Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan Materi Agenda III (Modul Smart ASN dan Manajemen ASN)

Nama : Ni Putu Ayu Angga Rai, A.Md.Keb


Angkatan : III Kelompok 4
NDH : 35
Instansi : UPTD Puskesmas Selat

1. Smart ASN
a. Materi Pokok
Literasi Digital
Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat
untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara. Menurut UNESCO, literasi
digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak, dan kewirausahaan. Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,
digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Sesuai dengan visi misi presiden yang kedua yaitu fokus pada pembangunan
SDM, yang juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi digital,guna mendukung
percepatan transformasi digital, maka ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya

Bila merujuk pada langkah ke-4 diatas yakni diperlukan Persiapan Kebutuhan SDM
Talenta Digital dalam mendukung percepatan transfomasi digital, maka disinilah
pentingnya pemahaman tentang Literasi Digital, yang terdiri dari 4 pilar yaitu:

a) Cakap Bermedia Digital, merupakan dasar dari kompetensi literasi digital,adalah


kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Dasarnya yaitu;
1. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
2. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
3. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
4. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.
b) Etika Bermedia Digital,merupakan kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Dasarnya yaitu:
1. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan
etika berinternet (netiquette)
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax
dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
3. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital
yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
4. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang
digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ruang lingkup etika dalam
dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran,
tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan
c) Budaya Bermedia Digital, di mana kompetensi digital individu difungsikan agar
mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan
dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya,merupakan kemampuan individu
dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Dasarnya yaitu:
1. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai
landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesa
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan
dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
3. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika.
4. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
d) Aman Bermedia Digital, merupakan kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran. Dasarnya yaitu
1. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
2. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber
yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
3. Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan
menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
4. Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi. Ada lima
indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital, yaitu: Pengamanan perangkat digital,
pengamanan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam
jejak digital, memahami keamanan digital bagi anak.
Dengan mampu memahami konsep nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal
menjadi landasan kecakapan digital dalam beraktivitas di ruang digital, maka kita
bisa menjadi warga digital yang Pancasilais, yaitu mampu:
• Berpikir kritis, berpikir kritis melatih kita untuk tidak sekedar sharing,
namun mempertimbangkan apakah konten yang akan kita produksi dan
distribusikan selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dasar utamanya adalah pertanyaan apakah konten kita benar (objektif,
sesuai fakta), penting, dibutuhkan (inspiratif) dan memiliki niatan baik
untuk orang lain (tidak memihak, tidak merugikan).
• Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo
Chamber dan Filter Bubble: Sangat penting kiranya melatih kematangan
bermedia. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah
memutuskan pertemanan (unfollow, unfriend, block atau blokir) di media
sosial dan media percakapan online. Baik echo chamber maupun bubble
filter menciptakan situasi yang membuat kita berhadapan dengan
keseragaman- seragam sama dengan kita. Akibatnya, kerap kita merasa
paling benar atas pemikiran kita sendiri, karena terhalangi untuk melihat
realitas yang lebih beragam di luar sana. Hal ini tentu berlawanan denga
nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
• Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital: Menjadi warga
digital yang Pancasilais berarti memiliki inisiatif untuk berpartisipasi dan
berkolaborasi aktif dalam aktivitas dan komunitas digital. Pada konteks ini,
nilai- nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tercermin dalam kesediaan
kita untuk berkolaborasi dengan beragam entitas untuk mewujudkan tujuan
berbangsa dan bernegara. Hak mengakses, berekspresi, merasa aman.

b. Topik Yang Ingin Dipahami Dalam Pembelajaran


1) Implementasi Literasi Digital
Setelah memahami konsep dari literasi digital, ke-4 pilar nya dapat kita
implementasikan dalam kegiatan bermedia digital, dimulai dari mampu memahami etika
berinternet, hak-hak digital, memahami jenis-jenis perangkat keras dan perangkat lunak,
memahami penggunaan mesin pencarian di internet, aplikai-aplikasi terkini seperti
aplikasi percakapan social media, marketplace, ataupun dompet digital yang sedang
digaungi masyarakat saat ini.
Setelah mampu memahami, selanjutnya kita dituntut untuk mampu menerapkan
pemahaman tersebut dalam kegiatan sehari-hari, sehingga dapat melakukan evaluasi
terkait apa kelebihan dan kekurangan dari berbagai jenis perangkat keras/lunak, serta
aplikasi-aplikasi digital yang sudah kita gunakan, atau hal-hal apa yang masih perlu
ditingkatkan dari praktik digitalisasi budaya yang ada.
2) Tantangan dalam dunia digital, seperti:
a) Ancaman malware, yang bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari
pemilik perangkat, disini diperlukan kecakapan masyarakat untuk mampu
melakukan proteksi perangkat lunak maupun perangkat keras. Pada perangkat
keras dapat dilakukan proteksi dengan membuat kata sandi, fingerpint
authentications, serta face authentifications. Sedangkan pada perangkat lunak
dapat dilakukan dengan memasang antivirus, atau melakukan backup data.
b) Maraknya penipuan Digital contohnya dengan penipuan harga diskon barang atau
produk yang ditawarkan, identitas pelaku usaha atau konsumen fiktif, ketidak
sesuaian barang atau produk yang diterima dengan yang dipesan.
Dari beberapa tantangan diatas diharapkan kedepannya seluruh lapisan
masyarakat memiliki pemahaman terkait literasi digital, mengingat saat ini dunia
digital telah menjadi bagian dari keseharian kita, sehingga mampu meminimalisir
atau mencegah terjadinya kerugian.
3) Rekam Jejak Digital yang Sulit Dihilangkan
Rekam jejak digital sejatinya tidak benar-benar bisa dihapus, kita bisa menghapus atau
menutup akun. Namun, dalam konteks kehidupan digital, kita tidak pernah hidup sendiri.
Di luar sana ada orangorang yang mungkin sudah menangkap tampilan layar atau
mengarsipkan dokumen pribadi yang pernah kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini,
maka hampir mustahil untuk menghapus jejak ini secara utuh. Cara lain untuk
mengelola jejak digital kita adalah dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip
literasi digital.
4) Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK
Partisipasi literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa dilakukan
dengan banyak cara. Salah satu cara yang paling manjur adalah bergabung dengan
berbagai kelompok seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi bagian dari
kelompok penjaga dan pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah. Namun Di
satu sisi, kita dituntut untuk menghargai segala perbedaan. Di lain pihak, kita juga
dituntut memprioritaskan upaya menjaga konten budaya yang diproduksi. Dalam proses
produksi konten, jangan lupa ada pihak lain, atau orang lain dalam konteks budaya
yang berbeda, yang mungkin tidak nyaman ketika kegiatan ritual budaya maupun
ibadah kepercayaan/keagamaannya diekspos

c. Saran/Masukan
Dilihat dari isi modul sudah lengkap dan pemaparan materinya cukup detail
sehingga pembaca benar-benar mampu memahami apa arti dari literasi digital yang
sebenarnya, hingga bagaimana bentuk konkret implementasi dari literasi digital yang
disertai dengan contoh-contoh yang ada saat ini. Hanya saja diperlukan sedikit
filter/penyederhanaan tulisan, agar pembaca menjadi lebih fokus terhadap bacaan
materi, perlu sedikit pengurangan kalimat berulang ataupun materi berulang, seperti
contoh pada poin e.Implementasi Literasi Digital di halaman 26 mungkin bisa
dimasukan ke materi belajar 3 yakni Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya,
sehingga isi tulisan menjadi lebih terfokus. Namun secara keseluruhan modul ini sudah
mencakup infomasi-informasi penting yang mampu mengubah pola pikir seorang ASN
bahwa literasi digital bukan hanya tentang bagaimana menggunakan gawai saja,
melainkan lebih kompleks dari itu.
2. Manajemen ASN
a. Materi pokok
1) Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Manajemen ASN bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang
memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga
bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik
yang berkualitas bagi masyarakat. Pegawai ASN berkedudukan sebagai
aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik. Dalam mewujudkan birokrasi yang professional dalam
menghadapi bebagai tantangan, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil
negara menjadi semakin professional. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia
sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan
kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak
semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun
dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu.
a) Peran ASN
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik
dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai,
Pelaksana kebijakan public, Pelayan public dan Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN memiliki tugas untuk: Melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Memberikan pelayanan public yang professional dan
berkualitas, Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
b) Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum,
suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum.
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut:
➢ PNS berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3)
jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5)
pengembangan kompetensi
➢ Sedangkan PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3)
perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi
➢ Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa: 1) jaminan kesehatan; 2) jaminan kecelakaan kerja;
3) jaminan kematian; dan 4) bantuan hukum.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
➢ setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah
➢ menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
➢ melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang
➢ menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
➢ melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab
➢ menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan
➢ menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
➢ bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN, terdiri dari:
1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
5. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan
6. menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara
7. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
2) Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang menjadi
pilihan, karena pada dasarnya sistem merit adalah konsepsi dalam manajemen
SDM yang menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan
semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan
dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
Pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan
dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak
berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik, etnis, dan gender.
Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam pengelolaan SDM
(rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
Merit sistem adalah salah satu strategi untuk mendorong produktivitas kerja
lebih tinggi karena ASN dijamin obyektivitasnya dalam perjalanan kariernya.
Manajemen menyediakan kondisi dimana berbagai kebijakan dan manajemen
SDM dilakukan dan didasari pada pertimbangan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar, tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur ataupun
kondisi kecacatan. Dalam sistem merit, penggajian, promosi, mutasi,
pengembangan kompetensi dan lain-lain keputusan juga didasarkan
sepenuhnya pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan juga pertimbangan
kualifikasi dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa kasihan.
Sistem merit harus diterapkan pada semua komponen atau fungsi dalam
manajemen ASN. Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN
sebagaimana tercantum dalam:
❖ Pasal 55 menyebutkan bahwa Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari
tua, dan perlindungan.
❖ Pasal 93 menyebutkan bahwa Manajemen PPPK meliputi: penetapan
kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan kerja, perlindungan.

3) Mekanisme Pengelolaan ASN


Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan
praktek dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam
organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi,
promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan. Manajemen ASN, terdiri
dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Pengelolaan Jabatan Pimpinan
Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi. UU No 5 tentang ASN secara detail
menyebutkan pengelolaan pegawai ini baik untuk PNS maupun PPPK seperti
disebutkan pada bagian Merit system.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan yaitu
untuk menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah.
Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN,
setiap Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan data secara berkala dan
menyampaikannya kepada BKN. Sistem Informasi ASN berbasiskan teknologi
informasi yang mudah diaplikasikan, mudah diakses, dan memiliki sistem
keamanan yang dipercaya.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan
secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan
memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang
berwenang menghukum. Banding administratif diajukan kepada badan
pertimbangan ASN. Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan
badan pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. Topik Yang Ingin Dipahami Dalam Pembelajaran


1) Contoh Penerapan Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit menjadi pilihan dalam dalam beberapa organisasi. Sebuah sistem yang
efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan
politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif
bagi pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga
diperhatikan oleh organisasi. Terkait hal itu sudah tentu banyak contoh-contoh
penerapan system merit dalam pengelolaan SDM ataupun manajemen ASN.
2) Sistem informasi ASN berbasis teknologi
Terkait pengelolaan system informasi ASN, seberapa efektif dan efisiennya dalam
mendukung pengambilan keputusan dalam manajemen ASN.

c. Saran/Masukan
Setelah membaca keseluruhan isi modul, dapat disimpulkan bahwa modul Manajemen
ASN disajikan dengan materi yang singkat,padat dan jelas,semua materi terangkum
dengan baik dan dapat dipahami, sehingga menurut saya modul ini tidak perlu lagi
dilakukan penyempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai