidupan manusia. Teknologi informasi terus tumbuh begitu pesat, merambah ke bidang-bidang
lain dan memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia.
Adanya keterbatasan undang-undang yang dibuat sehingga hanya efektif sebagian karena kurang
kuatnya hukum terhadap instansi pemerintah, korporasi dan sebagainya. Ragamnya peraturan
perundangan di Indonesia dimana undang-undang yang satu saling bertentangan, menghadapi
kondisi demikian ada keberanian dan inovasi dari penegak hukum untuk mengefektifkan
peraturan yang ada dengan melakukan interpretasi atau kontruksi hukum yang bersumber pada
teori atau ilmu hukum, pendapat ahli atau bersumber dari ide-ide dasar yang secara konseptual
dapat dipertanggung jawabkan.
Pada UU No.36 tentang telekomunikasi mempunyai salah satu tujuan yang berisikan
upaya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintah,
mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan
hubungan antar bangsa. Dalam pembuatan UU ini dibuat karena ada beberapa alasan,salah
satunya adalah bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang
sangat pesat telah mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara
pandang terhadap telekomunikasi dan untuk manjaga keamanan bagi para pengguna teknologi
informasi.
Pembatasan pengetahuan dalam dunia maya hingga saat ini sangat membantu para pengguna
teknologi internet dari oknum-oknum yang berbahaya. para orang tua pun cukup terbantu dengan
adanya fitur internet positif dan pembatasan konten yang dapat dijangkau.
SARAN
Memang tak dapat dipungkiri dalam setiap peradaban, kemajuan dalam bidang teknologi
akan selalu dibarengi dengan pengaruh positif dan negatif. Segala hal memang tergantung
daripada tujuan penggunanya. Karena itu dibuatnya undang-undang yang mengatur penggunaan
internet merupakan harapan agar kita semua terhindar dari dampak negatif penggunaan internet
dalam teknologi dan informasi.
Bijaklah dalam menggunakan teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan. Sejak
adanya teknologi ditemukan, tujuan teknologi tak lain adalah untuk mempermudah penyampaian
informasi yang bermanfaat bagi manusia dan perkembangan dunia untuk masa depan dan
membantu manusia mempermudah pekerjaannya sehari-hari.