Anda di halaman 1dari 20

SINDIKAT NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Sebagai Peserta


Senior Course (SC) Tingkat Nasional Badan Pengelola Latihan (BPL)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palangkaraya

Disusun Oleh :
Ahmad Supriandi

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PERSIAPAN PANGKALAN BUN
2023
KATA PENGANTAR

Maha suci Allah yang telah menakdirkan kita hidup di dunia, puji syukur atas
kehadirat Allah SWT karena karunia-Nyalah akhirnya sindikat NDP HMI ini
selesai dibuat. Dalam penulisan sindikat makalah ini, penulis tidak luput dari
kesulitan, hambatan dan tantangan, untuk itu saya sebagai penulis menyadari
bahwa dalam penulisan dan penyajian karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, keadaan ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang
ada pada diri saya sebagai penulis. Sehingga saya mengharapkan saran dan
kritikan yang sifatnya membangun sehingga ada perbaikan dan kebaikan yang
bisa kita petik secara bersama. Dalam mewujudkan sindikat makalah ini, penulis
banyak memperoleh bantuan dan dorongan moril maupun bimbingan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah
sepantasnyalah apabila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang tulus dan sedalam - dalamnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan support kepada saya serta
doadoanya yang tidak pernah putus kepada saya.
2. Semua pengurus HMI komisariat Eksakta Umrah terkhusus Kakanda
Mahmud
Hidayaturahmat, Kakanda Ardi Pratama Syahputra yang bersedia menjadi
pembimbing dalam pembuatan sindikat ini, serta kawan-kawan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Pangkalan Bun, 03 Februari 2023

Penulis
JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :

LATIHAN KADER I NDP HMI 6 JAM (360 MENIT)


KOMISARIAT
EKONOMI UNTAMA

I. TARGET PEMBELAJARAN UMUM


Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP HMI, urgensinya
dalam organisasi serta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang termaktub di
dalamnya secara umum.
II. TARGET PEMBELAJARAN KHUSUS
1. Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP HMI
2. Peserta dapat mengetahui kedudukan dan hubungan NDP dengan Misi
HMI
3. Peserta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang terkandung dalam NDP
HMI
III. POKOK BAHASAN/SUB BAHASAN
1. Sejarah NDP HMI
 Pengertian NDP
 Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP HMI
 NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan
HMI
 Hubungan antara NDP dan Mission HMI
2. NDP HMI
 Dasar-dasar kepercayaan
 Pengertian dasar-dasar tentang kemanusiaan
 Kemerdekaan manusia (ikhtiar) dan keharusan universal (taqdir)
 Ketuhanan yang maha esa dan perikemanusiaan
 Individu dan masyarakat
 Keadilan sosial dan keadilan ekonomi
 Kemanusiaan dan ilmu pengetahuan
 Kesimpulan dan penutup
IV. ALOKASI WAKTU
6 Jam (360 menit)
 Ice Breaking 1 jam (60 menit)
 Ceramah & Dialog Interaktif 4 jam (240 menit)
 Tanya jawab & penugasan 1 jam (60)
V. METODE TRAINING
1. Ceramah
2. Ice breaking
3. Tanya jawab
4. Penugasan
VI. ALAT DAN BAHAN
1. White board
2. Spidol
3. Power point
4. Proyektor
5. Alat tulis
6. Kertas buram/folio bergaris
VII. ICE BREAKING
Permainan Titik dan Kertas
Pemandu memberikan potongan kertas dan menyuruh setiap peserta
memgambar sebuah titik, setelah itu pemandu menanyai satu persatu peserta
apa yang dilihat. Setelah itu pemandu menjelaskan arti permainan.
Permainan Api dalam korek Api, Instruktur menhidupkan korek api dan
menunjukan api hasil pembakaran korek api lalu memadamkan api tersebut,
setelah itu intruktur menanyakan kemana api yang telah pada tadi? Setelah itu
pemandu menjelaskan arti permainan.
