Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AGENDA 3 HARI KEDUA

KELOMPOK 4.2 : YOGI MAULANSYAH, S.P. (WA : 085945976332)


EKO SOERYAJOYO SOEGIHARTO, S.Pd
HANIFAH SILVIYANI, S.Pt.
NADHIRA ALIFAH FAUZIA, S.T
Ns. EKO DIANA YULIANTI, S.Kep

Literasi Digital

a. Pengertian Literasi Digital


Dalam pidato Presiden RI mengenai Visi Indonesia pada tanggal 14 Juli 2019,
ditekankan bahwa pada masa pemerintahan Bapak Jokowi yang kedua “Pembangunan
SDM” akan menjadi salah satu visi utama. Kemudian untuk mempersiapkan visi tersebut
Presiden menekankan arahan untuk menangani tranformasi digital pada masa pandemi
ini dengan “Persiapan kebutuhan SDM talenta digital”. Dari hal ini ditarik kesimpulan
bahwa adanya literasi digital adalah penting adanya.

Literasi digital adalah kecakapan akan media digital, alat-alat komunikasi, dan jaringan
dalam membuat ataupun memanfaatkan informasi dengan penuh tanggung jawab.
Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif SDM Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas menggunakan gawai saja.

b. Peta Jalan Literasi Digital


Peta jalan Literasi digital Indonesia disebut “Indonesia Digital Nation” (bermartabat,
berkeadilan, dan berdaya saing), Bertujuan untuk mewujudkan birokrasi digital
Indonesia yang berkelas dunia dan berdaya saing.

Halaman 1│10
Dalam peta jalan tersebut terdapat berbagai upaya diantaranya penyediaan infrastruktur,
pembuatan aplikasi, menyiapkan regulasi, melakukan pengendalian, hingga
pengadopsian teknologi pendukung. Peta Jalan tersebut akan memberikan penjelasan
mengenai arah kebijakan, implementasi pelaksanaan dan target capaian transformasi
digital Indonesia di empat sektor strategis. Empat sektor strategis tersebut adalah
infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital dan masyarakat digital.

c. Lingkup Literasi Digital


Tingkat Penetrasi Indonesia sebesar 73,7% (31.83 juta Angkatan bekerja dan 38,87 juta
Angkatan tidak bekerja) dan masyarakat Indonesia yang masih belum mendapatkan
internet sebesar 26,3%.

d. Implementasi Literasi Digital


Kerangka kerja literasi digital terdiri dari digital skill (cakap bermedia sosial), digital
culture (budaya bermedia sosial), digital ethics (etika bermdia sosial), dan digital safety
(aman bermedia sosial). Kerangka ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

 Digital Skill : Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan dan


memanfaatkan teknologi
 Digital Culture : Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
keseharian
 Digital Ethics : Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, ,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan
keseharian
 Digital Safety : Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman 2│10
Etika Bermedia Digital
Media digital digunakan oleh siapa saja, dari berbagai kalangan untuk berbagai keperluan.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Jumlah, akses dan durasi penggunaan internet meningkat drastis.
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media
digital. Masyarakat menggunakan media digital dalam segala hal, mulai dari belajar,
bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Pandemi Covid 19
menjadi salah satu alasan utama masyarakat selalu berinteraksi melalui media digital.

PILAR LITERASI DIGITAL

Empat pilar literasi digital terdiri dari etika bermedia digital, budaya bermedia digital,
keamanan bermedia digital, dan kecakapan bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Media digital digunakan oleh siapa saja,
dari berbagai kalangan untuk berbagai keperluan. Tiga tantangan dalam menimbang urgensi
penerapan etika bermedia digital yaitu penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia, perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional
ke media digital, intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi

Budaya bermedia digital diwajibkan memiliki sikap dan perilaku yang menjunjung nilai-nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Ketika berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika akan mengarahkan komunitas digital yang Pancasilais dalam
pilihan kegiatannya. Pancasilais disini artinya warga digital yang dapat berpikir kritis, meminimalisir
Unfollow; Unfriend; dan Block untuk menghindari Echo Chamber dan Filter Bubble, serta gotong
royong kolaborasi kampanye literasi digital. Terdapat 5 (lima) kompetensi budaya di ruang digital
yang dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan bernegara yaitu memahami makna dari konten
budaya yang ada di media digital, produksi melibatkan kemampuan untuk meduplikasi konten
budaya, distribusi dalam menyebarkan informasi budaya yang ada, partisipasi yang mengavu pada
kemampuan untuk terlibat secara interaktif dan kiritis dalam lingkungan media baru, dan kolaborasi
membuat konten budaya di media digital Bersama-sama pihak lain. Adapun hak-hak digital yang
dimiliki warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media
digital. Dalam mengakses media digital perlu didasarkan mengakses sumber informasi yang valid
dapat membuat kita terhindar dari jebakan hoaks, mengakses perangkat secara legal, dan mengakses
program sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Halaman 3│10
Keamanan bermedia digital berarti membahas berbagai aspek keamanan mulai dari
menyiapkan perangkat yang aman hingga menyediakan panduan untuk berperilaku di media digital
yang rendah risiko. Terdapat 3 (tiga) kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki pengguna
media digital. Pertama, kecakapan bermedia digital yang bersifat kognitif artinya pengguna dapat
memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital (lunak maupun
keras) maupun terhadap identitas digital dan data diri. Kedua, kecakapan keamanan digital yang
bersifat afektif artinya pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan
sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri sendiri, melainkan juga menjaga
keamanan pengguna lain. Ketiga, kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau behavioral
artinya Langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri seperti
memastikan penggunaan kata sandi dan memperbaruinya secara berkala.

Pengguna media digital juga perlu melakukan perlindungan perangkat digital dari berbagai
ancaman malware. Malware itu sendiri merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol
perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari pemilik
perangkat, oleh karena itu perlu adanya proteksi perangkat digital baik proteksi perangkat keras dan
proteksi perangkat lunak. Proteksi perangkat keras dapat berupa memakai perlindungan pengaturan
kata sandi, memakai fitur perlindungan fingerprint authentication, memakai fitur perlindungan face
authentication. Proteksi perangkat lunak dapat berupa memakai fitur find my device, memakai fitur
antivirus, memakai fitur full disk encryption, dan melakukan back up data.

Dalam penggunaan media digital perlu melakukan perlindungan identitas dan data pribadi
digital seperti menampilkan tanggal lahir dan nama ibu kandung. Untuk menjaga keamanan identitas
digital dan data pribadi perlu adanya penggunaan PIN (Personal Identification Number), proses
autentikasi dua faktor (Two-factor authentication, 2FA), ada juga OTP atau One-time Password.
Beberapa jenis penipuan di dunia digital diantaranya scam, spam, pishing, dan hacking.

Kecapakan bermedia digital meliputi kemampuan pengguna dalam mengetahui, memahami,


dan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dalam sistem operasi digital dikehidupan
sehari-hari. Masing-masing sub indikator yang membentuk pilar kecakapan bermedia digital yaitu
pertama, kecakapan terkait penggunaan perangkat keras dan lunak seperti komputer, notebook,
netbook, tablet, handphone. Kedua, mesin pencarian informasi yaitu situs yang memiliki kemampuan
untuk mencari halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci
contohnya google, yahoo, bing, baidu, dan Yandex. Ketiga, aplikasi percakapan dan media sosial
untuk berkomunikasi dan berinteraksi contohnya Facebook, Instagram, Twitter, Youtube. Keempat,
aplikasi dompet digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.

Halaman 4│10
IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA

a. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial,
surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat keras dan
perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Salah satu
perangkat keras yang sering kali digunakan dalam dunia digital adalah komputer.
Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang
didesain untuk penggunaan individu. Beberapa kategori untuk mesin komputer yang sering
kita jumpai adalah komputer, notebook, netbook, tablet, dan telepon selular. Dari kelima
mesin komputer tersebut, telepon selular merupakan salah satu gawai paling populer saat ini
di Indonesia karena mudah digunakan dan dikaitkan dengan penggunaan internet.
Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling
berhubungan dengan komputer lain. Menurut Levine dan Young (2010), ada beberapa hal
yang perlu disiapkan untuk mengakses internet, yaitu komputer, modem, akses ke penyedia
jasa internet, dan berbagai perangkat lunak.
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet yang bisa kita gunakan,
diantaranya adalah kecepatan akses, stabilitas, pelayanan terhadap pelanggan, dan kita perlu
menyesuaikan biaya jasa internet dengan kemampuan dan kebutuhan kita. Dengan mendaftar
ke penyedia jasa internet, kita bisa mengakses internet secara personal dengan teknologi
kabel atau Wi-Fi.
b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan, dan Pemilahan Data
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita dan selama pandemi
Covid-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku
kita berinternet. Dalam menggunakan internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan
adalah menggunakan mesin pencarian informasi untuk menunjang kegiatan. Beberapa
tahapan kerja dalam mesin pencari informasi adalah penelusuran, pengindeksan, dan
pemeringkatan. Beberapa cara penggunaan mesin pencarian informasi :

Halaman 5│10
 Mengetik kata kunci (keyword) di kolom pencarian, kata kunci dapat
berupa satu kata atau lebih.
 Klik enter, maka berbagai hasil pencarian yang relevan akan muncul.
Jika belum menemukan informasi yang dibutuhkan, maka kita dapat
mengubah kata kunci yang lebih sesuai.
 Menggunakan karakter tanda (-) untuk menghilangkan kata khusus
yang tidak diinginkan, menggunakan karakter tanda petik (“) untuk
mencari kata atau frasa yang lebih spesifik, menggunakan istilah OR
untuk menemukan salah satu informasi yang dibutuhkan atau
menggunakan sinonim dari kata kunci.
c. Aplikasi Percakapan dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan teknologi
yang disebut sebagai tolak ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan dengan berbagai
aspek. Menurut data Hootsuite & We Are Social pada bulan Oktober 2020, aplikasi pesan
terbesar masih dikuasai oleh WhatsApp.
d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan Transaksi Digital
Dompet digital hadir sebagai upaya dalam mewujudkan metode pembayaran nontunai
untuk berbagai keperluan ataupun kebutuhan. Tahun 2007, DOKU ID hadir sebagai
perusahaan penyedia layanan pembayaran elektronik pertama di Indonesia.
Sekarang, sekurang-kurangnya terdapat lima dompet digital yang populer dan
digemari oleh masyarakat Indonesia, yaitu ShopeePay, OVO, GoPay, Dana, dan LinkAja.
Selama pandemi COVID-19 pemenuhan kebutuhan konsumsi harian dompet digital
meningkat sebanyak 29,67%.
e. Etika Berinternet (nettiquette)
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif
sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta kedewasaan.
Dalam beraktivitas di internet, terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti oleh
pengguna dan keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna selama
mengakses layanan internet. Yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti
tertulis, misal kode etik jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).

