Oleh:
Friska Feronica Bn Putri (196060100111013)
Febby Riantasari Safitri (196060100111020)
Ganjar Ratriadi (196060100111026)
PENDAHULUAN
Pada studi ini terdapat hal yang harus dipelajari mengenai pemilihan moda, khususnya
dari daerah asal yaitu Kota Malang dengan daerah tujuan yaitu Yogyakarta. Salah satu jenis
moda yang menjadi pilihan pertimbangan bagi masayarakat Kota Malang adalah Bus dan Kereta
api, karena dengan tersedianya fasilitas prasarana jalan tol, maka waktu tempuh yang dilalui
pengguna moda Bus bisa lebih cepat atau hampir sama dengan waktu tempuh pada Kereta Api.
2
Jadi kemungkinan yang terjadi masyarakat akan mempertimbangkan moda transportasi mana
yang akan dipilih. Demikian hal nya, studi ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan
masyarakat dalam pemilihan moda antara kereta api dan bus, dengan atribut perbandingan waktu
perjalanan dan biaya tiket.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Analisa hanya dilakukan untuk kereta api dan bus patas rute Malang-Yogyakarta.
2. Survey hanya dilakukan untuk penumpang dari Malang.
3. Atribut yang dibandingkan yaitu dari harga tiket dan waktu perjalanan
4. Kereta api yang dibandingkan hanya untuk kelas ekonomi
1. Mengetahui karakteristik pengguna jasa angkutan kereta api dan bus patas.
2. Mendapatkan model pemilihan moda antara kerata api dan bus patas
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan. Dalam
setiap organisasi sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada
komponen lainnya. Dalam sistem mekanis, komponen berhubungan secara mekanis, misalnya
komponen mesin mobil. Dalam sistem sistem tidak mekanis, misalnya interaksi sistem tata guna
lahan dengan sistem jaringan transportasi, komponen yang ada tidak dapat berhubungan secara
mekanis, akan tetapi perubahan pada salah satu komponen (sistem kegiatan) dapat menyebabkan
perubahan pada komponen lainnya (sistem jaringan dan sistem pergerakan).
Untuk lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik,
perlu dilakukan pendekatan secara sistem. Sistem transportasi dijelaskan dalam bentuk sistem
transportasi makro yang terdiri dari beberapa sistem transportasi mikro. Sistem transportasi
secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro)
yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem trnsportasi mikro tersebut
terdiri dari:
5
a. sistem kegiatan
b. sistem jaringan prasarana transportasi
c. sistem pergerakan lalu lintas
d. sistem kelembagaan
Hubungan antara keempat sistemtransportasi mikro ini seperti terlihat pada gambar 2.1.
Sistem Sistem
kegiatan jaringan
Sistem
pergerakan
Sistem kelembagaan
6
Permintaan perjalanan merupakan bagian yang mendasar dalam teknik perencanaan lalu
lintas. Kuncinya adalah seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk memperluas pemintaan dan
metode apa yang seharusnya digunakan. Solusinya adalah tergantung pada permasalahan yang
sedang dihadapi dan menjadi pokok permasalahan dalam suatu pererencanaan.
Sebuah perjalanan didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan mulai dari awal
perjalanan (asal) sampai ke tempat tujuan akhir. Dengan adanya bangkitan dalam suatu wilayah
sehingga menimbulkan distribusi perjalanan, maka masyarakat dihadapkan pada permasalahan
pemilihan moda dan pemilihan rute dalam melakukan perjalanan. Hubungan permintaan
perjalanan dan pemilihan moda dapat digambarkan dalam Gambar 2.2 berikut:
Permintaan Perjalanan
Bus patas dan travel adalah alternatif pemilihan moda yang dapat dipilih oleh masyarakat
untuk perjalanan antar kota jika melalui rute darat. Kedua moda transportasi tersebut sudah
memberikan fasilitas kenyamanan dan keamanan sebagai salah satu bentuk pelayananannya
kepada konsumen. Sejalan dengan perkembangan dimana pengguna jasa transportasi juga
7
menjadikan kenyamanan dan keamanan sebagai salah satu faktor dalam memilih moda
transportasi, moda transportasi umum yang menyediakan fasilitas penunjang kenyamanan dan
keamanan diperkirakan mempunyai prospek yang bagus. Oleh karena itu, diperlukan suatu
model untuk memodelkan pemilihan moda yang dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor
seseorang dalam memilih moda.
