Anda di halaman 1dari 44

PENETAPAN TARIF ANGKUTAN

Tarif Angkutan Umum ?

Tarif angkutan umum merupakan harga jasa yang


dikenakan kepada penumpang atas pelayanan angkutan
yang dinikmatinya.
Tarif ditetapkan pemerintah secara politis dengan
mempertimbangkan usulan dari operator angkutan
umum dan pengguna jasa angkutan umum.
Tujuan Penetapan Tarif Angkutan ?

• Memberikan perlindungan kepada konsumen


• Memberikan kelayakan berusaha kepada operator
Sudut Pandang ttg Tarif Angkutan

User

Operator
Tariff

Regulator
Sudut Pandang Pengguna Terhadap Tariff

Keterjangkauan (Affordability) : mengacu pada masyarakat


yang dominan dari calon konsumen. Besarnya tarif yang
ditentukan harus lebih kecil atau atau sama dengan daya
beli masyarakat.

Kepantasan : Besarnya tarif hendaknya sesuai kondisi obyektif


dari kualitas dan kuantitas yang diberikan. Misalnya tarif bus
AC lebih mahal dibanding bus non-AC sebab ada
kenyamanan lebih yang disediakan.

Sederhana : Sistem pentarifan yang diinginkan konsumen


adalah sistem yang praktis, mudah dimengerti dan
dipahami.
Sudut Pandang Operator Terhadap Tariff

Cost Recovery : mengingat bahwa menghasilkan barang atau


jasa memerlukan sumber daya, maka produsen selalu
menginginkan agar besaran tarif sedapat mungkin dapat
memulihkan atau mengganti semua sumber daya yang telah
dikeluarkan oleh produsen.

Profitable/Menguntungkan : Besaran tarif sedapat mungkin


tidak hanya memulihkan biaya produksi, tapi juga
menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Tentu saja
keinginan ini bertolak belakang dengan keinginan
konsumen.

Systematical/Praktis : Sistem pentarifan yang diinginkan


produsen adalah praktis, tidak membutuhkan usaha atau
tambahan biaya untuk menerapkannya. Keinginan ini
bertolak belakang dengan keinginan konsumen yang
menginginkan keterbukaan.
Sudut Pandang Pemerintah Terhadap Tariff

1. Mampu dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;


2. Membela kepentingan masyarakat pada golongan rendah;
3. Mengalokasi sumber daya dengan lebih efisien dan efektif
Produksi Angkutan Penumpang

1. Produksi km (panjang trayek yang ditempuh)


2. Produksi rit (frekuensi perjalanan angk umum)
3. Produksi penumpang orang (penumpang diangkut)
4. Produksi penumpang-km (seat-km)
Struktur Biaya Operator
1. Yang dikeluarkan untuk pengelolaan
perusahaan;
2. Yang dikeluarkan untuk operasi kendaraan
3. Yang dikeluarkan untuk retribusi, iuran,
sumbangan, dan yang berkenaan dengan
pemilikan usaha dan operasi.
Biaya Yang Dikeluarkan

Biaya Langsung

Biaya

Biaya Tdk
Langsung
Biaya Langsung
Adalah : biaya yang berkaitan langsung
dengan produk jasa yang dihasilkan

