Anda di halaman 1dari 4

ETIKA DAN BUDAYA DIGITAL : TANTANGAN BARU PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI
Rifko akbar
Universitas Sriwijaya

PENDAHULUAN

Dalam era digital saat ini, teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan
berkomunikasi dengan dunia di sekitar kita. Namun, kemajuan teknologi juga membawa
berbagai tantangan baru yang harus dihadapi, terutama dalam hal etika dan budaya digital.
Etika dan budaya digital berkaitan erat dengan nilai dan norma yang mengatur perilaku
manusia dalam dunia digital.

Indonesia saat ini memasuki era revolusi 4.0. Era revolusi industri 4.0 ini semakin
sedikit aktivitas terikat secara fisik pada lokasi geografis. Sebab, semua kegiatan manusia
berkonversi dari manual menuju digital (Ayu WI et al., 2022). Di mana hampir semua
kegiatan kini dilakukan secara digital, seperti bekerja, belajar, berbelanja, dan berinteraksi
sosial. Perubahan ini membawa dampak besar terhadap etika dan budaya digital yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan teknologi di masa depan.

Dalam hal ini, etika digital merujuk pada prinsip-prinsip moral dan standar perilaku
yang terkait dengan penggunaan teknologi digital, sedangkan budaya digital merujuk pada
norma-norma, nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial yang terkait dengan teknologi digital. Oleh
karena itu, essay ini akan membahas lebih lanjut mengenai tantangan etika dalam
pengembangan teknologi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.

PEMBAHASAN

Pengembangan teknologi digital yang semakin pesat membawa banyak manfaat dan
kemudahan bagi manusia dalam kehidupan sehari - hari. Namun, teknologi digital juga
menimbulkan tantangan baru dalam hal etika dan budaya digital. Etika dan budaya digital
mengacu pada norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam penggunaan teknologi digital.
Pada dasarnya, etika dan budaya digital harus mencakup sikap dan perilaku manusia dalam
menggunakan teknologi digital dan memanfaatkan teknologi digital secara bertanggung jawab.

Salah satu tantangan dalam etika dan budaya digital adalah meningkatnya
kecenderungan untuk menyebarluaskan informasi yang tidak akurat, hoaks, atau bahkan
memicu kebencian. Hal ini menjadi lebih kompleks dengan adanya platform media sosial yang
memungkinkan informasi tersebar dengan cepat dan tanpa batas. Berdasarkan hasil survei
APJII pada tahun 2016, tercatat bahwa 97,5% pengguna media sosial aktif dalam berbagi
informasi, yang menjadi aktivitas tertinggi di dalamnya. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, dampak negatif dari media sosial semakin tak terkendali, terutama ketika informasi
dibagikan hanya untuk menaikkan status pengirimnya tanpa mempertimbangkan kebenarannya
(Mardina R, 2017). Hal ini menyebabkan aktivitas berbagi informasi lebih banyak
menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan di masyarakat. Saat ini, berbagi informasi
dengan cepat tanpa menyaring kebenarannya sudah menjadi aktivitas sosial yang umum terjadi.
Selain itu, masalah privasi dan keamanan data juga semakin menjadi perhatian.
Penggunaan data pribadi dalam internet dapat dikumpulkan dan digunakan tanpa persetujuan
pengguna. Bahkan, beberapa perusahaan internet dapat menjual data pengguna untuk
keperluan iklan atau pengembangan teknologi baru. Padahal, data pribadi merupakan informasi
yang sangat sensitif dan harus dijaga kerahasiaannya.

Tantangan baru dalam pengembangan teknologi juga memperumit masalah etika dan
budaya digital. Beberapa teknologi baru seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan Internet of
Things (IoT) memiliki potensi untuk mengubah cara kita hidup dan bekerja secara signifikan.
Namun, teknologi-teknologi ini juga dapat menimbulkan masalah etika dan budaya digital
yang baru, seperti kesenjangan digital, diskriminasi algoritma, dan masalah keamanan siber.

Menurut (Supanto, 2016) tindak pidana teknologi informasi atau tindak pidana cyber
memiliki kaitan dengan instrumen hukum internasional yang bersifat hard law, seperti
perjanjian-perjanjian internasional, maupun soft law yang tersebar dalam berbagai dokumen
seperti Guidelines, Code of Conduct, Model Law, Principles dan lain-lain. Dalam
implementasinya, UU ITE mengacu pada instrumen hukum internasional terkait, baik yang
bersifat hard law seperti perjanjian-perjanjian internasional, maupun yang bersifat soft law
seperti Guidelines, Code of Conduct, Model Law, Principles dan lain-lain. Hal ini
menunjukkan bahwa UU ITE Indonesia telah mempertimbangkan pandangan global dalam
menangani tindak pidana teknologi informasi atau tindak pidana cyber, yang merupakan
tantangan baru dalam pengembangan teknologi.

