STRATEGI
Disusun Oleh :
Fakulstas Ekonomi
Universitas Antaskusuma
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembaca
pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.....................................................................................................................LAT
AR BELAKANG........................................................................................1
1.2.....................................................................................................................RUM
USAN MASALAH.....................................................................................2
1.3.....................................................................................................................TUJ
UAN PENULISAN....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.7.Instrumental CSR........................................................................................9
2.8.Politik CSR.................................................................................................12
2.9.Integratif CSR.............................................................................................14
ii
2.10.Etik CSR...................................................................................................17
3.1.Kesimpulan.................................................................................................32
3.2.Saran...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
baru. Para pelaku bisnis dituntut melakukan bisnis secara fair. Segala bentuk
Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah
menerapkan nilai- nilai moral, hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka
meningkatnya peran swasta antara lain melalui pasar bebas, privatisasi dan
Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula
1
hubungan positif antara tanggung jawab sosial peruahaan atau (Corporate
jangka panjang. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost melainkan
investasi perusahaan.
sebagainya.
jawab sosial ini tidak begitu jelas dan tegas, ditambahkan pula banyak
2
4. Bagaimana hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
bisnis?
(CSR)?
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Zadek, Fostator, Rapnas, CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
merupakan salah satu yang harus dilakukan oleh perusahaan yang sesuai
lingkungan atas dasar yang terkait dengan SDA, ayat 2 tentang perhitungan
biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3 tentang ketentuan, dan ayat 4
ini baru mendukung investor perihal CSR untuk perusahaan nasional. Tentu
Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih menunggu sampai sekarang.
4
Kalangan bisnis yang tergabung dalam Kadin dan Asosiasi Pengusaha
tersebut.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan komitmen
dari kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara moral
keuntungan dengan kepentingan yang didukung oleh pihak lain yang terkait.
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Tanggung Jawab Sosial
Pengusaha tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini
bisa jadi penawar kesan perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat
dan lebih dari itu pengusaha di topi sebagai pemburu uang yang tidak peduli
berorientasi laba. John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P
tipe yaitu:
5
Planet à meningkatkan kualitas Lingkungan
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
pengembangan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan sering juga
dari motivasinya, Definisi itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau mengakses
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan
6
2.3. Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
UU No. 40 tahun 2007 yang mengatur tentang tanggung jawab yang diberikan
kepada CSR. Dewan Direksi yang bertanggung jawab ketika ada yang
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap
Hasil Survei “Polling Milenium tentang CSR” (1999) yang dilakukan oleh
dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berhasil dicapai.
Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & citra merek-lah yang akan
7
atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor keuangan, ukuran
program yang dirancang harus memiliki fokus yang disiapkan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi. Itu
dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
Dengan prinsip, CSR akan berdampak positif bagi masyarakat, baik bagi
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat.
Dari sisi perusahaan, citranya harus lebih baik di mata masyarakat. Sementara
itu, dari sisi masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya,
8
kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang perlu dipahami, “Salah satu
ukuran penting yang berhasil CSR adalah jika masyarakat yang bisa mandiri,
Prinsip Empat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam
atau kegiatan sosial adalah sebuah alat untuk mencapai tujuan ekonomi yang
hukum dan kebiasaan etika dari Negara tempat bisnis tersebut berada.
Kelompok teori ini kemudian banyak diakui dan diterima oleh perusahaan,
theories ini menurut Garriga & Mele (2004: 53) yaitu maximization of
9
achieving competitive advantages; dan cause-related marketing. Dalam tujuan
investasi untuk menjawab tuntutan sosial yang akan meningkatkan nilai para
seharusnya ditolak. Konsep ini memuat tujuan untuk pencarian nilai atau
dan pada saat yang bersamaan, tujuan ini digunakan sebagai kriteria dalam
kompetitif. Halini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Husted & Allen,
Mele, 2004;
10
Porter & Kramer, 2002; Christensen, et al., 2001; Christensen & Overdorf,
2000; Barney,
Misalnya dengan menjual produk dengan label bebas pestisida atau non-
marketing sebagai:
dan asosiasi dengan dimensi etika atau dimensi tanggung jawab sosial,
perusahaan dan sosial (Gerriga & Mele,2004; Murray & Montanari, 1986;
11
2.8. Politik CSR
Kelompok teori kedua yang dipetakan oleh Garriga & Mele (2004) adalah
arena politik. Yang dimaksud dengan political theories, menurut Garriga &
interactions and connections between business and society and on the power
and
koneksi antara bisnis dan masyarakat dan pada kekuasaan dan posisi bisnis
Ada tiga teori utama yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004), yaitu
bahwa bisnis adalah institusi sosial dan sehingga bisnis harus menggunakan
mengungkapkan bahwa Davis (1960) “was one of the first to explore the role
of power that business has in society and the social impact of this power”.
elemen baru dalam debat mengenai CSR. Davis (1960) menekankan pada
12
pada kekuasaan sosial yang dimiliki bisnis tersebut. Hal ini kemudian
diperkuat dengan
businessmen arise from the amount of social power that they have ….the
functional role of business and managers”. Ini berarti bahwa tanggung jawab
masyarakat (Garriga & Mele, 2004; Prayogo, 2011). Lebih lanjut, teori ini
departemen, dan ekonomi (Garriga & Mele, 2004). Sementara itu, Prayogo
terdistribusi pula kepada masyarakat (in return for certain benefits). Sementara
13
tanggung jawab dankemungkinan partnership dari bisnis dalam masyarakat.
masyarakat (Matten, et al., 2003; Wood & Lodgson, 2002), sehingga sudah
menjadi hal yang biasa diantara para manager dan pengelola bisnis untuk
beroperasi. Oleh karena itu, menurut teori ini, bisnis dipahami sebagai seperti
Kelompok teori ketiga yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004) adalah
tuntutan sosial untuk mencapai legitimasi sosial, penerimaan sosial yang lebih
tinggi dan prestige (Garriga & Mele, 2004). Pendekatan yang diurai dalam
identify, evaluate and respond to those social and political issues which may
14
konsep social responsiveness yang muncul di tahun 1970- an (Sethi, 1975).
perusahaan dan apa yang perusahaan lakukan secara aktual. Gap ini biasanya
ada dalam zona yang disebut Ackerman (1973:92) sebagai “zone of discretion
(neither 20 regulated nor illegal nor sanctioned) where the company receives
some unclear signals from the environment”. Ini berarti bahwa issues
kejutan dari adanya perubahan sosial dan politik (Garriga & Mele, 2004).
oleh Preston & Post (1975, 1981). Mereka menekankan pada kegunaan kata
dalam
morality atau
berdasarkan minat kelompok tertentu saja (Garriga & Mele, 2004:58). Preston
& Post dalam Garriga & Mele (2004) berpendapat bahwa aturan yang sesuai
kebijakan publik yang relevan dan bahwa kebijakan publik tidak hanya berisi
15
sangat luas dari arah sosial yang terefleksikan dalam opini publik, isu-isu yang
management.
& Freeman (Garriga & Mele, 2004: 59) mempresentasikan dua prinsip dasar
managerial (Garriga & Mele, 2004). Di masa awal munculnya pendekatan ini,
dari perusahaan dalam menerima sinyal yang kurang jelas dari lingkungan.
Kaptein & Van Tulder (2003:208) menambahkan “this dialogue not only
16
enhances a company’s sensitivity to its environment but also 21 increases the
pendekatan ini yang terdiri dari 3 elemen, yaitu definisi dasar dari tanggung
jawab sosial, daftar isu yang memunculkan tanggung jawab sosial, dan filosofi
dari respon terhadap isu-isu sosial (Garriga & Mele, 2004). Sementara itu,
terkini dari pendekatan ini kemudian diungkapkan oleh Wood (1991) yang
CSR, proses dari corporate social responsivenesss dan hasil dari perilaku
perusahaan.
untuk dilakukan atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai masyarakat
Teori ini menekankan pada perlunya referensi dari berbagai teori moral yang
17
ada, seperti misalnya Kantian moral teori, konsep Libertian, prinsip-prinsip
keadilan, dan masih banyak lagi. Donaldson & Preston (1995: 67)
berdasarkan pada dua ide utama, yaitu “(1) stakeholders are persons or groups
activity and (2) the interests of all stakeholders are of intrinsic values”.
pendekatan stakeholder teori, etika atau moral merupakan pusat dari praktik
diambil sebagai dasar bagi CSR (Cassel, 2001; Garriga & Mele, 2004). Kini,
pendekatan ini juga mendasarkan pada hakhak buruh dan juga perlindungan
18
considerations to make balanced judgements for the long term”. Kaitannya
dengan CSR adalah, seperti yang diungkapkan oleh Wheeler, et al. (2003:17)
that are consistent with the ideal of sustainability along social environmental
referensi kunci untuk etika bisnis (Smith, 1999; Alford & Naughton, 2002;
wealth, providing goods and services in an efficient and fair way, at the same
time respecting the dignity and the inalienable and fundamental rights of the
19
(1) meeting objectives that produce long-term profits
teoritis atau metodologi kajian yang dapat menjelaskan aktifitas CSR secara
demikian terdapat terdapat dua teori dan satu perspektif yang berkembang saat
ini dalam CSR sebagaimana yang diungkapkan oleh Frynas (2009), yaitu:
sosial walaupun dalam industri sejenis atau negara yang sama, berdasarkan
20
negara atau industri berbeda dalam merespon tekanan sosial dan
perspektif kewirausahaan.
21
kompetitif, sama halnya dengan putusan-putusan investasi lain yang
harus diambil
22
secara ekonomi atau siswa yang berprestasi baik di bidang akademik
itu, terdapat juga pandangan yang cukup kuat di mata pelaku bisnis yang
Tangkis Djarum.
23
Upaya-upaya yang dilakukan olehindustri rokok dalam menyiasati
industri rokok dilihat dari sudut pandang CSR? Secara umum dapat
dinyatakan bahwa majoritas pakar CSR tidak ragu untuk menyatakan bahwa
jawab sosial. Ada setidaknya tiga indikasi yang terkait dengan pendapat
dalam berbagai aktivitas ilmiah yang membahas CSR. Yang paling terkenal
adalah penolakan puluhan pakar terhadap ketelibatan BAT dan Philip Morris
pembicara. Namun, sebuah petisi yang ditandatangani 86 pakar CSR dan etika
24
walaupun definisinya masih sangat beragam. Perbedaan definisi itu ini
secara substansi tidaklah berbeda.CSR jauh lebih luas dari sekedar pemberian
uang. Banyak riset telah membuktikan bahwa kinerja CSR dan kinerja
tampak ada upaya masif dari industri rokok untuk mencegah anak-anak
rokok dan berbagai iklannya. Industri ini juga sama sekali tak serius
25
disebut greenwash alias pengelabuan citra. Tampaknya inilah yang banyak
dengan sinyal bahwa CSR adalah budi pekerti korporat. Jika budi pekerti tidak
baik, maka masyarakat akan melihat budi pekerti korporat juga tidak
perusahaan lain dalam satu industri, terutama dengan bentuk pasar yang
rokok adalah soal kesehatan. Oleh karena itu seharusnya industri rokok
26
mempublikasikan kegiatan solidaritas sosial. Demikian pula hanya dengan
publik juga banyak dikeluhkan. Oleh karena itu, industri rokok juga
sebaiknya merokok dengan santun, hingga kini tak ada satu pun industri rokok
merupakan salah satu industri yang memiliki mata rantai keterlibatan pelaku
bisnis yang sangat panjang. Sejak petani tembakau dan cengkih sampai
dengan penjaja rokok di pinggir jalan. Pertanyaan penting yang harus diajukan
adil sudah terjadi, ataukah ketimpangan pendapatan yang menjadi ciri pelaku
27
lanjut, kegiatan ini berkembang menjadi sebuah tindakan strategis. Alasan
ekspansi pasar atas modal perolehan citra positif dari publik.Sebagai sebuah
pada aneka ragam kegiatan sosial. Pada umumnya CSR lebih sering
perusahaannya.
28
(1) communal obligation, sebuah kegiatan umum sebagaimana layaknya
rokok yang sangat panjang. Sejak petani tembakau dan cengkih sampai
29
(1) proses seleksi atas upaya pemberian bantuan terbaik
bantuan
sosial dan ekonomi baru: terjadi keseimbangan atau titik temu antara
wilayah operasi bersama mitra lain. Mitra di sini baik berupa perusahaan
sebagai input untuk perbaikan dan inovasi program tiada henti. Satu hal
30
yang juga penting diperhatikan—kendati secara implisit sudah ditegaskan
komitmen pada kebersihan dan kejujuran, semangat dan kerja keras, seni
positif perusahaan rokok sesuai dengan bisnis yang dijalankan. Dan di sinilah
titik temu makna tindakan CSR yang memberikan dampak positif bagi
31
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat bidang yang
perusahaan.
3.2. Saran
dapat berjalan lancar ketika mereka mau peduli dengan keadaan di sekitarnya
32
cara yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini
melaksanakan tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat
asalkan tidak merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh rasa
tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8893101/MAKALAH_CORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY,
https://docplayer.info/72920623-Makalah-corporate-social-responsibility.html, diakses
https://media.neliti.com/media/publications/181633-ID-corporate-social-responsibility-
https://media.neliti.com/media/publications/57784-ID-corporate-social-responsibility-
2019
2019
Oktober 2019
2019
34
http://digilib.uinsby.ac.id/4550/4/Bab%201.pdf, diakses pada tanggal 15 Oktober
2019
https://www.slideshare.net/theknightblueairwaves/makalah-corporate-social-
Oktober 2019
Badroen, Faisal, dkk. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006.
Beekun, Rafiq Issa, Islamic Business Ethics, Virginia: 1997, terj. Fakhri, Majid,
Etika dalam Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Djakfar, Muhammad, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Malang: UIN Malang
Press, 2007,
Saidi, Zaini dan Hamid Abidin, Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di
Indonesia, (Jakarta; Piramedia, 2004),
35