Halaman 6│10
f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten
Negatif Lainnya
Konten negatif atau disebut juga konten ilegal didefinisikan sebagai informasi dan
atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian,
penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan atau pengancaman, penyebaran
berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna. Beberapa
konten negatif di antaranya yaitu informasi bohong (hoax), ujaran kebencian, dan
perundungan.
1. Informasi Bohong (Hoax)
Hoax adalah informasi palsu, berita bohong, atau fakta yang diplintir atau direkayasa
untuk tujuan lelucon hingga serius (politis). Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun”
atau humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalnya
melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang atau kelompok. Menurut
Dewan Pers, ciri-ciri hoax adalah sebagai berikut:
 Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan.
 Sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya pemberitaan media yang
tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
 Bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif,
memberikan penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data.
2. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan salah satu bentuk perundungan (bullying) dalam dunia
maya. Dengan kata lain, pelaku menggunakan teknologi digital sebagai sarana untuk
merundung orang lain. Ada beberapa jenis cyberbullying di Indonesia yaitu flaming,
harassment, denigration, cyberstalking, impersonation, outing and trickery.
3. Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian (hate speech) adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada
individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, etnis,
gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama, dan lain-lain.
g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital
yang Sesuai dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturan yang Berlaku
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Proses ini berakhir pada menciptakan konten

Halaman 7│10
kreatif dan positif untuk menggerakkan lingkungan sekitar. Cara berinteraksi atau
berkolaborasi di ruang digital harus sesuai etika. Menggunakan kata-kata yang layak dan
sopan, waspada dalam menyebarkan informasi, menghargai karya orang lain dengan
mencantumkan sumber, membatasi penyebaran informasi yang bersifat pribadi, serta
sebarkan informasi yang inspiratif dan edukatif.
h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital Sesuai dengan
Peraturan yang Berlaku
Etika bertransaksi secara elektronik, yaitu:
1. Daftarkan diri baik penjual dan pembeli sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan
platform belanja daring yang diinginkan.
2. Kenali dengan baik seluruh fitur yang tersedia. Fitur-fitur utama yang perlu dipelajari
adalah kebijakan penjualan, detail produk, keamanan akun, proses pembayaran dan
pengembalian produk yang dijual, pengiriman produk.
3. Pastikan perangkat digital yang digunakan untuk transaksi daring sudah aman.
4. Baik penjual maupun pembeli sebaiknya memberikan dan dapat mengakses layanan
bantuan yang disediakan e-commerce.
i. Fitur Proteksi Perangkat Keras
Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang bertujuan
untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Fitur proteksi perangkat
digital ini terdiri atas proteksi perangkat keras dan perangkat lunak. Proteksi perangkat keras
itu, seperti kata sandi, pencocokan sidik jari, dan deteksi wajah. Proteksi ini sudah sangat
umum digunakan. Untuk proteksi perangkat lunak bisa menggunakan find my device, back up
data, pemasangan anti virus, enkripsi full disk, dan shredder.
j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
Upaya untuk melindungi identitas dan data pribadi harus dilakukan oleh beberapa
pihak, yaitu:
1. Pemerintah selaku penyelenggara negara. Oleh karenanya, Pemerintah bersama
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI saat ini tengah membahas Rancangan Undang-
Undang (RUU) Pelindungan Data Pribadi (PDP) sebagai payung hukumnya.
2. Data controller atau pengendali data pribadi. Adapun yang dimaksud pengendali data
pribadi adalah pihak yang menentukan tujuan dan melakukan kendali pemrosesan
terhadap data pribadi. Contohnya Ditjen Dukcapil dan marketplace.