VIII. CERAMAH
1. Sejarah NDP
a. Pengertian NDP
Secara harfiyah Mission adalah tugas, perutusan, utusan, tanggung
jawab, atau bila digabungkan menjadi tugas dan tanggung jawab yang
diemban. Dan secara terminologi, Mission adalah tugas dan tanggung
jawab yang diemban oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia ini sebagai wujud manifestasi manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Sejarah perumusan dan lahirnya NDP
NDP merupakan kesimpulan dari perjalanan Nur Cholis Madjid
(Cak Nur) di Timur Tengah selama 3 bulan. Pada awalnya Cak Nur
dan temannya berpikir untuk memberikan nama NDI, Nilai-nilai Dasar
Islam. Akan tetapi setelah mempertimbangkan bahwa ini akan menjadi
klaim inilah Nilai-nilai Dasar Islam. Oleh karena itu, lebih baik
disesuikan dengan aktivitas sebagai mahasiswa. Lalu Cak Nur
mendapat ilham dari beberapa sumber, jadilah Nilai-nilai dasar
perjuangan (NDP) itu. Kemudian NDP itu dibawa ke Malang, pada
kongres IX HMI, Mei 1969. Tetapi disana agak sulit dibicarakan
karena persoalannya demikian luas hingga tidak mungkin suatu
kongres membicarakannya. Lalu diserahkan kepada Endang Saifudin
Anshari, Sakib Mahmud, dan Nur Cholis Madjid. Itulah kemudian
lahir NDP.
NDP berubah nama lagi pada Kongres HMI ke-16 (Padang, 1986)
menjadi NIK (Nilai Identitas Kader). Perubahan itu karena ada
keberatan dari Jenderal L.B. Moerdani yang saat itu menjabat sebagai
Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima Bersenjata (Menhankam
Pangab), pada saat itu juga ada UU No. 8 Tahun 1985 tentang
pancasila sebagai asas tunggal bagi setiap organisasi. Jadilah diusulkan
untuk mengganti kata “perjuangan” dengan kata yang lebih lunak
karena dikhawatirkan kata tersebut menjadikan HMI tidak pro dengan
pemerintah Orde Baru pada saat itu. Cak Nur setuju dengan perubahan
nama itu dengan alasan karena saat itu aktivitas para kader HMI
memang sebaiknya tidak lagi berorientasi pada perjuangan yang
sifatnya fisik, tetapi ada pengembangan intelektualitas. Dengan kata
lain, perubahan dari NDP ke NIK mengisyaratkan adanya peningkatan
pola perjuangan dari jihad (secara fisik) menjadi ijtihad (secara
intelektual).
NIK kembali menjadi NDP pada Kongres HMI ke-22 di Jambi
tahun 1999 setelah orde baru runtuh dan UU No. 8 Tahun 1985
dicabut. Pada saat itu mulai muncul keinginan kuat untuk memulai
langkah ke arah rekonstruksi NDP. Langkah ini diinisiasi oleh Andito
dan Dudi Iskandar dari BADKO Jawa Barat yang secara khusus
menawarkan format rekonstruksi mereka.
Rekonstruksi NDP dimaksudkan sebagai jawaban atas keluhan
kader HMI bahwa NDP Cak Nur cenderung berat untuk dipahami
sehingga di beberapa cabang tertentu muncul alur penyampaian NDP
yang berbeda-beda semisal: Dialog Kebenaran di Makassar, Visi
Merah Putih di sebagian Jabodetabek dan Revolusi Kesadaran di
cabang Bandung.
Kongres ke-22 di Jambi akhirnya merekomendasikan kepada PB
HMI untuk melaksanakan lokakarya rekonstruksi NDP, yang
terlaksana pada tahun 2001 di Graha Insan Cita Depok dibawah
koordinasi Kholis Malik sebagai Ketua Bidang PA PB HMI.
Lokakarya ini kemudian mengamanahkan kepada tim khusus PB HMI
untuk menyusun draft NDP rekonstruksi berdasar draft yang diajukan
Badko Jabar sebelumnya. Namun dalam perjalanannya menuju
Kongres XXIII di Balikpapan tahun 2002, draft NDP rekonstruksi tak
juga hadir.
Kemudian di Kongres XXIV di Jakarta tahun 2003 muncul
kembali rekomendasi kongres untuk melaksanakan lokakarya NDP.
PB HMI periode 2003-2005 kemudian menugaskan bidang PA PB
HMI melalui ketua bidangnya Muhammad Anwar (Cak Konyak) untuk
kemudian bekerjasama dengan Bakornas LPL PB HMI yang dipimpin
Encep Hanif Ahmad untuk melaksanakan lokakarya NDP, dengan
maksud melakukan pengayaan alur materi NDP sehingga lahir
metodologi pemahaman NDP yang lebih mudah dicerna kader HMI.
Semangat rekonstruksi NDP yang menggebu dari cabang-cabang
kemudian difasilitasi melalui lokakarya di Mataram yang
mempertemukan draft-draft rekonstruksi NDP yang dibawa beberapa
badko dan cabang yang menjadi undangan. Melalui berbagai dinamika
forum akhirnya lokakarya mengarah pada pembandingan draft tawaran
HMI Cabang Makassar dengan NDP Cak Nur, sehingga melalui forum
group discussion (FGD) dalam lokakarya tersebut terbentuk sebuah
tim yang terdiri dari delapan orang peserta untuk mengawal draft
tawaran HMI Cabang Makassar. Setelah lokakarya di Mataram, proses
finalisasi teks dilakukan oleh tim 8 di Selong dan di HMI Cabang
Makassar Timur. Draft inilah yang kemudian disahkan pada Kongres
XXV di makassar pada tahun 2006 sebagai NDP HMI, atau lazim
disebut sebagai NDP baru.
Namun tak lama setelah disahkan, NDP baru banyak mendapat
kritik, baik terhadap teks maupun proses perumusan dan pengesahan di
Kongres Makassar. Dalam Seminar/Lokakarya yang diadakan PB HMI
bulan April 2009 terungkap bahwa NDP baru sesungguhnya bukan
hasil rekonstruksi tim 8, melainkan hasil narasi Arianto Achmad,
seorang guru NDP di Cabang Makassar Timur, yang melalui proses
tertentu sehingga dapat dijadikan draft final sehingga disahkan pada
Kongres Makassar melalui mekanisme forum yang diapksakan: voting.
Berbagai realitas -kecacatan NDP baru- inilah sehingga melahirkan
keputusan PB HMI periode 2008-2010 dan lalu diperkuat melalui
Kongres XXVII di depok tahun 2010 untuk mengembalikan NDP Cak
Nur sebagai NDP HMI yang sah.
c. NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke-
Indonesiaan HMI
Semangat Ke-Islaman yang menyertai suasana kelahiran HMI,
mengharuskan HMI menjadikan islam sebagai roh dan karakternya.
Semangat kesejarahan ini memberikan pengertian bahwa dalam
keadaan bagaimanapun HMI tidak dapat melepaskan ketertarikannya
pada ajaran-ajaran Islam. Islam telah menjadi kodrat dan fitrah HMI
sejak awal kelahirannya. Jika dicermati, NDP maksud awalnya adalah
sebagai penjabaran Islam, maka tolak ukur NDP tak jauh dari nilai-
nilai dasar Islam yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadis, yang
kemudian menjadi acuan dan landasan bagi kader HMI untuk bergerak
dan berjuang atas nama himpunan.
HMI yang didirikan pada tahun 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-
kawannya memang berdiri diatas visi keislaman dan keindonesiaan
yang unik. Tujuan awal didirikannya HMI adalah untuk
mempertahankan Negara Indonesia dari agresi militer Belanda dan
mengembangkan ajaran Islam. Visi ini meyakini bahwa Islam sebagai
ajaran yang universal perlu ditafsirkan menurut konteks lokalitas ke-
Indonesiaan dan kemodernan zaman. Sehingga bagi HMI, antara Islam
dan konsep negara-bangsa Indonesia tidak terdapat pertentangan.
Islam sebagaimana dipahami HMI inilah yang kemudian termaktub
sebagai asas HMI, Islam menjadi sumber motivasi, pembenaran dan
ukuran bagi HMI dalam gerak perjuangan mencapai tujuannya.
Kualifikasi HMI sebagai gerakan pemuda adalah keislaman, maka
selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keindonesiaan dan
kemahasiswaan, HMI juga harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai
keislaman.
Sekalipun dukungan pada nilai-nilai keislaman itu tetap dalam
format yang tidak dapat dipisahkan dari keindonesiaan dan
kemahasiswaan. Artinya, penghayatan HMI pada nilai-nilai keislaman
itu tidak dapat lepas dari lingkungan keindonesiaan. NDP bagi kader
HMI merupakan dasar dalam perjuangan hidup baik dalam
berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara.
d. Hubungan NDP dengan Mission HMI
NDP merupakan sebuah dasar yang dijadikan sebagai landasan
kader HMI dalam melaksanakan aktifitas individu dan relasi sosial
dalam membangun peradaban manusia yang sesuai dengan tujuan
HMI. NDP merupakan filsafat sosial menempati posisi yang sangat
penting dalam menentukan alur perjuangan HMI. Dalam konstitusi
NDP menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Karena NDP HMI dapat di artikan sebagai Sifat atau hal yang
digunakan kader HMI sebagai Landasan atau Fondasi dalam setiap
usaha mencapai Tujuan Organisasi. Maka NDP menjadi landasan dan
ruh perjuangan HMI dalam melaksanakan aktifitas Mission HMI
sekaligus sebagai dasar ideologis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. NDP HMI
a. Dasar-dasar kepercayaan
Hidup tidaklah sekedar untuk menunggu mati atau untuk
menumpuk kekayaan ataupun demi kesenangan jangka pendek
(Pragmatis) yang banyak menjuruskan manusia pada kesesatan dan
membelenggu peradaban manusia. Dalam sejarah perjalanan
peradaban anak cucu Nabi Adam AS mengalami kemajuan pesat
secara ilmu pengetahuan dan teknologi namun mengalami
kemunduran dalam memaknai hidup secara spritual dan moralitas.
Lalu manusia mulai bertanya untuk apa semua kehidupan ini kalau
akhirnya semua akan dijemput oleh kematian. Seketika itu muncul
berbagai kepercayaan dan agama di dalam masyarakat, mencoba
memberi arti lebih dalam kehidupan manusia. Tidak hanya
pendeketan secara ke agamaan, para ilmuwan juga memawarnai
peradaban manusia dengan ilmu pengetahuanya dan hipotesanya
mengenai kehidupan.
Manusia mempunya kebutuhan spiritual, nurani manusia selalu
menuntut untuk mencari dan menemukan sesuatu yang dianggap
kuasa dan perkasa. Artinya kebutuhan manusia tidak hanya Lahiriyah
dan Batiniyah tetapi juga Spritualitas.
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan.  kepercayaan itu
akan melahirkan tata nilai guna  menopang hidup budayanya. Karena
kepercayaan itu dibutuhkan, bisa kita temui dimasyarakat terdapat
bentuk kepercayaan yang beragam dan berbeda-beda. Dengan
kepercayaan yang berbeda itu bisa disimpulkan bahwa kepercayaan
yang ada di masyarakat saat ini, itu semuanya salah atau salah satu
diantaranya saja yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk
kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan
kepalsuan yang tercampur baur. Kepercayaan itu selain dianut karena
kebutuhan, dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran.
Menganut kepercayaan yang salah atau dengan cara yang salah bisa
berbahaya.
Kebenaran merupakan kebutuhan dasar manusia, merujuk pada
KBBI kebenaran adalah kesesuaian antara keadaan dan realitanya.
