MENGENAI
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DOSEN PENGAMPU :
Ibu Dr. Femmy Schouten, M.M
OLEH :
Kelompok 1 (TD 1.11)
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................. 6
A. JURNAL 1................................................................................................. 6
B. JURNAL 2............................................................................................... 14
C. JURNAL 3............................................................................................... 17
D. JURNAL 4............................................................................................... 20
E. JURNAL 5............................................................................................... 25
F. JURNAL 6............................................................................................... 28
G. JURNAL 7............................................................................................... 37
H. JURNAL 8............................................................................................... 42
I. JURNAL 9............................................................................................... 46
J. JURNAL 10............................................................................................. 48
A. JURNAL 1
JUDUL JURNAL : Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
Terhadap Masyarakat Sekitar Wilayah Perusahaan Perkebunan
SUB TEMA : Pemberdayaan Masyarakat
SUMBER :
https://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/iuris/article/download/15/3
PENULIS : Ida Nadirah
PENGULAS : Taruna Muda Andi Baso Fadil Passamula (2101033)
LATAR BELAKANG
Setiap bisnis memiliki kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa untuk
mencapai keuntungan, terutama yang memiliki dampak lingkungan atau sangat
dampak lingkungan diperlukan untuk melaksanakan program tanggung jawab
sosial terhadap lingkungan atau disebut tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan yang melakukan kegiatan ini harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat dapat, selain menguntungkan
perusahaan itu sendiri, dan dapat menjamin kesejahteraan lingkungan
masyarakat. Dengan kata lain, dengan melaksanakan pemilik perusahaan atau
penanggung jawab perusahaan wajib melakukan tanggung jawab sosial atau
corporate social responsibility (CSR) Menurut Tuti Rastuti,Menurut tanggung
jawab sosial, yang kami maksud adalah: Suatu prinsip yang harus dimiliki oleh
setiap anggota ekonomi (perusahaan) yang bergerak dalam upaya
pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk menyediakan manfaat baik bagi
pelaku ekonomi (perusahaan), masyarakat lokal atau pelaku ekonomi
(perusahaan) menjalankan usahanya dan bagi masyarakat luas. Ini sangat
penting untuk menjalin hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai antara
pelaku ekonomi (perusahaan) dengan lingkungan hidup, nilai, norma, dan
budaya masyarakat.
Tanggung jawab sosial juga dikenal sebagai corporate social responsibility
disingkat menurut pasal 74 hukum bilangan. 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas (selanjutnya disingkat UUPT), secara khusus mengatur bahwa:
“Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang wilayah dan/atau
terkait dengan sumber daya alam yang diperlukan untuk kinerja sosial dan
lingkungan”. Pengertian corporate social responsibility sebenarnya tanggung
jawab perusahaan sebagai pedoman bagi perusahaan dalam melakukan
kegiatannya. membuat dari Tanggung jawab ini dipenuhi dengan memberikan
kontribusi kepada masyarakat di sekitar lokasi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan terkadang
menemui kendala karena kurangnya pedoman khusus untuk melaksanakan
tanggung jawab masyarakat. Hal ini mempengaruhi tujuan tanggung jawab
sosial perusahaan, maka (CSR) dan kesan bahwa perusahaan tidak benar-
benar menerapkannya. Akhir-akhir ini banyak kita jumpai perusahaan
perkebunan, baik perkebunan yang dikelola perusahaan publik dan swasta. Ini
memiliki pengaruh besar pada masyarakat sekitar perusahaan perkebunan,
baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Atas dasar itu, Perusahaan
perlu memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan. Perkebunan yang
memadai, terutama untuk bentuk corporate social responsibility dilakukan oleh
Perusahaan Perkebunan dalam melaksanakan tugas Pasal 74 Kode Etik
Perusahaan. dan sejauh mana Perusahaan Perkebunan telah menerapkan
konsep tanggung jawab dan hambatan bagi perusahaan penghijauan dalam
mencapai program tanggung jawab sosial perusahaan.
Secara teori penerapan corporate social responsibility, umumnya didasari pada
tiga hal pokok, yaitu CSR adalah :
1. pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu
perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena
itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak
melakukan peran ini;
2. disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk
memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi
dan eksploitasi.
3. corporate social responsibility sebagai bentuk kewajiban (obligation)
perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan
lingkungan yang terus meningkat.
.
PEMBAHASAN
1. Tanggung jawab Perusahaan Perkebunan Dalam Melaksanakan
Corporate social responsibility (CSR)
Ketentuan Pasal 74 UUPT sangat jelas dalam klasifikasi perusahaan yang
bertanggung jawab,dengan tanggung jawab pelaksanaan corporate social
responsibility , yaitu perusahaan melakukan kegiatan komersialnya di bidang ini
dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam. Menjelaskan Apa yang
dimaksud dengan perusahaan yang melakukan kegiatan komersial di bidang
sumber daya?
Pada hakikatnya penafsiran Pasal 74 Kitab Undang-undang Hukum
Perusahaan mengatur suatu pembatasan, yaitu bahwa suatu perusahaan yang
kegiatan usahanya: pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Pada
saat yang sama, perusahaan melakukan kegiatan Bisnis sumber daya alam
didefinisikan sebagai bisnis yang tidak tidak mengelola dan menggunakan
sumber daya alam, tetapi bisnis mereka berdampak pada tergantung pada
ketersediaan sumber daya alam.
Sehubungan dengan itu untuk dapat memahami pengertian Pasal 74 Kitab
Undang-undang Hukum Perusahaan dapat pula dibandingkan dengan dengan
ketentuan Pasal 15 UU No. 25 tahun 2007 tentang investasi,mewajibkan setiap
investor untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaannya. Bagian 1
nomor 4 dari hukum bilangan. 25 Tahun 2007 mendefinisikan penanaman
modal sebagai perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman
modal yang dapat berupa penyertaan penanaman modal dalam dan luar
negeri.
Selanjutnya dalam pasal 1 angka 5 hukum bilangan. 25 tahun 2007
menjelaskan tentang penanaman modal negara sebagai perorangan warga
negara Indonesia, badan usaha milik negara Indonesia Republik Indonesia atau
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia Indonesia, sedangkan pengertian penanaman modal asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (6) diberikan perorangan warga negara
asing, organisasi bisnis asing dan/atau pemerintah asing yang berkomitmen
penanaman modal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mengacu pada regulasi corporate social responsibility berdasarkan UU No. 5
Pada tahun 2007 tentang penanaman modal, terlihat jelas corporate social
responsibility investasi tunduk pada kendala operasional dan Investasi diatur
oleh hukum angka. 25 tahun 2007 terlepas dari kegiatan komersial (line
perusahaan) dilakukan oleh perusahaan, sehingga merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang usaha Produksi dan jasa selalu dituntut untuk
memenuhi corporate social responsibility.
Kinerja corporate social responsibility menunjukkan bahwa: Perusahaan bukan
hanya bisnis yang hanya berusaha mencari keuntungan, tapi juga jauh Oleh
karena itu, perusahaan terkait erat dengan lingkungan ekonomi, sosial dan
lingkungan di mana ia beroperasi. Konstan. Semua pemangku kepentingan
bisnis harus menyadari pentingnya tanggung jawab sosial, karena corporate
social responsibility dapat membawa hal-hal positif baik untuk melindungi hak
asasi manusia bagi karyawan maupun untuk melindungi lingkungan bagi
masyarakat lingkungan dan karyawan
Perusahaan penghijauan yang dikenal selalu bersama masyarakat dan
lingkungan kehidupan. Banyak dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
perusahaan penghijauan. cedera lingkungan atau karena pembukaan lahan
atau limbah dari perusahaan penghijauan. Kasus ini berdampak pada
lingkungan sekitar, termasuk masyarakat. Itulah gunanya perusahaan
perkebunan harus selalu peka terhadap lingkungan dimana bisnis beroperasi.
Membentuk Tanggung jawab perusahaan penghijauan dapat dipenuhi dengan
menjaga lingkungan dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
sekitar, baik dengan memanfaatkan masyarakat atau memberikan dukungan
pendidikan, tempat ibadah atau komunitas Menjadi mitra perusahaan dengan
program pelatihan yang disesuaikan dengan kapasitas masyarakat itu.
Apabila perusahaan menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungannya
ada beberapa manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Menurut Binoto
Nadapdap terdapat beberapa manfaat dari tanggung jawab sosial perusahaan,
diantaranya:
a. Kepentingan jangka panjang, apabila perusahaan peka kebutuhan
masyarakat, dan berupaya untuk memenuhinya dalam jangka panjang,
perusahaan akan menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih
menguntungkan bagi perusahaan, yakni sebuah masyarakat yang memiliki
fasilitas pendidikan yang baik, akan menghasilkan lulusan yang baik untuk
direkrut ke dalam perusahaan.
b. Citra sosial (image), berkaitan dengan keuntungan ekonomis jangka panjang,
maka dapat pula disebabkan keuntungan lain. Perusahaan dengan tanggung
jawab sosial yang tinggi juga akan mempunyai citra yang tinggi di pandangan
masyarakat.
c. Kelangsungan hidup, sebuah perusahaan yang mempunyai citra yang baik di
mata masyarakat akan dihargai oleh masyarakat. Penghargaan ini amat besar
pengaruhnya bagi keberlangsungan hidup perusahaan.
d. Menghindari regulasi, apabila perusahaan telah memenuhi tanggung jawab
sosialnya dengan baik,maka pemerintah tentu tidak akan perlu memaksakan
peraturan apa-apa mengenai ini. Itu berarti perusahaan akan dapat
mempertahankan kebebasan dan otonomi di dalam mengambil keputusan.
e. Sumber-sumber khusus, bisnis dianggap mempunyai sumber-sumber khusus
yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga lain, misalnya keterampilan
manajemen, kemampuan inovatif, orientasi kepada produktivitas, dan tentu saja
kemampuan dana
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika perusahaan tidak mau
memecahkan masalah sosial hari ini, maka masalah sosial yang sulit ini Pada
titik tertentu, itu akan meledak menjadi tarif yang akan sangat merugikan
perusahaan. Sebagai contoh Masalah kesejahteraan akan dengan mudah
menumpuk dan membuat ledakan merugikan semua pihak, termasuk atau
khususnya dunia usaha.
2. Hambatan Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
Dalam perkembangannya,corporate social responsibility telah sepenuhnya
terpenuhi. Perusahaan Tanggung jawab sosial dipandang sebagai keharusan
dalam operasi bisnis. Perusahaan meningkat dari hari ke hari semakin
menyadari pentingnya corporate social responsibility. Bisnis menjadi lebih dan
lebih sadar bahwa corporate social responsibility pada akhirnya berdampak
positif pada kinerja bisnis Perusahaan dapat dipandu oleh etika yang kuat.
Mereka dapat menjalin hubungan dengan masyarakat ke arah yang lebih
positif. Hubungan yang kuat ini akan menjadi tembok sosial yang sangat kuat
sarana bagi perusahaan. Sama pentingnya adalah citra perusahaan menjadi
Namun, kekhawatiran ini harus dianggap sebagai efek samping dari
penerapannya, bukan target utama.
Namun dalam pelaksanaan corporate social responsibility masih banyak
mengalami kendala. Memiliki Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian
tujuan tanggung jawab sosial perusahaan. Adanya corporate social
responsibility membawa banyak manfaat baik secara sosial, ekonomi, serta
lingkungan. Namun, pelaksanaan corporate social responsibility di Di Indonesia,
masih banyak tantangan karena kurangnya standarisasi tanggung jawab,
kesatuan istilah, konsep, bentuk. Selain itu, pengaturan sosial bisnis
pertanggungjawaban dalam produk hukum itu sendiri juga menimbulkan
perbedaan pendapat antara keuntungan dan kerugian. Banyak argumen yang
menentang corporate social responsibility sebagai kewajiban, pertimbangkan
corporate social responsibility hanya pada tingkat kewajiban. upaya untuk
mengabaikan dasar filosofis dan dampak abadi. pengusaha tidak melihat
akuntabilitas untuk generasi berikutnya, untuk apa yang mereka miliki lakukan
dan apa yang akan mereka wariskan kepada generasi mendatang. Dengan
wajib tanggung jawab sosial perusahaan, dunia usaha khawatir hukum akan
menjadi legitimasi penarikan ilegal karena peraturan menetapkan kewajiban
perusahaan untuk mengalokasikan dana tanggung jawab sosial perusahaan.
Setidaknya ada dua faktor yang menjadi hambatan terlaksananya corporate
social responsibility yaitu :
a. Faktor Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari usaha penghijauan itu
sendiri. Kurangnya pemahaman pengelola perkebunan tentang konsep
tanggung jawab sosial perusahaan. Pemimpin perusahaan perkebunan masih
percaya bahwa corporate social responsibility tidak kewajiban yang dilakukan
perusahaan, tetapi hanya atas dasar sukarela. Hal-Hal ini karena corporate
social responsibility bersifat sukarela, sedangkan corporate social responsibility
bersifat kewajiban diperlukan, sehingga harus ada sanksi bagi perusahaan
yang tidak mengenalinya. Hal ini karena corporate social responsibility belum
dikodifikasi, tidak ada standar dalam pelaksanaannya, atau kurangnya
komitmen perusahaan penghijauan tentang Dapat dilihat bahwa hampir tidak
ada program atau sistem tentang bagaimana melakukan kegiatan sosial
perusahaan tanggung jawab ini.
b. Faktor Eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar usaha
penghijauan. Tentang pelaksanaan program corporate social responsibility
antara lain; Secara hukum, aturan itu Peraturan pelaksanaan corporate social
responsibility belum didefinisikan secara jelas dan tegas dilihat dari bentuk dan
pelaksanaannya. Oleh karena itu, bagi perusahaan penghijauan, penerapan
corporate social responsibility ditempatkan di atas pelaksanaan program
kerjasama dan Bina Lingkungan (PKBL), yang sudah lama dilakukan oleh
perusahaan penghijauan perkebunan negara. Tidak ada peraturan tentang
bentuk-bentuk masyarakat korporat jelas sesuai undang-undang, maka
pelaksanaan corporate social responsibility itu ditafsirkan oleh masing-masing
perusahaan. Beberapa perusahaan mengklaim bahwa perusahaan mereka
memiliki melaksanakan program corporate social responsibility hanya dengan
memberikan dukungan Toko kelontong masyarakat. Beberapa perusahaan lain
mengklaim bahwa perusahaan mereka memiliki melaksanakan program
corporate social responsibility dengan memberikan dukungan keuangan
pembangunan pekerjaan umum dan infrastruktur.
Hambatan datang dari masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak mengerti
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga orang sering salah
paham ketika bertanya bantuan kepada perusahaan perkebunan. Kesalahan di
sini berarti perusahaan ketika Meminta bantuan keuangan seperti preman yang
memeras korbannya. Meskipun seharusnya kelompok masyarakat dapat
membangun hubungan baik dengan perusahaan dan di bawah kesan
pemerasan. Oleh karena itu, penyaluran dana bantuan yang disalurkan oleh
perusahaan perkebunan salah. Artinya yang seharusnya menerima bantuan
justru sebaliknya tidak mendapatkan bantuan. Hal ini jelas menjadi kendala
dalam pelaksanaan program corporate social responsibility Sehingga program
corporate social responsibility tidak dirasakan langsung kepada orang-orang
yang sangat membutuhkan bantuan dan bantuan keuangan perusahaan
perkebunan.
Akibatnya, penyaluran dana bantuan yang disalurkan Perusahaan Perkebunan
tidak konsisten. Artinya orang yang membutuhkan bantuan tidak akan
mendapatkannya. jelek. Hal ini jelas menjadi kendala dalam pelaksanaan
program sosial perusahaan Oleh karena itu, program corporate social
responsibility tidak dapat dirasakan secara langsung yang sangat
membutuhkan dukungan finansial dan bantuan dari perusahaan perkebunan. .
KESIMPULAN
Kurang tegas dalam pengaturan corporate social responsibility dalam Kode
Perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan kurang optimal dalam
pelaksanaannya. Seperti kita ketahui, tata kelola perusahaan tanggung jawab
sosial dalam Pasal 1 angka 3 digabungkan dengan Pasal 74 Kitab Undang-
undang Hukum Perusahaan dan juga dalam UU No. 25 2007 tentang investasi,
tidak begitu jelas (ringkasan). Menurut Soeharto Prawirokusumo, tanggung
jawab sosial adalah konsep luas yang berkaitan dengan kewajiban bisnis atau
organisasi untuk memaksimalkan dampak positif orang-orangnya. Tanggung
jawab sosial para pelaku dalam perusahaan meliputi empat aspek tanggung
jawab, yaitu: ekonomi, hukum, etika dan philanthropies Sesuai dengan
ketentuan Pasal 74 ayat (2) Kode Perusahaan, pelaksanaan corporate social
responsibility dilakukan oleh perusahaan di Indonesia merupakan suatu bentuk
kewajiban. Kewajiban ini ditekankan setiap perusahaan harus mengeluarkan
dan menganggarkan dana corporate social responsibility sebagai bagian dari
biaya melakukan bisnis.
B. JURNAL 2
JUDUL JURNAL : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI STRATEGI
RESOLUSI KONFLIK SOSIAL
SUB TEMA : Pemberdayaan Masyarakat
SUMBER : https://ojs.pnb.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/1666
PENULIS : Miftah Faridl Widhagdha, Rahmad Hidayat
PENGULAS : Taruna Muda Binsar Maranata Bate’e
LATAR BELAKANG
Kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa tahun ini menjadi salah satu
bencana nasional yang ada di Indonesia. Khusus pada lahan gambut, proses
pemadaman berlangsung sulit karena api yang menyebar melalui bawah tanah
pada lapisan gambut. Salah satu kawasan gambut yang sering mengalami
kebakaran lahan dan hutan berada di Provinsi Riau. Berdasarkan data dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Provinsi Riau memiliki luas
hutan dan lahan terbakar yang cukup luas, pada tahun 2015 saja, kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau mencapai 183.808 ha.
Penanganan kebakaran hutan dan lahan di Riau tidak hanya menjadi fokus
Pemerintah Provinsi Riau saja, namun juga menjadi perhatian pihak swasta
yang berada di wilayah tersebut, salah satu pihak swasta nasional yang terlibat
dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan di Riau adalah PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit (RU) II Sungai Pakning. Sebagai salah satu perusahaan
yang berada di wilayah Provinsi Riau, Pertamina ikut andil dalam upaya
penanganan bencana kebakaran lahan dan hutan melalui program Corporate
Social Responsibility (CSR) dengan melaksanakan Program Mitigasi
Kebakaran Lahan dan Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat terutama
pada lokasi Ring 1 perusahaan.
PEMBAHASAN
2. Kepercayaan (Trust)
3. Jaringan Sosial (Social Network)
Setidaknya, program ini telah berperan aktif dalam upaya mencegah terjadinya
dampak buruk akibat perubahan iklim (TPB 13) dan menjaga ekosistem daratan
(TPB 15) dengan upaya restoratif pada lahan gambut. Upaya ini telah dilakukan
melalui pengembangan Arboretum Gambut dan penanaman kembali lahan
bekas terbakar dengan tanaman endemik khas gambut.
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan modal sosial yang ada pada
Masyarakat Peduli Api (MPA) telah mendorong terciptanya kelembagaan sosial
berupa Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api (FORKOMPA) yang
terbentuk berdasarkan kesamaan pranata sosial (Social institution), sikap saling
percaya (Trust), jaringan sosial (Networks), dan hubungan timbal balik
(Reciprocity). Terbentuknya kelembagaan sosial juga didorong adanya relasi
sosial yang telah ada di masyarakat seperti kuatnya bonding di dalam anggota
MPA, terjalinnya bridging antar anggota MPA di masing-masing desa, dan
menguatnya relasi linking antar MPA dengan pihak-pihak lain. Adanya
kelembagaan sosial ini turut mendukung terlaksananya program Mitigasi
Kebakaran Hutan dan Lahan berbasis Pemberdayaan Masyarakat melalui
kegiatan restoratif yaitu pengembangan Arboretum Gambut dan kegiatan
produktif yaitu penanaman kembali lahan terbakar dengan tanaman-tanaman
endemik lahan gambut.
C. JURNAL 3
SUMBER :
Latar Belakang
Metode Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
D. JURNAL 4
JUDUL JURNAL :
Latar Belakang
Metode
Tahap ini dilakukan dengan koordinasi dan kunjungan ke kantor wali nagari
Ulakan untuk menentukan tempat lokasi kegiatan, topik dan waktu pelatihan.
Pembahasan
a. Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan jenis jenis sampah dan bahaya sampah
terhadap lingkungan dan kesehatan
Kesimpulan
E. JURNAL 5
JUDUL JURNAL :
SUMBER :http://industri.bisnis.com/read/20170721/99/673704/2017-
penyediaandaging-dari-sapi-lokal-ditarget-naik
LATAR BELAKANG
Daging, telur, dan susu merupakan produk pangan hewani yang dihasilkan dari
satu sub sektor peternakan yang berupa industri ternak. Perkembangan industri
ini dipengaruhi oleh permintaan akan bahan pangan tersebut. Beberapa faktor
yang mendukung dunia peternakan agar selalu berkelanjutan, yaitu :
Seperti salah satu usaha peternakan sapi dengan skala besar yang dimiliki oleh
Bapak H. Nurzaman yang terletak di Desa Sindanglaya Kec. Tanjungsiang,
Kab. Subang. Di Dalam peternakan ini banyak sekali menghasilkan limbah
kotoran ternak yang akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan sangat
menyengat. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi masyarakat setempat.
Dengan demikian limbah kotoran sapi tersebut diubah menjadi biogas atau
sumber energi sehingga akan lebih ramah lingkungan.
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Evaluasi
e. Khalayak sasaran
f. Tempat waktu
g. Metode kegiatan
HASIL ULASAN
Seperti salah satu usaha peternakan sapi dengan skala besar yang dimiliki oleh
Bapak H. Nurzaman yang terletak di Desa Sindanglaya Kec. Tanjungsiang,
Kab. Subang. Di Dalam peternakan ini banyak sekali menghasilkan limbah
kotoran ternak yang akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan sangat
menyengat. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi masyarakat setempat.
Dengan demikian limbah kotoran sapi tersebut diubah menjadi biogas atau
sumber energi sehingga akan lebih ramah lingkungan.
F. JURNAL 6
Judul Jurnal : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-
19 OLEH PT. PERTAMINA ( PERSERO ) RUU II SUNGAI PAKNING
Sumber : https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/empower
LATAR BELAKANG
Dunia saat ini dikejutkan dengan mewabahnya penyakit menular yang disebut
dengan COVID-19. Dengan adanya wabah ini telah berdampak kepada
perekonomian global. Adanya pandemi COVID-19 berakibat kepada
perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 6,1% tahun lalu, menjadi
hanya sekitar 3,8% tahun ini, dengan catatan penyebaran virus ini tidak
bertambah buruk. Jika keadaan terus memburuk dapat mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 0,1% bahkan minus. Tentunya hal ini
berpengaruh terhadap perekonomian global karena, Tiongkok merupakan
negara dengan ekonomin terbesar kedua di dunia. Menurut beberapa Lembaga
riset yang kredibel dunia, mereka memprediksi dampak penyebaran wabah
terhadap ekonomi global. JP Morgan memprediksi ekonomi dunia minus 1,1%
ditahun 2020. Kemudian, ekonomi dunia di prediksi mencapai minus 2,2% oleh
EIU, minus 1,9% oleh Fitch dan IMF memprediksi ekonomi dunia minus 3%
ditahun 2020. Dengan adanya prediksi tersebut sangat menghawatirkan
masyarakat dunia.
PT. Pertamina (Persero) RU II Sungai Pakning. Dalam situasi pandemi saat ini,
mereka merespons baik dengan membuat strategi baru guna mengoptimalkan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat untuk menjalankan
peran lembaga usaha ditengah bencana non alam COVID-19. Strategi yang
pertama, yaitu mengalokasikan anggaran untuk donasi (charity) berupa alat
kesehatan (APD), paket sembako, bak cuci tangan untuk masyarakat
terdampak serta memberikan multivitamin kepada tenaga kesehatan dan
Satgas COVID-19. Yang kedua, mengembangkan kapasitas masyarakat
(capacity building) menjadi penyuluh dan penggerak hidup sehat serta
pencegahan penyebaran virus di tingkat lokal. Seperti pelatihan, penyuluhan
dan sosialisasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan CTPS (Cuci
Tangan Pakai Sabun) kepada kader Posyandu binaan. Selain itu, strategi yang
sangat menarik yaitu program pemberdayaan masyarakat (community
empowermet) bersama mitra binaan BUMDES Mekar Jaya memproduksi
Citronella Instant Hand Sanitizer menggunakan bahan baku minyak atsiri
(Citronella) yang diperoleh dari tanaman serai wangi dan merupakan hasil
pertanian masyarakat sekitar dan juga alih fungsi Masyarakat Peduli Api (MPS)
menjadi Masyarakat Peduli Bencana (MPB) untuk penyemprotan Disinfektan ke
desa-desa.
METODE PENELITIAN
Charity
Capacity Building
Capacity Building didalam kondisi pandemic seperti ini sangat perlu dilakukan.
CSR PT. Pertamina (Persero) RU II Sungai Pakning menyadari bahwa
merespons pandemi tidak cukup jika hanya dengan menyiapkan alat-alat
kesehatan saja. PT. Pertamina (Persero) RU II Sungai Pakning melakukan
program sosialisasi bahaya dan pencegahan COVID-19 kepada anak sekolah
melalui game interaktif ANAK SIAGA COVID-19 (ASIC) melalui Website
http://sekolahcintagambut.com/. Selanjutnya produksi madu hutan oleh
BUMDES Tanjung Leban untuk penambah imunitas bagi tenaga kesehatan dan
masyarakat umum di wilayah Sungai Pakning. Selain itu, pihak perusahaan
juga mengadakan pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi PHBS (Perilaku Hidup
Bersih Sehat) dan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) kepada Kader Posyandu
binaan. Sehingga dengan melakukan pengembangan kapasitas (capacity
building) melalui program pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi diharapkan
masyarakat semakin kuat dan siap dalam menghadapi pandemi. Dengan
harapan, adanya program ini membuat pandemi dapat segera berakhir tanpa
menambah jumlah kasus yang baru.
Community Empowerment
Selain dalam memberikan donasi dan pengembangan kapasitas kepada
masyarakat, PT. Pertamina ( Persero ) RU II Sungai Pakning juga sangat
memperhatikan perekonomian masyarakat.. Apabila ditarik mundur kebelakang,
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 semula diperkirakan sebesar
5,3%, namun angka ini terkoreksi sebagai dampak pandemi Corona, dan
sebagian kalangan memprediksikan pertumbuhan di bawah 2%. Mengingat
terjadi ketidakpastian dan prediksi berbeda-beda, serta terjadi fluktuasi kurs
USD (peningkatan drastis menjadi Rp 16.000 per USD pada awal April 2020).
Jumlah pekerja yang terdampak situasi pandemi COVID-19 mencapai 1,7 juta
orang, baik pekerja formal maupun informal 6 . Dari situlah yang menyebabkan
perekonomian di berbagai daerah mengalami penurunan. Maka dari itu dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan, pihak PT. Pertamina (Persero)
RU II Sungai Pakning tetap mengambil langkah untuk tetap melakukan
pemberdayaan masyarakat (community empowerment) supaya dapat
menghidupkan kembali perekonomian masyarakat setempat.
Salah satu program inovatif dan bersifat community empowermet dari PT.
Pertamina (Persero) RU II Sungai Pakning adalah dengan membantu
masyarakat BUMDES Mekar Jaya dalam membuat Citronella Instant Hand
Sanitizer. Produk yang berkomposisi terdiri dari Etanol 96%, Gliserol 98%,
Hidrogen Peroksida 3%, Citronella oil 2% dan Aquadest, sekarang telah
terproduksi sebanyak 4000 botol setiap minggunya.
STRENGHT ( KEKUATAN )
BUMDES Mekar Jaya adalah salah satu mitra binaan dari PT Pertamina
(Persero) RU II Sungai Pakning. BUMDES ini mengandalkan hasil pertanian
lokal. Dengan bantuan sebesar 100 juta rupiah, desa binaan ini berhasil disulap
menjadi desa yang lebih baik dari sebelumnya. Ketika awal pandemi, desa ini
sama seperti desa-desa yang lainnya, mengalami kesusahan dalam mencukupi
kebutuhan dasar. Akan tetapi dengan membuat produk hand sanitizer yang
berbahan baku dari tanaman serai wangi, membuat perekonomian daerah
setempat berkembang. Produk ini diminati oleh masyarakat dikarenakan harga
produk hand sanitizer ini lebih murah dibanding produk lainnya. Sehingga
program ini mampu menghasilkan keuntungan yang banyak. Bahkan untuk
jumlah produksinya mencapai 4000 botol per minggu.
OPPORTUNITY ( PELUANG )
ASPIRATION ( ASPIRASI )
RESULT ( HASIL )
Alat kesehatan termasuk hand sanitizer pada awal pandemi COVID19 menjadi
produk yang dicari-cari oleh masyarakat di indonesia. Kelangkaan ini mampu
dijawab oleh CSR PT Pertamina RU II Sungai Pakning bermitra dengan desa
binaan dan Universitas Riau untuk membuat Citronella InstantHand Sanitizer
sesuai standar WHO. Sehingga kebutuhan masyarakat akan hand sanitizer
mampu dipenuhi dari hasil produksi Citronella InstantHand Sanitizer ini. Bahkan
produk ini mampu menyebar ke beberapa daerah sampai menguasai pasar
lokal yang berada di kabupaten Bengkalis. Dengan harga yang lebih murah
dibanding produk lainnya, menjadikan produk ini dapat dinikmati oleh
masyarakat umum. Sehingga hasil yang tercapai tidak hanya mampu
memproduksi saja tetapi mampu meningkatkam kesejahteraan masyarakat
setempat sekaligus menambah khas BUMDES.
KESIMPULAN
LATAR BELAKANG
Saat ini, dunia tengah dilanda oleh pandemic global bernama Covid-19. Covid-
19 merupakan salah satu jenis virus yang menyerang system pernafasan
manusia yang dapat menyebabkan gangguan ringan pernapasan, infeksi paru
berat, hingga kematian,. Awal virus ini ditemukan di Wuhan, China pada akhir
Desember 2019 dan menyebar sangat cepat ke lebih dari 200 Negara di Dunia.
Gejala dari Covid-19 adalah orang yang terinfeksi akan merasa sesak napas,
nyeri dada, demam tinggi, bahkan sebagian hanya mengalami gejala ringan
seperti flu biasa. Karena penularannya yang mudah dan begitu cepat,
Pemerintah Indonesia terus berusaha dengan berbagai langkah dan kebijakan
untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Salah satunya adalah melalui
PSBB atau Pembatasan Sosial Sekala Besar yang telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020. (Peraturan Menteri
Kesehatan Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019, 2020). Melalui
PSBB, masyarakat diarahkan untuk patuh melaksanakan physical distancing
dan mengkarantina mandiri di rumah demi mencegah terjadinya contact antar
manusia.
Kebijakan mengatasi pandemi yang berupa PSBB menguatkan ketidaksetaraan
yang ada di masyarakat. Ketimpangan terjadi antara pekerja yang memiliki
akses dan bisa bekerja di rumah dan tetap diupah, mereka yang mampu diam
di rumah karena memiliki cukup tabungan dan persediaan makanan, mereka
yang memiliki kendaraan pribadi dan akses ke luar dengan aman dan mereka
yang tidak. Banyak kelompok yang tidak memiliki keistimewaan untuk diam di
rumah. Masih banyak kelompok yang terpaksa bekerja di luar rumah untuk bisa
makan dan pekerja-pekerja yang harus bekerja di luar rumah dengan
menggunakan kendaraan umum. Selain memunculkan ketidaksetaraan atau
ketimpangan sosial, pandemi ini juga memunculkan kelompok-kelompok
miskin, rentan dan tertinggal baru. Selain Pemerintah yang terus berkomitmen
menjamin kehidupan masyarakatnya melalui beberapa program pengamanan
jaringan sosial seperti program sembako, kartu pra-kerja, pemberian bansos
tunai, dan lain sebagainya. Masyarakat Indonesia pun turut saling bahu
membahu membantu mereka yang paling rentan terkena dampak dari
pandemic ini.
HASIL REVIEW
Pandemi Covid-19 telah mengungkap dan memperburuk beberapa masalah
sosial, seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan. Masih ada tingkat ketimpangan
yang lebih tinggi dalam suatu negara. Hal ini menjadi peluang signifikan bagi
CSR untuk lebih memfokuskan upaya dalam mengatasi masalah sosial di
bidang ini selama pandemi.. Pandemi telah membuka mata masyarakat
mengenai perusahaan-perusahaan yang begitu cepat memutuskan hubungan
kerja dengan pegawai atau merumahkan mereka tanpa diberi upah dan
menurunkan kredibilitas perusahaan. Namun pada saat yang sama, pemerintah
dan masyarakat juga melihat perusahaan yang tetap memiliki itikad baik dan
berkontribusi dengan cara masing-masing dan menyebarluaskan nilai-nilai
perusahaan yang lebih bermakna (Laraswati Ariadne Anwar, 2020). Hal ini
dikarenakan, semakin banyak perusahaan yang menyadari bahwa
kelangsungan hidup dan pengembangan jangka panjang mereka bergantung
pada pencapaian keseimbangan antara profitabilitas dan harmoni dengan
berbagai pemangku kepentingannya (He & Harris, 2020). CSR dapat diartikan
juga sebagai suatu komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam
membangun ekonomi berkelanjutan. Pihak perusahaan bekerja dan
berinteraksi positif dengan karyawan, keluarga hingga komunitas yang ada di
sekitar perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. Sehingga,
dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan CSR perusahaan berkomitmen untuk
mensejahterakan komunitas local masyarakat sekitar yang pengambilan
keputusannya tidak hanya berdasarkan keuntungan semata, melainkan juga
berdasarkan harus memperhatikan kondisi social dan lingkungannya. Hal inilah
yang dapat menjadi peluang bagi para CSR untuk membuktikan kepada
masyarakat luas bahwa mereka bersama-sama dengan masyarakat Indonesia
untuk turut berperang dan melawan virus Covid-19 melalui tanggung jawab
social perusahaan. Dengan harapan, gerakan yang mereka lakukan dapat
membangun hubungan yang lebih kuat antara perusahaan dengan masyarakat
luas dan stakeholder lainnya, sehingga kredibilitas dan nilai positif perusahaan
pun dapat meningkat dengan sendirinya di mata masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi analisis.
Menurut (Sugiyono, 2009) metode deskriptif analisis adalah suatu metode
penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang
sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun diolah dan dianalisis untuk
dapat memberikan gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada.
Berikut adalah contoh praktik CSR yang turut berkontribusi dalam memerangi
Covid-19:
Transportasi Online GRAB
Grab sebagai salah satu layanan transportasi digital berbasis panggilan (ride
hailing) telah berkontribusi terbesar kedua dalam pertumbuhan ekonomi digital
di Indonesia. Muncul dan tumbuhnya ride hailing menjadi katup pengaman
terhadap pengangguran. Banyak pengangguran setelah terkena PHK, memilih
menjadi driver transportasi online.
Program Kita vs Corona
Grab telah menguncurkan dana sebanyak Rp.160 Miliar dalam bentuk program
bernama “Kita vs Corona”. Salah satu bentuk realisasi program adalah dengan
memberikan multivitamin, masker, dan hand sanitizer untuk para driver yang
disediakan oleh mitra bisnis fatigon dan lifebuoy. Selain itu juga, Grab
meluncurkan voucher dan paket sembako yang telah di distribusikan ke mitra
pengemudi ke 27 kota di Indonesia yang dapat diambil di titik pengambilan
yang telah ditentukan di setiap kota
Program Grab Health
Merupakan program kolaborasi dengan Asosiasi Dokter Indonesia untuk
merumuskan dan menyajikan pedoman konsultasi kesehatan online, dan
dipercaya sebagai mitra terpercaya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia untuk memberikan pemeriksaan (screening) awal COVID-19 via
layanan telekonsultasi. Melalui grab health juga, mitra pengemudi dan petugas
kesehatan sebagai orang yang beresiko terpapar COVID-19 boleh mengikuti
screening awal secara gratis Seperti yang dilansir dalam laman resmi grab,
Grab health juga menawarkan bantuan finansial dan medis untuk seluruh Mitra
Pengemudi yang dikarantina oleh otoritas kesehatan dan didiagnosa dengan
COVID-19 sejumlah 1.500.000 untuk driver GrabBike dan sejumlah
Rp.3.000.000 untuk Mitra Pengemudi GrabCar.
PT. PERTAMINA
Sebagai salah satu badan usaha milik negara, PT. Pertamina terus melakukan
kontribusi berupa bantuan dalam penanganan pandemi virus Covid-19 di
Indonesia. Total bantuan yang sudah diberikan Pertamina dalam upaya
penanggulangan Covid-19 mencapai Rp 250 miliar. Dalam pelaksanaannya,
Pertamina juga turut menggandeng UMKM atau mitra binaannya dalam
memproduksi kebutuhan dalam penanganan Covid-19. Sebanyak 7 (tujuh)
mitra binaan terlibat untuk menyediakan produk bantuan berupa masker kain,
baju hazmat, alat semprot disenfektan, dan sembako. Hal ini membantu mitra
binaan untuk produktif dan tetap mendapatkan pemasukan.
WINGSGROUP
Wings Group merupakan produsen produk rumah tangga yang bermarkas di
Jakarta dan Surabaya. Dengan pengalaman lebih dari 70 tahun, Wings telah
menjadi salah satu perusahaan lokal terbesar di Indonesia yang telah
mengekspor ke mancanegara. Dalam membantu menanggulangi wabah Covid-
19, Wings Group melalui Yayasan Wings Peduli Kasih memberikan bantuan
senilai 25 Miliar Rupiah berbentuk 25.000 set alat pelindung diri (APD) dan alat
bantu pernapasan (ventilator) untuk tenaga medis dan Wings Group juga turut
menyumbangkan hygiene kit seperti makanan pokok, detergent, hand sanitizer,
shampoo, hand wash, dan cairan disinfektan. Selain itu juga, Wings Group
mendistribusikan 30.000 paket sembako untuk pengemudi ojek online di
Jabodetabek sebagai sector informal yang paling rentan posisinya dalam
menghadapi wabah covid-19
SINARMAS LAND
Sinarmas land adalah salah satu pengembang property terbesar dan terkemuka
di Indonesia, Asia, Hingga Eropa yang telah berpengalaman selama 40 tahun
untuk menyediakan beragam property seperti grand wisata, kota mandiri, hotel
hingga resor wisata. Dalam menanggapi wabah Covid-19, Sinarmas land
menjalankan tanggung jawab sosialnya dengan membantu meringankan beban
masyarakat yang terdampak Covid-19 melalui berbagai cara, diantaranya
Sinarmas land mendistribusikan paket bantuan mushaf Al Quran, beras,
masker, mie instan, serta vitamin e dan c untuk para pemakmur masjid di 100
masjid kawasan BSD City. Kemudian, Sinarmas Land juga berkala memberikan
5000 paket bantuan berupa berupa kaleng sarden, beras kemasan, mi instan,
dan minyak goreng kemasan, dan mie instan untuk warga Tangerang Selatan
dan sekitarnya yang terkena dampak dari Covid-19. Dalam isu pendidikan,
Sinarmas land memberdayakan para ibu rumah tangga yang tergabung dalam
sentra karya untuk memasak 1000 paket makanan perminggunya untuk para
pekerja harian seperti pedagang asongan, pemulung, tukang ojek online, dan
sebagainya
SIMPULAN
Covid-19 tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan tapi juga berdampak
pada sector perekonomian, Seluruh elemen bergotong royong membantu
pemerintah dalam membangun pengamanan jaringan social. Salah satu
elemen yang ikut bergerak adalah perusahaan melalui kewajiban tanggung
jawab sosial dan lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility
(CSR). Hal ini dapat menunjukkan bahwa selama Covid-19, CSR perusahaan
memiliki peluang besar untuk mengeluarkan inovasi terbaiknya dalam
memberikan kontribusi social yang bermakna sebagai bentuk pengembangan
jangka panjang pada pencapaian keseimbangan antara profitabilitas dan
harmoni dengan berbagai pemangku kepentingannya.
H. JURNAL 8
JUDUL JURNAL :
SUMBER :
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/dejure/article/view/1469
PENULIS : Ridha Hidayat, Azhari Yahya, M. Adli, Yul Ernis, Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Badan Penelitian dan Pengembangan
Hukum dan HAM, Kemenkumham RI, Jakarta
LATAR BELAKANG
Namun hal yang mengatur CSR hanyalah teruntuk perusahaan perseroan yang
bergerak di bidang sumber daya alam saja, belum ada UU yang mengatur
perusahaan yang tidak bergerak di sumber daya alam seperti contohnya
perusahaan multi media, computer information and technology, perusahaan
perbankan ataupun keuangan tidak diwajibkan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan seharusnya masyarakat juga
membutuhkan tanggung jawab tersebut namun hanya terbatas pada perseroan
yang bergerak pada lingkungan sumber daya alam, Tanggung jawab tersebut
sebenarnya dapat membangun hubungan baik antara masyarakat dan pekerja
perusahaan agar dapat memberi dampak positif sehingga tidak terjadinya
kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat sekitar, dikarenakan
perusahaan yang ada pastilah dibangun di tengah tengah masyarakat yang
dominan masyarakat pastilah menjadi prioritas di tempat tersebut, perusahaan
harusnya dapat menerapkan CSR agar jika terjadi sesuatu diluar jangkauan
perusahaan masyarakat bisa ikut membantu, dan begitu sebaliknya jika terjaddi
sesuatu diluar jangkauan masyarakat, perusahaan bisa ikut membantu dan
terciptalah lapangan kerja yang aman, nyaman, dan tentram
LANDASAN TEORI YANG DIAMBIL
Teori yang diambil tentu saja berlandaskan dari UU No 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal, dan juga UU no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas,
serta UU no 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial perseroan terbatas
Kemudian untuk metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode penelitian yuridis normative yaitu
mengutamakan prinsip keadilan hukum dan merangkum dengan norma yag
ada terhadapa hukum yang mengatur terkait tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan, dengan menggunakan pendekatan konseptual serta
pengumpulan data dengan menganalisis UU yang mengatur tanggung jawab
sosisal dan lingkungan perusahaan, terakhir baru diambil kesimpulan dengan
metode deduktif.
HASIL REVIEW
Maka secara umum ada 4 tanggung jawab yang harus dilakukan oleh
perusahaan terhadap masyarakat, antara lain adalah :
Baik dari hukum dan tanggung jawab merupakan kewajiban perseroan untuk
memberikan kontribusi serta dalam pembangunan sosial yang bermanfaat baik
itu bagi perusahaan sendiri, komunitas sekitar, maupun masyarakat sekitar
KESIMPULAN
Dari analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan telah diatur didalam beberapa UU
antara lain UU no 25 tahun 2007, UU no 40 tahun 2007, serta UU no 47 tahun
2012 dimana disebutkan bahwa perseroan terbatas wajib menerapkan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan di masyarakat, agar
terbentuknya dampak positif sebagaimana yang telah dijelaskan di
pembahasan sedangkan untuk dampak negatif yang ada jika tidak
diwujudkannya adalah ketidak efektifnya pelaksanaan CSR sehingga bisa
menimbulkan celah bagi perusahaan untuk tidak melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan secara tetap, dan hubungan antara perusahaan
dan masyarakat menjadi buruk dan terjadinya kesenjangan sosial di
masyarakat.
I. JURNAL 9
JUDUL JURNAL : Strategi Komunikasi untuk Program Corporate
Social Responsibility dalam Pemberdayaan Masyarakat
SUB TEMA : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
SUMBER :
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4134/pdf_17
PENULIS : Arifin Saleh, Mislan Sihite
PENGULAS : Taruni Muda Shalloom Destiyadwira A. Z. (2101365)
LATAR BELAKANG
Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan adalah komitmen perusahaan yang tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan secara finansial, tetapi juga untuk
pembangunan sosial, ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan (Suharto, 2008).
CSR tidak bisa dilepaskan dari kegiatan dalam bidang sosial dan
ekonomi yang diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat. Hanya saja
dalam implementasinya tak jarang pemberdayaan masyarakat melalui
program CSR terkendala karena masalah komunikasi antara pengelola
kegiatan dengan masyarakat yang menjadi sasaran program kegiatan.
Masalah komunikasi ini beragam, dari soal isi atau pesan komunikasi
terkait program, penyampai komunikasi, hingga media komunikasinya.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi komunikasi untuk program CSR
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
PEMBAHASAN
Salah satu tujuan CSR adalah mewujudkan masyarakat yang
berdaya. Artinya, semua kegiatan CSR harus diarahkan terhadap upaya-
upaya pemberdayaan masyarakat. Tapi, meski perusahaan sudah
melakukan kegiatan CSR, ternyata pemberdayaan masyarakat masih
sulit diwujudkan. Harus ada alternatif model CSR lainnya yang diyakini
bisa lebih efektif mewujudkan masyarakat yang berdaya. Strategi
komunikasi menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam pengelolaan
berbagai program kegiatan CSR. Kegiatan CSR yang telah diterapkan
harus dikomunikasikan dengan baik sebagai bentuk tanggung jawab
kepada pemangku kepentingan dan masyarakat, serta untuk target
pemberdayaan masyarakat.
Proses pemberdayaaan masyarakat dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya lainnya yang diyakini bisa lebih efektif
mewujudkan masyarakat yang berdaya.
Untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat melalui program
CSR diperlukan peran strategi komunikasi. Strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
teknis harus dilakukan.
Dalam melaksanakan strategi komunikasi, pihak perusahaan bisa
melakukan dengan komunikasi massa. Lewat komunikasi massa,
perusahaan harus mampu menyajikan pesan-pesan komunikasi CSR.
Pesan itu tentu berupa kegiatan CSR di bidang sosial dan ekonomi
dengan masing-masing penjabarannya untuk pemberdayaan
masyarakat. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai
bentuk, seperti social report, brosur, leaflet, website, iklan, berita, dan
saluran komunikasi lainnya seperti media online dan sosial media.
Selain itu, strategi komunikasi lainnya adalah dengan
memanfaatkan komunikasi antarbudaya karena budaya dan suku
bangsa yang ada di tengah masyarakat tentu berbeda. Menurut Mulyana
(2004), Komunikasi antarbudaya (Intercultural Communication) adalah
proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda
budaya.
KESIMPULAN
Program CSR tak bisa dilepaskan dari pemberdayaan
masyarakat. Salah satu tujuan CSR adalah untuk mewujudkan
masyarakat berdaya, khususnya masyarakat yang ada di sekitar
perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan CSR untuk pemberdayaan
masyarakat, peran strategi komunikasi sangat diharapkan. Strategi
komunikasi yang relevan antara lain adalah lewat komunikasi massa dan
komunikasi antarbudaya. Dengan pengunaan dua strategi komunikasi ini
diharapkan program-program CSR untuk pemberdayaan masyarakat
lebih efektif dan efesien.
J. JURNAL 10
JUDUL JURNAL : Peran Dan Tanggung Jawab Perusahaan
Terhadap Pembuangan Limbah Industri Berdasarkan Hukum Positif
SUB TEMA : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
SUMBER :
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/FAJ/article/view/7418
PENULIS : Frycles Franseda Hutabarat, Yetti Yetti, Indra Afrita
PENGULAS : Taruni Muda Shalloom Destiyadwira A. Z. (2101365)
LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat (1) mengatakan bahwa
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau biasa dikenal dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah aktivitas bisnis dimana
perusahaan bertanggung jawab secara sosial kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat luas sebagai bentuk perhatiannya dalam
meningkatkan kesejahteraan dan berdampak positif bagi lingkungan.
Pada kenyataannya, program CSR masih belum berjalan dengan
baik. Hal itu tercermin pada banyaknya perusahaan yang membuang
limbah industri sembarangan dan tidak memberikan bantuan kepada
masyarakat yang terdampak pembuangan limbah industri. Hal itu tentu
membahayakan dan merugikan masyarakat sekitar.
PEMBAHASAN
A. Peran Dan Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pembuangan
Limbah Industri Berdasarkan Hukum Positif
Merujuk pada Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PLH)
yang berbunyi “Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan menghasilkan dan/atau mengelola limbah
B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan
hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi sepanjang
kerugian tersebut disebabkan oleh yang bersangkutan”.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUPPLH,
pertanggungjawaban perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Tanggung Jawab Secara Perdata
Setiap perusahaan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan dianggap sebagai Perbuatan Melawan Hukum.
Penanggung jawab usaha tersebut memiliki tanggung jawab untuk
mengganti kerugian yang ditimbulkan, sejauh terbukti telah melakukan
perbuatan pencemaran dan/atau perusakan. Hal itu diatur dalam Pasal
87 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang berbunyi “Setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan
hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.”
Bagi pihak yang merasa dirugikan terhadap pencemaran akibat
usaha industri dapat mengadukan atau menyampaikan informasi secara
lisan maupun tulisan kepada instansi yang bertanggung jawab. Hal itu
diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan
Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingklungan Hidup.
BAB III
PENUTUP
Arifin, B., Ihsan, T., Tetra, O. N., Nofrita, N., Goembira, F., & Adegustara,
F. (n.d.). Pengelolaan Bank Sampah Dalam Mendukung go green
concept di desa ulakan tapakis kabupaten Padang pariaman. Jurnal
Hilirisasi IPTEKS. Retrieved from
http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id/index.php/hilirisasi/article/view/423
Triana, A., Sulastri, S., & Humaedi, S. (n.d.). Ragam praktik CSR Selama
Pandemi covid-19. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Retrieved from
https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/28869
Triana, A., Sulastri, S., & Humaedi, S. (n.d.). Ragam praktik CSR
Selama Pandemi covid-19. Prosiding Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat. Retrieved from
https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/28869