Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

NUGRAHA SETIAWAN

NRP : 2041006
Mata Kuliah : TEKNOLOGI INFORMATIKA I

Hari, Tanggal : SELASA, 18 MEI 2021

Prodi/Semester/Kelas : TRANSPORTASI ALIH PROGRAM


Dosen : DEVI TRIYANI,S.Tr,M.M.Tr / YUDHI
SETIYANTARA,S.Kom,M.Kom.

1. Sistem transportasi perkotaan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan


menyeluruh yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mendukung dan
bekerja sama dalam pengadaan transportasi pada wilayah perkotaan. Sistem
transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa
sistem yang lebih kecil (mikro) yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
Sedangkan sistem transportasi mikro terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan
prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem kelembagaan.
Begitu juga, bila jaringan ditingkatkan maka akan memicu peningkatan
arus dan akibatnya aktivitas akan bertambah, karena guna lahan merupakan
representasi jenis aktivitas manusia, dapat dikatakan bahwa antara guna lahan
akan selalu terjadi hubungan yang merupakan wujud keterhubungan aktivitas
manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam yang satu lahan ke lahan yang
lainnya.
Sistem Transportasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara 3 komponen
sistem yang saling berkaitan yaitu aktivitas, jaringan transportasi, dan arus (flow).
Hubungan ketiganya saling berinteraksi dan berbanding lurus, jika salah satu
komponen mengalami perubahan maka komponen lain akan mengikuti, sebagai
contoh apabila aktivitas meningkat maka arus juga meningkat, karenanya jaringan
harus ditingkatkan.
Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan suatu cara yang berguna bagi manusia. (Morlok, 1995),
dalam definisinya dapat ditentukan 3 Komponen Utama Transportasi :
1. Sarana Transportasi yaitu Kendaraan yang digunakan untuk berpindah atau
mengangkut.
2. Prasarana transportasi seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara, pelabuhan dan
lain sebagainya.
3. Sistem operasional berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjamin
sarana dan prasarana transportasi dapat berfungsi dengan baik.

2.
1. Sistem Kegiatan atau Permintaan Transportasi ( Transport Demand ) Sistem
kegiatan terkait dengan tata guna lahan yang meliputi; permukiman, pusat
pendidikan, perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain. Masing- masing tata guna
lahan tersebut, akan menghasilkan pola kegiatan berupa pergerakan orang maupun
barang. Besarnya pergerakan yang terjadi dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Adapun
model pergerakan yang dimaksud adalah :
a. Bangkitan Perjalanan ( Trip Generation )
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan ( Tamin, 2000 ).
Bangkitan pergerakan bertujuan untuk mendapatkan jumlah pergerakan
yang masuk di suatu zona ( Trip Attraction ) dan yang meninggalkan suatu zona
( Trip Production ). Kedua hal tersebut dianalisis secara terpisah. Jadi tujuan
perencanaan bangkitan adalah untuk mengetahui besarnya bangkitan pada masa
sekarang yang kemudian dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan dimasa
yang akan datang.
b. Distribusi Perjalanan ( Trip Distribution )
Distribusi perjalanan terjadi karena suatu tata guna lahan tidak dapat
memenuhi kebutuhan penduduknya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pemisah
jarak yang dapat menimbulkan hambatan perjalanan ( trip impedance ) berupa
nilai jarak, biaya dan waktu.
c. Pemilihan Moda ( Moda Choise )
Pemilihan moda dipengaruhi oleh tingkat pelayanan angkutan umum
yang meliputi : tarif, rute, kenyamanan, keamanan dan sebagainya. Pemilihan
d. Rute Perjalanan ( Rute Choice )
Pemilihan rute merupakan model yang menggambarkan dasar pemilihan
rute dari daerah asal ke tujuan. Pemilihan rute dipengaruhi oleh tingkat pelayanan
ruas-ruas jalan pada rute yang dilalui dan biaya operasional kendaraan yang
dikeluarkan.

2. Sistem Jaringan Transportasi ( Transport Supply )


Pergerakan manusia atau barang memerlukan sarana atau prasarana transportasi.
Perangkat keras ( hardware ) sebagai sarana transportasi yang diperlukan adalah
jaringan jalan yang telah ditetapkan pada masing-masing ruas jalan antara lain;
bahu jalan, lebar jalan, tempat parkir, trotoar, tempat penyebrangan, halte dan
terminal angkutan umum. Sedangkan perangkat lunak ( software ) sebagai sarana
yang diperlukan adalah undang-undang dan peraturan lalu lintas yang terkait
dengan lalu lintas. Keberadaan sarana transportasi didukung oleh adanya moda
transportasi berupa kendaraan roda dua, roda empat, bus dan armada angkutan
umum. Perangkat penunjang lainnya adalah median, lampu lalu lintas, marka serta
rambu jalan.

3. Sistem Pergerakan Lalu Lintas ( Traffic Flow )


Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan
pergerakan. Pergerakan tersebut dapat berupa pergerakan manusia maupun barang
dalam bentuk pergerakan pejalan kaki maupun kendaraan. Sistem pergerakan
mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang ada dalam bentuk aksesbilitas
dan mobilitas.

2.1.4 Sistem Kelembagaan atau Institusi ( Institutional Framework )


Sistem kelembagaan merupakan sistem yang dapat meningkatkan
keterkaitan antar masing-masing subsistem pada transportasi makro. Di Indonesia,
sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah sebagai
berikut :
- Sistem kegiatan ditangani oleh Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS),
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pemerintah Daerah
(PEMDA).
- Sistem jaringan ditangani oleh Departemen Perhubungan (darat, laut dan udara),
Bina Marga.
- Sistem Pergerakan ditangani oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya, Polisi
Lalu Lintas dan Organisasi Angkutan Daerah ( ORGANDA )

3.
Tujuan dari analisis transportasi pada dasarnya untuk memperkirakan
kebutuhan transportasi di masa mendatang, yang harus dikaitkan dengan masalah
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Transportasi harus memberikan keuntungan
maksimum kepada masyarakat dengan meminimumkan pengguna waktu dan
biaya. Pada saat yang sama, harus diperhitungkan peningkatan tuntutan dan
perkembangan kota atau tata guna lahan, serta perluasan wilayah perkotaan.
Pada sistem analisis transportasi ditandai dengan keinginan untuk
mengidentifikasi dan mendefinisian tujuan dari sistem transportasi secara
menyeluruh. Evaluasi secara rasionan dan prosedur pembuatan keputusan
(decision making procedure) dibutuhkan untuk melihat apakah tujuan awal
dipenuhi.

4.
Wilayah negara sedang berkembang menghadapi permasalahan
transportasi dan beberapa diantaranya dalam masa kritis. Permasalahan yang
terjadi bukan saja disebabkan oleh terbatasnya prasarana transportasi yang ada
tetapi sudah ditambah lagi dengan permasalahan seperti pendapatan rendah,
urbanisasi yang sangat cepat, terbatasnya sumberdaya, baik kualitas maupun
kuantitas, tingkat disiplin yang rendah dan lemahnya sistem perencanaan sehingga
membuat permasalahan transportasi manjadi semakin parah.
1. Kebijakan dan regulasi yang biasanya disusun dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan kemasyarakatan lainnya akan bisa mempengaruhi proses perencanaan
transportasi. Kota-kota yang menderita akibat kemacetan dan polusi mungkin
akan memiliki kebijaksanaan lalu lintas. Hal ini akan mempengaruhi teknik-teknik
pembangkitan, distribusi, perjalanan atau bahkan perubahan moda dan
pelimpahan rute. Perencanaan transportasi perlu dilaksanakan secara
komprehensif dengan selalu melihat keterkaitan dengan aspek-aspek kebijakan
dan regulasi.
2. Persoalan pelayanan transportasi lainnya seperti tarif yang harus dikeluarkan
oleh penumpang transportasi angkutan umum sangat tinggi dan tidak sebanding
dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak angkutan dimana tarif yang
dikeluarkan kadang sekehendak supir angkutan sehingga tarif kesepakatan yang
dibuat oleh pemerintah daerah kadang tidak diindahkan. Selain itu para supir
angkutan selalu menaikan atau menurunkan penumpang sekehendaknya dan
kadang tidak sampai ke tempat tujuan dikarenakan tidak terdapatnya rute
angkutan yang tetap sehingga rute yang ada sangat tergantung dari jumlah
penumpang yang ada. Jika terdapat penumpang dengan tujuan yang berbeda
menghentikan angkot di jalan dan lebih banyak dari pada jumlah penumpang yang
sedang diangkut, maka penumpang yang yang baru naiklah yang menentukan rute
angkutan tersebut, sedangkan penumpang sebelumnya diturunkan disembarang
tempat tanpa kompromi penumpang sebelumnya.
3. Dengan adanya tata guna lahan, jumlah kegiatan yang meningkat akan
menimbulkan peningkatan kebutuhan transportasi, peningkatan kebutuhan ini
menyebabkan kelebihan beban pada fasilitas-fasilitas transportasi yang harus
ditanggulangi dengan peningkatan yang sama besarnya dalam penyediaan
pelayanan transportasi. Hubungan transportasi dengan tata guna lahan masyarakat
diperkotaan sistem transportasi dan tata guna lahan saling mempengaruhi oleh
karena itu apabila salah satu bagian tersebut mengalami perubahan maka bagian
yang lainnya juga akan mengalami perubahan
4. Pada permasalahan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Daerah
pinggiran kota kurang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
transportasi. Jalur-jalur pelayanan transportasi angkutan kota yang tersedia tidak
semuanya dapat mencapai ke daerah pinggiran kota sehingga penduduk
pinggiraan kota dalam melakukan mobilitas masih mengalami hambatan.
Mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan fenomena
interaksi antar wilayah. Fenomena yang menunjukan bahwa suatu wilayah
tertentu bergantung pada wilayah yang lain, demikian wilayah yang lain juga
memiliki ketergantungan dengan wilayah tertentu, diantaranya wilayah-wilayah
tersebut terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki beberapa kelebihan
dibanding wilayah-wilayah yang lain.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai