Etika digital menjadi semakin jauh lebih penting ketika jumlah “penghuni” media
digital (warganet) semakin banyak. Amanda (2021) menyebutkan bahwa jumlah
warganet di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Angka yang
dikeluarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada semester
pertama tahun 2020, mencatat kenaikan 8,9% jumlah pengguna internet di
Indonesia dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data menunjukkan bahwa
73,3% penduduk Indonesia adalah pengguna internet yang aktif. APJII juga
mencatat lebih dari separuh pengguna internet di Indonesia berada di Pulau Jawa
yakni sebesar 56,4 %, lalu diikuti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa
Tenggara, serta Maluku dan Papua.
K. Bertens (2014, dalam Astuti, 2021) mendefinisikan etika sebagai sistem nilai
dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Berbeda dengan etiket yang didefinisikan
sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam
masyarakat. Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi
dengan orang lain. Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain
yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode
etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).
1. Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi
ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata
2. Pengguna internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan
bahasa, budaya dan adat istiadat
3. Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymouse, yang
mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi
4. Bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak
etis / tidak etis.