Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HARI I

AGENDA III

UPAYA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN AGAR SDM APARATUR

DI INSTANSI TEMPAT KERJA MEMILIKI

KOMPETENSI LITERASI DIGITAL

ANGGOTA KELOMPOK :

 RAFLI RIZKY FADILLAH, A.Md.


 DESSY ARUMSARI, A.Md.Kep.
 HAFIFATUL HAINI, A.Md.Keb.
 NONIK MEI AGUSTINA, A.Md.Bns.
 SILMI FIRDAWATI, A.Md.Kep.

LATSAR CPNS - ANGKATAN LXXI

KELOMPOK III - SUB KELOMPOK II

2022
Literasi Digital

Secara umum, literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan


menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan
bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama.
Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.

Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab.

Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan


menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan
digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman
menggunakan media digital (digital safety).

Digital Skill

Keterampilan Digital (digital skill), yaitu kemampuan untuk secara efektif


dan kritis menavigasi, mengevaluasi dan membuat informasi dengan
menggunakan berbagai teknologi digital. Keterampilan digital meliputi
kemampuan dalam menggunakan media sosial, membuat form digital dan
spreadshet, membuat presentasi, mengoperasikan komputer, mengetik, mengirim
email, dan meng-update diri terhadap perubahan informasi digital yang
ada. Adapun upaya yang dilakukan agar SDM aparatur memiliki kompetensi
literasi digital, sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk mengakses semua aplikasi yang ada di
instansi, mengeksplorasi dan sekaligus menyeleksi informasi dari sumber
yang kredibel.
2. Belajar menghargai hak setiap orang untuk memiliki akses ke teknologi
informasi, serta berjuang untuk mencapai kesetaraan hak dan ketersediaan
fasilitas untuk mengakses teknologi informasi yang ada di instansi.
3. Mengakses program sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
instansi, dapat membantu mengoptimalkan fungsi program atau alat, serta
menghindari kerusakan.
4. Melakukan sosialisasi mengenai penggunaan aplikasi atau website untuk
pelayanan yang ada di instansi.
5. Memanfaatkan zoom meeting dan google drive dalam berkolaborasi
dengan rekan kerja.
6. Mengakses, mengeksplorasi, dan menyeleksi pengetahuan tentang
teknologi digital di Indonesia. Hal ini ditujukan agar pemahaman tentang
Indonesia yang kita miliki menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air.
Kita juga diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang batasan
ujaran kebencian (hate speech) yang memprovokasi polarisasi/perpecahan.

Digital Culture

Budaya digital (digital culture) adalah hasil olah pikir, kreasi dan cipta
karya manusia yang berlandaskan teknologi internet. Saat ini masyarakat kita
terus berubah, seiring perubahan akibat adanya revolusi gelombang keempat.
Perubahan tersebut membawa pada terwujudnya budaya digital yang menjadi
tatanan kehidupan baru masyarakat. Contoh budaya digital yang sudah begitu
melekat dengan keseharian kita misalnya berbelanja secara online, melakukan
pembayaran digital, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di dunia pendidikan maupun
rapat-rapat virtual, dan Work From Home (WFH). Adapun upaya yang dilakukan
agar SDM aparatur memiliki kompetensi literasi digital, sebagai berikut :

1. Memberikan pelatihan mengenai Literasi Digital kepada semua pegawai.


Membuat sebuah seminar atau workshop mengenai literasi digital yang
memuat bagaimana cara penggunaannya dan juga panduannya. Dengan
adanya pelatihan ini diharapkan semua pegawai dapat memahami dan
menggunakan teknologi digital ini dengan baik serta bertanggungjawab.
2. Memiliki kesadaran bahwa setiap pegawai memiliki hak untuk mengakses
teknologi informasi digital, tanpa ada pembedaan jenis kelamin, ras,
agama, status sosial, kelompok politik, disabilitas fisik dan pembedaan
lainnya. Diharapkan setiap pegawai memiliki pengetahuan yang cukup
tentang definisi konten yang berisi penghinaan, perendahan, pengucilan,
perundungan terhadap kelompok tertentu.
3. Berpikir kritis melatih untuk tidak sekedar sharing konten, namun
mempertimbangkan apakah konten yang akan diproduksi dan distribusikan
selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
4. Aktif membangun dan mendiskusikan ide-ide mengenai isu-isu budaya
dalam beragam media platform digital (Youtube, Facebook, Instagram,
Twitter, Skype, Blog, dan sebagainya). Dalam berpartisipasi membutuhkan
keterlibatan individu yang terus-menerus dan interaktif agar bisa menulis,
menyusun, dan mengembangkan konten budaya.
5. Melakukan sharing informasi antar pegawai mengenai penggunaan
aplikasi-aplikasi yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
6. Mengirim pesan singkat kepada atasan dan atau rekan kerja dengan sopan
seperti mengucapkan salam terlebih dahulu, menjelaskan keperluan dalam
menghubungi dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.
7. Mengikuti seminar online sebagai upaya pengembangan kompetensi yang
dapat dilakukan untuk mempercepat proses pencapaian program prioritas.

Digital Ethics

Etika digital yaitu kemampuan individu dalam mempertimbangkan baik


atau buruknya sebuah tata kelola digital dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
yang menyadari pentingnya etika dalam menggunakan sumber digital tidak akan
terjebak dan terjerumus pada konten-konten yang tidak bermanfaat, seperti konten
pornografi, penyebaran berita hoax maupun perundungan (bullying) yang bersifat
verbal di dunia maya. Norma dan nilai-nilai kesopanan yang kita miliki harus kita
bawa ke dunia digital, karena pada dasarnya segala hal baik yang kita lakukan di
dunia nyata juga harus kita lakukan di dunia maya. Jangan sampai bangsa
Indonesia yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, berubah
menjadi bangsa yang tidak beradab hanya karena ulah segelintir oknum yang
tidak bijak dalam bersosial media. Adapun upaya yang dilakukan agar SDM
aparatur memiliki kompetensi literasi digital, sebagai berikut :

1. Memberikan edukasi kepada semua pegawai mengenai pentingnya etika di


era digital. Dengan memberikan edukasi mengenai apa yang perlu
disebarkan di media sosial dan apa yang tidak perlu disebarkan, juga
mengenai pentingnya memilah berita yang diterima untuk dicari
kebenarannya terlebih dahulu sebelum menyebarkannya agar tidak
menyebarkan berita hoax.
2. Memiliki kesadaran untuk memahami regulasi dan kebijakan tentang
ranah digital, di Indonesia ditetapkan UU ITE yang telah mengalami revisi
di tahun 2016, juga UU Kebebasan Memperoleh Informasi. Selain itu di
ruang digital kita harus memahami netiquette, sebuah panduan etika
berperilaku sebagai pengguna digital.
3. Melakukan sosialisasi penggunaan platform kepada para pegawai untuk
membangkitkan ekonomi masyarakat dengan mengutamakan kreativitas
dalam bersosial media agar masyarakat Indonesia selalu menggunakan
barang-barang yang diproduksi dalam negeri.

Digital Safety

Keamanan digital (digital safety) merupakan aktivitas untuk melindungi


informasi dari terjadinya tindakan kriminal (cyber crime) terhadap sumber daya
digital. Biasanya cyber crime terjadi karena ada seseorang yang ingin
mengganggu kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan
(availability) sebuah sistem informasi. Adapun upaya yang dilakukan agar SDM
aparatur memiliki kompetensi literasi digital, sebagai berikut :

1. Mengakses perangkat lunak secara legal, untuk melindungi kita dari


perbuatan yang melawan hukum karena tidak melanggar hak cipta milik
orang lain.

2. Melakukan sosialisasi mengenai strategi dalam melakukan proteksi


terhadap perangkat keras maupun lunak yang akan membantu
meningkatkan keamanan perangkat digital yang kita gunakan. Dengan
pesatnya perkembangan teknologi saat ini semakin besar pula tingkat
risiko keamanan digital. Perkembangan teknologi juga membuka peluang
lahirnya berbagai modus kejahatan baru yang mengancam keamanan
digital. Risiko yang mungkin terjadi pada perangkat digital yang dimiliki
jika tidak diproteksi dengan benar adalah kegiatan mengakses data dan
dokumen pribadi yang bisa dilakukan oleh orang yang paham teknologi
dan informasi. Sehingga sebagai pengguna teknologi harus memahami
strategi-strategi untuk menghadapi ini, contohnya :
a. selalu memastikan menggunakan kata sandi yang kuat dan
memperbaharuinya secara berkala;
b. menambahkan fitur proteksi perangkat digital ekstra untuk
memperkuat proteksi perangkat digital yang dimiliki;
c. menutup layar saat memasukkan kata sandi;
d. pastikan di sekeliling tidak ada orang lain ketika akan memasukkan
kata sandi;
e. melakukan logout setelah masuk ke akun atau website pelayanan.
4. Meminimalisir unfollow, unfriend dan block untuk menghindari echo
chamber. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah
memutuskan pertemanan (unfollow, unfriend, block) di media sosial dan
media percakapan online. Echo chamber menciptakan situasi yang
membuat kerap merasa paling benar atas pemikiran sendiri, karena
terhalangi untuk melihat realitas yang lebih beragam di luar sana. Hal ini
tentu berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
5. Memberi penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya memantau
segala kegiatan anak di handphone sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai