Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEDUDUKAN SOSIAL PERUSAHAAN

Disusun oleh
Ahmad Alief Wardiman (A062211034)

Kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kedudukan Sosial Perusahaan ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Akuntansi Lingkungan
& Sosial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kedudukan Sosial
Perusahaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Darwis Said, SE.,Ak.,M.SA. selaku dosen Akuntansi
Lingkungan & Sosial yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 29 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………….………….. 3

BAB I Pendahuluan…………………………….................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………….…….. 4


1.2 Rumusan Masalah……………….……………………………………………………………….…….. 4
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………….…….. 4

BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………………….……………...6

2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)…………………………………………………. 6

2.2 Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)...………………………...………………………… 6

2.3 Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)….………………...………………………… 8

2.4 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)........................……………………………9

2.5 Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)……………...………………………… 11

BAB III Penutup…………………………………………………………………………………………………………13

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………. 13

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….…………………...………. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan
keuntungan. Namun bisnis yang dialankan dengan melanggar prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai etika
cenderung tidak produkif dan menimbulkan inefisiensi. Manajeman yang tidak memperhatikan dan tidak
menerapkan nilai- nilai moral, hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu
survive dalam jangka panjang. Dengan meningkatnya peran swasta antara lain melalui pasar bebas,
privatisasi dan globalisasi maka swasta semakin luas berinteraksi dan bertangung jawab sosial dengan
masyarakat dan pihak lain.
Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan social dan
kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi
dampak negative. Banyak perusahaan swasta banyak mengembangkan apa yang disebut Corporate
Social Responsibility (CSR). Banyak peneliti yang menemukan terdapat hubungan positif antara tanggung
jawab sosial peruahaan atau (Corporate Social Responsibility) dengan kinerja keuangan, walaupun
dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost melainkan investasi
perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak
lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja. Tanggung jawab dari
perusahan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah
perusahaan dengan semua stakeholder,termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai,
komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Pengembangan program-
program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat
(community development), outreach,beasiswa dan sebagainya. Motivasi mencari laba bisa menghambat
keinginan untuk membangun masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


2.5 Apa itu Corporate Social Responsibility (CSR)?
3.5 Bagaimana Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)?
4.5 Apa saja Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)?
5.5 Apa saja Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)?
6.5 Bagaimana Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Untuk mengetahui Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR).

4
3. Untuk mengetahui Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR).
4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Untuk mengetahui Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).

5
BAB I

PEMBAHASAN

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Kotler dan Nancy (2005) adalah komitmen
perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. Sedangkan menurut World Business Council for
Sustainable Development mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi
pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis
meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh
pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab perusahaan
terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan
demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomisnya.

Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)

Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun
1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan
CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran
masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat marketable melalu CSR
pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah. CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
- Profit : Mendukung laba perusahaan
- People : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
- Planet : Meningkatkan kualitas lingkungan.

Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah
corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Jika
corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate
community relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan.

6
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama
setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998)
karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World Commission on Environment
and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga
fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi
belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan ( planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people).

Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun 1980-an, namun
semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Kegiatan
CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Ikatan
Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia
Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan voluntary
reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan
yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang,
otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.

Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang
dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti tuli), sebuah akronim dari
Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):

a. Dehumanisasi industri
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan persoalan-
persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat
di sekitar perusahaan. ‘Merger mania’ dan perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang
pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah
melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
b. Equalisasi hak-hak publik
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban perusahaan
atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran
ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam proses produksi,
melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial
yang ditimbulkan.
c. Aquariumisasi dunia industri

7
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang
hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan filantropis tidak
akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar
perusahaan seperti ini ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja.
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan
saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,
keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti
penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan
tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak ( child care), pendirian
fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi
bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.

Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT) pasal 74 dan UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34.
1. UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74, berisi :
Ayat (1) : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat (2) : Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.
Ayat (3) : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34) berisi :
Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada badan
koordinasi penanaman modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

8
Pasal 17 Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan
lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 34 :
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan yang lebih komperehensif
mengenai lingkup Corporate Social Responsibility (CSR). Sampai sekarang ada empat bidang yang
dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup Corporate Social Responsibility (CSR).
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat
luas.
Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan diharapkan
terlibat dalam berbai kegiatan yang terutama untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini terutama terwujud dalam ikut
melakukan kegiatan tertentu bagi masyarakat.
Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari
keuntungan, melainkan ikut juga memikirkan kebaikan, kemajuan , dan kesejahteraan masyarakat
dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan sosial
tersebut sangat beragam misalnya meminjamkan dana untuk membangun rumah ibadah,
membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan, tempat rekreasi, dsb),
melakukam penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran limbah, melakukan pelatihan dengan
cuma- cuma, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu ekonominya dan lain
sebagainya.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan
sosial tersebut, yaitu :

9
a. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat
setempat. Karena itu, wajar mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan dan
kebikan masyrakat tersebut. Keterlibatan sosial merupakan wujud nyata dari tanggung jawab
sosial dan kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari masyarakat atas kemajuan
maysrakat tersebut.
b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola sumber daya alam yang
ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Demikian pula, sebagai tingkat tertentu masyarakat telah menyiapkan tenaga-tenaga
profesional bagi perusahaan yang berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena
itu, keterlibatan sosial merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.
c. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang merugikan kepentingan masyarakat
luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan mempunyai kepedulian punya
tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian dapat mencegahnya untuk tidak
sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.
d. Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini akan membuat masyarakat
merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang
lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
2. Keuntungan ekonomis
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi mempertahankan kelangsungan bisnis
dan perusahaan yang menyangkut semua orang yang terkait dalam bisnis tersebut. Setiap pelaku
bisnis dan perushaan secara moral dibenarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya yang dalam
bisnis dibaca sebagai keuntungan karena hanya dengan demikian ia dapat mempertahankan
kelangsungan bisnis dan perusahaan tersebut. Maka, mengejar keuntungan tidak lagi dilihat sebagai
hal yang egoistis dan negatif secara moral, melainkan justru dilihat sebagai hal yang moral sangat
positif. Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab moral dan
sosial yang sah dari suatu perusahaan.
3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
Perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial.
Salah satu bentuk dan wujud yang paling nyata dari menjaga ketertiban dan keteraturan sosial ini
sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan mematuhi aturan hukum yang
berlaku karena jika tidak mematuhi aturan hukum yang berlaku maka ketertiban dan keteraturan
masyarakat tidak akan terwujud.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
bisnis suatu perusahaa
Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang mempunyai
kepentingan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan
secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak-

10
pihak terkait yang punya kepentingan.Artinya dalam kegiatan bisnisnya suatu perusahaan perlu
memperhatikan hak dan kepentingan pihak-pihak tersebut: konsumen, buruh, investor, kreditor,
pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan seterusnya. Tanggung jawab sosial
perusahaan lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang
baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang diterapkan di
Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public
relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di
bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan
di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana
rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa
yayasan yang didirikan perusahaan di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan
Rio Tinto (perusahaan pertambangan).
3. Bermitra dengan pihak lain.
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/ organisasi non
pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ ornop yang
bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah
Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, instansi-
instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos),
perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB), media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih
berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah pembangunan’. Pihak
konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan
kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

11
Menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau sektor kegiatan. Ada
sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu: (1) Pelayanan sosial; (2) Pendidikan dan penelitian; (3)
Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5) Lingkungan; (6) Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan
pariwisata; (8) Pembangunam prasarana dan perumahan; dan (9) Hukum, advokasi, dan politik.
Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan CSR:
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan anggaran CSR :
a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki profit tinggi, namun anggaran CSRnya
rendah.
c. Perusahaan Humanis. Perusahaan yang memiliki profit rendah, tapi proporsi anggaran
CSRnya tinggi.
d. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi.
Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi peluang untuk maju.
2. Berdasarkan tujuan CSR (promosi atau pemberdayaan masyarakat) :
a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan yang jelas.
b. Perusahaan Impresif. CSR diutamakan untuk promosi.
c. Perusahaan Agresif. CSR diutamakan untuk pemberdayaan.
d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan
pemberdayaan karena dipandang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi
kemajuan perusahaan.

Jenis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Thomas Zimmerer berpendapat bahwa terdapat beberapa bentuk pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:

1. Tanggung jawab terhadap lingkungan


Tanggung jawab terhadap lingkungan ini membahas bagaimana suat perusahaan harus
memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungannya. Sebagaai contoh: tidak membuang limbah
yang mancemari lingkungan
2. Tanggung jawab terhadap karyawan
Tanggung jawab terhadap karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
 Menghormati dan mendengarkan pendapat karyawan
 Meminta masukan pada karyawan
 Memberi kepercayaan kepada karyawan
 Memberi imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik
 Selalu menekankan kepercayaan kepada karyawan
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan
Tanggung jawab terhadap pelanggan mencakup dua kategori, yaitu:

12
 Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas
 Memberikan harga barang dan jasa yang adil dan wajar
4. Tanggung jawab terhapad invenstor
Tanggung jawab terhadap inventor berkaitan dengan bagaimana perusahaan mampu meyediakan
investasi yang menarik, misalnya memaksimumkan laba.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Tanggung jawab terhadap masyarakat berkaitan dengan bagaimana perusahaan harus bertanggung
jawab terhadap masyarakat sekitarnya, seperti menyediakan pekerjaan, mencipatakan Kesehatan serta
memberi kontribusi terhadap masyarakat sekitarnya.

Manfaat Corporate Social Responsibility bagi Perusahaan

1. Meningkatkan citra perusahaan


melalui kegiatan CSR, konsumen dapat mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu
melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat
2. Memperkuat brand perusahaan
melalui kegiatan CSR, perusahaan dapat membagikan produk secara gratis kepada masyarakat. Hal ini
dapat berdampak pada kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat
meningkatkan posisi brand perusahaan.
3. Mengembangkan Kerjasama dengan para pemangku kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan dibantu dengan para pemangku kepentingan seperti
daerah, masyarakat dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik degan
para pemangku kepentingan tersebut.
4. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya
CSR yang dilakukan sendiri oleh perusaahaan dapat berdampak pada kemampuan perusahaan unutk
menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga konsumen dapat merasakan perbedaan produk
perusahaan dengan produk pesaing
5. Menghasilkan inovasi dan pembelajaraan untuk meningkatkan pengaruh perusahaan
Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang
akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
6. Menghasilkan akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan
Saat ini para investor mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvenstasi pada perusahaan yang
telah melakukan CSR. Penyedia dana seperti perbankan juga lebih memprioritaskan pemberian
bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR
7. Meningkatkan harga saham
Perusahaan yang rutin dan konsisten melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya, maka
masyarakat bisnis (investor, kreditur, dll), pemerintah, akademis maupun konsumen akan semakin

13
mengenal perusahaan. Maka permintaan saham perusahaan akan naik yang berakibat pada kenaikan
harga saham perusahaan.

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak
lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dalam perkembangan
etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung
jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang
lingkup tanggung jawab sosial perusahaan.
Indikator keberhasilan tanggung jawab social perusahaan terhadap masyarakat sendiri dilihat dari
bagaimana masyarakat setempat merasakan manfaat dengan adanya kegiatan yang dilakukan
perusahaan. Karena dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat dan memperhatikan
limbah dari produk yang dihasilkan maka perusahaan tersebut telah menjalankan tanggung jawab
sosialnya kepada masyarakat. Dengan begitu terjalin hubungan yang baik antara masyarakat setempat
dengan perusahaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Desjardins, Hartman. 2012. Etika Bisnis ; Pengambil Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab
Sosial. Erlangga : Jakarta.

Ernawan, R. Erni. 2011. Business Ethics. Alfabeta : Bandung.

http://cahyanidewi.blogspot.co.id/2013/01/etika-bisnis.html

http://deeruangbebas.blogspot.co.id/2010/12/corporate-social-responsibility-csr.html

https://renavirgiana.wordpress.com/2016/04/17/makalah-corporate-social-responsibility-csr/

15

Anda mungkin juga menyukai