Untuk dapat memodelkan pemilihan moda dengan baik, harus dipertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan moda. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat (Tamin, 2000), yaitu: ciri pengguna jalan, ciri pergerakan, ciri fasilitas moda
transportasi, dan ciri kota atau zona. Adapun yang termasuk di dalamnya adalah sebagai berikut:
2. Ciri Pergerakan
Tujuan pergerakan. Dalam pemilihan moda, pergerakan dengan tujuan bekerja
tentunya akan memiliki pertimbangan yang lain dengan berwisata.
Waktu terjadinya pergerakan. Bila seseorang mendadak harus melakukan
pergerakan antarkota, tentunya akan memilih moda transportasi yang tersedia
pada saat itu.
Jarak perjalanan. Semakin jauh perjalanan, seseorang yang mempunyai banyak
alternatif pilihan moda, akan cenderung memilih moda transportasi yang
mempunyai rute terpendek, tercepat, termurah atau kombinasi keduanya untuk
melakukan pergerakan.
8
3. Ciri fasilitas moda transportasi. Terbagi menjadi dua kategori, pertama, faktor
kuantitatif, seperti:
Waktu perjalanan.
Misalnya: waktu menunggu pemberangkatan bus maupun pesawat terbang, waktu
selama bergerak, dan lain-lain.
Biaya transportasi.
Bagi pengguna moda angkutan umum, yamg termasuk dalam biaya transportasi
ini adalah tarif tiket yang diberlakukan oleh msing-masing moda.
Faktor kedua merupakan faktor yang bersifat kualitatif dan cukup sulit
menghitungnya, meliputi: kenyamanan dan keamanan, keandalan, dan
keteraturan.
Pada logit binomial pengambilan keputusan dihadapkan pada sepasang alternatif diskret
di mana alternatif yang akan dipilih adalah yang mempunyai utilitas terbesar. Utilitas dalam hal
ini dipandang sebagai variabel acak (random).
9
Individu q memilih alternatif yang memaksimumkan utilitas. Individu memilih Ai jika
dan hanya jika:
dengan
Karena para analis mengabaikan nilai (εjq-εiq), tidaklah mungkin dapat ditetapkan jika persamaan
(2.6) harus dipenuhi. Jadi peluang memilih Ai adalah:
Model logit dibangun atas dasar asumsi bahwa ε = εjq – εiq akan bersifat bebas dan
terdistribusi secara identik menurut fungsi distribusi logistik atau Gumbel, yaitu:
( −1 )
F ( ε q ) = e −μe ; μ > 0 , −∞<ε q ¿ ∞ (2.5)
dengan:
εiq : kesalahan acak (random error) atau komponen stokastik dan berfungsi
distribusi tertentu.
Maka dihasilkan:
10
+∞
− ( V iq −V jq+ x )
Piq = ∫ ∏ e − μe
−∞ i≠ j
[ ] μe −μ −μe (−x )
.e dx
+∞
− (V iq V jq + x )
= ∫ ∏ e − μe
−∞ i≠ j
[ ] μe −x
dx
+∞
V iq −V jq
−∞ [
= ∫ e −μe− x ∑ e
j
V
] −x
μe dx
1 e iq
= V iq −V jq
= V jq
∑e ∑e
j j (2.6)
2.4.2 Aplikasi
Pada skripsi ini digunakan pendekatan disaggregate modeling dengan teknik stateted
preference. Anggaplah seseorang mempunyai pilihan antara menggunakan moda travel atau
menggunakan moda bus patas. Jika probabilitas menggunakan travel adalah PTV, maka
probabilitas menggunakan moda bus patas adalah PBP = 1 – PTV. Jika PTV dinyatakan sebagai
kombinasi linier antara peubah bebas (atribut pemilihan moda), maka dapat ditulis sebagai
berikut:
Di mana:
α = Konstanta.
ΔX1, ΔX2, ΔX3,…, ΔXn = Perbedaan atribut antara travel dengan bus patas.
Perbedaan ini belum dapat diterima karena dapat menghasilkan probabilitas prediksi yang
tak terbatas apabila harga peubahnya besar (Watson, 1974). Sekarang pertimbangkan rasio
logaritma natural antara PTV dengan 1 – PBP. Jika PTV meningkat dari nol ke satu, maka
P BP P BP
ln ln
1−PBP meningkat dari negatif ke arah positif tak hingga. Karena P dan 1−PBP
BP
11
tersebut merupakan kombinasi tak linier dari peubah bebas, maka selanjutnya dapat ditulis
sebagai persamaan utilitas pemilihan moda:
PTV
Ln = U −U BP )
1−P TV ( TV (2.8)
Di mana (UTV – UBP) = Perbedaan utilitas kereta api dengan bus patas.
( U TV −U BP ) = α + β 1 ( ΔX 1 ) + β 2 ( ΔX 2 ) + β 3 ( ΔX 3 ) + . .. + β n ( ΔX n ) (2.9)
PBP
Ln = α+ β 1 ( ΔX 1 ) + β 2 ( ΔX 2 ) + β 3 ( ΔX 3 ) + . .. + β n ( ΔX n )
1−P BP
Pada penelitian kali ini perilaku pemilihan moda angkutan penumpang yang diamati
adalah Travel dan bus patas, maka Persamaan (2.10) dapat ditulis menjadi:
U TV ( U TV −U BP)
e e
PTV = U TV U BP
=
( UTV −U BP )
e +e 1+e (2.10)
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e (2.11)
Di mana:
12
responden beberapa hipotesis pilihan situasi dan menanyakan dengan menunjukkan pilihan
mereka masing-masing situasi tersebut. Macam pilihan situasi ini misalnya, untuk menyelidiki
pilihan moda dalam hubungannya dengan perlengkapannya (biaya, waktu, kenyamanan dan lain-
lain).
Menurut Pearmain (1991), karakteristik dari Stated Preference adalah sebagai berikut :
b. Setiap pilihan diwakili sebagai “paket” dari atribut yang berbeda seperti waktu, ongkos,
headway, reliability dan lain- lain.
c. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh individu pada
setiap atribut dapat diestimasi. Hal ini didapat dengan teknik rancangan eksperimental.
d. Kuisioner harus memberikan alternatif hipotesa yang dapat dimengerti oleh responden,
tersusun rapi dan masuk akal.
f. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk mendapatkan
ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting pada setiap atribut.
Kelebihan Stated Preference yang lain adalah terletak pada kebebasan membuat disain
percobaan dalam upaya menemukan variasi yang luas bagi keperluan penelitian. Kemampuan ini
harus dimbangi dengan keperluan untuk memastikan bahwa respon yang diberikan cukup masuk
akal.
a. Identifikasi atribut kunci dari setiap altenatif dan buat “paket” yang mengandung pilihan;
seluruh atribut penting harus diwakilkan dan pilihan harus dapat diterima dan realistis.
13
b. Cara di dalam memilih akan disampaikan pada responden dan responden diperkenankan
untuk mengekspresikan apa yang lebih disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus
mudah dimengerti, dalam konteks pengalaman responden dan dibatasi.
c. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang responsif.
Jika jumlah atribut (a) dan jumlah level yang diambil (n), maka disain akan menentukan
disain faktorial (na), ini disebut sebagai full factorial design, yang berarti setiap kombinasi
kemungkinan pemakaian setiap kombinasi level atribut. Apabila jumlah pilihan terlalu banyak,
kemungkinan besar responden akan kelelahan dalam menentukan pilihan, sehingga akan
menimbulkan tanggapan yang salah atau bahkan diabaikan oleh responden. Terdapat beberapa
cara pendekatan untuk mengurangi jumlah pilihan, salah satunya adalah dengan cara
memisahkan pilihan ke dalam bentuk blok melalui pembauran yang disebut sebagai disain
replika sebagian (fractional replication design), yaitu suatu bentuk tiruan dari full factorial ke
dalam pilihan dengan jumlah yang sedikit.
14
Pendekatan ini menyertakan semua pilihan sekaligus kepada responden kemudian mereka
diminta untuk mengurutkan sesuai dengan pilihannya yang menunjukkan tingkatan
preference dari pilihan tersebut. Hal yang menarik dari pendekatan ini adalah bahwa
semua pilihan disajikan secara bersamaan. Namun perlu dipertimbangkan bahwa jumlah
alternatif yang terlalu banyak dapat membuat responden lelah dan asal jawab.
1 = Pasti memilih A.
2 = Mungkin memilih A.
3 = Pilihan berimbang.
4 = Mungkin memilih B.
5 = Pasti memilih B.
1 = 0,1
2 = 0,3
3 = 0,5
4 = 0,7
5 = 0,9
15
Respon berupa pilihan
Pada pendekatan ini responden diminta menentukan pilihannya terhadap beberapa
alternatif pilihan yang tersedia. Pilihan ini dapat juga diperluas dalam bentuk skala rating.
Agar lebih sesuai dengan kenyataan, biasanya ditambahkan opsi “ tidak satupun dari
pilihan di atas” untuk menghindari pemaksaan pilihan.
Fungsi utilitas adalah mengukur daya tarik setiap pilihan (scenario hipotesa) yang
diberikan pada responden. Fungsi ini merefleksikan pengaruh pilihan responden pada seluruh
atribut yang termasuk dalam Stated Preference.
dengan:
Ui : utilitas pilihan i
Tujuan analisa adalah menentukan estimasi nilai a0 sampai an dimana nilai- nilai tersebut
disebut sebagai bobot pilihan atau komponen utilitas. Berdasarkan nilai parameter model, dapat
diketahui efek relatif setiap atribut pada seluruh utilitas. Setelah komponen utilitas dapat
diestimasi, maka selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti menentukan
kepentingan relatif dari atribut yang termasuk dalam eksperimen dan menentukan fungsi utilitas
untuk peramalan model
1. Naive atau metode grafik, adalah sebuah cara yang sederhana dengan pendekatan yang
didasarkan pada prinsip bahwa tiap level dari tiap atribut asering muncul sama-sama
dalam disain eksperimen tertentu, oleh karena itu beberapa ciri utilitas (relatif) dari
16
pasangan level atribut tersebut dapat ditentukan dengan menghitung rata-rata (mean) nilai
ranking, rating atau choice setiap pilihan yang telah dimasukkan dalam level tersebut dan
membandingkannya dengan rata-rata mean yang sama untuk level atribut yang lain.
Plotting nilai rata-rata mean ini pada grafik sering memberikan ciri yang sangat berguna
tentang penting (relatif) dari berbagai atribut yang termasuk dalam eksperimen. Model ini
tidak menggunakan teori statistik dan oleh karena itu selalu gagal dalam memberikan
indikasi hasil statistik yang signifikan.
2. Non-metric Scalling.
3. Metode Regresi.
Teknik regresi secara luas digunakan dalam pemodelan transportasi. Dalam penggunaan
analisa Stated Preference, teknik regresi digunakan pada pilihan rating. Pengolahan data
dilakukan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara sekumpulan atribut dan respon
individu. Hubungan tersebut dinyatankan dalam bentuk persamaan linier:
17
Dengan y adalah respon individu x1, x2, ...., xk adalah atribut pelayanan, a0 adalah
konstanta dan a1, a2, ....., ak adalah parameter model.
Menggunakan prinsip kuadrat terkecil dengan meminimalkan nilai Σ δ2, diperoleh jika
turunan parsial Σ δ2 berturut-turut terhadap a0, a1, a2,....ak adalah sama dengan nol, maka
dengan langkah ini akan diperoleh k + 1 persamaan dengan sejumlah k+1 koefisien
regresi, sehingga masing- masing koefisien regresi dapat ditentukan.
4. Analisa Logit.
Untuk teknik estimasi pilihan diskrit seperti logit diperlukan teknik statistik yang lebih
maju dalam analisis data Stated Preference. Meskipun pada mulanya dimaksudkan untuk
menganalisa choice data diskrit, tipe lain dalam mengukur pilihan seperti rating dan
ranking dapat juga dianalisa sebagai choice data. Estimasi yang dilakukan didasarkan
pada prinsip statistik maximum likehood.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Identifikasi masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Analisa Data
Pembahasan
19
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Studi
20
Data primer dalam studi ini adalah data karakteristik penumpang dan pernyataan
kecenderungan penumpang dalam memilih moda tansportasi jika dihadapkan pada perubahan
variabel yang ditawarkan dari kedua moda tersebut. Dalam studi ini variabel yang ditawarkan
adalah biaya perjalanan dan waktu perjalanan kedua moda tersebut. Penentuan variabel tersebut
berdasar pada survai pendahuluan yang telah dilakukan yang menghasilkan faktor harga, waktu
tempuh, serta keamanan dan kenyamanan sebagai faktor paling dominan dalam pemilihan kedua
moda tersebut. Faktor keamanan dan kenyamanan tidak dimasukkan dalam variabel studi karena
sulit untuk dikuantitatifkan serta terbatasnya kesempatan untuk meningkatkan fasilitas ini di
dalam moda tanpa adanya perubahan harga tiket.
Survai untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara surveyor menanyakan
langsung pertanyaan di kuesioner pada penumpang kereta api maupun travel yang akan
mengadakan perjalanan dari Malang ke Yogyakarta. Responden dipilih secara acak. Survai ini
diadakan di dua tempat, yaitu
3.3.3 Kuesioner
Kuesioner dibagikan kepada penumpang kereta api dan bus patas secara acak dan diisi
sesuai dengan kondisi sesungguhnya responden tersebut. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian,
yaitu :
a. Karakteristik Umum Pengguna Jasa
Bagian ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan karakter pengguna
jasa kereta api dan bus patas jurusan Malang-Yogyakarta. Dalam studi ini karakteristik yang
di kaji ada 2 jenis yaitu karakteristik sosial ekonomi responden dan karakteristik perjalanan
21
responden. Karakteristik sosial ekonomi responden yang di bahas adalah: pendidikan
terakhir, pekerjaan, dan penghasilan per bulan. Karakteristik perjalanan responden yang
dibahas adalah maksud perjalanan, frekuensi perjalanan per bulan, jenis pembiayaan
perjalanan, alasan pemilihan moda dan frekuensi penggunaan kereta api dan bus patas.
Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan dengan tujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik
penumpang bus patas dan travel jurusan Malang-Yogyakarta.
b. Pemilihan Moda
Kuesioner ini dibuat dengan menggunakan teknik Stated-Preferences (SP). Bagian ini
terdiri dari tujuh tabel/atribut yang masing-masing berisi beberapa situasi. Masing-masing
situasi berisi pernyataan yang membandingkan antara kereta api dan bus patas. Atribut-
atribut yang dibandingkan beserta jumlah situasinya, dapat dilihat pada Tabel 3.1.
c. Jumlah Sampel
Jumlah sampel pada studi ini mengacu pada jumlah penumpang bus. Jumlah
penumpang bus dalam satu kali keberangkatan berkisar antara 30-40 penmpang.
Sedangkan untuk kereta kelas ekonomi, 1 gerbong bisa memberangkatkan kurang lebih
50-80 penumpang. Sehingga kuisioner ini mengambil sampel total sebanyak 130
responden.
Tabel 3.2 Atribut-Atribut yang Digunakan dalam Survai SP
1. Biaya perjalanan 5
2. Waktu perjalanan 5
22
2. Mungkin menggunakan bus
3. Pilihan berimbang
4. Mungkin menggunakan kereta api
5. Pasti menggunakan kereta api
.
23
3.5 Metode Analisa Data
Dalam studi ini terdapat dua jenis data yang dianalisa yaitu data karakteristik responden
(meliputi karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik perjalanan) dan data preferensi
penumpang dalam memilih moda hasil survai dengan teknik Stated Preference.
Analisa data karakteristik responden dilakukan dengan membuat persentase setiap pilihan
responden terhadap jumlah total responden. Dari persentase tersebut dapat dilihat sebaran
penumpang berdasarkan karakter yang diinginkan.
Sedangkan langkah-langkah dalam melakukan analisa data hasil survai dengan teknik
Stated Preference, digambarkan sebagai berikut:
Analisis Data SP untuk menghitung utilitas :
Mulai
A
Persamaan Utilitas :
Regresi Linier :
Konstanta (b0)
Koefisien (bn)
Selesai
24
Gambar 3.2 Diagram Alir Pengolahan Data
Keterangan :
b0 = Konstanta
Untuk mendapatkan formula probabilitas pemilihan moda dari hasil survai dengan teknik
stated preference, dilakukan dua tahap analisa data, yaitu:
Untuk membentuk persamaan regresi, yang harus ditentukan lebih dahulu adalah
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel-
variabel ini akan digunakan untuk mendapatkan konstanta regresi (b0) dan koefisien regresi (bn).
Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam pembentukan model ini akan ditentukan
sebagai berikut :
25
Variabel terikat yang akan digunakan dalam pembentukan model ini didapatkan dari
respon yang diberikan oleh responden. Respon yang berupa skala pilihan 1-5, akan
ditransformasikan ke dalam bentuk probabilitas (Berkson-Theil transformation). Dengan
menggunakan persamaan 2.8, skala probabilitas tersebut dapat ditransformasikan ke dalam skala
simetrik (symmetric scale), seperti pada tabel 3.2. Skala simetrik inilah yang akan digunakan
sebagai variabel terikat.
Utilitas
Skala
Rating Respon
Probabilitas (P) Ln ( 1−PP )
1 Pasti memilih kereta api 0.9 2.1972
2 Mungkin memilih kereta api 0.7 0.8473
3 Pilihan berimbang 0.5 0.0000
4 Mungkin memilih bus patas 0.3 -0.8473
5 Pasti memilih bus patas 0.1 -2.1972
26
b. Memodelkan Perpindahan Moda
Setelah konstanta regresi (b0) dan koefisien regresi (bn) didapatkan, maka dapat
diperoleh persamaan utilitas untuk masing-masing atribut. Dari persamaan utilitas ini, dapat
diketahui probabilitas pemilihan masing-masing moda. Berdasarkan Persamaan (2.9), (2.10), dan
(2.11), diperoleh persamaan utilitas dan probabilitas pemilihan moda sebagai berikut :
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
27
Di mana:
b0 = Konstanta
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
28
U TV ( U TV −U BP)
e e
PTV = U TV U BP
=
e ( UTV −U BP )
+e 1+e
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
ΔX1, ΔX2 = Perbedaan atribut antara kereta api dengan bus patas.
PTV = Probabilitas penggunaan kereta.
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
ΔX1, ΔX3 = Perbedaan atribut antara kereta api dengan bus patas.
PTV = Probabilitas penggunaan kereta api.
29
UTV = Fungsi utilitas moda kereta api.
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
ΔX2, ΔX3 = Perbedaan atribut antara kereta api dengan bus patas.
PTV = Probabilitas penggunaan kereta api.
1
PBP = 1−P TV =
( UTV −U BP )
1+e
Di mana:
b0 = Konstanta
30
ΔX1, ΔX2, ΔX3 = Perbedaan atribut antara kereta api dengan bus patas.
PTV = Probabilitas penggunaan kereta api.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu formulir karakteristik responden
dan formulir pemilihan moda. Karakteristik yang dikaji dalam studi ini adalah karakteristik
sosial ekonomi responden dan karakteristik perjalanan responden. Kedua karakteristik ini
diambil karena merupakan faktor dalam pemilihan moda. Dari survai karakteristik responden,
dapat diketahui sebaran karakter penumpang bus patas dan kereta api. Sedangkan dari pemilihan
moda, dapat diketahui preferensi penumpang dalam memilih moda berdasarkan situasi yang
ditawarkan.
32
Gambar 4.1 Sebaran tingkat pendidikan penumpang travel dan bus patas
Sumber: Survai di kereta api dan bus patas
4.1.2 Pekerjaan
Ditinjau dari segi pekerjaan, sebaran penumpang travel dan bus patas adalah seperti pada
Gambar 4.2 berikut ini:
33
Pada Gambar tersebut tampak bahwa sebaran penumpang berdasarkan pekerjaan cukup
beraneka ragam. Semua golongan pekerjaan yang ditawarkan pada pilihan ada pada kedua moda.
Hal ini mungkin berkaitan dengan biaya perjalanan yang relatif terjangkau hampir semua
kalangan. Jadi kedua moda dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai golongan pekerjaan.
Mayoritas penumpang kedua moda ini bekerja di bidang swasta yaitu sebesar 35,3%, pelajar
21,8%, PNS atau ABRI di 17,3% dan sisanya adalah yang lain.
Pendapatan responden sebagian besar adalah antara 1 sampai dengan 3 jutu per bulan
yaitu sekitar 38,3%. Sedangkan yang berpendapatan di atas 5 juta per bulan adalah 20,3%,
sedangkan yang berpendatapan antara 3 sampai dengan 5 juta per bulan adalah 18,8%.
34
4.2 Preferensi Pemilihan Moda
Pada survai ini responden diminta menyatakan pendapatnya melalui lima skala pilihan.
Pertanyaan disusun berdasarkan metode Stated-Preferences, seperti yang terdapat pada subbab
3.3.3. Dalam kuesioner yang dibagikan, terdapat lima tabel yang masing-masing tabel terdapat 5
variasi perubahan atribut pada tiap tabel yang menunjukkan kekurangan dan kelebihan masing-
masing moda. Responden diberi pilihan dengan skala 1 – 5, dimana skala 1 menunjukkan pilihan
pasti pilih bus patas, skala 2 menunjukkan mungkin memilih bus patas, skala 3 menunjukkan
pilihan berimbang, skala 4 menunjukkan mungkin memilih kereta api dan skala 5 menunjukkan
pasti memilih kereta api. Data jumlah respon untuk masing-masing skala pilihan pada
penumpang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah respon masing-masing skala pilihan untuk variasi atribut selisih biaya
perjalanan
35
Tabel 4.1Jumlah respon masing-masing
skala pilihan untuk variasi atribut selisih
biaya
b. Waktu tempuh lebih cepat 30 menit (7
jam)
Pilihan Responden
Harga Tiket 1 2 3 4 5
125,000.00 23 18 40 39 17
140,000.00 26 23 31 37 20
150,000.00 29 27 17 36 28
160,000.00 24 28 14 40 31
175,000.00 21 24 15 46 31
36
125,000.00 20 25 47 30 15
140,000.00 21 27 41 32 16
150,000.00 20 21 37 36 23
160,000.00 25 21 28 39 24
175,000.00 26 19 25 41 26
Keterangan :
3. Pilihan berimbang
37
4.3 Analisis Data Teknik Stated Preference
4.3.1 Atribut Pemilihan Moda
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada studi ini hanya dibahas pengaruh
perubahan faktor biaya perjalanan, waktu perjalanan, dan jumlah keberangkatan per hari
terhadap preferensi seseorang dalam memilih moda. Dari hasil survai yang telah dilakukan
didapat data dengan skala kualitatif, data ini diubah menjadi skala kuantitatif seperti pada sub
bab 3.4 tabel 3.2. Langkah selanjutnya adalah meregresi skala tersebut dengan regresi linier dan
regresi linier berganda sehingga didapatkan persamaan pemilihan moda. Skala probabilitas
tersebut akan menjadi variabel terikat. Sedangkan selisih tiap-tiap atribut akan menjadi variabel
bebasnya. Karena tujuan dari studi ini ingin membandingkan pemilihan moda di travel dan di
bus patas maka maka atribut yang dipakai adalah selisih atribut travel dan bus patas. Data yang
dianalisa dengan regresi linier regresi linier berganda merupakan data sampel gabungan hasil
survai di travel dan bus patas.
38
Dari hasil regresi yang menghasilkan konstanta dan koefisien regresi tersebut kemudian
didapat suatu formula utilitas yang digunakan untuk mencari probabilitas pemilihan moda
dengan medel logit binomial.
Dimana :
∆W = selisih waktu
∆T = selisih biaya
39
-5
e(-1,48 - 9,84.1 0 . Δ X ) 1
PBP = 1 − -5 (4.2)
1+e (-1,48 - 9,84.1 0 . Δ X ) 1
Konstanta ΔX1 adalah sebesar 1,335. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa jika biaya
perjalanan kereta api dan bus patas sama maka nilai utilitas adalah sebesar 1,48 sehingga
probabilitas seseorang memilih bus adalah sebesar 0.552 dan probabilitas seseorang memilih
bus patas adalah sebesar 0.448.
Selisih Waktu
0 30 45 60 90
Tempuh
Tarif (Rp) Bus Kereta Bus Kereta Bus Kereta Bus Kereta Bus Kereta
100000 0,607 0,393 0,638 0,362 0,653 0,347 0,668 0,332 0,696 0,304
105000 0,596 0,404 0,628 0,372 0,643 0,357 0,658 0,342 0,687 0,313
110000 0,585 0,415 0,617 0,383 0,632 0,368 0,648 0,352 0,677 0,323
115000 0,574 0,426 0,606 0,394 0,622 0,378 0,637 0,363 0,667 0,333
120000 0,563 0,437 0,595 0,405 0,611 0,389 0,627 0,373 0,657 0,343
125000 0,552 0,448 0,585 0,415 0,600 0,400 0,616 0,384 0,647 0,353
130000 0,541 0,459 0,574 0,426 0,590 0,410 0,605 0,395 0,636 0,364
135000 0,530 0,470 0,563 0,437 0,579 0,421 0,595 0,405 0,626 0,374
140000 0,519 0,481 0,551 0,449 0,568 0,432 0,584 0,416 0,615 0,385
145000 0,507 0,493 0,540 0,460 0,557 0,443 0,573 0,427 0,605 0,395
150000 0,496 0,504 0,529 0,471 0,545 0,455 0,562 0,438 0,594 0,406
155000 0,485 0,515 0,518 0,482 0,534 0,466 0,551 0,449 0,583 0,417
160000 0,474 0,526 0,507 0,493 0,523 0,477 0,539 0,461 0,572 0,428
165000 0,463 0,537 0,495 0,505 0,512 0,488 0,528 0,472 0,561 0,439
170000 0,451 0,549 0,484 0,516 0,501 0,499 0,517 0,483 0,550 0,450
175000 0,440 0,560 0,473 0,527 0,489 0,511 0,506 0,494 0,539 0,461
180000 0,429 0,571 0,462 0,538 0,478 0,522 0,495 0,505 0,527 0,473
185000 0,418 0,582 0,451 0,549 0,467 0,533 0,483 0,517 0,516 0,484
190000 0,407 0,593 0,439 0,561 0,456 0,544 0,472 0,528 0,505 0,495
195000 0,397 0,603 0,428 0,572 0,445 0,555 0,461 0,539 0,494 0,506
200000 0,386 0,614 0,417 0,583 0,433 0,567 0,450 0,550 0,482 0,518
40
1. Bila Waktu Tempuh Sama
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0
10 10 11 11 12 12 13 13 14 14Bus 15 15 1Kereta
6 16 17 17 18 18 19 19 20
Apabila tidak ada selisih waktu tempuh bus dan kereta api, keputusan yang seimbang
terjadi saat ΔT = 148.500 (harga tiket Rp 148.500,-), jika selisih biaya perjalanan lebih dari Rp
148..500 maka probabilitas memilih bus patas akan lebih rendah dari probabilitas memilih kereta
api. Grafik model dapat digambarkan sebagai berikut :
2.
