Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SELAT
Jalan Raya Selat, Kode Pos : 80862
Email : selat.pusk@gmail.com No. Hp : 082341440012

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT
NOMOR : 088/PUSK-SLT/2022

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


SELAT NOMOR 081/PUSK-SLT/2017 TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN
PADA UPTD PUSKESMAS SELAT

KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelayanan menuju kepada


layanan prima di puskesmas, pelayanan kefarmasian
sangatlah penting mendapat perhatian dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan;
b. bahwa untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
di UPTD Puskesmas Selat harus dilaksanakan oleh tenaga
kefarmasian sesuai kebutuhan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b dan adanya perubahan
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja unit
pelaksanan teknis daerah dan mutasi beberapa pemegang
program pada UPTD Puskesmas Selat sehingga Surat
Keputusan Nomor 081/PUSK-SLT/2017 perlu dirubah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 168/Menkes/Per/II/
2005 tentang Prekursor Farmasi
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/ 2011 tentang Registrasi Ijin Praktik
dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT TENTANG


PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPTD PUSKESMAS
SELAT.
Kesatu : Kebijakan pelayanan kefarmasian pada UPTD Puskesmas
Selat sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perbaharuan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Selat

Pada Tanggal : 24 Januari 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT

I GUSTI LANANG PUTU UDIYANA


LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT
TANGGAL : 24 JANUARI 2022
NOMOR : 088/PUSK-SLT/2022
TENTANG :PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPTD
PUSKESMAS SELAT

PELAYANAN KEFARMASIAN
PADA UPTD PUSKESMAS SELAT

1. Penanggung jawab pelayanan obat pada UPTD Puskesmas Selat;


Penanggung jawab Pelayanan obat di UPTD Puskesmas Selat adalah tenaga Apoteker.
Adapun tugas seorang penanggung jawab pelayanan obat di UPTD Puskesmas Selat
adalah sebagai penanggung jawab gudang obat dan penanggung jawab ruang farmasi
a. Sebagai petugas penanggung jawab gudang obat di UPTD Puskesmas Selat bertugas :
1. Membuat kerangka acuan dalam rangka penyiapan rencana kegiatan kefarmasian
2. Mengklasifikasi perbekalan farmasi dalam rangka pemilihan perbekalan farmasi
3. Mengolah data dalam rangka Perencanaan Perbekalan Farmasi
4. Membuat permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Karangasem.
5. Menerima obat dan perbekalan farmasi dari dinas kesehatan kabupaten
6. Memeriksa kelengkapan obat dan perbekalan farmasi
7. Menyimpan serta mengatur obat dan perbekalan farmasi
8. Mendistribusikan obat dan perbekalan farmasi untuk sub unit pelayanan
kesehatan
9. Mengendalikan penggunaan persediaan
10. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
11. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan
12. Menyusun persediaan obat dan perbekalan kesehatan
13. Membuat permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke dinas kesehatan
kabupaten
14. Menyusun laporan ke dinas kesehatan kabupaten
15. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada dinas kesehatan kabupaten

b. Sebagai petugas penanggung jawab farmasi di UPTD Puskesmas Selat bertugas :


1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan farmasi yang
dikeluarkan maupun yang diterima oleh farmasi UPTD Puskesmas Selat
2. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan farmasi
3. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien
4. Memberikan informasi obat kepada pasien

2. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat pada UPTD Puskesmas Selat;
Kegiatan penyediaan obat untuk menjamin ketersediaan obat adalah sebagai berikut:
a. Permintaan rutin yang dilakukan setiap bulan sesuai jadwal yang telah ditetapkan
berdasarkan data rata-rata pemakaian obat, buffer stok, dan waktu tunggu obat.
b. Permintaan khusus, apabila terjadi kebutuhan obat yang meningkat/sebelumnya ada
kekosongan obat/ada kejadian luar biasa (KLB/bencana)
c. Puskesmas dapat melakukan pengadaan obat sendiri dengan menggunakan dana
kapitasi JKN menurut syarat dan ketentuan yang berlaku.
d. Gudang obat puskesmas memenuhi ketersediaan obat sub unit puskesmas dengan
mendistribusikan obat setiap bulan dengan menggunakan LPLPO sub unit dan buku
mutasi obat.

3. Persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat pada UPTD Puskesmas Selat;
a. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Selat dilaksanakan oleh 1
(satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggung jawab, yang dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian
b. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker
Bagi tenaga apoteker wajib memiliki:
a. Ijasah apoteker
b. Memiliki sertifikat kompetensi
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker
d. Memiliki surat tanda registrasi apoteker
e. Memiliki surat ijin praktek apoteker
c. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan
tenaga menengah farmasi/asisten apoteker
Bagi tenaga teknis farmasi wajib memiliki:
a. Memiliki ijasah sesuai pendidikannya
b. Memiliki sertifikat kompetensi
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji ahli madya farmasi
d. Memiliki surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian
e. Memiliki surat ijin praktek tenaga teknis kefarmasian
d. Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat
tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem untuk melaksanakan tugas
manajemen kefarmasian di UPTD Puskesmas Selat.

4. Pelatihan bagi petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tapi belum
sesuai persyaratan pada UPTD Puskesmas Selat;
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan pelayanan
kefarmasian tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut difasilitasi untuk mengikuti
program yang diadakan oleh organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan
berkelanjutan terkait. Selain itu ada beberapa kegiatan pelatihan yang wajib diikuti, yaitu;
a. Petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Karangasem untuk melaksanakan tugas manajemen
kefarmasian di UPTD Puskesmas Selat.
b. Setiap tenaga kefarmasian di UPTD Puskesmas Selat mempunyai kesempatan yang
sama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
c. Apoteker dan atau tenaga teknis kefarmasian dan/atau petugas yang diberi
kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai persyaratan harus memberikan
masukan kepada pimpinan dalam menyusun program pengembangan staf.
d. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi, wewenang,dan
tanggung jawabnya.
e. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi
tenaga kefarmasian dan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi
belum sesuai persyaratan.
f. Tenaga kefarmasian dan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi
belum sesuai persyaratan difasilitasi untuk mengikuti program yang diadakan oleh
organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan berkelanjutan terkait.
g. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktek, magang, dan
penelitian tentang pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Selat.

5. Persyaratan petugas yang berhak memberi resep pada UPTD Puskesmas Selat;
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan
kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan
menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi,
pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang
farmakologi dan terapi.
Adapun persyaratan petugas yang berhak memberi/menulis resep pada UPTD Puskesmas
Selat adalah :
1. Memiliki Surat Tanda Registrasi
2. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter di UPTD Puskesmas Selat
3. Apabila dokter tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang pengobatan karena
sesuatu hal (misal: menghadiri rapat), maka tugas pengobatan dan pemberian resep
didelegasikan kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat/bidan yang bertugas pada hari itu.

6. Peresepan, Pemesanan, dan Pengelolaan obat pada UPTD Puskesmas Selat;


Peresepan Obat
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter
gigi dan dokter spesialis kepada unit penunjang obat yang ada apoteker dan
mempunyai legalitas. Obat diresepkan sesuai terapi atas diagnosis pasien. Pemberian
resep dilakukan oleh dokter atau petugas lain yang diberi kewenangan .dalam
peresepan dilakukan beberapa tahap seperti Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan
Pemberian Informasi Obat.
a. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
 Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
 Nama, dan paraf dokter
 Tanggal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
 Bentuk dan kekuatan kesediaan.
 Dosis dan jumlah obat.
 Stabilitas dan ketersediaan.
 Aturan dan cara penggunaan
 Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu pengunaan obat.
 Duplikasi pengobatan
 Alergi, interaksi dan efek samping obat.
 Kontra indikasi
 Efek adiktif

b. Kegiatan penyerahan (dispensing)


Dispensing adalah proses pemberian obat mulai dari kegiatan penyiapan dan
penyerahan obat kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter.

c. Pemberian informasi obat (PIO)


Pemberian Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
 Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan
 Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi instruksi pengobatan
Kegiatan :
 Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
 Menjawab pertanyaan dari pasien mauoun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
 Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding
 Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
 Melakukan pendidikan dan / atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
 Mengkoordinasikan penelitian terkait dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan:
 Sumber informasi obat.
 Tempat
 Tenaga
 Perlengkapan

Pemesanan Obat
a. Pemesanan obat untuk kebutuhan puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi atau
gudang obat puskesmas
b. Pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit pelayanan
terkait kepada petugas farmasi/ gudang obat puskesmas

Pengelolaan Obat
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan yang efisien, efektif
dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.

Kegiatan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan meliputi:


a. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Perbekalan
Kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
 Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan;
 Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
 Meningkatkan efisiensi pengunaan obat

Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas setiap


periode dilaksanakan oleh Gudang Obat di puskesmas. Proses seleksi obat dan
perbekalan kesehatan dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan.
Proses seleksi obat dan perbekalan kesehatan juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional ( DOEN ) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini melibatkan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten melalui Seksi Farmasi, Sarana dan
Peralatan Kesehatan akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan
obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia
dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok
berlebih.

Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat adalah:


1. Tahap Pemilihan Obat
Petugas membuat kerangka acuan dan mengolah data dalam rangka penyiapan
rencana kegiatan kefarmasian.
Selanjutnya dilakukan pengklasifikasian perbekalan farmasi dalam rangka
pemilihan perbekalan farmasi. Fungsi seleksi/pemilihan obat adalah untuk
menentukan apakah obat benar – benar diperlukan sesuai dengan jumlah
penduduk dan pola penyakit di daerah.
2. Tahan Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan
masing – masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas selama
setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Setiap awal tahun puskesmas mengajukan rencana kebutuhan obat (RKO)
selama satu tahun. Perkiraan kebutuhan obat dihitung dengan menggunkan
rumus :

Perkiraan kebutuhan = pemakaian setahun x 18


12

b. Permintaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dalam rangka penyediaan obat yang
menjamin ketersediaan obat
Tujuan permintaan obat dan perbekalan kesehatan adalah memenuhi
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat dan untuk memenuhi penyediaan obat
agar terjaminnya ketersediaan obat pada UPTD Puskesmas Selat. Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem.
Permintaan obat dan perbekalan kesehatan puskesmas dilaksanakan melalui 6
(enam) tahap, yaitu :
 Tahap I (bulan Januari) : data pemakaian November dan Desember tahun
sebelumnya
 Tahap II (bulan Maret) : data pemakaian Januari dan Februari
 Tahap III (bulan Mei) : data pemakaian Maret dan April
 Tahap IV (bulan Juli) : data pemakaian Mei dan Juni
 Tahap V (bulan September) : data pemakaian Juli dan Agustus
 Tahap VI (bulan November) : data pemakaian September dan Oktober

Dengan perhitungan kebutuhan menggunakan rumus:


Jumlah permintaan = (pemakaian rata-rata per bulan x 3) - sisa stok gudang
Obat puskesmas
Permintaan vaksin dilakukan oleh penanggung jawab program masing-masing. Pada
saat pengambilan vaksin harus menggunakan cool box untuk menjaga suhu sediaan
agar sediaan tidak rusak.

c. Penerimaan obat dan Perbekalan Kesehatan


Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten sesuai
dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan
perbekalan kesehatan yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan
jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh
petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan. Masa kadaluarsa
minimal dari obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di
puskesmas.

d. Penyimpanan Obat dan Perbekalan Kesehatan


Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
 Bentuk dan jenis sediaan
 Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
 Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
 Obat dan perbekalan kesehatan yang disimpan di gudang obat menggunakan
metode FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in first out)
 Obat dengan kategori high alert dan LASA disimpan terpisah dan diberi label

1. Sediaan Obat Sound-Alike

AMLODIPINE 5 MG TAB NIFEDIPINE 10 MG TAB

GLIMEPIRIDE 2 MG TAB GLIBENCLAMIDE 5 MG TAB

PARACETAMOL SYR PARATENZA SYR

LIDOCAINE AMPUL LIDOCAINE COMPOSITUM AMPUL

2. Sedian Obat Look-Alike

ASAM MEFENAMAT 500 MG TAB METFORMIN 500 MG TAB

CAPTOPRIL 25 MG TAB CAPTOPRIL 12,5 MG TAB

CTM 4 MG TAB VITAMIN C 50 MG TAB

AMOXICILLINE 500 MG TAB CIPROFLOXACINE 500 MG

METHYLPREDNISOLONE 4 MG TAB SIMVASTATIN 10 MG TAB

DOMPERIDON 10 MG TAB AMBROXOL 30 MG TAB

SALBUTAMOL 2 MG TAB METYLERGOMETRINE 0,125 MG TAB

3. Obat High-Alert

D40% FLASH

MGSO4 40% FLASH


4. Obat Narkotika dan Psikotropika
Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus

Daftar Obat Psikotropika

DIAZEPAM 2 MG TAB

DIAZEPAM 5 MG/ML AMPUL (SEDIAAN 2 ML)

DIAZEPAM 5 MG RECTAL TUBE

HALOPERIDOL 5 MG/ML AMPUL (SEDIAAN 1 ML)

HALOPERIDOL 0,5 MG TAB

HALOPERIDOL 1,5 MG TAB

HALOPERIDOL 5 MG TAB

FENOBARBITAL 30 MG TAB

FENOBARBITAL 50 MG/ML AMPUL (SEDIAAN 1 ML)

Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk:


 Memelihara mutu obat
 Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung – jawab
 Menjaga kelangsungan persediaan
 Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan meliputi:


 Pengaturan tata ruang
 Penyusunan stok obat
 Pencatatan stok obat
 Pengamatan mutu obat

Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan menyimpan adalah


sebagai berikut:
a. Kemudahan Bergerak
b. Sirkulasi Udara yang baik
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
c. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan perputaran stok obat.
d. Kondisi Penyimpanan khusus
 Narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci
 Untuk obat yang membutuhkan suhu penyimpanan khusus (serum, vaksin,
suppositoria, injeksi) disimpan didalam lemari es dan selalu dipantau
suhu penyimpanannya.

e. Pendistribusian Obat dan Perbekalan Kesehatan


Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan
jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
waktu yang tepat. Sub–sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain :
 Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas;
 Puskesmas pembantu;
 Puskesmas keliling;
 Posyandu; dan
 Poskesdes
Pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

f. Pengendalian Obat dan Perbekalan Kesehatan


Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat
dan perbekalan kesehatan terdiri dari :
 Pengendalian persediaan
 Pengendalian penggunaan
 Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa

g. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan


Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat dan perbekalan kesehatan secara tertib, baik obat dan
perbekalan kesehatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah :
 Bukti bahwa pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan telah dilakukan
 Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
 Sumber data untuk pembuatan laporan
Jenis-jenis pelaporan kegiatan pelayanan kefarmasian yaitu :
 Laporan Bulanan
 Mapping pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
 Laporan narkotika dan psikotropika
 Laporan 10 besar penggunaan obat
 Laporan indikator ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas
 Laporan PIO
 Laporan penggunaan obat rasional (POR)
 Laporan obat kadaluarsa
 Laporan Triwulan
 Laporan stock opname obat dan perbekalan kesehatan
 Laporan ketersediaan obat indikator
 Laporan pengembalian obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem
 Laporan Semester
 Laporan persediaan semester (laporan aset)

h. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dilakukan
secara periodik dengan tujuan untuk :
 Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan
 Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
 Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

i. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan :
 Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
 Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan :
 Menganalisis laporan efek samping obat
 Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping obat
 Mengisi formulir monitoring efek samping obat ( MESO )
 Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional
Faktor yang perlu diperhatikan :
 Kerja sama dengan tim kesehatan lain
 Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat

Apabila terjadi insiden kesalahan pemberian obat yang dilakukan oleh petugas
farmasi, maka selanjutnya dilakukan pelaporan kesalahan pemberian obat dan
beberapa tindakan evaluasi meliputi :
 Melakukan evaluasi terhadap pelaporan kesalahan pemberian obat tersebut
 Memonitoring terhadap tindak lanjut pelaporan kesalahan pemberian obat
 Mengambil tindak lanjut terhadap pelaporan kesalahan pemberian obat
tersebut
7. Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan kesalahan obat pada UPTD Puskesmas
Selat;
Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan kesalahan obat pada UPTD Puskesmas
Selat adalah tenaga apoteker
Uraian tugas penanggung jawab tindak lanjut pelaporan kesalahan pemberian obat :
1. Melakukan evaluasi terhadap pelaporan kesalahan pemberian obat
2. Monitoring terhadap tindak lanjut pelaporan obat
3. Mengambil tindak lanjut terhadap pelaporan

8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak pada UPTD Puskesmas Selat;


Expired Date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Umumnya masa kadaluarsa obat ditulis 2-3 tahun sejak obat
dikemas.
Tanda-tanda kerusakan obat biasanya disertai dengan perubahan bentuk, warna, bau,
rasa atau konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan juga cara penyimpanan obat yang
baik.
Untuk memberikan perlindungan kepada pasien dari penggunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan habis pakai yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatannya, maka dilakukan penanganan terhadap obat yang sudah
rusak atau kadaluwarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penanganan obat kadaluwarsa/rusak adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kasus.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluwarsa dan disimpan pada tempat terpisah
dari penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kedaluwarsa obat yang
rusak dan/atau kadaluwarsa.
4. Melaporkan dan mengirim obat kadaluwarsa tersebut ke Gudang Farmasi
Kabupaten setiap 1 tahun sekali dengan disertai berita acara penyerahan obat
dan perbekalan kesehatan.
5. Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

9. Peresepan psikotropika dan narkotika pada UPTD Puskesmas Selat;


Pemberian atau peresepan obat narkotika/psikotropika hanya dapat dilakukan bila :
1. Peresepan obat psikotropika narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter
gigi/dokter spesialis
2. Resep merupakan resep asli dan ditandatangani langsung oleh dokter
pemeriksa/pemberi resep
3. Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau konfirmasi ke dokter yang menulis
resep
4. Resep yang ditulis harus jelas, baik jenisnya, jumlahnya dan cara penggunaannya
5. Resep narkotika diberi garis merah dibawah nama obat, dan obat psikotropika
diberi garis biru dibawah nama resep obat
6. Resep yang berisi obat psikotropika narkotika disimpan dalam lemari obat , menjadi
satu dengan obat psikotropika dan narkotika, dalam keadaan terkunci

Ketentuan khusus untuk peresepan narkotika dan psikotropika, yaitu:


1. Ruang farmasi hanya dapat menyerahkan narkotika dan psikotropika kepada
pasien berdasarkan resep dokter
2. Salinan resep yang baru diambil sebagian tidak boleh dilayani oleh apotek lain
3. Salinan resep hanya dapat dilayani di ruang farmasi yang menyimpan resep asli
4. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika tidak boleh iterasi
5. Laporan narkotika dan psikotropika disampaikan setiap bulan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Karangasem
6. Pencatatan narkotika dan psikotropika menggunakan register narkotika dan
psikotropika

10.Pelayanan obat 24 jam pada UPTD Puskesmas Selat;


Tujuan dilaksanakannya pelayanan obat 24 jam di UPTD Puskesmas Selat adalah agar:
a. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien gawat darurat dan pasien rawat inap
dapat terlayani secara optimal selama 24 jam
b. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan
pelayanan obat 24 jam
Pelayanan obat 24 jam di UPTD Puskesmas Selat dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Obat-obat yang tersedia berasal dari stok obat farmasi
b. Pencatatan dan pelaporan penggunaan obat pada pelayanan obat 24 jam dilakukan
oleh petugas farmasi
c. Pelayanan obat 24 jam dilakukan dengan ketentuan jam pelayanan farmasi selama
12 jam ( 08.00 – 20.00 ) yang dibagi menjadi 2 shift jaga yakni :
a. shift jaga pagi ( 08.00 – 14.00 )
b. shift jaga sore ( 14..00 – 20.00 )
Pelayanan di luar jam kerja petugas farmasi (pukul 20.00 – 08.00) dilakukan oleh
petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, atau bidan yang bertugas jaga pada saat
itu.
d. Pelayanan obat oleh petugas kesehatan selain petugas farmasi didasari dengan
surat pendelegasian wewenang pelayanan obat dari Kepala UPTD Puskesmas Selat
e. Dalam pelaksanaannya petugas tersebut(dokter, perawat atau bidan) jaga harus
 Menulis obat yang diberikan pada resep pasien
 Memberi etiket/label pada obat yang diresepkan
 Menuliskan aturan pemakaian obat pada etiket/label
 Memberikan obat kepada pasien dengan disertai pemberian informasi obat
 Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan
 Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat yang tersedia di pelayanan
obat 24 jam
Analisis dan evaluasi dilakukan oleh petugas farmasi untuk menentukan obat-obat
yang harus disediakan pada pelayanan obat 24 jam dan memastikan ketersediaan dan
keamanan obat tersebut.
11.Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga pasien pada UPTD
Puskesmas Selat;
Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga memiliki beberapa
ketentuan yaitu :
a. Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien atau keluarga harus atas seijin
dokter yang merawat.
b. Obat yang dibawa oleh pasien atau keluarga di serahkan ke petugas untuk di awasi
dosis pemberian dan jadwal minumnya.
c. Dokter mempunyai hak untuk menolak obat yang dibawa pasien atau keluarga jika
tidak sesuai dengan penyakit pasien atau membahayakan keselamatan pasien.

12.Penyediaan obat-obat emergensi pada UPTD Puskesmas Selat;


Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat emergensi dan mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam
pelayanan kesehatan.
Obat-obat emergensi yang disediakan di unit-unit pelayanan:
Daftar Penyediaan obat – obat emergency pada UPTD Puskesmas Selat :
NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH SUB UNIT PELAYANAN

1 Epinefrin injeksi Ampul 3 Ruang tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum, KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

2 Difenhidramin injeksi Ampul 3 Ruang tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum, KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

3 Deksametason inj Ampul 3 Ruang Tindakan, Ruang Poli


Umum, KIA, Ruang
Imunisasi, Lab, Poli Gigi,
Pustu

4 Diazepam injeksi Ampul 2 Ruang Tindakan

5 Kalsium Glukonas Ampul 1 Ruang Tindakan

6 Lidokain injeksi Ampul 3 Ruang Tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum, KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

7 Ringer Laktat Fls 1 Ruang Tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum, KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu
8 NaCl 0,9% Fls 1 Ruang Tindakan, Ruang
Pemeriksaan Umum, KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

9 MgSO4 injeksi Fls 1 Ruang Tindakan, ruang KIA,


Ruang Pemeriksaan Umum

10 Glukosa 40% Fls 1 Ruang Tindakan

11 Diazepam enema Biji 2 Ruang Tindakan

12 Isosorbid dinitrat Tablet 10 Ruang Tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum

13 Gliseril trinitrate Tablet 10 Ruang Tindakan, Ruang


sublingual Pemeriksaan Umum

14 Atropininjeksi Ampul 2 Ruang Tindakan

15 Salbutamol nebulizer Ampul 3 Ruang Tindakan

16 Aqua pro injeksi Ampul 2 Ruang Tindakan, Ruang


Pemeriksaan Umum , KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

17 Fitomenadion inj 2 Ampul 2 Ruang Tindakan, Ruang


atau 10 mg/mL Pemeriksaan Umum , KIA,
Ruang Imunisasi, Lab, Poli
Gigi, Pustu

1. Obat emergensi harus disegel dan segera diganti jika digunakan, kemudian disegel
kembali oleh petugas ruangan.
2. Obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat waktu bila kadaluarsa atau rusak.

KEPALA UPTD PUSKESMAS SELAT

I GUSTI LANANG PUTU UDIYANA

Anda mungkin juga menyukai