Anda di halaman 1dari 7

“SISTEM TRANSPORTASI MAKRO ”

Menurut (Papacosta, 1987:33), tranportasi didefinisikan sebagai suatu


sistem yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat
ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas yang
diperlukan manusia. Menurut (Nasution, 1996: 97) berpendapat bahwa transportasi
sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tujuan dan dalam
hubungan tersebut terlihat tiga hal berikut;
(a) ada muatan yang diangkut;
(b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya
(c) ada jalan yang dilalui.
Dari Sistem Transportasi Makro tersebut, dapat dijelaskan bahwa interaksi
antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan mengahasilkan suatu pergerakan
manusia dan / atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan. Perubahan pada
sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubahan pada
tingkat pelayanan sistem pergerakan. Perubahan pada sistem jaringan akan
mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksessibilitas
dari sistem pergerakan tersebut. Sistem pergerakan memegang peranan yang
penting dalam mengakomodasikan permintaan akan pergerakan yang dengan
sendirinya akan mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang ada. Keseluruhan
sistem tersebut diatur dalam suatu sistem kelembagaan.
Perencanaan sistem transportasi pada dasarnya memperkirakan kebutuhan
transportasi dimasa yang akan datang. Dalam perencanaan sistem transportasi
makro terdapat 4 (empat) subsistem transportasi mikro ( kecil ) yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya ( Tamin, 2000 ). Adapun
keempat subsistem tersebut adalah
A. Sistem kegiatan atau permintaan transportasi ( transport demand )
Kegiatan terkait dengan tata guna lahan yang meliputi; permukiman, pusat
pendidikan, perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain. Masingmasing tata guna lahan
tersebut, akan menghasilkan pola kegiatan berupa pergerakan orang maupun
barang. Besarnya pergerakan yang terjadi dipengaruhi oleh jenis kegiatan.

System kegiatan terdiri dari system pola kegiatan social, ekonomi,


kebudayaan, dan lain – lain. Kegiatan yang timbul dalam system ini membutuhkan
pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari
yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Besarnya pergerakan
sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

Salah satu contoh dari system kegiatan adalah pergerakan orang yang
berpergian dari rumah ke kantor. Kegiatan ini memerlukan system jaringan agar
orang dapat mencapai tempat yang dituju. System jaringan yang biasanya
digunakan adalah berupa jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan
pelabuhan laut

Contoh permasalahan system kegiatan adalah Impor Menghambat


Pertumbuhan Ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, seharusnya
kebutuhan impor produk menjadi lebih minim. Karena biaya produksi dalam negeri
bisa digunakan untuk mengoptimalkan suplai produk domestik kepada masyarakat.
Sayang pertumbuhan ekonomi semacam ini tidak didukung oleh ketersediaan
produk dalam negeri terkait dengan hasil pertanian dan peternakan. Sedangkan hal
tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang semakin padat. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi produk dalam negeri masih belum
mumpuni untuk menghasilkan bahan baku industri yang berkualitas tinggi.
Sehingga impor menjadi solusi pengadaan. Masalah ini yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi tetapi tidak dirasa efeknya.

Adapun model pergerakan yang dimaksud adalah :


a. Bangkitan Perjalanan ( Trip Generation ) Bangkitan pergerakan adalah
tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik
ke suatu zona atau tata guna lahan ( Tamin, 2000 ).
b. Distribusi Perjalanan ( Trip Distribution ) Distribusi perjalanan terjadi
karena suatu tata guna lahan tidak dapat memenuhi kebutuhan
penduduknya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pemisah jarak yang dapat
menimbulkan hambatan perjalanan ( trip impedance ) berupa nilai jarak,
biaya dan waktu.
c. Pemilihan Moda ( Moda Choise ) Pemilihan moda dipengaruhi oleh tingkat
pelayanan angkutan umum yang meliputi : tarif, rute, kenyamanan,
keamanan dan sebagainya.
d. Pemilihan Rute Perjalanan ( Rute Choice ) Pemilihan rute merupakan
model yang menggambarkan dasar pemilihan rute dari daerah asal ke
tujuan. Pemilihan rute dipengaruhi oleh tingkat pelayanan ruas-ruas jalan
pada rute yang dilalui dan biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan.
B. Sistem Jaringan Transportasi ( Transport Supply )
Pergerakan manusia atau barang memerlukan sarana atau prasarana
transportasi. Perangkat keras ( hardware ) sebagai sarana transportasi yang
diperlukan adalah jaringan jalan yang telah ditetapkan pada masing-masing ruas
jalan antara lain; bahu jalan, lebar jalan, tempat parkir, trotoar, tempat
penyebrangan, halte dan terminal angkutan umum. Sedangkan perangkat lunak
( software ) sebagai sarana yang diperlukan adalah undang-undang dan peraturan
lalu lintas yang terkait dengan lalu lintas. Keberadaan sarana transportasi
didukung oleh adanya moda transportasi berupa kendaraan roda dua, roda empat,
bus dan armada angkutan umum. Perangkat penunjang lainnya adalah median,
lampu lalu lintas, marka serta rambu jalan.
Dalam pengertian lain system jaringan juga dapat diartikan sebagai system
yang berfungsi utnuk mendukung pergerakan manusia atau barang. Moda ini
berupa moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda tersebut
bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sisem jaringan yang meliputi
jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut.
Contoh dari system jaringan adalah jaringan jalan dan moda yang ada pada
jaringan jalan tersebut. Untuk jaringan jalan, kita ambil contoh Jalan Ahmad
Yani yang merupakan salah satu jalan raya yang terletak di Kota Pontianak. Jalan
Ahmad Yani disini adalah sebagai media (prasarana) sedangkan kendaraan yang
melalui Jalan Ahmad Yani baik itu sepeda motor, mobil, dan moda lainnya
adalah sebagai moda transportasi (sarana).
Contoh permasalahan system jaringan saat ini ialah :
1. Kecelakaan Lalu Lintas
2. Kemacetan
1. Menurut data badan pusat statistik tahun 2008, ada 59,164 ribu kejadian
kecelakaan lalu lintas, dengan 20,188 korbannya meninggal dunia, 23,440 ruka
berat dan 55,731 luka ringan. Sedangkan kerugiannya mencapai Rp.131,207 Juta.
manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran
rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan
yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai
pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai
kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa
kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah
pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing untuk balapan di jalan
umum.
Banyaknya kasus kecelakaan darat selama ini dikarenakan supir kendaraan yang
mengantuk saat mengemudi, hal ini biasanya terjadi pada kendaraan-kendaraan
yang muatannya berupa barang, seringkali kendaraan tersebut melakukan
perjalanan di malam hari dengan menempuh rute yang cukup jauh sehingga
diperlukan kondisi tubuh yang baik.
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan terkadang tidak
diikuti dengan kesadaran pengguna jalan untuk mentaati rambu-rambu lalu lintas
atau saling menghormani sesama pengguna jalan, padahal contoh kejadian
kecelakaan yang merenggut nyawa sudah sering diberitakan di media masa.
Ketidakdisiplinan dari pengguna jalan ini tentu dapat membahayakan pengguna
jalan yang lain, manusia tidak akan tau apakah ia akan mengalami kecelakaan lalu
lintas sebagai korban yang ditubruk atau menjadi tersangka penabrakan.

2. Kemacetan juga menurunkan kualitas suatu wilayah di mata negara-


negara lain, angka kemacetan yang tinggi bisa menurunkan minta pariwisata untuk
melakukan perjalanan di negara tersebut. Kemacetan merupakan momok bagi
sistem transportasi, kemacetan terjadi karena banyak faktor dan menimbulkan
bebragai permasalahan baru, singkat kata, sitem transportasi membutuhkan sistem
yang terintegerasi dengan baik.
Setiap individu maupun pihak sebagai elemen warga Indonesia harus sadar
bahwa persoalan kemacetan lalu-lintas yang dialami hampir semua warga kota
dapat berakibat destruktif terhadap kehidupan bermasyarakat. Bila tidak terasa hasil
upaya nyata dalam mengatasi persoalan ini, masyarakat bisa kehilangan
kepercayaan kepada pemerintahnya, bisa terjadi degradasi perilaku sosial yang
tidak diinginkan, dan sangat jelas akan terjadi kemerosotan produktivitas dari tiap-
tiap elemen tersebut. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi serta
pembuat keputusan harus mulai bekerja lebih optimal dan tegas dalam mengatasi
masalah transportasi di Indonesia, khususnya yang sudah menjadi perbincangan
khalayak umum.
Untuk itu maka diperlukan alternatif penyelesaian yang lain. Pada daerah
perkotaan dengan problem lalu lintas yang belum kompleks maka analisis tingkat
ruas, maupun analisis tingkat simpang (masing masing secara individual) masih
bisa dipakai sebagai alternative penyelesaian. Alternatif penyelesaian secara
individual dapat diselesaikan dengan manajemen lalu lintas saja, sebagai contoh
penggunaan jalur satu arah, pengaplikasian alat pengatur lalu lintas yang tepat pada
simpang, pembuatan lapangan parkir, dan lain sebagainya.

Alternatif penanganan kemacetan yang bisa dilakukan adalah meningkatkan


pertumbuhan prasarana transportasi yang tidak memerlukan/mengganggu
prasarana transportasi yang ada di permukaan tanah, sebagai contoh pengembangan
sistem angkutan umum massa yang berada di bawah tanah (subway). Moda yang
bisa digunakan antara lain tram atau kereta api listrik. Hanya saja perencanaan dari
pembangunan prasarana ini harus mempertimbangkan aksesibilitas antar moda
sehingga akan terwujud suatu Sistem Angkutan Umum Transportasi Perkotaan
Terpadu (SAUTPT).
C. Sistem Pergerakan
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan
pergerakan. Pergerakan tersebut dapat berupa pergerakan manusia maupun
barang dalam bentuk pergerakan pejalan kaki maupun kendaraan. Sistem
pergerakan mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang ada dalam bentuk
aksesbilitas dan mobilitas.
Contoh dari system pergerakan adalah Sistem Tranportasi Nasional
(Sistranas). Sistranas adalah tatanan tranportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi
sungai, transportasi sungai, danau dan penyeberangan, transportasi laut. Tujuan
Sistranas adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam rangka
perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan hubungan internasional.
Untuk menjamin terjadinya pergerakan yang aman, nyaman, lancar, mudah
dan handal dan sesuai dengan lingkungan. Maka diperlukan suatu system yang
mengatur tiga system diatas. System ini disebut system kelembagaan.

D. Sistem Kelembagaan atau Institusi (Institutional Framework)


Sistem kelembagaan merupakan sistem yang dapat meningkatkan
keterkaitan antar masing-masing subsistem pada transportasi makro.
Di Indonesia, contoh sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah
transportasi adalah sebagai berikut :
- Sistem kegiatan ditangani oleh Badan Perencanaan Nasional (
BAPPENAS ), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA),
Pemerintah Daerah ( PEMDA ).
- Sistem jaringan ditangani oleh Departemen Perhubungan ( darat, laut dan
udara ), Bina Marga.
- Sistem Pergerakan ditangani oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya
( DLLAJR ), Polisi Lalu Lintas ( POLANTAS ) dan Organisasi Angkutan
Daerah ( ORGANDA ).
Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan serta system
kelembagaan akan saling mempengaruhi. Perubahan pada sistem kegiatan jelas
akan mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan
pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem jaringan akan dapat
mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari
sistem pergerakan tersebut. Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam
menampung pergerakan agar tercipta pergerakan yang lancar dan pada akhirnya
juga pasti mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada
dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga sistem makro ini saling
berinteraksi dalam sistem transportasi makro. Interaksi antar sistem tersebut dapat
membentuk sistem transportasi makro yang dijelaskan dalam gambar berikut
(Tamin, 2000).

Anda mungkin juga menyukai