41
Waktu Tempuh = Lebih Cepat 30 Menit
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 00 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000
10 1 0 11 11 1 2 1 2 1 3 13 1 4 14 1 5 15 1 6 1 6 1 7 17 18 1 8 19 1 9 20
Bus Kereta
Apabila selisih waktu tempuh bus lebih cepat 30 menit dari kereta api, keputusan yang
seimbang terjadi saat ΔT = 163.000 (harga tiket Rp 163.000 artinya jika selisih biaya perjalanan
lebih dari Rp 163.000 maka probabilitas memilih bus patas akan lebih rendah dari probabilitas
memilih kereta api. Grafik model dapat digambarkan sebagai berikut :
3.
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
1 0 10 1 1 11 12 1 2 13 13 1 4 14 15 1 5 16 1 6 1 7 17 1 8 1 8 19 1 9 2 0
Bus Kereta
42
Apabila selisih waktu tempuh lebih bus cepat 45 menit dari kereta api, keputusan yang
seimbang terjadi saat ΔT = 170.400 (harga tiket Rp 170.400 artinya jika selisih biaya perjalanan
lebih dari Rp 170.400 maka probabilitas memilih bus patas akan lebih rendah dari probabilitas
memilih kereta api. Grafik model dapat digambarkan sebagai berikut :
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 00
10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 Bus 1 1 Kereta
1 1 1 1 1 1 1 1 2
Apabila selisih waktu tempuh lebih bus cepat 60 menit dari kereta api, keputusan yang
seimbang terjadi saat ΔT = 177.500 (harga tiket Rp 177.500 artinya jika selisih biaya perjalanan
lebih dari Rp 177.500 maka probabilitas memilih bus patas akan lebih rendah dari probabilitas
memilih kereta api. Grafik model dapat digambarkan sebagai berikut
43
Waktu Tempuh = Lebih Cepat 90 Menit
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
10 0 0
11 00
11 0 0
12 00
12 0 0
13 00
13 0 0
14 00
14 00
15 00
15 0 0
16 00
16 00
17 0 0
17 0 0
18 0 0
18 00
19 0 0
19 00
20 0 0
00
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
50
00
10
Bus Kereta
Apabila selisih waktu tempuh lebih bus cepat 90 menit dari kereta api, keputusan yang
seimbang terjadi saat ΔT = Rp. 192.000 (harga tiket Rp. 192.000 artinya jika selisih biaya
perjalanan lebih dari Rp. 192.000 maka probabilitas memilih bus patas akan lebih rendah dari
probabilitas memilih kereta api. Grafik model dapat digambarkan sebagai berikut
44
BAB V
KESIMPULAN
Dalam perencanaan transportasi memerlukan konsep four step model, salah atunya
adalah pemilihan moda yang merupakan tahap terpenting dalam kebijakan transportasi.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan mengenai pemilihan moda kereta api dan bus
yang ada di Kota malang, khususnya dari malang tujuan Yogyakarta dengan atribut
perbandingan harga tiket dan waktu tempuh, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga tiket
bus makan semakin rendah kecenderungan penumpang untuk memilih moda transportasi bus.
Sebaliknya, jika harga tiket bus rendah, maka semakin tinggi juga kecenderungan penumpang
ntuk memilih bus.
45
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
46
3.6 Lokasi Penelitian
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Data Sekunder
3.7.2 Data Primer
3.7.3 Kuesioner
3.8 Metode Analisa Data
DAFTAR PUTAKA
Tamin, Ofyar Z. (2000). Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung : ITB Bandung
Khoirunisa, Rahmasari dan Nur Annisa Firdausy. (2017). Studi Potensi Penumpang Pada
Rencana Pembangunan Bandar Udara di Tulungagung
47
48
49