Dalam perkembangan masyarakat yang mengalami perubahan dan kemajuan pesat


karena globalisasi dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat diperlukan peraturan
hukum yang mengatur kegiatan manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan teknologi
informasi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) menjadi strategis untuk membangun hukum teknologi informasi yang memberikan
aturan-aturan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan kemungkinan pelanggarannya
(Supanto, 2016). Pemerintah perlu mendukung pengembangan Teknologi Informasi melalui
infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan
secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama
dan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan ini antara lain:
1. Pendidikan etika digital

Perlu adanya pendidikan mengenai etika dan budaya digital sejak dini, baik di
sekolah maupun di lingkungan keluarga. Dalam pendidikan ini, harus diajarkan nilai-
nilai yang berkaitan dengan penggunaan teknologi digital yang bertanggung jawab dan
menghindari perilaku yang merugikan orang lain.
2. Regulasi hukum yang kuat

Pemerintah perlu membuat regulasi hukum yang kuat terkait dengan penggunaan
teknologi digital dan memastikan penegakan hukumnya efektif. UU ITE yang ada di
Indonesia bisa menjadi acuan dalam mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan
kemungkinan pelanggarannya.
3. Pengembangan teknologi yang beretika

Pengembang teknologi digital harus memperhatikan aspek etika dalam proses


pengembangannya, seperti privasi pengguna, keamanan siber, dan dampak sosial dari
teknologi tersebut. Dalam hal ini, perlu ada standar etika yang dapat dijadikan acuan
oleh pengembang teknologi.
4. Keterlibatan aktif masyarakat

Masyarakat perlu terlibat secara aktif dalam penggunaan teknologi digital dan
menyebarluaskan informasi mengenai etika dan budaya digital. Misalnya, dengan
mengkampanyekan perilaku positif dalam menggunakan media sosial atau melaporkan
perilaku yang merugikan orang lain.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan permasalahan etika dan budaya


digital dapat diatasi secara bertahap dan teknologi digital dapat dimanfaatkan secara positif
untuk kemajuan masyarakat.

UU ITE menjadi landasan hukum yang penting dalam mengatur kegiatan di dunia
digital. Dalam UU ITE, terdapat ketentuan mengenai perlindungan hak cipta, privasi, dan
keamanan siber. UU ITE juga memberikan sanksi bagi pelaku tindak pidana di dunia maya,
seperti penyebaran informasi yang mengandung fitnah atau pornografi, penipuan online, dan
lain-lain. Dengan adanya UU ITE, diharapkan kegiatan di dunia digital dapat berjalan dengan
lebih teratur dan bertanggung jawab, serta masyarakat dapat terlindungi dari tindakan kejahatan
di dunia maya.

PENUTUP

Dalam kesimpulannya, etika dan budaya digital merupakan tantangan yang harus
dihadapi dalam pengembangan teknologi digital. Perubahan yang terjadi dalam budaya digital
harus diimbangi dengan aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu,
setiap orang harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga etika dan budaya
digital dalam penggunaan teknologi digital. Perlunya kerja sama dan keterlibatan berbagai
pihak baik pemerintah, industri teknologi, dan masyarakat dalam membangun budaya digital
yang sehat, aman, dan bertanggung jawab. Dengan adanya pengembangan teknologi yang
berkelanjutan, diharapkan bahwa permasalahan etika dan budaya digital dapat diatasi dengan
baik dan teknologi dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kehidupan manusia.
Daftar Pustaka
Ayu WI, Zulkarnaen, & Fitriyanto S. (2022). Budaya Digital Dalam Transformasi Digital
Menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Pengembangan Masyarakat Lokal, 5(1).
https://doi.org/10.58406/jpml.v5i1.922
Mardina R. (2017). Literasi Digital Bagi Generasi Digital Natives. Diakses pada 14 April
2023, dari https://www.researchgate.net/profile/Riana-Mardina-
2/publication/326972240_Literasi_Digital_bagi_Generasi_Digital_Natives/links/5b6e65
81299bf14c6d98ddab/Literasi-Digital-bagi-Generasi-Digital-Natives.pdf
Supanto. (2016). Perkembangan Kejahatan Teknologi Informasi (Cyber Crime) Dan
Antisipasinya Dengan Penal Policy. Perkembangan Kejahatan Teknologi, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai