Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI SMART CITY DAN PERENCANAAN DIGITAL

SOCIETY 5.0 KOTA SURABAYA

(Kode D)

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI LATIHAN KADER II


(LK2) HMI CABANG SURABAYA KOORDINATOR KOMISARIAT UNESA

Oleh :
MARYAM NABILAH

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


KOMISARIAT EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
KOORDINATOR KOMISARIAT SUNAN AMPEL
CABANG SURABAYA
Januari, 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta para
pengikutnya.

Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
terutama Ketua Umum dan kawan-kawan HMI Komisariat Ekonomi dan Bisnis Islam Sunan
Ampel sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, disampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak atas segala kontribusinya.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat, tata bahasa, maupun isi. Karenanya, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah sengan tema “IMPLEMENTASI SMART
CITY DAN PERENCANAAN DIGITAL SOCIETY 5.0 KOTA SURABAYA” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Billahittaufiq wal hidayah,

Wassalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, 06 Januari 2020

Maryam Nabilah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah kota dapat disebut “Smart City” jika sudah memenuhi semua infrastruktur dasar
yang disertai dengan sistem transportasi efisien dan terintegrasi sehingga meningkatkan
mobilitas masyarakat. Secara otomatis, dengan berbagai akses yang memudahkan setiap
aktivitas, inovasi alat-alat yang hemat energi, juga konstruksi bangunan yang semakin ramah
lingkungan, akan menciptakan kualitas hidup setiap individu yang terus meningkat.

Melalui konsep Smart City, layanan pemerintah akan menjadi lebih cepat kepada
masyarakat. Teknologi akan dapat diakses dimanapun, bukan hanya di kota seperti yang kita
ketahui selama ini, tapi di desa pelosok pun masyarakat bisa memanfaatkannya selama terdapat
akses internet. Dengan begitu, setiap daerah dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas
ekonomi.

Konsep ini masih baru di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah
maju tata kelola kotanya. Sehingga penelitian dan pengembangan konsep ini penting dilakukan
agar dapat diperluas pelaksanaannya sehingga pemerataan pembangunan dapat terealisasi.

Kota Surabaya adalah kota yang berhasil meraih penghargaan Smart City Award pada
tahun 2011, acara ini diadakan oleh Majalah Warta Ekonomi. Mengingat bahwa konsep Smart
City ini masih berkembang di Indonesia, pembangunan dan pengelolaan Kota Surabaya yang
sangat baik selama dua periode oleh Ibu Tri Rismaharini menjadi menarik untuk diteliti, sejak
dari bagaimana proses Proeccurement, tahap eksekusi, peran serta pemerintah, hingga harapan di
masa depan (akses pasar, finansial, teknologi, distribusi ekonomi, dan upgrade SDM). Oleh
karena itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan bagaimana proses
transformasi Kota Surabaya menuju Smart City.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Smart City dan Digital Society 5.0?
2. Bagaimana implementasi Smart City Kota Surabaya?
3. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam manajemen dan pengelolaan keuangan
pembangunan Smart City?
4. Apa saja akses potensial yang dikembangkan sebagai harapan masa depan menuju
Society 5.0?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Smart City dan Digital Society 5.0
2. Untuk mengetahui implementasi Smart City di Kota Surabaya
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah dalam manajemen dan pengelolaan
keuangan pembangunan Smart City
4. Untuk mengetahui akses apa saja yang dikembangkan sebagai harapan masa depan guna
mempersiapkan Society 5.0
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Smart City Dan Digital Society 5.0

Smart City merupakan salah satu strategi pembangunan dan manajemen kota yang masih
baru. Konsep ini muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Smart City adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai kegiatan
masyarakat serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat. Konsep ini
menekankan pada tiga konsep, pertama yakni sebuah konsep yang diterapkan oleh sistem
pemerintahan daerah dalam mengelola masyarakat perkotaan, kedua mensyarakatkan
pengelolaan daerah terhadap segala sumber daya dengan efektif dan efesien, ketiga Smart City
diharapkan mampu menjalankan fungsi penyedia informasi secara tepat kepada masyarakat dan
mampu mengantisipasi kejadian yang terduga.
Istilah Smart City dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir sangat sering terdengar
diperbincangkan oleh masyarakat. Sebelumnya telah dipopulerkan oleh kota Surabaya dalam
penghargaan nasional yang diraih dalam ajang Smart City Award 2011. Penghargaan tersebut
diberikan oleh majalah Warta Ekonomi dan Warta eGov untuk kabupaten atau kota yang telah
mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam tatanan masyarakat di seluruh
lapisan suatu kota, sehingga menciptakan kota yang pintar. Berkat manajemen kota yang baik
selama hampir 2 periode oleh Ibu Tri Rismaharini, Surabaya berhasil membangun Kota yang
lebih cerdas daripada kota-kota yang lain di Indonesia.
Terdapat banyak devinisi dari kata Smart City dari beberapa kajian literatur. Dimana,
penyajian definisi menyoroti aspek dari sudut pandang yang berbeda-beda. Diantaranya:
a. Menurut Washburn, D., dkk, Smart City di defenisikan sebagai penggunaan teknologi
komputasi cerdas untuk mengintegrasikan komponen-komponen penting dari
infrastruktur dan layanan kota, seperti administrasi kota, pendidikan, kesehatan,
keselamatan publik, real estate, transportasi dan keperluan kota lainnya, dimana
penggunaan keseluruhannya harus dilakukan secara cerdas, saling berhubungan dan
efisien.
b. Menurut Hall, R. E., Smart City adalah sebuah kota yang memonitor dan
mengintegrasikan kondisi semua infrastrukturnya, termasuk jalan, jembatan,
terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik,
bahkan seluruh bangunan pemerintahan sehingga dapat digunakan untuk
mengoptimalkan sumber daya, rencana kegiatan dan memantau keamanan sekaligus
memaksimalkan pelayanan kepada warganya.
c. Adapun dalam definisi Nijkamp, dkk, Smart City didefinisikan sebagai kota yang
mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern
(Information and Communication Technology) untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen
sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.

Dari beberapa literatur dapat diartikan Smart City sebagai kota yang sudah dapat
memanfaatkan teknologi informasi untuk mengintegrasikan seluruh layanan kepada masyarakat
seperti administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, sarana transportasi, perekonomian,
sumber daya, dan tata kota sehingga seluruh aspek tersebut bersinergi dengan masyarakat dan
pemerintah kota agar dapat membangun dan mengelola kota dengan lebih baik.

Smart City merupakan salah satu roadmap digitalisasi industri atau Revolusi Industri 4.0
yang dimiliki oleh Asia. Sebagai masyarakat awam, efek dari revolusi industri sendiri telah
banyak di rasakan oleh masyarakat. Seperti contoh Go-Jek, sebuah perusahaan yang memiliki
nilai valuasi 12 kali dibanding Garuda Indonesia walaupun tidak memiliki armada. Contoh lain
juga terjadi pada dunia perbankan, profesi seperti Teller bank, analis, agen asuransi, kasir, dan
resepsionis akan digantikan dengan metode digital. Hal ini lambat laun akan berimbas pada
tatanan sosial masyarakat.

Pada tanggal 21 Januari 2019, kantor PM Jepang meluncurkan Roadmap yang lebih
humanis, yang hingga pada hari ini dikenal dengan super-smart society atau society 5.0. society
5.0 adalah tatanan masyarkat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis
teknologi (technology based). Tapi perlu digaris bawahi, bahwa society 5.0 tetap didahului
dengan era berburu (society 1.0),era bertani/bercocok-tanam (society 2.0), era industri (society
3.0),dan era teknologi informasi/revolusi industri (society 4.0).

Dalam industri 4.0, cyber-physical system (CPS) merupakan integrasi antara physical
system, komputasi, dan network/komunikasi. Maka, society 5.0 adalah bentuk penyempurnaan
dari CPS menjadi cyberphysical-human system. Dimana manusia akan memiliki peran aktif
sebagai subjek, bukan hanya sebagai objek yang akan bekerjasama dengan sistem fisik untuk
mencapai tujuannya. Sehingga interaksi antara mesin dan manusia tetap diperlukan. Walaupun
society 5.0 hanya konsep untuk masyarakat Jepang, tetap patut kita cermati dan teliti agar bisa
dikembangkan juga di Indonesia. Terkhusus di kota yang sudah menjadi Smart City seperti Kota
Surabaya.

Tentu saja diharapkan society 5.0 akan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan
masyarakat, sehingga pendidikan menjadi salah satu tameng yang paling dapat diandalkan untuk
menghadapi berbagai dampak dari globalisasi yang semakin Free Area. Era baru ini menjadi
tantangan dan peluang bagi masyarakat dan khususnya yang berada di usia produktif untuk
meningkatkan soft skill sehingga mampu meningkatkan kecakapan dan keterampilan agar
menjadi modal di masa yang akan datang.

2. Kota Surabaya Menuju Smart City


a) E-Proeccurement

Surabaya merupakan salah satu gerbang masuknya investor untuk kawasan Tengah dan
Timur Indonesia. Di kota ini, aktivitas perdagangan yang melibatkan ekspor dan impor
berlangsung secara cepat dalam volume yang begitu besar. Wilayah kota ini seluas 274 kilometer
persegi dan terbagi menjadi 31 kecamatan. Jumlah penduduk yang besar (4.138.069 jiwa pada
tahun 2007) dengan sejarah kota yang panjang telah menjadikan kota ini sebagai pusat bisnis,
pendidikan, dan sekaligus industri dan perdagangan di wilayah Timur pulau Jawa. Banyak
wilayah lain di kawasan Timur Indonesia yang perkembangan ekonominya tergantung kepada
aktivitas yang terjadi di kota Surabaya. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa kota Surabaya
selalu sibuk dengan kegiatan ekonomi, khususnya industri dan perdagangan, dan pelayanan
publik yang semakin kompleks.

Terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam manajemen pelayanan
publik adalah aplikasi E-Procurement, E-procurement merupakan suatu proses pengadaan yang
mengacu pada penggunaan internet sebagi sarana informasi dan komunikasi.1 Pertimbangan

1
Croom, S.R., Brandon-Jones, A.,”Impact of E-procurement: experiences from implementation in the UK public
sector”, Journal of Purchasing & Supply Management, (2007). Vol. 13, Hal. 294–303.
yang mendasari kebijakan ini adalah kurang efisiennya sistem pengadaan barang dan jasa secara
manual seperti yang selama ini terjadi di banyak daerah. Selain tidak efisien, praktik pengadaan
barang dan jasa secara manual ternyata penuh dengan ekses korupsi, kolusi antara rekanan dan
pejabat pemerintah, sehingga kualitas barang dan jasa yang diperoleh tidak sepadan dengan
biaya yang telah dikeluarkan.2

E-procurement dilatarbelakangi oleh kelemahan-kelemahan pengadaan dengan sistem


konvensional yang dilakukan dengan langsung mempertemukan pihak-pihak yang terkait
pengadaan. E-procurement hadir dalam rangka pemanfaatan perkembangan teknologi informasi
dalam proses pengadaan barang/jasa serta untuk mewujudkan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang efisien, efektif, adil dan transparan.

Produk peraturan yang sekarang menjadi rujukan utama bagi pengadaan barang dan jasa
oleh lembaga pemerintah adalah Keppres No.80 tahun 2003 yang sudah disertai dengan
adendum dan sedikit perubahan beberapa kali. Di dalam Keppres ini diatur berbagai masalah
teknis terkait dengan belanja barang dan jasa yang didanai dari APBN dan APBD. Akan tetapi,
meskipun peraturan ini relevan jika dijalankan, didalamnya belum diatur prosedur-prosedurnya.
Sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak kendala teknis maupun non-teknis. Pada
kenyataannya e-procurement masih memiliki kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan
dalam proses pelaksanaannya, seperti kurangnya dukungan finansial, terdapat beberapa instansi
dan penyedia jasa lebih nyaman dengan sistem sebelumnya (pengadaan konvensonal), kurangnya
dukungan dari top manajemen, kurangnya skill dan pengetahuan tentang e-procurement serta
jaminan keamanan sistem tersebut.

Di sebagian besar negara berkembang, memang terdapat kecenderungan bahwa aparat


pemerintah tidak suka melakukan kegiatan secara on line. Kebanyakan lebih suka metode
pelayanan tradisional yang berupa tatap muka langsung, kontak melalui surat, atau telepon
antarpribadi, yang tentunya rawan akan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Oleh sebab itu,
terobosan e-procurement di kota Surabaya yang menunjukkan sukses besar dalam efisiensi dan

2
Wahyudi Kumorotomo, “Pengembangan E-Government untuk Peningkatan Transparansi Pelayanan Publik”
(Makalah disajikan pada Konferensi Administrasi Negara, Jogjakarta, 28 Juni 2008), hal. 1.
sekaligus menekan KKN kini mendorong pemerintah untuk mengatur lebih lanjut melalui
Departemen Kominfo.

E-Procurement di Surabaya dimulai pada tahun 2003 dengan nama situs web
www.lelangserentak.com. Sarana awal tersebut dibuka dengan tujuan menciptakan sistem yang
lebih efisien, akurat, lebih transparan, dan lebih menghemat anggaran publik. Seiring dengan
berkembangnya situs internet, juga semakin tingginya frekuensi penggunaan gadget, situs ini
mendapat tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Terutama para pelaku ekonomi seperti
pengusaha yang selama ini agak kesulitan di bagian birokrasi pemkot. Pada saat yang sama,
pemkot menyadari bahwa pengalokasian dana untuk sistem ini cukup ekonomis dengan
keuntungan efisiensi yang cukup besar.

Selanjutnya pada tahun 2004 Pemkot Surabaya menyempurnakan sistem tersebut dengan
membuka situs yang lebih formal yaitu www.surabaya-eproc.or.id. Sejak dilaksanakannya e-
procurement, lebih banyak lagi transaksi pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan oleh
Pemkot Surabaya melalui media elektronik.

Jadi, Pemerintah Kota Surabaya menjadi instansi pemerintah pertama yang


mengimplementasikan pelelangan dengan sistem e-procurement. Sistem e-procurement mulai
digunakan sejak pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2004 dimana
keterbukaan (transparansi), keadilan, efektifitas dan efisiensi menjadi unsur utama untuk
mewujudkan Good Governance dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Ide ini mulai
dikembangkan dari pelaksanaan lelang serentak pada tahun 2003 yang memfasilitasi proses
pelelangan hanya meliputi proses prakualifikasi secara elektronik dan terus berkembang sampai
saat ini.

b) SSW (Surabaya Single Window)

Pelayanan publik merupakan kewajiban negara untuk mensejahterakan rakyatnya dan


merupakan esensi dasar bagi terwujudnya keadilan sosial. Seiring perkembangan zaman,
pelayanan publik dilakukan dalam berbagai bentuk inovasi, terutama dengan memanfaatkan
teknologi. Melalui sebuah pelayanan publik yang berbasis elektronik, maka efektivitas, efisiensi,
serta transparansi diharapkan dapat terwujud. Kota Surabaya merupakan salah satu kota di
Indonesia yang telah menerapkan e-government dalam menjalankan tata pemerintahan guna
mewujudkan prinsip-prinsip pelayanan publik yang akuntabel dan transparan. Dari berbagai
inovasi yang telah diterapkan Pemerintah Kota Surabaya, terdapat inovasi sistem pelayanan
perizinan berbasis elektronik yang dinamakan Surabaya Single Window (SSW).

Pengadaan SSW dimaksudkan untuk mewujudkan kemudahan dan penyederhanaan


proses perizinan di Kota Surabaya serta mengakomodir seluruh perizinan milik Pemerintah Kota
Surabaya secara online agar bisa diakses oleh masyarakat kapan pun dan di mana pun.

Surabaya Single Window (SSW) melalui Peraturan Walikota Surabaya Nomor 28 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelayanan Perizinan dan Non-Perizinan Secara Elektronik di Kota
Surabaya dan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 55 Tahun 2015 tentang Integrasi Pelayanan
Perizinan dan Non-Perizinan di Kota Surabaya. Dalam penerapannya, SSW sendiri dikelola oleh
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Surabaya bersama dinas-dinas lainnya yang terkait dengan pelayanan
perizinan yang disediakan, serta dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA)
Kota Surabaya.

Dengan menerapkan konsep pelayanan perizinan berbasis elektronik yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya ini menjadi sebuah inovasi pelayanan perizinan yang memberikan
dampak pada kemudahan dalam memberikan perizinan serta kemudahan masyarakat dalam
mengakses perizinan di Kota Surabaya. Selain itu juga meningkatkan partisipasi masyarakat kota
Surabaya dalam berinvestasi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berdasarkan
tujuan pelaksanaan e-government dalam Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2006, adanya e-
government tentu dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan di Surabaya. Hal-hal tersebut berbanding lurus dengan tingkatan
baik atau buruknya kualitas pelayanan yang ada.

Maka dari itu, website SSW dibuat sesederhana mungkin agar dapat dengan mudah
dipahami oleh masyarakat pada semua lapisan. Masyarakat pun menyambut positif sistem ini
karena dianggap lebih efektif dan efisien. Namun, tetap ada masyarakat yang memilih untuk
mengurus langsung ke UPTSA, baik karena dapat langsung bertemu dengan petugas ataupun
karena ada beberapa perizinan yang harus diproses langsung di UPTSA.
Tampilan Beranda Surabaya Single Window (SSW) Kota Surabaya.

Sumber: https://ssw.surabaya.go.id/

Adapun dampak positif dari pelaksanaan SSW adalah: 1) SSW dapat diakses di mana pun
dan kapan pun; 2) E-Kios disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya di beberapa
kecamatan/kelurahan sehingga pemohon tidak diharuskan untuk datang ke kantor UPTSA
apabila memiliki keterbatasan sarana dan prasarana; 3) SSW mempermudah kinerja petugas
yang melayani perizinan karena SSW dapat mempercepat pelayanan dan volume pemohon yang
datang ke kantor tidak terlalu banyak;serta 4) Memangkas berkas fisik jalan ke masing-masing
dinas yang menyebabkan inefisiensi waktu serta memangkas pertemuan pemohon dengan para
petugas birokrasi SKPD.

Dalam penerapan suatu kebijakan, tentunya akan ada beberapa hal yang menghambat
terlaksananya kebijakan tersebut. Termasuk program Surabaya Single Window (SSW) ini.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh petugas adalah problematika jaringan, karena SSW
merupakan sistem yang berbasis elektronik dan kondisi jaringannya tidak menentu. Hal ini
menyebabkan sistem masih sering mengalami error dan lambat serta maintance yang masih
sering terjadi saat jam aktif pelayanan. Selain itu permasalahan juga terjadi pada aplaikasi yang
kadang mengalami gangguan karena memiliki banyak fitur.

Selain permasalahan teknis seperti itu, ada pula permasalahan yang dihadapi karena
faktor internal masyarakat sendiri. Seperti anggapan bahwa SSW hanya dapat di akses di
lingkungan UPTSA saja, terburu-buru ingin dilayani hingga dokumen yang dibutuhkan kurang
lengkap, kekhawatiran salah saat menginput data-data yang diminta, tidak tersedianya fasilitas
PC dirumah, hingga kurangnya pemahaman tentang alur perizinan SSW di UPTSA.

Kendala terakhir yang masih banyak diperbincangkan adalah SSW dan Online Single
Submission (OSS)1 belum terintegrasi sehingga masyarakat yang ingin memperoleh informasi
mengenai pengurusan perizinan melalui OSS masih harus diarahkan untuk berkonsultasi dengan
perwakilan DPMPTSP karena UPTSA Kota Surabaya masih menggunakan SSW sebagai
layanan perizinannya. Online Single Submission yang disebut OSS adalah perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik (perizinan berusaha) yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk
dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota kepada Pelaku Usaha
melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Kota Surabaya juga merupakan daerah yang belum menerapkan OSS karena telah
memiliki SSW, serta OSS dinyatakan masih memiliki banyak kelemahan-kelemahan karena
melanggar beberapa peraturan. Selain itu, juga dinyatakan bahwa meskipun sudah banyak
pemohon yang ingin mengurus atau menanyakan OSS di UPTSA Surabaya Pusat serta
kebanyakan di antaranya masih merasa bingung dan rancu, namun SSW belum ada rencana
untuk diintegrasikan dengan OSS karena menurut kebijakan dari Walikota Surabaya, Tri
Rismaharini, OSS sendiri dinyatakan masih belum sepenuhnya bisa dilayani dikarenakan OSS
masih merupakan kebijakan baru yang hingga saat ini masih dipelajari oleh DPMPTSP Kota
Surabaya sehingga pihak UPTSA juga belum mendapatkan instruksi yang jelas terkait OSS.

Dalam pelaksanaan SSW, sumber daya yang tersedia secara keseluruhan dapat dikatakan
telah sesuai dengan kebutuhan. Karena SSW dilaksanakan secara online, sumber daya non-
manusia yang paling dibutuhkan adalah komputer yang disediakan di loket mandiri. UPTSA
dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Kepala DPMPTSP. Terdapat pula job
description di UPTSA berdasarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi Pelayanan dan
Penanaman Modal Kota Surabaya Nomor: 503/130/436.7.5/2016.

Setiap petugas, terutama petugas yang langsung melayani pemohon telah memiliki
pemahaman yang baik terkait SSW karena setiap petugas diharuskan untuk bisa mengerjakan
pekerjaan seluruh loket (loket mandiri, cetak TPK/SK jadi, customer service, konsultasi teknis,
informasi, pengambilan, retribusi, loket PBB, serta Bank Jatim) yang mana wawasan petugas ini
diperoleh dari rolling petugas. serta ada reward dan punishment yang diberlakukan sehingga
dapat memotivasi petugas untuk bekerja dengan baik.3

c) Kebijakan penggunaan Media Elektronik

Hadirnya layanan publik yang berbasis pada penggunaan teknologi sejalan dengan
konsep Smart City. Adapun penyelenggara layanan publik ini merupakan peran pemerintah
setempat. Kebijakan yang mengarah pada layanan publik yang berbasis pada teknologi yakni e-
government yang biasanya mengacu pada penggunaan teknologi informasi meliputi teknologi
informasi dan komunikasi dan teknologi komunikasi berbasis web lain untuk meningkatkan dan
mengembangkan efisiensi dan efektivitas pelayanan di sektor publik. 4

Di masa kepemimpinan Tri Rismaharini, Kota Surabaya berhasil meraih penghargaan


FutureGov Asia Pasifik 2013 dalam dua kategori, yaitu kategori Data Center dan Digital
Inclusion. Salah satu bukti yaitu Pemerintah Kota Surabaya telah mencanangkan berbagai
program yang berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu layanan tersebut
adalah adalah Media Center. Media Center diselenggarakan untuk menampung berbagai
masukan dari masyarakat dalam bentuk keluhan, informasi, maupun saran untuk membantu
proses pembangunan kota yang dapat dilakukan melalui beragam media. Layanan Media Center
sebagai salah satu program unggulan Pemerintah Kota Surabaya untuk menjaring partisipasi
masyarakat terkait permasalahan di lingkungan masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut

3
Indah Putri Pradhina, Teguh Yuwono. “SSW (Surabaya Single Window): Inovasi Sistem Pelayanan Terintegrasi
Berbasis Elektronik terhadap Perwujudan Akuntabilitas Publik Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Kota Surabaya”.
(Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang,
2019), hal 7-11.
4
Sharma, G., Bao, X., dan Qian, W.(2012). Public Attitude, Service Delivery and Bureaucratic Reform in e-
government: A Conceptual Framework. Information Technology Journal - Asian Network for Scientific Information.
dalam bentuk masukan yang dapat dibagi menjadi keluhan, pertanyaan informasi, saran, dan
aspirasi yang dapat disalurkan melalui beragam media yang disediakan.

Media-media yang disediakan oleh pemerintah untuk menjaring masukan dari


masyarakat diantaranya yakni:

1. Telepon 031-5456290.

2. Toll free nomor 08001404122.

3. SMS/MMS 081230257000.

4. Faksimile nomor 031-5463435.

5. Situs www.surabaya.go.id.

6. Official Facebook Fan Page Sapawarga Kota Surabaya.

7. Twitter dengan akun @SapawargaSby.

8. Surat elektronik dengan alamat mediacenter@surabaya.go.id.

9. Portal www.sapawarga.surabaya.go.id

Pemerintah Kota Surabaya menjalankan program Media Center dengan tujuan


memberikan informasi kepada masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
memberikan masukan kepada pemerintah terkait permasalahan yang ada di lingkungan
masyarakat, mempermudah dan mempercepat kerja pemerintah dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat. 5

Banyaknya penggunaan media online oleh masyarakat dalam menyampaikan


masukannya pada Media Center mengindikasikan bahwa sebagian masyarakat Kota Surabaya
telah mampu mengakses dan menggunakan media online. Pemerintah Kota Surabaya telah
melakukan program Broadband Learning Center sebagai pusat pembelajaran TIK dimana
masyarakat dapat mengikuti kelas pembelajaran secara gratis. Melalui BLC, masyarakat dapat
belajar pemanfaatan perkembangan teknologi dengan materi-materi yang dibutuhkan pada saat
5
Trafika Anggini, Rini Rachmawati. Pemanfaatan Media Center Dalam Pelayanan Publik Sebagai Upaya
Mewujudkan Surabaya Smart City. Vol. 5, No. 01, tahun 2016, hal 3-4.
ini seperti open office, desain grafis, internet, dan aplikasi android. Lokasi BLC yang banyak
juga mempermudah masyarakat dalam mengakses layanan tersebut.

Pada intinya, pemanfaatan media sosial dalam administrasi publik memiliki fitur
kolaboratif, dapat dilacak kembali, mudah dicari, dan terbuka.6 Pemanfaatan media sosial dan
perkembangan TIK pada Media Center sebagai salah satu layanan egovernment di Kota
Surabaya. Model yang digunakan dalam mengoperasikan Media Center yakni government to
citizen (G2C). Konsep e-government pada Media Center ditandai dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di mana ragam media yang disediakan untuk memberikan masukan
sebagian besar dapat diakses tanpa harus datang langsung ke Media Center. Pemerintah Kota
Surabaya berupaya agar masyarakat dapat memberikan masukan di manapun dan kapanpun
dengan cara yang mudah. Sebagai titik awal agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam layanan
e-government maka kebutuhan pertama yang harus disediakan adalah pilihan alat atau media dan
tindakan operasional yang dapat digunakan oleh masyarakat.7

Oleh sebab itu, Media Center telah menyediakan ragam media yang dapat digunakan oleh
masyarakat. Media Center dapat menjadi cikal bakal program-program pemerintah kedepannya
yang dibuat atas dasar masukan dan juga dapat menjadi tempat sosialisasi layananlayanan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi lainnya dari Pemerintah Kota Surabaya kepada
masyarakat.

3. Peran Pemerintah Dalam Membangun Smart City

Di Indonesia pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah masih mengalami banyak


permasalahan seperti perencanaan dan penganggaran pembangunan yang belum transparan,
partisipatif, dan akuntabel. Untuk merespon fenomena tersebut perlu adanya reformasi
pengelolaan keuangan daerah. Dalam kaitannya Reformasi pengelolaan keuangan daerah,
Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan suatu inovasi sistem untuk mengatasi berbagai
permasalahan keuangan daerah melalui Government Resources Management System (GRMS)
yang telah dikembangkan sejak tahun 2003. GRMS merupakan sistem informasi manajemen

6
Criado, J. I., Sandoval-Almazan, R., dan Gil-Garcia, J. R. Government Innovation Trough Social Media. Government
Information Quarterly, 30, (2013). hal 319-326
7
Monfaredzadeh, T., dan Krueger, R. (2015). Investigating Social Factors os Sustainability in A Smart City. Procedia
Engineering, 118, hal 1112-1118.
sumber daya pemerintahan yang terintegrasi dari aktivitas birokrasi hulu sampai hilir dalam
rangka menunjang pengelolaan keuangan daerah dalam konteks belanja langsung. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana GRMS mampu menjawab permasalahan pengelolaan
keuangan daerah dari sudut pandang Smart Governance.

Pemerintah Kota Surabaya telah menerapkan konsep Smart Governance dalam


pengelolaan keuangan daerah melalui system GRMS. Penerapan konsep tersebut diwujudkan
dalam kriteria Smart Governance yang meliputi : 1) Participation in decision making terwujud
dalam proses e-Planning; 2) Public and social services terwujud dalam proses e-Procurement; 3)
Transparant Governance terwujud dalam proses e-Planning dan e-Procurement dalam hal ini
masyarakat dilibatkan dalam perumusan perencanaan pembangunan melalui e-Musrenbang dan
proses lelang, 4) Political strategies and prespectives terwujud dalam semua proses GRMS
dikarenakan system ini merupakan strategi dari Pemerintah Kota Surabaya yang terintegrasi dari
aktivitas birokrasi hulu sampai dengan hilir sehingga dapat terwujud pengelolaan keuangan
daerah yang baik. Dengan menggunakan GRMS, proses pengelolaan keuangan daerah di Kota
Surabaya dapat dilakukan dengan mudah, efektif, efisien, dan akuntabel.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Smart City sebagai kota yang sudah dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk
mengintegrasikan seluruh layanan kepada publik seperti administrasi kependudukan, pendidikan,
kesehatan, sarana transportasi, perekonomian, sumber daya, dan tata kota sehingga dapat
membangun dan mengelola kota dengan lebih baik. Smart City merupakan salah satu roadmap
digitalisasi industri atau Revolusi Industri 4.0 yang dimiliki oleh Asia. Terobosan yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam manajemen pelayanan publik adalah aplikasi E-
Procurement. Sistem e-procurement mulai digunakan sejak pelaksanaan APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2004 dimana keterbukaan (transparansi), keadilan, efektifitas
dan efisiensi menjadi unsur utama untuk mewujudkan Good Governance dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah. Dari berbagai inovasi yang telah diterapkan Pemerintah Kota Surabaya,
terdapat inovasi sistem pelayanan perizinan berbasis elektronik yang dinamakan Surabaya Single
Window (SSW) untuk mewujudkan kemudahan dan penyederhanaan proses perizinan secara
online agar bisa diakses oleh masyarakat kapan pun dan di mana pun. Selain itu, program
berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi lainnya yakni, Media Center untuk
menampung berbagai masukan dari masyarakat dalam bentuk keluhan, informasi, maupun saran
demi membantu proses pembangunan kota yang dapat dilakukan melalui beragam media.
DAFTAR PUSTAKA

Criado, J. I., Sandoval-Almazan, R., dan Gil-Garcia, J. R. Government Innovation


Trough Social Media. Government Information Quarterly, 30, (2013). hal 319-326
Monfaredzadeh, T., dan Krueger, R. (2015). Investigating Social Factors os Sustainability
in A Smart City. Procedia Engineering, 118, hal 1112-1118.
Trafika Anggini, Rini Rachmawati. Pemanfaatan Media Center Dalam Pelayanan Publik
Sebagai Upaya Mewujudkan Surabaya Smart City. Vol. 5, No. 01, tahun 2016, hal 3-4.
Indah Putri Pradhina, Teguh Yuwono. “SSW (Surabaya Single Window): Inovasi Sistem
Pelayanan Terintegrasi Berbasis Elektronik terhadap Perwujudan Akuntabilitas Publik Unit
Pelayanan Terpadu Satu Atap Kota Surabaya”. (Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, 2019), hal 7-11.
Sharma, G., Bao, X., dan Qian, W.(2012). Public Attitude, Service Delivery and
Bureaucratic Reform in e-government: A Conceptual Framework. Information Technology
Journal - Asian Network for Scientific Information.
Croom, S.R., Brandon-Jones, A.,”Impact of E-procurement: experiences from
implementation in the UK public sector”, Journal of Purchasing & Supply Management, (2007).
Vol. 13, Hal. 294–303.
Wahyudi Kumorotomo, “Pengembangan E-Government untuk Peningkatan
Transparansi Pelayanan Publik” (Makalah disajikan pada Konferensi Administrasi Negara,
Jogjakarta, 28 Juni 2008), hal. 1.

Anda mungkin juga menyukai