Halaman 8│10
3. Data owner atau pemilik data pribadi itu sendiri. Masyarakat juga harus memiliki
pemahaman bahwa data pribadi merupakan sesuatu yang penting untuk dijaga
kerahasiaannya dan tidak sembarangan diumbar di ranah publik.
k. Penipuan Digital
Penipuan digital menjadi salah satu bentuk kejahatan digital yang cukup rentan dan
banyak dialami oleh masyarakat. Penipuan digital mengarah pada kerugian secara finansial.
Kerugian finansial dapat dialami oleh pembeli maupun penjual. Ragam penipuan digital
diantaranya scam, spam, pishing dan hacking. Upaya melindungi diri dari ragam penipuan
digital diantaranya jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email ke public,
berpikir sebelum meng-klik tautan link atau mengunduh dokumen dari sumber yang tidak
jelas, jangan membalas pesan spam, gunakan aplikasi penyaring spam dan antivirus, dan
hindari penggunaan email pribadi maupun perusahaan untuk mendaftar aplikasi yang tidak
terlalu penting.
l. Rekam Jejak Digital Di Media
Rekam jejak digital dalam pemanfaatannya dibagi menjadi dua yaitu pemanfaatan
jejak digital secara negatif seperti mempublikasi informasi pribadi untuk penindasan dan
pelecehan daring serta manipulasi psikologis dan pemanfaatan jejak digital secara positif
seperti mengungkap kasus-kasus criminal. Kita dapat merancang jejak digital yang baik
seperti meninggalkan catatan karya atau prestasi di berbagai platform digital seperti media
social maupun blog pribadi. Jejak digital positif yang kita rancang dapat ditemukan di mesin
pencari sehingga menjadi catatan nama baik untuk kita.
m. Minor Safety (Catfishing)
Catfish merupakan identitas yang dibangun secara virtual dan menjadi salah satu
bentuk penipuan yang memanfaatkan teknologi. Berkembangnya penipuan identitas karena
didukung oleh penggunaan narasi fiktif seperti penggunaan nama palsu, penggunaan avatar,
display picture, profile picture palsu dan lain sebagainya.
n. Nilai-Nilai Pancasila Dan Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Landasan Kecakapan
Digital Dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, Dan Bernegara
Kita memasuki era digital yang secara otomatis menjadi warga Negara digital. Setiap
individu memiliki tanggung jawab meliputi hak dan kewajiban untuk melakukan seluruh
aktivitas bermedia digital berlandaskan pada nilai-nilai pancasila dan bhinneka tunggal ika.
Contoh aktivitas yang dapat kita lakukan sebagai warga Negara digital adalah tidak
memproduksi dan menyebarluaskan informasi tidak benar dan hanya memproduksi konten

Halaman 9│10
positif serta secara aktif menginisiasi, mengerakan dan mengelola kegiatan bermedia digital
yang positif.
o. Digitalisasi Kebudayaan Melalui Pemanfaatan TIK
Setiap kota/kabupaten di Indonesia biasanya memiliki lembaga pusat kebudayaan
daerah. Tidak semua pusat kebudayaan daerah memiliki media digital, untuk itu perlu adanya
partisipasi dari pihak luar sehingga akan adanya kolaborasi antara lembaga pusat kebudayaan
daerah dengan partisipan. Kolaborasi tersebut mampu menghadirkan seni, budaya dan bahasa
daerah dalam bentuk visual digital yang bisa diakses dan dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk Dalam Negeri Dan Kegiatan Produktif
Lainnya
Hasil karya anak bangsa yang banyak dilirik kalangan mancanegara seperti batik,
songket, ulos, kain tenun termasuk barang aksesoris, perhiasan, tas, sepatu yang dalam
pembuatannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia. Kita sebagai warga Negara merasa
bangga akan kecintaan pada produksi dalam negeri sebagai bukti dari bela Negara secara
ekonomi dan kita sebagai warga Negara harus mendukung dengan menggunakan produk
dalam negeri pada kehidupan kita sehari-hari.
q. Digital Right (Hak Digital Warganegara)
Hak digital merupakan hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untu
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.
Hak digital harus beriringan dengan kewajiban digital seperti menjaga hak-hak atau reputasi
orang lain, menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, kesehatan dan moral publik
Hak dan kewajiban digital mempengaruhi kesejahteraan digital setiap pengguna.
Ada 4 kontesk kesejahteraan digital yaitu sosial, personal, kegiatan belajar dan pekerjaan.

Berikut dilampirkan tautan video mengenai SMART ASN:

https://drive.google.com/file/d/14eLJMNgQDKYjUqFSr2JNMOWnrgtjAlkN/view?usp=shar
ing

Halaman 10│10

Anda mungkin juga menyukai