Biaya Tidak Langsung


Adalah : Biaya yang secara tidak langsung
berhubungan dengan produk jasa yang
dihasilkan
Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung
1. Penyusutan kendaraan 1. Biaya pegawai selain awak
produktif kendaraan
2. Bunga modal kendaraan 2. Biaya pengelolaan
produktif
3. Gaji awak bus (sopir dan
kondektur)
4. Bahan Bakar Minyak (BBM)
5. Ban
6. Pemeliharaan Kendaraan
7. Retribusi Terminal
8. STNK/pajak kendaraan
9. KIR
10. Asuransi
Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung
1. Penyusutan kendaraan produktif 1. Biaya pegawai selain awak kendaraan
2. Bunga modal kendaraan produktif a. gaji/upah
3. Awak bus (sopir dan kondektur) b. uang lembur
- Gaji/ upah c. tunjangan sosial
- Tunjangan kerja operasi (uang dinas) - tunjungan perawatan kesehatan
- Tunjungan sosial - pakaian dinas
4. Bahan Bakar Minyak (BBM) - asuransi kecelakaan
5. Ban 2. Biaya pengelolaan
6. Service Kecil a. Penyusutan bangunan kantor
7. Service Besar b. Penyusutan pool dan bengkel
8. Pemeriksaan (Overhaul) c. Penyusutan inventaris / alat kantor
9. Penambahan Oli d. Penyusutan sarana bengkel
10. Suku Cadang dan bodi e. Biaya administrasi kantor
11. Cuci bus f. Biaya pemeliharaan kantor
12. Retribusi Terminal g. Biaya pemeliharaan pool dan bengkel
13. STNK/pajak kendaraan h. Biaya listrik dan air
14. KIR i. Biaya telepon dan telegram
15. Asuransi j. Biaya perjalanan dinas selain awak kend
- Asuransi Kendaraan k. Pajak perusahaan
- Asuransi awak bus l. Izin trayek dan izin usaha
Jenis Tarif Angkutan Umum

Tariff Datar
(Flat Fare)

Tariff
Tariff Kilometer
(Kilometric fare)
Tariff Jarak
(Distance Fare)
Tariff Zona
(Zonal fare)
Jenis Tarif Angkutan Umum

1. Tarif Datar (flat fare)


• Pada system ini penetapan tarif tidak mempertimbangkan jarak
• Keuntungannya adalah kemudahan dalam pengumpulan tiket
dan juga kemudahan dalam memeriksa tiket penumpang serta
memeriksa persediaan tiket
• Kerugiannya adalah system ini tidak memperhitungkan
keuntungan yang bisa diperoleh dari diferensial tarif

Rp. 2000,-

Rp. 2000,-
Jenis Tarif Angkutan Umum

2. Tarif Jarak (Distance fare)

a. Tarif Kilometer
• Tariff ditentukan dengan mengalikan tariff rata-rata per-km
dengan jarak (dlm km).
• Dalam hal ini ditentukan tariff minimum untuk jarak minimum
• Kesulitannya yaitu dalam hal pengumpulan tiket

Rp. 1000,-
Rp. 2000,-

Rp. 3000,-
2. Tarif Jarak (Distance fare)

b. Tarif Wilayah (Zonal Fare)


• membagi wilayah ke dalam beberapa zona
• Umumnya pusat kota membentuk inner-zone dan dikelilingi oleh
beberapa outer-zone
• Kerugian pada system ini apabila penumpang yang akan
menempuh jarak yang pendek tapi pada 2 zona yang berbeda
maka dia harus dikenakan tiket untuk 2 zona
• Artinya tariff untuk jarak yang panjang pada satu zona mungkin
lebih murah dibandingkan dengan jarak yang pendek tetapi
melintasi dua zona.

Rp. 3000,- Rp. 3000,-

CBD Rp. 1000,- Rp. 2000,-


Rp. 1000,-
Rp. 2000,-
Pihak Yang Terlibat Dalam Penentuan Tariff

DPR - RI

MENHUB

DIRJEN HUBDAT

DISHUB

ORGANDA

YLKI
Mekanisme Penetapan Tariff

• KENAIKKAN BBM
• KONDISI EKONOMI PERSETUJUAN

• YLKI
• ORGANDA DIRJEN HUBDAT MENHUB DPR-RI
•DISHUB/LLAJ

SOSIALISASI
TARIF JARAK TARIF DASAR
Biaya Pokok

Adalah : biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan


angkutan untuk penyediaan jasa angkutan yang
dihitung berdasarkan biaya penuh (full cost).
Tahapan Perhitungan Tariff
Hitung Komponen Biaya

Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung

Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung

Tarif Pokok

Tarif BEP

Tarif Berlaku
Rumus-rumus Perhitungan Tariff

Tarif Pokok = Total biaya pokok


Faktor pengisian x kapasitas kendaraan

Tarif BEP = Tarif Pokok x Jarak Rata-rata

Tarif Berlaku = (tarif pokok x jarak rata-rata) + 10%


Tujuan Pengawasan Tariff

Melindungi kepentingan konsumen atas


kemungkinan penyimpangan tariff yang
dilakukan oleh operator
Cara Pengawasan Tariff
1. Tarif berlaku yang ditetapkan oleh pengusaha harus dilaporkan kepada
Kepala Dinas Perhubungan/LLAJ Kota/Kabupaten sesuai domisili
perusahaan serta kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk
trayek Antar Kota Antar Propinsi dan Kepala Dinas Perhubungan/LLAJ
Propinsi untuk trayek Antar Kota Dalam Propinsi selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum diberlakukan.
2. Tarif berlaku yang telah ditetapkan oleh pengusaha angkutan wajib
diumumkan dan diinformasikan kepada masyarakat
3. Penjualan karcis baik di loket-loket maupun di atas bus harus dilakukan
oleh awak bus atau orang yang ditunjuk oleh perusahaan yang
bersangkutan.
4. Awak bus atau orang yang ditunjuk oleh harus menggunakan seragam
dengan identitas yang jelas;
5. Awak bus atau orang yang ditunjuk oleh perusahaan dilarang
mengutip/memungut ongkos tambahan dalam bentuk apapun;
6. Sanksi administratif dilakukan terhadap pelanggaran besaran tarif dan
terhadap pelanggaran pemenuhan kewajiban pengusaha angkutan
7. Sosialisasi terhadap mekanisme pengawasan tarif angkutan penumpang
umum antar kota;
8. Pemantauan pelaksanaan ketentuan tarif angkutan
Latar Belakang Penerapan Tarif Batas Atas
dan Tarif Batas Bawah

• Karakteristik perjalanan penumpang antar kota berbeda


dengan perjalanan penumpang dalam kota

• Perjalanan antar kota merupakan kebutuhan sekunder,


sehingga pengguna jasa akan menyesuaikan frekuensi
perjalanan berdasarkan kemampuan daya beli dan nilai
tambah atau manfaat perjalanan.

• Mendorong penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat


sebagai upaya untuk mempersiapkan dan meningkatkan
ketahanan usaha angkutan nasional dalam menghadapi
globalisasi perdagangan dan jasa.
Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah

Tarif Pokok + 20 %

Tarif Pokok

Tarif Pokok – 20 %
Tujuan Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah

Tujuan Penerapan Tariff Batas Atas (ceiling)


1. Melindungi pengguna jasa dari tarif yg melambung
2. Memberikan kesempatan kepada operator untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan kelangsungan usaha

Tujuan Penerapan Tariff Batas Bawah (floor)


1. Melindungi operator dari persaingan “perang tarif”
2. Menjaga kualitas pelayanan & kualitas keselamatan
Mekanisme Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah
1. Persetujuan DPR tentang kebijakan tarif;
2. Kepmenhub tentang mekanisme dan formula perhitungan tarif
bus antar kota kelas ekonomi;
3. Sosialisasi kebijakan tarif, dalam hal proses sosialisasi belum
optimal karena waktu yang terbatas maka Tarif Batas Atas dapat
difungsikan sebagai Toeslag;
4. Penetapan tarif batas atas dan batas bawah bus antar kota kelas
ekonomi oleh Dirjen Hubdat untuk trayek AKAP dan oleh
Gubernur untuk trayek AKDP yang akan mulai diberlakukan
mulai akhir Nopember 2002;
5. Pemberlakuan tarif bus antar kota kelas ekonomi oleh masing-
masing operator setelah terlebih dahulu diberitahukan dan
diumumkan;
6. Pengendalian dan sanksi; dan
7. Evaluasi biaya pokok secara periodik setiap 6 bulan dgn
melibatkan seluruh stakeholders.
Mekanisme Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah

1. Kebijakan Ceiling/Floor Tarif Bus Antar


Kota Kelas Ekonomi
2. Formula Penghitungan Biaya Produksi
3. % Ceiling dan Floor Tarif
4. Mekanisme Evaluasi Biaya dan
•KEPENTINGAN OPERATOR Penetapan Tarif
•KEPENTINGAN USER

• DISHUB/LLAJ
• STAKEHOLDERS DIRJEN HUBDAT MENHUB DPR-RI

Dengan adanya penetapan formula penghitungan tarif dari DPR, maka selanjutnya
Menhub/Gubernur *) dapat melakukan perubahan besaran Tarif Dasar tanpa terlebih
dahulu melakukan meminta persetujuan DPR/DPRD *).

*) Gubernur dan DPRD untuk pelayanan angkutan AKDP


Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Tiap Wilayah

NO WlLAYAH TARIF/PNP-KM
A. Batas Atas

1. Wilayah I (Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) Rp.81,OO

2. Wilayah II (Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya) Rp.90,20

B. BatasBawah

1. Wilayah I (Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) Rp. 54,00

2. Wilayah II (Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya) Rp. 60,20

Sumber: KM. 85 Tahun 2004


Pelanggaran Administratif Tarif Angkutan

1. Tidak mengumumkan tarif berlaku ;


2. Tidak mencetak besaran tarif pada tiket ; dan
3. Mengenakan tarif tidak sesuai dengan yang
diumumkan, tetapi masih diantara atau sama dengan
tarif batas atas dan tarif batas bawah untuk angkutan
antar kota (khusus untuk kelas ekonomi).
Contoh Tiket Angkutan Umum

PO. MERBABU
Jl. Medan Merdeka Barat No. 8
Telp. 021-3506124

TARIF AKHIR PEKAN


JAKARTA – PURWOKERO PP

Nama : ……………………
Tanggal : …………………… EKONOMI
Jam Berangkat : ……………………
Nomor Bus : ……………………
No. Kursi : …………………… Rp. 27.500
• Bayarlah tiket sesuai tarif yang tercetak diatas
• Sudah termasuk Iuran wajib dan Extra Cover
• Barang hilang/rusak menjadi tanggung jawab penumpang
• Bila mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan laporkan kami
TERIMA KASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENGGUNAKAN BUS KAMI
Prosedur Pemberian Sanksi
1. Ada laporan masyarakat, media massa, perusahan bus
2. Dibentuk Tim untuk melakukan analisis dan evaluasi yang
digunakan sebagai dasar pengenaan sanksi administratif.
3. Tim melakukan klarifikasi kepada pengusaha angkutan
penumpang umum yang melakukan pelanggaran
4. Hasil klarifikasi dituangkan kedalam Berita Acara
5. Pemeriksaan fisik kendaraan (bila perlu)
6. Pejabat pemberi izin menjatuhkan sanksi
7. Pengusaha angkutan umum yang dikenakan sanksi dapat
melakukan pembelaan atau sanggahan kepada pemberi izin
selambat-lambatnya 7 hari
8. Jika tidak ada pembelaan diberikan sanksi berupa pencabutan ijin
trayek.
Sanksi Yang Diberikan

1. Peringatan;
2. Pembekuan ijin trayek; atau
3. Pelarangan pengembangan usaha angkutan (buat
perusahaan). Lamanya sanksi tergantung jenis dan
tingkat pelanggaran, diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Dirjen Perhubungan Darat.
Pemberi Sanksi

• AKAP : Dirjen Perhubungan Darat


• AKDP : Gubernur
• Angkot/Angdes : Bupati/Walikota
Prosedur Pemberian Sanksi

SUMBER PROSES SANKSI

ADA BUKTI DIRJEN HUBDAT


TERDAFTAR
TIDAK ADA DIRJEN HUBDAT
BUKTI
PETUGAS DATA
ADA BUKTI DIRJEN HUBDAT
• DITJEN HUBDAT
LENGKAP
• DISHUB/LLAJ
TIDAK TIDAK ADA TINDAK LANJUT
TERDAFTAR DIRJEN HUBDAT
PENGADUAN BUKTI
MASYARAKAT
MELANGGAR AKDP/ANGKOT DISHUB/LLAJ
MEDIA MASSA
DATA TIDAK LENGKAP TIDAK DAPAT
YLKI
DIPROSES
TIDAK MELANGGAR
Kewenangan Penetapan Tarif Angkutan

1. Tarif angkutan penumpang kelas ekonomi, ditetapkan oleh


Gubernur
2. Tarif Taksi ditetapkan oleh asosiasi atas persetujuan Gubernur
3. Tarif dasar angkutan penumpang yang dilayani dengan bus
Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) kelas ekonomi ditetapkan
oleh Gubernur, sedangkan tarif jasa angkutan penumpang kelas
non ekonomi, ditetapkan oleh penyedia jasa dan Asosiasi
(ORGANDA = Organsisasi Pengusaha Angkutan Jalan Darat).
4. Khusus angkutan udara berjadwal dalan negeri kelas ekonomi,
ditetapkan oleh Asosiasi Penyedia Jasa (INACA = Indonesia Air
Carrier Association).

Dasar : No. KM 38/Tahun 1999 tentang Penetapan Tarif Angkutan


Penumpang dengan Mobil Bus Umum Kelas Ekonomi
SUBSIDI

Adalah : bantuan dana dan/atau pengurangan pajak


dari pemerintah yang diberikan kepada industri-industri.

Dalam angkutan umum, subsidi ini membantu


pengusaha angkutan umum agar dapat meningkatkan
pelayanannya dengan tujuan untuk menarik penumpang
pengguna angkutan umum dan membantu masyarakat
berpendapatan rendah.

Menurut : Standard System of National Accounts (SNA)


JENIS SUBSIDI

1. Subsidi Silang
2. Subsidi Langsung
3. Subsidi Tidak Langsung
CONTOH PEMBERIAN SUBSIDI

1. Bantuan untuk transportasi laut (tujuan: memperkuat


kompetisi dalam perdagangan);
2. Bantuan struktural untuk transportasi perairan daratan
(tujuan: pengurangan dan modernisasi armada;
mendukung pengusaha kecil);
3. Keringanan pajak untuk perjalanan menuju tempat bekerja;
4. Pembebasan pajak untuk kapal dan pelabuhan;
5. Pembebasan pajak untuk kendaraan umum (pajak
kendaraan; keringanan pajak ekologi);
6. Keringanan pajak untuk kendaraan pribadi (contoh: pajak
yang lebih rendah untuk kendaraan yang “‘ramah”
lingkungan)
7. Pembebasan pajak untuk transportasi udara;
8. Pembebasan pajak untuk penggunaan bahan bakar solar
untuk transportasi perairan daratan.
ATP dan WTP

Ability to Pay (ATP) = Kemampuan Untuk Membayar


Adalah : Kemampuan Seseorang untuk membayar, biasanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi

Willingness to Pay (WTP) = Kemauan Untuk Membayar


Adalah : Kemauan Seseorang untuk membayar, biasanya
dipengaruhi kualitas pelayanan, kenyamanan, keamanan
dsb
Posisi Tarif dalam ATP dan WTP

Masyarakat tidak mampu membayar


ATP

Tarif Angkutan

WTP

Pelayanan angkutan rendah

Anda mungkin juga menyukai