0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan7 halaman
Penerapan etika dalam penggunaan media digital diperlukan untuk menjamin komunikasi yang aman dan bertanggung jawab. Hal ini melibatkan kemampuan pengguna dalam memilah informasi serta menyaring konten positif secara kritis. Tujuannya adalah menggunakan teknologi secara proporsional dengan menghargai privasi dan hak-hak lainnya.
Penerapan etika dalam penggunaan media digital diperlukan untuk menjamin komunikasi yang aman dan bertanggung jawab. Hal ini melibatkan kemampuan pengguna dalam memilah informasi serta menyaring konten positif secara kritis. Tujuannya adalah menggunakan teknologi secara proporsional dengan menghargai privasi dan hak-hak lainnya.
Penerapan etika dalam penggunaan media digital diperlukan untuk menjamin komunikasi yang aman dan bertanggung jawab. Hal ini melibatkan kemampuan pengguna dalam memilah informasi serta menyaring konten positif secara kritis. Tujuannya adalah menggunakan teknologi secara proporsional dengan menghargai privasi dan hak-hak lainnya.
menjadi hibridisasi secara digital, proses ini memengaruhi kehidupan sosial di semua dimensinya serta interaksi kita dengan alam. Tugas utama etika digital adalah membuat kita sadar akan tantangan dan pilihan untuk desain kehidupan individu dan sosial. Media digital adalah kesempatan bagi subjek abad ke- 21 untuk mengubah diri mereka dan hubungan mereka di dalam dan dengan dunia. Ini berarti memungkinkan satu sama lain untuk mengartikulasikan diri kita sendiri dalam jaringan digital, sambil menjaga singularitas sejarah, budaya dan geografis. Dialog antarbudaya yang etis diperlukan untuk memahami dan menumbuhkan keragaman budaya manusia. Dengan ini kita harus mencari prinsip-prinsip etika umum sehingga budaya digital dapat menjadi ekspresi asli dari kebebasan dan kreativitas manusia
Kesadaran untuk mengevaluasi berbagai isu yang terjadi yang terkait penyebaran data elektronik yang
mencakup didalamnya kemampuan untuk menyaring hoax, memilah informasi dan bagaimana
menyampaikan informasi yang baik.
tika digital mengacu pada studi tentang implikasi
teknologi pada ruang sosial, politik, dan moral masyarakat. Capurro (2009) telah banyak meneliti informasi digital dan implikasi teknologi komunikasi yang ada pada masyarakat luas. Saat ini, ada etika digital yang buruk yang dipraktikkan oleh perusahaan TI karena kesenjangan undang-undang yang ada. Ada konsensus minimal pada penyelidikan filsafat moral dan politik, dengan perselisihan besar bahkan pada etika digital dasar. Tantangan terbesar dalam etika digital adalah studi tentang elemen-elemen yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, atau yang tidak ada, dengan berbagai dampak dan hasil pada moral sosial dan tradisi yang mapan. Risiko tak terkendali melekat karena ketidakpastian yang diciptakan oleh teknologi baru, serta pertanyaan tentang teknologi baru. Kemungkinan dan hasil yang tidak terkendali dalam etika digital sering terjadi, karena ketidakmampuan untuk memperkirakan implikasi dari berbagai teknologi baru pada masyarakat, karena sifat teoritis dari hasil yang dirasakan (Floridi & Taddeo, 2016). Misalnya, penciptaan komputer yang memungkinkan kecerdasan buatan, dan robot interaktif dengan kemampuan seperti manusia semakin menjadi kenyataan, yang membutuhkan standar etika baru. Dalam masyarakat saat ini, teknologi digital lebih seperti apa yang sebelumnya ditampilkan dalam literatur fiksi ilmiah seperti mimpi, dengan aplikasi teknologi di bidang kehidupan sosial, politik, dan bahkan moral (Sargolzaei & Nikbakht, 2017). Karena produk teknologi baru, seperti telepon pintar, lingkungan sosial menjadi terganggu, dengan perhatian terbesar diberikan pada hubungan sosial online daripada interaksi kehidupan nyata. Artikel ini akan menilai lingkungan etika digital saat ini, untuk menetapkan tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi digital, terhadap privasi pribadi, dan solusi potensial untuk melindungi data
Aplikasi teknologi informasi baru telah
menyebabkan interaksi online antara orang-orang dan bahkan perdagangan, yang memiliki implikasi positif dan negatif. Interaksi online dengan individu atau organisasi ritel online mengarah pada pertukaran sejumlah besar data, dikumpulkan dan dianalisis oleh organisasi untuk pemasaran dan pengambilan keputusan berbasis organisasi, tanpa persetujuan pemilik (Sklavos, 2017). Kesimpulan yang dibuat oleh pengumpulan data massal melalui interaksi online adalah pelanggaran privasi yang signifikan, terutama karena sebagian besar pemilik informasi tidak mengetahui kegiatan tersebut. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa tidak ada kerangka etika yang jelas pada teknologi digital, yang membuat sulit untuk menangani masalah privasi dan keamanan yang diidentifikasi sejauh ini (Sklavos, 2017). Ini karena tidak adanya undang-undang yang memungkinkan, dan perubahan yang cepat dalam lingkungan teknologi informasi. Ada kebutuhan untuk mengatasi masalah privasi dan keamanan yang dihadapi teknologi informasi, untuk menciptakan solusi yang memastikan lingkungan digital yang aman bagi semua pemangku kepentingan. Sangat penting bagi badan-badan internasional yang tepat, untuk memfasilitasi undang-undang yang mengikat internasional untuk membantu mengekang keamanan siber yang berkembang, seperti penindasan dunia maya dan kehilangan informasi, yang mengancam implikasi positif dari teknologi digital. Masalah Utama dalam Etika Digital Masalah utama yang ditimbulkan oleh teknologi modern terhadap etika digital adalah pelanggaran privasi oleh teknologi analisis data besar saat ini, yang digunakan oleh organisasi bisnis untuk meningkatkan pengambilan keputusan mereka (Custers, Dechesne, Sears, Tani, & van der Hof, 2018). Teknologi data agregasi sangat penting dalam pengumpulan data pribadi, dan ada pertanyaan penting apakah aktivitas bisnis tersebut dapat diterima secara etis, karena data tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang pemasaran dan produksi (Damen, Köhler, & Woodard, 2017). Privasi berart Pemikiran dan praktik etika di masyarakat yang berkaitan dengan komunikasi, interaksi sosial, perilaku media massa, dan opini publik diharapkan dapat mencerminkan ikatan normatif religius. Untuk menghadapi era yang penuh dengan tantangan kompleks seperti saat ini karena majunya dunia teknologi, informasi, dan komunikasi, sudah seyogyanya sendi-sendi etika harus dijaga dan terus diupayakan eksistensinya. Hal ini terkait dengan pemahaman pengguna media digital tentang penggunaan media digital tersebut secara positif dan bertanggung jawab, disertai dengan cara berkomunikasi secara daring dengan aman. Komunikasi secara aman dimaksudkan dengan proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan. Dalam hal komunikasi media digital mengarah kepada komunikan dan komunikator. Kebebasan komunikan dan komunikator untuk menerima dan menyebarkan informasi melalui media digital harus diiringi dengan rasa tanggung jawab. Artinya, informasi yang disampaikan haruslah benar, cara penyampaiannya juga benar serta dapat mewujudkan kemaslahatan bagi pengguna media digital. Sehubungan dengan hal tersebut, ada empat tindakan yang dapat diterapkan, yakni membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Dalam hal membentuk pesan berarti menciptakan suatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak komunikator melalui proses kerja sistem syaraf. Kemudian pesan yang telah terbentuk ini pun selanjutnya disampaikan kepada komunikan melalui media digital. Berikutnya proses setelah pesan terkirim komunikan akan menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Pesan yang diterima oleh komunikan untuk seterusnya akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari komunikan. Keadaan ini dapat mendorong komunikan untuk melaksanakan pesan-pesan komunikasi sesuai dengan yang diharapkan komunikator. (Baca Juga : Pemilik Hati dan Lisan) Penerapan keempat tindakan tersebut cenderung terjadi secara berurutan. Oleh karena itu, pengguna media digital dapat memiliki kesadaran, kendali, dan batasan yang jelas dalam menggunakan teknologi. Dengan kata lain, kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dengan penekanan pada pemikiran kritis juga diperlukan, bukan hanya keterampilan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Gambaran mengenai tingkat kemampuan kognitif ataupun psikomotorik teknologi, tetapi harus juga memiliki sikap profesional dan kepribadian yang baik. Dengan demikian apabila pengguna media digital kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru, komunikator yang sebelumnya komunikan juga harus menggunakan perkataan yang baik-baik yang dapat menyenangkan hati komunikan. Pelaksanaan etika yang ada dalam penggunaan media digital dilakukan secara bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan kemampuan menyaring, memilah informasi, dan mengakses konten positif dalam penggunaan media digital. Etika ini mengacu kepada pemakaian media digital dengan tepat, aman, dan etis secara proporsional. Sejalan dengan Reitz (2004) menjelaskan etika informasi sebagai cabang etika yang memusatkan pada hubungan antara kreasi, organisasi, diseminasi, dan penggunaan informasi serta standar etika dan ketentuan moral yang mengatur tindakan manusia dalam masyarakat. Etika berkenaan dengan kebiasaan hidup yang baik dan dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika saat penggunaan diksi yang tepat saat berkomunikasi, tidak menyinggung orang lain, dan tidak memberikan informasi bersifat rahasia. Implikasi yang dimaksud bertujuan tidak hanya pengembangan keilmuan, tetapi juga pembentukan kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter (Zuchdi, 2010). Penanaman etika yang dituju menjadi komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan watak. Komunikator yang mampu eksis dengan jati diri yang beretika mampu berkomunikasi baik di tengah- tengah lingkungan media digital. Perilaku yang tepat dan bertanggung jawab atas penggunaan teknologi menjadi penerapan konsep dari cerminan realitas komunikasi yang santun.(syatkmf)