KAJIAN PUSTAKA
Menurut Siberkreasi & Deloitte (2020) etika digital dapat diartikan sebagai
media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi
yang multikultur, maka etika digital sangat relevan dipahami dan dipraktikkan oleh
Pengertian lain dari etika digital dikemukakan oleh Himma dan Tavani (2008)
digital, diskriminasi gender, dan sensor. Selaras dengan pengertian yang dikemukan
oleh Arifai, Mukhamad K (2020) bahwa etika internet (cyber ethics) adalah suatu
nilai-nilai yang disepakati bersama untuk dipatuhi dalam interaksi antar pengguna
sehari-hari. Etika berkaitan erat dengan baik buruknya perilaku seseorang yang
menggunakan media digital seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan media lainnya.
2.1.2 Aspek-aspek Etika Digital
Menurut Kominfo, Siberkreasi & Deloitte (2020) ada 4 (empat) aspek etika
digital, yaitu:
A. Etika berinternet
2) Mengetahui ragam standar komunitas yang ada di setiap platform media sosial
3) Memahami apa yang sebaiknya diunggah dan tidak ketika menggunakan media sosial
lainnya.
C. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai
1) Mengetahui cara berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital sesuai kaidah
1) Mengetahui jenis-jenis interaksi dan transaksi elektronik di ruang digital sesuai dengan
ruang digital.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari etika digital
ada 4, yaitu aspek etika berinternet, pengetahuan mengenai informasi yang mengandung
pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai
dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku, dan pengetahuan dasar
berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Aspek-aspek tersebut yang nantinya akan digunakan peneliti dalam
membuat alat penelitian (skala) dengan alasan aspek-aspek yang dikemukakan Kominfo,
Siberkreasi & Deloitte (2020) sesuai dengan karakteristik subjek yang adan digunakan
(warganet) semakin banyak. Amanda (2021) menyebutkan bahwa jumlah warganet di Indonesia
terus berkembang dari tahun ke tahun. Angka yang dikeluarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) pada semester pertama tahun 2020, mencatat kenaikan 8,9% jumlah
bahwa 73,3% penduduk Indonesia adalah pengguna internet yang aktif. APJII juga mencatat
lebih dari separuh pengguna internet di Indonesia berada di Pulau Jawa yakni sebesar 56,4 %,
lalu diikuti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua.
Berdasarkan data APJII, 95,4% pengguna internet di Indonesia menggunakan telepon pintar atau
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat aktivitas yang paling
banyak dilakukan para pengguna internet di Indonesia adalah berinteraksi melalui aplikasi
chatting (29,3%) dan media sosial (24,7%). Aktivitas lain yang dilakukan internet adalah
mengakses berita, layanan perbankan, mengakses hiburan, jualan daring, belanja daring,
layanan informasi barang/jasa, layanan publik, layanan informasi pekerjaan, transportasi daring,
game, e-commerce, layanan informasi pendidikan, dan layanan informasi kesehatan (Bukalapak,
2020). Meningkatnya angka pengguna internet berdampak pada meningkatnya pengguna media
Untuk itu kita sepatutnya mengenal bagaimana karakteristik media sosial. Media sosial
2. Memiliki halaman profil pengguna. Tersedia menu profil yang memungkinkan setiap
3. User Generated Content. Terdapat fitur bagi setiap pengguna untuk bisa membuat
4. Tanda waktu di setiap unggahan. Setiap unggahan yang dibuat diberi tanda waktu,
5. Interaksi dengan pengguna lain. Media sosial menyediakan fitur agar kita dapat
Kehidupan dalam media sosial harus diatur, baik melalui peraturan tertulis maupun
tidak tertulis. Dalam negara demokratis, memang sebaiknya kehidupan media sosial tidak perlu
terlalu banyak aturan tertulisnya. Nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan digital akan
tetap terpelihara selama masyarakat digitalnya memiliki literasi dan etika yang memadai dalam
Menurut Shina (2021), setidaknya ada empat (4) pilar literasi digital, yaitu:
1. Digital skills (kecakapan digital), yang salah satunya difokuskan kepada pengetahuan
2. Digital culture (budaya digital), yang salah satunya difokuskan kepada pengetahuan
dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital
3. Digital ethics (etika digital), yang salah satunya difokuskan kepada etika berinternet
(netiquette).
4. Digital safety (keamanan digital), yang salah satunya difokuskan kepada pengetahuan
dasar mengenai proteksi identitas digital dan data pribadi di platform digital.
Apabila keempat pilar literasi digital tersebut kuat tertanam dalam diri setiap pengguna
media sosial, maka kemungkinan kehidupan digital kita akan menjadi lebih baik dan lebih
beradab (civilized).
http://berita.upi.edu/etika-digital/
Etika komunikasi membangun landasan moral antarmanusia. Misalnya berkomunikasi dengan bahasa
menerima pesan. Sebab, penggunaan bahasa akan lebih mudah tersampaikan dari kedua belah pihak.
Fungsi lain etika komunikasi ialah sebagai panduan manusia dalam menjalin komunikasi. Panduan ini
meliputi penggunaan bahasa, baik komunikasi lisan maupun tertulis, hingga cara berperilaku
Etika digital kini menjadi bahasan serius di tengah penggunaan digital di kehidupan
berperilaku di ruang digital. Pada etika digital ada indikator yang harus diperhatikan
1. Mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan boleh dilakukan di ruang digital.
pornografi, perlindungan dan konten negatif lainnya. Paling tidak para pengguna
digital ini harus bisa membedakan mana berita yang benar dan yang bohong juga
bagaimana ujaran kebencian itu dilakukan kelompok-kelompok yang memang
lainnya seperti pornografi, judi online dan lainnya pun para pengguna digital harus
sesuai dengan kaidah etika dan peraturan yang berlaku. Bagaimana sesama
pengguna internet bisa saling berinteraksi satu sama lain dengan baik. Berpartisipasi
untuk semua pihak. Tentunya konten yang bisa membanggakan Indonesia di mata
dunia karena ruang digital ini begitu luas tanpa ruang batas. Hasil kolaborasi ini
3. Pengguna internet juga harus mampu tahu bagaimana cara berinteraksi dan
berlaku. Ruang ini bukan hanya untuk berjejaring namun juga dapat untuk
bertransaksi secara ekonomi sehingga lebih baik para warga digital dapat
mengetahui bagaimana cara yang aman dan tidak merugikan saat bertransaksi
situasi diri dan lingkungan, serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola
faktor perilaku yang sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri
Harahap, (2017:139) diri (self) merupakan suatu sistem diri dalam proses saling
diri (self control), dimana proses tersebut menjelaskan cara diri (self) mengatur
jenis kualitas kontrol diri yaitu :over control, under control dan appropriate
seseorang banyak
kontrol terhadap hal-hal yang terjadi dalam hidup mereka melalui dua hal,
kedua melalui proses pembelajaran sosial dimana individu belajar dengan cara
kontrol diri yang efektif merupakan kemajuan yang sesuai dengan tahap
mencapai tahap berpikir operasional formal dimana saat ini remaja mampu
ditentukan oleh kemasakan dalam hubungan dengan orang lain yang menuntut
dorongan yang harus segera dipenuhi oleh penggunanya karena bermain game
Dalam hal ini, kontrol diri sangatlah berperan penting bagi kehidupan remaja. Kontrol diri yang terdapat
pada dalam diri tidaklah sama, hal tersebut dipengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pembentukannya. Kontrol diri sebagai mediator psikologis dan berbagai perilaku. Kemampuan untuk
menjauhkan dari perilaku yang mendesak dan memuaskan keinginan adaptif, orang yang memiliki
kontrol diri yang baik maka individu tersebut dapat mengarahkan perilakunya, sebaliknya jika individu
yang memiliki kontrol diri yang rendah akan berdampak pada ketidakmampuan mematuhi perilaku dan
tindakan, sehingga individu tidak lagi menolak godaan dan implus. Menurut Marsela & Supriatna,
(2019:67) kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal yng ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Cara orang tua menegakkan disiplin, cara
orang tua merespon kegagalan anak, gaya berkomunikasi, cara orang tua mengekpresikan kemarahan
(penuh emosi atau mampu menahan diri) merupakan awal anak belajar kontrol diri, seiring dengan
bertambahnya usia anak, bertambah pula komunitas yang mempengaruhinya, serta banyak pengalaman
sosial yang dialaminya, anak belajar merespon kekecewaan, ketidak sukaan, kegagalan, dan belajar
untuk mengendalikannya, sehingga lama-kelamaan kontrol tersebut muncul dari dalam dirinya sendiri.
Menurut Marsela & Supriatna, (2019:67) mengemukakan bahwa faktor kognitif yaitu berkenaan dengan
kesadaran berupa proses-proses seseorang menggunakan pikiran dan pengetahuannya untuk mencapai
suatu proses dan cara-cara yang tepat atau strategi yang sudah dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang
menggunakan kemampuan diharapkan dapat memanipulasi tingkah laku sendiri melalui proses
intelektual. Jadi kemampuan intelektual individu dipengaruhi seberapa besar individu memiliki kontrol
diri.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan dan keluarga, faktor lingkungan dan
keluarga merupakan faktor eksternal dari kontrol diri. Orang tua yang menentukan
kemampuan mengkontrol diri seseorang. Salah satunya yang diterapkan oleh orang tua
adalah disiplin, karena sifat disiplin dapat menentukan kepribadian yang baik dan dapat
mengendalikan prilaku pada individu. Kedisiplinan yang diterapkan pada kehidupan dapat
mengembangkan kontrol diri dalam self directions sehingga seseorang dapat
mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukan.
Lebih lanjut faktor kontrol diri menurut Marsela & Supriatna, (2019:66) adalah sebagai
berikut:
a. Orang tua, hubungan dengan orang tua memberikan bukti bahwa ternyata orang tua mempengaruhi
kontrol diri anak-anaknya. Pada orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan keras dan otoriter akan
menyebabkan anak-anaknya kurang dapat mengendalikan diri serta kurang peka terhadap peristiwa
yang dihadapi. Sebaliknya orang tua sejak dini sudah mengajari anak intuk mandiri memberikan
kesempatan untuk menentukan keputusan sendiri, maka anak-anak akan lebih mempunyai kontrol diri
yang baik
b. Faktor budaya, setiap individu yang berada dalam salah satu lingkungan akan terkait budaya
lingkungan tersebut. Setiap lingkungan akan mempunyai budaya yang berbeda-beda dengan
budaya dari lingkungan lain. Hal demikian mempengaruhi kontrol diri seseorang sebagai anggota
lingkungan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu sangatlah dituntut dalam
mengendalikan dirinya sendiri. Hal tersebut karena manusia ialah makhluk sosial, yang tidak bisa
berdiri sendiri tanpa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang-orang dilingkungannya.
Kontrol diri sangat berperan penting dalam bersosialisasi tersebut. Individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi akan dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat mengantisipasi stimulus
dari luar. Tinggi rendahnya kontrol diri pada individu dipengaruh oleh faktor internal dan
eksternal. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kontrol diri tidak
semata-mata dibangun secara praktis, namun secara berangsur dan berlanjut sehingga menjadi
sesuatu yang melekat ada individu. Menurut Marsela & Supriatna, (2019:66) ada tiga jenis
kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan approprivate control, Secara rinci
dijelaskan sebagai berikut:
1. . Over Control merupakan Kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang
menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.
Averill (1973) dalam Ghufron dan Risnawita (2012) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol
personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengkontrol
keputusan (decesional control).
Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung
memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Indikator :
Kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi/keadaan. Siswa dengan
kemampuan mengontrol diri yang baik mampu mengatur perilakunya
Kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.
Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka
kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Indikator kontrol kognitif :
1. Memperoleh informasi
Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan,
individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
2. Melakukan penilaian
Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
Mengkontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Indikator kontrol keputusan :
2.2.1 Penelitian A. Fikri Amirudin Ihsani dengan judul Etika Komunikasi Sebagai Kontrol Kesalehan Virtual
Penelitian ini membahas mengenai etika komunikasi sebagai kontrol kesalehan virtual dalam perilaku
bermedia masyarakat di era digital. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, dan mengetahui peran etika komunikasi sebagai kontrol etika kesalehan virtual dalam
perilaku bermedia masyarakat di era digital. Konsep etika komunikasi yang digunakan berdasarkan
perspektif Haryatmoko dan dilengkapi oleh teori tindakan komunikasi Habermas. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa etika komunikasi merupakan seperangkat norma, nilai, atau
ukuran tingkah laku yang baik dalam aktifitas komunikasi. Dalam hal ini, etika komunikasi sebagai
kontrol kesalehan virtual dalam perilaku bermedia masyarakat di era digital ini dimaksudkan untuk
menjamin pada tercapainya sifat-sifat umum akan norma-norma yang dapat diterima dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu, menjamin pada otonomi individu melalui kemampuan emansipatoris sehingga
menghasilkan pembentukan kehendak bersama melalui perbincangan yang rasional. Dengan demikian,
etika komunikasi merupakan sebuah upaya untuk mengontrol proses komunikasi agar tercipta stabilitas
2.2.2 Penelitian ezra yora turnip dengan judul etika berkomunikasi dalam era media digital
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan etika berkomunikasi dalam era digital masa kini. Salah
satunya adalah keberadaan media sosial. Karena mudahnya penggunaan sosial media pada media
digital, para pengguna kerap kali lalai dalam menggunakan etika berkomunikasi. Penelitian ini
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa etika dan norma kesopanan santunan sangat di
perlukan dalam berkomunikasi, terutama pada media digital. Etika berkomunikasi dapat di gali melalui
pemahaman tata bahasa yang baik, pendidikan dini tentang sopan santun, belajar mengerti dan
2.2.3 Penelitian Sariyani dengan judul hubungan antara kontrol diri dan intensitas penggunaan media
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dan intensitas penggunaan
media sosial dengan kemampuan sosialisasi pada siswa SMA Negeri 5 Samarinda. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 115 siswa kelas XI IPS di SMA Negeri
5 Samarinda yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah skala kemampuan sosialisasi, kontrol diri, dan intensitas penggunaan media
sosial. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji analisis regresi linear berganda dengan bantuan
program statiscal package for Social Sciences (SPSS) 20.0 for windows.
(1) hubungan positif dan signifikan kontrol diri dengan kemampuan sosialisasi dengan koefisien beta =
0,632 serta nilai t hitung > t tabel (8.766>1.661 dan nilai p = 0.000 (p<0.05).
(2) Ada pengaruh negatif dan signifikan intensitas penggunaan media sosial dengan kemampuan
sosialisasi dengan koefisien beta = 0,159, serta nilai t hitung > t tabel (2.206> 1.661) dan nilai p =
0.029 (p<0.05).
(3) Ada hubungan signifikan kontrol diri dan intensitas penggunaan media sosial dengan kemampuan
sosialisasi dengan nilai f hitung > f tabel (40.340> 3.077) dan nilai p = 0.000 (p<0.05). Kontribusi
kontrol diri dan intensitas penggunaan media sosial dengan kemampuan sosialisasi pada siswa
2.2.4 Penelitian mutiah dkk dengan judul etika komunikasi dalam menggunakan media sosial
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang berupa deskriptif. Subyek dalam penelitian ini
adalah masyarakat Indonesia meliputi anak-anak, dewasa dan orang tua. Metode pengumpulan
data yang saya lakukan dalam penelitian ini dengan sebgai berikut metode observasi, metode
1. Etika komunikasi dalam menggunakan media sosial ini meliputi etika komunikasi dalam konteks
2.2.5 Penelitian andriyani & hidayati dengan judul investigasi pelaksanaan bimbingan kelompok
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan bentuk penelitian ini adalah study
survey. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 77 siswa kelas VII SMP. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan komunikasi langsung dan komunikasi tidak
langsung. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah panduan wawancara dan skala
psikologis.
Hasil penelitian: Aspek pergaulan siswa kelas VII SMP tergolong "cukup",faktor yang