Anda di halaman 1dari 18

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DI SUSUN OLEH ;
1. A ZALFA ZAFIRA ( 02320190077 )
2. NURUL SAPTYANI ( 02320190082 )
3. MIFTAHUL JANNAH ( 02320190088 )
4. ULFA ATVALIA UTAMI ( 02320190090 )
B4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………….……………………………………………………………………II
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................................1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………….…..1
BAB I PEMBAHASAN ..............................................................................................................................2
1. JENIS-JENIS TANGGGUNG JAWAB PERUSAHAAN .........................................................2
2. BERBAGAI PERSPEKTIF MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN ...............................................................................................................................6
3. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..7
4. DIMENSI-DIMENSI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ..............................8
5. AGENDA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI ASIA DALAM 10
TAHUN KE DEPAN MENURUT CRS ASIA. ..........................................................................9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN ..............................................................................................................................13
B. SARAN ...........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................15

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


II
PERUSAHAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) sudah dikenal sejak dahulu dan mulai dikenal
luas di zaman modern sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social
Responsibilities of The Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Pengakuan
publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat
dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR lebih
dikenal dengan Tanggung Jawab Perusahaan dan Lingkungan (TJSL) sebagaimana yang
sudah termuat dalam UUPT.

Jika melihat sasaran CSR yang memperhatikan aspek lingkungan dan sosial maka kedua
aspek tersebut yang memiliki kecenderungan sebagai latar belakang pengaturan CSR di
Indonesia yang lebih dikenal dengan Tanggung Jawab Perusahaan dan Lingkungan (TJSL).

1.2 Rumusan Masalah


 Mendapatkan pemahaman mengenai jenis-jenis tanggung jawab perusahaan?
 Mengetahui berbagai perspektif mengenai tanggung jawab sosial perusahaan?
 Mendapatkan pemahaman tentang tahap-tahap perkembangan tanggung jawab sosial
perusahaan?
 Mendapatkan pemahaman mengenai dimensi-dimensi tanggung jawab sosial perusahaan?
 Mendapatkan pengetahuan mengenai agenda sepuluh tahun ke depan menurut CRS Asia

1.3 Tujuan
 Untuk dapat mengetahui jenis-jenis tanggung jawab perusahaan.
 Untuk mengetahui perspektif tanggung jawab dalam perusahaan.
 Untuk dapat memahami tahap-tahap perkembangan tanggung jawab
 Untuk dapat mengetahui dimensi-dimensi tanggung jawab
 Untuk mengetahui agenda menurut CRS

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


1
PERUSAHAAN
BAB II
PEMBAHASAN

1. JENIS-JENIS TANGGGUNG JAWAB PERUSAHAAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) tanggung jawab adalah kondisi
dimana seseorang menanggung segalanya atau memberi jawaban dari perbuatan
yang dikerjakannya. Berarti tanggung jawab itu harus ada setiap manusia, karena
dengan begitu kita sebagai manusia sudah berusaha untuk memenuhi kewajiban
dan menumbuhkan kesadaran dalam kehidupan berkelompok.

Terdapat beberapa definisi tentang Corporate Social Responsibility, dimana


definisi tersebut juga akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menyebutkan
Corporate Social Responsibility sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
Perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut masyarakat setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Sementara Kotler dan Lee (2005) menyatakan Corporate Social Responsibility
adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktek
bisnis yang terbuka dan kontribusi sumber daya Perusahaan. Indonesia Business
Link (2001) menyatakan Corporate Social Responsibility adalah komitmen
perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan kontribusi
kepada semua pemangku kepentingan dalam hubungannya dengan ekonomi,
aspek sosial dan lingkungan untuk mencapai pengembangan yang berkelanjutan.
Sedangkan Business for Social Responsibility / BSR (2002) mendefinisikan Corporate
Social Responsibility sebagai praktek bisnis yang memperkuat tanggung jawab,
menghormati nilai etika demi kepentingan semua pemangku kepentingan.
Laurel Grossman Reputex (Budimanta : 2009) menyebutkan Corporate Social
Responsibility sebagai alat untuk menciptakan nilai-nilai hubungan kemitraan bisnis

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


2
PERUSAHAAN
yang baik dengan para stakeholder dan sekaligus pada saat yang sama mendorong
penciptaan nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan.

Menurut Stephen R. Cover ( 1997; 61 ) kata responsibility (tanggung jawab)


terdiri dari dua kata yaitu response ( tanggapan ) dan ability ( kemampuan ), jadi
pada dasarnya tanggung jawab menunjukkan kemampuan yang harus dimiliki
seseorang atau sebuah organisasi perusahaan untuk memberikan tanggapan
terhadap berbagai hal yang diminta tanggapannya oleh pihak lain.
Dalam konteks aktivitas perusahaan, saat ini dihadapkan kepada tiga jenis
tanggung jawab antara lain;

1.1 Tanggung Jawab Ekonomi

Make a profit adalah kata kuncinya. Motif utama perusahaan adalah


menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki
nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup dan
berkembang.
Perusahaan adalah organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented)
sehingga selalu diharapkan untuk berkembang menjadi perusahaan yang besar.
Kelangsungan hidup perusahaan hanya dapat dipertahankan jika perusahaan
memperoleh keuntungan dan disebut sebagai tanggung jawab ekonomis.
Perusahaan selalu berusaha meningkatkan kinerja ekonomisnya sehingga tanggung
jawab ekonomi diartikan sebagai profit maximization. Berdasarkan sudut pandang
tersebut perusahaan yang tidak menghasilkan laba dianggap sebagai perusahan
yang tidak sehat, karena perusahaan didirikan dengan modal yang harus diperoleh
kembali dalam jangka waktu tertentu bersama dengan laba yang diharapkan.
Secara ekonomis keuntungan perusahaan diekspresikan dalam bentuk uang.
Dalam pencarian keuntungan ini tidak diperoleh perusahaan secara sepihak tetapi
melalui interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Bisnis yang baik (good
business) bukan perusahaan yang hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


3
PERUSAHAAN
juga yang baik secara moril (ethic).
Menurut Friedman yang dikutip oleh Bertens (2003) bahwa jika suatu
perusahaan sudah mencapai keuntungan secara ekonomis maka perusahaan sudah
memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan alasan bahwa jika perusahaan
mempunyai keuntungan secara ekonomis maka perusahaan tersebut akan
mempunyai aspek sosial terhadap pemerintah, tenaga kerja dan masyarakat.
Tjager at.el (dalam SWA 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan
melaksanakan tanggung jawab ekonomisnya maka akan mempunyai implikasi yang
luas terhadap lingkungan sosialnya karena aktivitas perusahaan akan memberikan
penghasilan bagi tenaga kerja, peluang baru bagi masyarakat disekitarnya dan akan
mewarnai aktifitas perekonomian nasional dengan membayar pajak bagi
pemerintah

1.2 Tanggung Jawab Hukum

Obey the law adalah kata kuncinya. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses
mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah
ditetapkan pemerintah.
Dalam prakteknya, banyak masalah yang timbul dalam hubungan perusahaan
dengan hukum. Hukum merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dibandingkan
dengan standar dan etika, hukum lebih jelas dan pasti karena hukum ditulis diatas
putih dan jika dilanggar ada sanksi tertentu.
Hukum dipahami sebagai suatu sistem norma yang mengatur kehidupan
bersama dalam masyarakat yang mempunyai sanksi jika tidak dilaksanakan, juga
sebagai sarana pemecahan konflik yang rasional karena di dasari fakta-fakta (Tjager
at.al, 2003). Dalam hubungannya dengan perusahaan, proses terbentuknya undang-
undang dan peraturan (aktualisasi hukum) memerlukan waktu yang lama tidak akan
pernah bisa sempurna, sehingga perusahaan yang kurang tanggung jawab
sosialnya bisa memanfaatkan celah – celah dalam hukum (the loopholes of the law)

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


4
PERUSAHAAN
Dalam bisnis sudut pandang hukum sangatlah penting. Bisnis harus menaati
hukum (peraturan) yang berlaku. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang
taat pada hukum walaupun itu tidak cukup tanpa disertai dengan etika. Dengan
demikian hukum dan etika saling melengkapi, karena dari segi normatif etika
mendahului hukum. Sehingga sering didengar bahwa perusahaan sudah belaku etis
bila telah mentaati hukum. Artinya tanggung jawab hukum perusahaan sudah
dipandang memenuhi kewajibannya bila telah bertindak legal dan mematuhi
peraturan yang berlaku.

1.3 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab ketiga yang harus dijalankan perusahaan adalah Tanggung


jawab (social responsibility).Kotler dan Lee (2005) memberikan rumusan tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR) sebagai berikut :
“Corporate social responsibility is a commitment to improve community
well being through discretionary business practices and contribution of corporate
resource”
Dalam definisis tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata
discretionary dalam arti bahwa kegiatan tanggung jawab sosial perusahan semata
– mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang
diwajibkan oleh hukum dan perundang undangan seperti kewajiban untuk
membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang – undang
ketenagakerjaan.
Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang
melakukan aktivitas CSR adalah perusahaan yang telah menaati hokum dalam
pelaksanaan bisnisnya – artinya sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang
dilakukan perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik untuk menyembunyikan
praktik perusahaan yang tidak baik dalam memperlakukan karyawan atau
melakukan berbagai kecurangan baik dalam pembuatan laporan keuangan maupun

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


5
PERUSAHAAN
kecurangan terhadap lingkungan hidup (solihin, 2006).

2. BERBAGAI PERSPEKTIF MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan akan lebih mudah di pahami
dengan menanyakan kepada seiapa penegelola perusahaan ( manager )
bertanggung jawab. Dalam hal ini terdapat dua konsep utama mengenai kepada
siapa pengelola perusahaan bertanggung jawab antara lain ;

2.1 Pandangan Milton Friedman Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan

Pendapat pertama berasa dari Milton Friedman, menurutnya tanggung jawab


sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai sesuai dengan keingin pemilik
perusahaan, biasanya dalam bentuk menghasilkan uang sebanyk mungkin,
sementara pada saat mengindahkan aturan dasar yang bergaris dalam suatu
masyarakat sebagaimana di atur oleh hukum perundang-undangan. Konsep
Friedman menunjukkan bahwa dalam suatu perusahaan pemengang sahamlah
yang merupakan pemilik perusahaan dan memiliki hak kepemilikan terhadap laba
yang dihasilkan oleh perusahaan. Sementara itu manager merupakan agen yang
bertindak untuk kepentingan pemeliki perusahaan.
Sementara pada saat yang sama, manager perusahaan harus menaja
hubungan baik, baik dengan sumber tenanga kerja, pihak perbankan, pelanggan,
dll. Menurut Friedman semua hubungan baik tersebut dikembangkan manager
perusahaan dalam kerangka mengupayakan tercptanya maksimalisasi laba
perusahaan.

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


6
PERUSAHAAN
2.2 Pandangan The Business Rountable Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan

Pendapat kedua dari The Business Rountable yang pada tahu 1981, salah satu
gugus tugas dalam The Business Rountable mengeluarkan “ Statement On
Corporate Respotibility ”. pernyataan tersebut menyebut pentingnya perusahaan
melayani konstituen perusahaan yang terdiri dari;

 Pelanggan
 Karyawan
 Para penyedia dana (financiers)
 Pemasok
 Masyarakat setempat (communities)
 Masyarakat luas (society at large)
 Pemegang saham (shareholders)

3. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN
3.1 TAHAP 1

Peminpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemengang


saham, yakni melalui beberapa upaya untuk meminimalisasi biaya dan melakukan
maksimalisasi laba. Meski pada tahap ini perusahaan mengindahkan berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun pemimpin perusahaan
merasa tidak memiliki kewajiban terhadap masyarakat secara luas.

3.2 TAHAP 2

Para pemimpin perusahaan mengambangkan tanggung jawab mereka tidak


sebatas pada upaya-upaya memaksimalisasikan laba, tetapi mereka mulai
memberikan perhatian yang besar pada sumber daya manusia. Hal ini dilakukan
karena para pemimpin perusahaan berkeinginan untuk dapat merekrut,
memelihara dan memotivasi para karyawan dengan baik. Para pemimpin pada

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


7
PERUSAHAAN
tahap ini melakukan upaya untuk memperbaiki kondisi kerja karyawan,
mengembangkan hak-hak karyawan, meningkatkan keamanan kerja dll.

3.3 TAHAP 3

Para pemimpin perusahaan mengembangkan tanggung jawab sosialnya


kepada pemangku kepentingan (stakeholder) yang lain selain pemegang saham
(stockholders) dan para kaeyawan (employees). Para pemimpin perusahaan pada
tahap ini memiliki tujuan tanggung jawab sosial yang meliputi masalah-masalah
antara lain; penetapan harga secara fair, menghasilkan produk dan jasa yang
bermutu tinggi, menghasilkan produk yang aman terhadap lingkungan, membina
hubungan yang baik dengan para pemasok. Dengan demikian manager pada
tahap ini lebih menekankan perkembangan tanggung jawab sosial kepada
pemangku kepentingan utama (primary stakeholders) perusahaan yang terdiri dari
pemegang saham, pekerja, pelanggan, saluran pemasaran, pemasok, dan kredtor.

3.4 TAHAP 4

Pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan kepada


masyarakat secara menyeluruh. Mereka memandang bisnis mereka sebagai suatu
bagianentitas public dan mereka merasa bertanggung jawab untuk melakukan
kebijakan terhadap public. Hal ini tercermin dari berbagai aktivitas yang dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan keadilan sosial, memelihara lingkungan hidup,
mendukung kegiatan sosial, mendukung kegiatan budaya dll

4. DIMENSI-DIMENSI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Carrol (Solihin, 2008) menjelaskan komponen-komponen tanggung


jawabsosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu:

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


8
PERUSAHAAN
4.1 Tanggung Jawab Ekonomi ( Economic Responsibilities ).

Tanggung jawab sosial utama adalah tanggungjawab ekonomi karena


lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yangmenghasilkan barang dan
jasa bagi masyarakat secara menguntungkan.

4.2 Tanggung Jawab Hukum ( Legal Responsibilities ).

B i s n i s d i j al a n k a n d e n g a n m e n a a t i hu k u m da n peraturan yang berlaku


dimana hukum dan peraturan tersebut pada hakikatnyadibuat oleh masyarakat
melalui lembaga legislative.

4.3 Tanggung Jawab Etis ( Ethical Responsibilities) .

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnissecara etis. Menurut


Epsitien, etika bisnis menunjukkan fefleksi moral yang dilakukan oleh pelaku
bisnis secara perorangan maupun kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu
isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap niai yang berkembang dalam
suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan
memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil
atau tidak serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak.
4.4 Tanggung Jawab Discretionary ( Discretionary Responsibilities) .

Masyarakat berharap keberadaan perusahaandapat memberikan


manfaat bagi mereka. Ekspektasi perusahaan tersebutdipenuhi oleh
perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis.
5. AGENDA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI ASIA
DALAM 10 TAHUN KE DEPAN MENURUT CRS ASIA.
Untuk menjawab strategi mengenai bagaimana CSR yang harus dilakukan
perusahaan pada decade mendatang,CSR asia telah melakukan riset tahunan untuk
mengidentifikasi apa yang dipikirkan oleh para ahli CSR di wilayah asia pasifik
(www.csr-asia.com). Untuk mengetahui hal tersebut ,CSR asia telah melakukan

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


9
PERUSAHAAN
wawancara lebih dari 50 ahli yang berasal dari pelaku bisnis,LSM,pemerintah dan
akademisi yang di kenal pemikiran pemikirannya di bidang CSR.Mereka diminta
untuk menyampaikan pandangannya mengenai Asia pesifik dalam 10 tahun
kedepan.
Hasil dari wawancara menghasilkan isu yang palimng mendapat perhatian
dari para ahli CSR sehingga layak untuk diperhatikan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan CSR-nya.Kesepuluh isu tersebut adalah sebagai berikut
(www.csr-asia.com).
5.1 Masalah Lingkungan dan Perubahan Iklim (The Environment and Climate Change)

Tantangan terbesar yang saat ini di hadapi bisnis akan memiliki keterkaitan
dengan permasalahan lingkungan hidupTekanan perhatian bisnis di masa
mendatang yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup akan berada seputar
isu perubahan iklim (climate change) dan berbagai strategi yang perlu diambil
perusahaan untuk mengatasi masalah perubahan iklim.Selain itu,maslah lain yang
akan menjadi focus perhatian bisnis dimasa depan berkaitan dengan agenda
pengurangan emisi karbon (carbon audit) dan berbagai strategi untuk mengurangi
emisi karbon menjadi isu isu yang relevan dalam perumusan strategi berbagai
perusahaan global dengan tujuan jangka panjang mengurangi dampak perubahan
iklim.Selain masalah pembatasan emisi karbon, agenda yang tidak kalah penting
bagi bisnis di masa mendatang adalah isu – isu lingkungan hidup yang berkaitan
dengan kelangkaan air (water shortage) dan kontaminasi air (water contamination).
5.2 Transparansi dan Akuntability (Transparency and Accountability)

Desakan yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan agar para pelaku
bisnis lebih transparansi di dalam menjalankan usaha telah mengubah orientasi
perusahaan dari sekedar melaporkan berbagai aktivitas yang bagus yang dilakukan
oleh perusahaan.Konsep tanggungjawab (responsibility) pada hakikatnya baru
berkaitan dengan bagaimana bisnis melakukan berbagai aktivitas yang benar (do
the right thing).

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


10
PERUSAHAAN
5.3 Pelembagaan CSR (The Institutionalisation of CSR)

Dalam beberapa tahun terakhir,beberapa Negara telah melakukan


pelembagaan CSR melaui pembuatan hokum,standar – standar dan pedoman
(guidelines) yang mendorong perusahaan untuk melakukan berbagai aktivitas
CSR.Pelembagaan CSR akan semakin berarti dengan diterapkannya ISO26000,di
mana ISO2600 dapat memberikan standar minimum bagi pelaksana CSR oleh
perusahaan.
5.4 Pelibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Engagement)

Pada beberapa tahun kedepan perusahaan semakin dituntut untuk


memperhatikan kepentingan dari berbagai para pemangku kepentingan dalam
kepeutusan dan pengelolaan perusahaan (govermance).Hal ini berarti perusahaan
harus mampu memahami bagaimana cara pandang pemangku kepentingan
terhadap berbagai isu yang berkaitan dengan keputusan yang akan dibuat
perusahaan dan memperhitungkan pertimbangan akan adanya kepentingan para
pemangku dalam keputusan yang akan di buat perusahaan .Selain itu,perusahaan
juga mencari cara yang lebih baik di dalam melakukan komunikasi dengan beragam
pemangku kepentingan.
5.5 Hak – Hak Tenaga Kerja sebagai Hak Asasi Manusia (Labour Rights as Human Rights)

Isu yang berkaitan dengan tenaga kerja tidak pernah berlalu bahkan
semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir.Saat ini semaki muncul tuntutan
atas Hak – hak tenaga kerja oleh perusahaan sebagai bagian dari Hak Asasi
Manusia.Hal ini berarti suatu pengakuan bahwa para pekerja memiliki Hak Asasi
Manusia dan harus diperlakukan secara terhormat,bukan hanya dianggap sebagai
factor produksi semata.
5.6 Investasi Komunitas (Community Investment)

Kegiatan CSR perusahaan telah mengalami perubahan dari aktivitas


filantropi menjadi aktivitas investasi komuniti yang lebih efektif dalam beberapa
decade ke depan.Hal ini berarti bahwa donasi le berbagai badan amal dalam

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


11
PERUSAHAAN
beberapa decade kedepan akan mengalami penurunan disbanding jumlah
pengeluaran perusahaan yang diperuntukkan bagi investasi komunitas yang lebih
strategis.Berkaitan dengan hal ini adalah munculnya isu mengenai bagaimana
memperbaiki cara untuk mengukur kembali (return) dari kegiatan investasi social
yang dilakukan oleh perusahaan.Pengukuran yang dilakukan harus dapat mengukur
baik mnfaat (benefit) yang direrima oleh masyarakat maupun manfat yang akan
diterima perusahaan.
5.7 Rantai Pasokan dan Keamanan Produk (Supply Chain and Product Safety)

Perhatian terhadap rantai pasokan semakin berkembang dengan diikuti


perhatian dari para pemangku kepentingan terhadap masih adanya praktik
pengupahan tenaga kerja dibawah standard an isu mengenai keamanan produk.Hal
ini berarti dimasa mendatang kemitraan antara perusahaan dengan para pemasok
akan lebih ditekankan pada kepercayaan untuk memperoleh pasokan barang dari
para pemasok yang tidak melakukan pembayaran tenaga kerja di bawah standard
an memperhatikan keamanan produk.Dengan demikian perusahaan besar yang
memiliki nilai – nilai CSR nampaknya akan lebih disukai disbanding perusahaan
lainnya.
5.8 Usaha – Usaha Berorientasi Sosial (Social Enterprises)

Perusahaan yang berorientasi social (socialenterprises) akan menjadi


model organisasi baru yang penting di masa mendatang perpaduan antara bisnis
dengan model lembaga swadaya masyarakat – LSM (nongovermentak
organization – NGO ) akan menghasilkan perusahaan yang bias bertahan dalam
jangaka panjang karena mereka lebih daoat menyesuaikan kegiatan

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


12
PERUSAHAAN
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Tanggung


jawab sosial dapat dikatakan sebagai kontribusi terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen berdampak kepada seluruh pemangku
kepentingannya antara lain konsumen, karyawan, investor, pemasok dan lain
sebagainnya. Tanggung jawab dari organisasi harus membawa ke arah perbaikan
di lingkungan masyarakat organisasi tersebut sebagai konsekuensi logis
keberadaanya dalam lingkungan tersebut.
Konsep dasar etika menejemen lebih berbicara mengenai nilai-nilai yang
dianut oleh organisasi sehubungan dengan bisnis yang dijalani organisasi
tersebut. Etika manajemen dapat di ukur melalui 4 (empat) cara yaitu : dari segi
benefit (manfaat), pemenuhan hak-hak dari pemangku organisasi tersebut, prinsip
keadilan dan pemeliharaan organisasi yang bersangkutan. Mendorong etika
dalam manajemen dapat diperlakukan diantaranya pelatihan etika agar
pembiasaan kepada pelaku organisasi, harus memiliki standart aturan etika di
suatu perusahaan untuk keterlibatan masyarakat dalam mengontrol etika itu
sendiri.
tanggung jawab sosial perusahaan serta etika manajemen adalah dua hal
yang berbeda namun saling berhubungan, perbedaannya tak hanya terdapat
pada kata, melainkan juga pada makna, Namun keduanya sangatlah berhubungan
erat dan merupakan pedoman bagi suatu perusahaan untuk perkembangannya..

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


13
PERUSAHAAN
B. SARAN
Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberi saran antara lain :
1. Alangkah baiknya apabila dipelajari maka diterapkan pula, demi kebaikan
internal maupun eksternal
2. Pengolahan kode etik pun harus ada standart resmi dari nilai-nilai yang di
muat perusahaan terkait yang harus berstruktur etis guna mewakili berbagai sistem
posisi dapat dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika
. Serta harus didukung juga pelatihan etika yang berguna untuk membantu
pegawai dalam menghadapi etika & nilai perusahaan / organisai yang
bersangkutan.

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


14
PERUSAHAAN
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan
http://febriantama96.blogspot.co.id/2016/03/mengelola-etika-dan-tanggung-
jawab.html#sthash.k9LaibCx.dpuf
https://widyaarirosita.wordpress.com/2014/11/03/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-sosial/
https://www.scribd.com/doc/283155686/Modul-5-Etika-Manajemen-Dan-Tanggungjawab-Sosial
http://azzaqun.blogspot.com/2014/07/makalah-tanggung-jawab-sosial.html
https://brainly.co.id/tugas/2245009#readmore
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan

http://books.google.co.id/books?id=DlzMRHlfQx8C&printsec=frontcover&dq=etika+bisnis&hl=en&sa=
X&ei=6FWAUrWDIoOPrQejpoHYCA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

http://books.google.co.id/books?id=5QzuFOFAxbUC&pg=PA114&dq=syarat+bagi+tanggung+jawab+mo
ral&hl=en&sa=X&ei=1liAUvLJFYzArAe74IGoBA&redir_esc=y#v=onepage&q=syarat%20bagi%20tanggun
g%20jawab%20moral&f=false

BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL


15
PERUSAHAAN
BAB 7 TANGGUNG JAWAB SOSIAL
16
PERUSAHAAN

Anda mungkin juga menyukai