DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
RISNA MELATI SUKMA BAKRI (A062221002)
MUHAMMAD ANAS (A062221024)
INDAH PUTRI NURAFIFAH (A062221026)
AHMAD RAMZI GHULAM SYAM (A062221029)
COVER ............................................................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan Corporate Social Responbility.
2. Untuk mengetahui teori yang mendukung Corporate Social Responbility.
3. Untuk mengetahui pentingnya Corporate Social Responbility.
4. Untuk mengetahui model dari Corporate Social Responbility
5. Untuk mengetahui bentuk dari Corporate Social Responbility.
6. Untuk mengetahui manfaat Corporate Social Responbility bagi perusahaan.
7. Untuk mengetahui Peraturan Perundang-undangan apa saja yang mengatur Corporate Social
Responbility.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memperhatikan para karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar serta publik pada
umumnya guna meningkatkan kualitas hidup mereka.
4) Menurut (Widjaya & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk Kerjasama antara perusahaan
dengan segala hal (stake-holders) yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi
dengan perusahaan untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha
(sustainability) perusahaan tersebut. Pengertian tersebut sama dengan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan, yaitu merupakan komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya. Menurut UUPT 2007 pengertian CSR dalam Pasal 1 angka 3 menyebutkan
tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
5) Menurut (Kotler & Nance, 2005) CSR didefinisikan sebagai komitmen korporasi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui kebijakan praktik bisnis dan
pemberian kontribusi sumber daya perusahaan.
Selain itu, CSR adalah sebagai kewajiban pengusaha untuk merumuskan kebijakan,
membuat keputusan, atau mengikuti garis tindakan, yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai
masyarakat (Darmajaya & Nani, 2020). Dari beberapa pengertian tersebut tampak bahwa CSR
merupakan social responsibility dan perusahaan dalam hubungannya dengan pihak internal dan
eksternal perusahaan.
Menurut Suharto (dalam Bing Bedjo Tanudjaja 2006:3), munculnya konsep CSR didorong
oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang kemudian disingkat sebagai
fenomena DEAF (Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi dan Feminisasi)
1. Dehumanisasi industri
Peningkatan efisiensi dan mekanisasi dalam industri menciptakan masalah kemanusiaan
baik bagi pekerja perusahaan maupun masyarakat di sekitarnya. "Merger mania" dan perampingan
perusahaan telah mengakibatkan gelombang PHK dan pengangguran, sementara ekspansi industri
dan eksploitasi telah mengakibatkan polusi dan rusaknya lingkungan.
2. Equalisasi hak-hak publik
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggungjawaban
perusahaan atas berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya
perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas perusahaan bukan saja dalam proses
4
produksi, namun juga berkaitan dengan kepedulian perusahaan terhadap dampak sosial yang
ditimbulkannya.
3. Aquariumisasi dunia industri
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan
yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis dan filantropis
tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar
perusahaan seperti ini ditutup.
4. Feminisasi dunia kerja
Semakin banyaknya wanita yang bekerja menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja
terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan
dan kesehatan kerja. Melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran
anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibu di rumah dan tentunya
di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak, pendirian fasilitas pendidikan
dan kesehatan bagi anak, atau pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan
sebuah “kompensasi” sosial terhadap isu ini.
Selain fenomena diatas ada tiga hal lain yang bisa dikatakan sebagai pendorong atau hal
yang memotivasi perusahaan sehingga melakukan tanggungjawab perusahaan yaitu:
1. Corporate Charity, yaitu dorongan melakukan amal berdasarkan motivasi keagamaan
2. Corpotare Philanthropy, yaitu keinginan yang bersumber dari norma dan etika untuk menolong
sesama dan memperjuangkan kemerataan sosial
3. Corporate Citizenship, yaitu keinginan yang didasari dari motivasi kewargaan demi mewujudkan
keadilan sosial bagi masyarakat.
5
2. Stakeholder Theory
Teori Stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan
bertanggungjawab. Karena kebijakan yang dilakukan dapat memberi dampak kepada stakeholder,
perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya terutama stakeholder yang
mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional.
6
2. Keprihatinan yang lebih tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan
Perusahaan dapat meningkatkan keprihatinan terhadap keberlanjutan lingkungan karena
mengetahui bahayanya degradasi lingkungan terhadap kehidupan. Misalnya, polusi yang diperoleh
dari proses-proses manufaktur telah berdampak pada emisi gas dan pemanasan global yang dapat
menyebabkan perubahan iklim dan bencana alam.
3. Meningkatnya tuntutan eksternal
Meningkatkan tuntutan eksternal seperti publisitas oleh kelompok penekan yang semakin
intens seiring dengan akses yang lebih baik terhadap saluran komunikasi karena jika perusahaan
beroperasi secara tidak etis maka perusahaan bisa menjadi sasaran utama publisitas negative.
7
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi
pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara
pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama.
8
2.6 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan
Berikut adalah manfaat-manfaat Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu:
1. Meningkatkan citra perusahaan
Melalui kegiatan CSR, konsumen dapat mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu
melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.
2. Memperkuat brand perusahaan
Melalui kegiatan CSR, perusahaan dapat membagikan produk secara gratis kepada masyarakat.
Hal ini dapat berdampak pada kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan
sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.
3. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan dibantu dengan para pemangku kepentingan
seperti pemerintah daerah, masyarakat dan universitas local. Maka perusahaan dapat membuka
relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.
4. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya
CSR yang dilakukan sendiri oleh perusahaan dapat berdampak pada kemampuan perusahaan
untuk menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga konsumen dapat merasakan perbedaan
produk perusahaan dengan produk pesaing.
5. Menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan
Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan
yang akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
6. Menghasilkan akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan
Saat ini para investor mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada perusahaan
yang telah melakukan CSR. Penyedia dana seperti perbankan juga lebih memprioritaskan
pemberian bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR.
7. Meningkatkan harga saham
Perusahaan yang rutin dan konsisten melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya,
maka masyarakat bisnis (investor, kreditur,dan lain-lain), pemerintah, akademisi maupun
konsumen akan semakin mengenal perusahaan. Maka permintaan saham perusahaan akan naik
yang berakibat pada kenaikan harga saham perusahaan.
9
2.7 Peraturan Perundang-undangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Beberapa Peraturan yang terkait dengan CSR di Indonesia diantaranya adalah Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Undang Undang Republik
Indonesia nomor 5 tahun 1999 Tentang praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan Usaha
tidak sehat dan lain sebagainya.
Kemudian Peraturan lain yang menjadikan kegiatan CSR yang dahulu bersifat voluntary
kini menjadi bersifat mandatory adalah Undang – Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara, Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep -236 /MBU/2003, Surat
Edaran Menter BUMN No. SE.433/MBU/2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Selain Undang-Undang di atas, juga terdapat Undang-Undang Republik Indonesia No 40
Tahun 2007, pasal 1 ayat 3 lebih rinci menjelaskan bahwa yang dimaksud CSR adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi korporat, komuniti tempatan maupun
pada masyarakat umumnya.Selanjutnya, pada pasal 74 ayat 2 menyebutkan bahwa tanggung jawab
sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan dari
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
Hal itu juga terdapat pada Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 pada pasal 5 ayat 2
tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas, menyebutkan bahwa realisasi
anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan (sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk Tanggungjawab
perusahaan terhadap lingkungan atau sosial sekitar dimana perusahaan tersebut berada. Untuk
melaksanakan CSR maka perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah
milik mereka juga. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus bersedia menganganinya. Itu dasarnya
untuk melaksanakan CSR. Jadi hanya de
ngan mengakui masalah apa yang ada di masyarakat dan itu menjadi bagian mereka, maka
CSR lebih mudah dilakukan.
Dapat disimpulkan jika CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan
image perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak memandang CSR sebgai suatu tuntutan
represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing the Most Good for Your
Company and Your Cause, New Jersey: John Willey and Sons, Inc.
Hardiani. 2016. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Image (Citra
Perusahaan) Studi Pada PT. Bank BRI Tbk (Persero) Cabang Makassar. Makassar: STIEM
Bongaya.
Bedjo Tanudjaja, Bing. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility Di Indonesia.
Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.
Marnelly, Romi. 2013. Corporate Social Responsibility (Csr): Tinjauan Teori dan Praktek di
Indonesia. Riau: Universitas Riau.
Darmajaya, J. B., & Nani, D. A. 2020. Efektivitas Penerapan Sistem Insentif Bagi Manajer Dan
Karyawan. Jurnal Bisnis Darmajaya, 6(1), 44–54.
Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas.
Zulianda, Delvia. 2022. Penerapan Tanggung Jawab Sosial di Perusahaan. Jurnal Pusdansi 2 (2),
2-3
12