Karaen Amstrong dalam bukunya Sejarah Tuhan, mencatat manusia
mencoba mencari Kebenaran Sejati (Tuhan) selama 4000 Tahun
Lamanya, maka mencari kebenaran merupakan sebuah kebutuhan
dasar bagi manusia mengingat rasa ingin tahu dan proses mencari
hakikat hidup bagi manusia begitu tinggi.
Rudolf Otto sejarahwan Agama berkebangsaan Jerman dalam
bukunya The Ide Of Holy (1971) meyakini bahwa setiap orang
memiliki apa yang disebutnya nominous yang juga menjadu dasar dari
setiap agama. Yang di maksud “nominous” adalah perasaan dan
keyakinan seseorang terhadap adanya yang Maha Kuasa yang lebih
besar dan tinggi yang tidak bisa dijangkau dan dikuasai manusia.
(Islam Mahzab HMI 41).
Dalam Pandangan Nur Cholis Madjid, persoalan manusia tidak
terletak pada apakah ia hendak berbakti atau tidak berbakti, melainkan
hendak berbakti kepada apa atau kepada siapa, dan bagaimana
caranya serta apa konsekuensinya. Tentu saja keinginan untuk
berbakti kepada siapa dan apa itu haruslah kepada yang ahad
(tunggal). (Islam Mahzab HMI, 41)
Maka sudah menjadi hal yang niscaya bagi manusia untuk menolak
sebuah kepercayaan dalam dirinya, karena tuntutan agar manusia
memiliki kepercayaan datang dari dalam dirinya. Kepercayaan itu
melahirkan nilai-nilai kemudian nilai-nilai itu melembaga dalam
tradisi-tradisi yang diwariskan turun-menurun dan mengikat
penganutnya. Karena kecendrungan untuk tetap memperthankan diri
terhadap kemungkinan perubahan tata nilai, maka dalam
kenyataannya ikatan-ikatan sering menjadi penghambat
perkembangan dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi,
kepercayaan diperlukan sebagai sumber tata nilai guna menopang
peradaban manusia, tetapi pula nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi
yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan perdaban.
Oleh karena itu pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan
kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap
bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut
kepercayaan yang sungguh-sungguh kebenaran. Maka satu sumber
dari pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran
merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak
adalah Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu :
Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan
dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala
bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah"
memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan
peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari
belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan
dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk
pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai, itu
berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala
yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan yang secara mutlak hanyalah Tuhan.
Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh
manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah,
historis, pengalaman, dll.
Seberapapun manusia telah menguasai Ilmu pengetahuan, tidak
akan pernah membuat menusia menjadi dewa atau sekedar manusia
setengah dewa. Dr. Zakir Naik pendebat Islam abad 20 juga
berpendapat bahwa Kuasa Tuhan tidak sedikitpun berkurang hanya
karena manusia diberi kemerdekaan dan berpengetahun dengan
kemajuan teknologi, dia menganalogikannya dengan pertanyaan
berkurangkah apabila air yang ada di hamparan di ambil setetes, dan
apakah berkurang tingginya air dalam samudra tersebut. Pantaskah
manusia sombong karenanya?
Teolog abad ke 10, Imam Ghozali juga mengingatkan betapa akal
bisa menyesatkan apabila kita terlalu berpatokan padanya, kritik yang
ditujukan terhadap hukum kausalitas (sebab-akibat) yang menjadi
ujung tombak kemajuan ilmu pengetahuan lewat karyanya Tahafut Al
Falasifah (Kerancuan para Filosof). Dalam karyanya Imam Ghozali
mengajukan pertanyaan “apa buktinya bahwa api adalah aktor yang
membakar?” Imam Gozali berpendapat jika api dapat membakar,
maka itu bukanlah kerena api itu sendiri memiliki kemampuan untuk
membakar,melainkan karena tuhan telah memberi api kemampuan
membakar, Ia memberikan antitesis dengan contoh ketika Nabi
Ibrahim AS tidak terbakar di tengah kobaran Api. (Imam Gozali dan
Hume, 87)
Maka manusia tidak boleh menyombongkan pengatahuannya dan
senantiasa menggunakan Al Qur’an dan Hadits Sahih sebagai
referensi utama dalam melihat sebuah kebenaran di atas bumi.
b. Pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan
Fitrah manusia membuatnya berkeinginan suci dan secara kodrati
cenderung kepada kebenaran (Hanief). “Dlamier” atau hati nurani
adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran.
Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran
yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena secara fitrahnya
manusia cenderung kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan, maka
manusia secara dasar / asasi disebut sebagai mahluk yang mempunyai
cita-cita dan cenderung kepada sesuatu yang ideal (mahluk ideal).
Dalam arti tidak mau menerima “apa adanya” dan tetap selalu
berusaha mewujudkan “apa yang semestinya atau apa yang
seharusnya”.
Hanya manusia yang dapat membentuk lingkungannya dan bukan
lingkungan yang membentuk dirinya. Dengan kesadaran atau
pikirannya, ia selalu menginginkan sesuatu yang lebik baik, begitupun
seterusnya. Apabila manusia tidak mempunyai nilai kemanusiaan ini,
maka dapat dipastikan, manusia saat ini akan tetap dalam keadaan
yang sama, tidak maju-maju dan tidak bisa mampu menciptkan
sebuah peradaban.
Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan
kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan - kegiatan yang
membawa perubahan kearah kemajuan- kemajuan Keikhlasan adalah
kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa
keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.
c. Kemerdekaan manusia (ikhtiar) dan keharusan universal (taqdir)
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa ada
kemerdekaan. Kemerdekaan dalam pengertian kerja sukarela tanpa
paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni. Kemerdekaan
dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-
benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Sebagaimana yang
dikatakan Muthahhari, bahwa “salah satu nilai tertinggi manusia
adalah cinta kebebasan. Merdeka (bebas) lebih mulia daripada segala
nilai materiil”.
Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan
sebagai individu dalam konteks hidup ditengah alam raya dan
masyarakatnya tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja
merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu
kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum
yang pasti dan tetap menguasai alam hokum yang tidak tunduk dan
tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu
mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian umum"
atau takdir”.
Ikhtiar adalah kegiatan merdeka dari individu, juga berarti kegiatan
dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan
sendiri. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar,
manusia menjadi tidak merdeka. Jadi sekalipun terdapat keharusan
universal atau taqdir, namun manusia dengan haknya untuk berikhtiar
mempunyai kesempatan peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan
dirinya sendiri. Percaya kepada taqdir akan memberikan
keseimbangan jiwa, tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan
tidak pula terlalu membanggakan diri karena suatu kemujuran.
d. Ketuhanan yang maha esa
Seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha
Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata
bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna
memperoleh persetujuan atau “ridho” daripada-Nya Iman” berarti
percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup
yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap
menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam.
Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME
Kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu
yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama
manusia “amal saleh” (harfiah: pekerjaan yang selaras dengan
kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Sesuatu
yang benar, pasti ada yang lebih benar dan begitupun seterusnya
hingga pada kebenaran terakhir, karena tidak ada kebenaran mutlak
dalam ukuran manusia. Yang mutlak hanya milik Tuhan yang satu.
Pancaran kebenaran yang diperoleh oleh manusia merupakan
pancaran dari kebenaran yang satu, yakni kebenaran Tuhan. Oleh
karena itu, antara nilai-nilai ke-Tuhan-an dengan nilai-nilai
kemanusiaan akan selalu selaras. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan
pancaran dari nilai-nilai ke - Tuhan-an.
e. Individu dan masyarakat
Manusia sebagai pribadi itu dikatakan unik, karena hampir bisa
dipastikan tidak ada manusia sebagai individu yang sama antara satu
dengan yang lainya. Manusia tidak diciptakan sama dalam hal
kecenderungan dan kecakapan.
Individu berasal dari kata In yang berarti tidak dan devide yang
berarti terbagi. Individu sendiri berarti satu subjek otonom, dalam hal
ini Manusia. Atau biasa dipahami sebagai seorang person. Masyarakat
berarti kumpulan Individu yang berinteraksi atas pola tertentu dan
kepentingan tertentu.
Lebih lanjut disebutkan: untuk dapat mengerti tata kehidupan
masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang
menjadi pembentuk masyarakat itu (Ahmadi, 2004:26). Maka dapat
dikatakan tata kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh tata kehidupan
individu. Dalam realitanya tidak ada manusia yang dapat hidup
sendiri, oleh karena itu, manusia dinamakan sebagai mahluk sosial,
yakni mahluk yang saling membutuhkan dengan sesama yang lain.
Manusia berperan ganda, satu sisi sebagai wakil tuhan dimuka
bumi untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi. Disisi lain,
manusia adalah hamba. Islam memandang bahwa perlu diselaraskan
antara gerak Individu dengan gerak masyarakat menuju sang khalik,
karena tiap individu diciptakan untuk beribadah
f. Keadilan sosial dan keadilan ekonomi
Telah kita bicarakan, bahwa hubungan antara individu dan
masyarakat, dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling
bergantung. Tidak ada kebebasan tak terbatas seorang individu dalam
masyarakat. Oleh karena itu keadilan dalam masyarakat perlu
ditegakkan, yakni untuk mengatur kebebasan individu hubungannya
dengan masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan keadilan,
dalam masyarakat? Sudah pasti ialah masyarakat sendiri.
Perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan
manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan
dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka
sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan
bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan
yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau
anarchi.
Menegakan keadilan ialah membimbing manusia ke arah
pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap
orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas
dan terhormat (amar ma’ruf) dan pertentangan terus menerus
terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran
asainya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar).
Pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan.
Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus
diberikan bagian yang wajar dari padanya. Pemerintah harus
membuka jalan yang mudah dan kesempatan yang sama kearah
pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan beribadah
sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.
g. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
Inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja
kemanusiaan atau Amal Saleh. Manusia berikhtiar dan merdeka, ialah
yang bergerak (progresif). Ilmu pengetahuan adalah alat manusia
untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya
Ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh .Dengan iman
dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai puncak
kemanusiaan yang tertinggi. Manusia harus menguasai alam dan
masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih baik.
Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan
tanpa pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah pengertian yang dipunyai
manusia secara benar, baik mengenai dunia atau alam semesta dan
juga diri manusia serta Tuhan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia
dapat menemukan kebenaran. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal
adalah Akal yang dimiliki manusia berfungsi tidak hanya untuk
berfikir tentang keilmuan namun juga untuk membedakan antara hal
yang mereka yakini sebagai kebaikan untuk kemudian diamalkannya
dan kejahatan untuk kemudian dihilangkannya.
h. Keimpulan dan Penutup
Dari seluruh materi yang sudah kita bahas dapatlah diambil
kesimpulan secara garis besar sebagai berikut :
I, Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau Iman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
II. Iman da Taqwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan
ibadah atau pengabdian formal kepada Tuhan.
III. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang
utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara essensil yang
menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan.
IV. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada
kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap hidup berjuang.
V. Kerja kemanusiaan atau amal soleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen.
IX. Tanya Jawab
Sesi tanya dijawab dilontarkan ke peserta training dari apa yang telah di bahas
oleh instruktur selama training dengan cara tatap muka dan menunjuk
beberapa peserta training untuk menjelaskan pertanyaan yang diberikan
instruktur.
X. Resume
Instruktur akan memberikan selembar kertas kepada peserta training untuk
meresume materi yang telah dibahas. Selanjutnya akan dikumpul ke
intstruktur sebagai bahan evaluasi peserta.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penerjemah DEPAG RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya


Shariati Ali. 1993. Ideologi Kaum Intelektual : Suatu Wawasan Islam. Houston :
Free Islamic Literatures Inc.
Solichin. 2010. Candradimuka Mahasiswa. Jakarta : Sinergi Persadama
Foundation
Tarigan, A. A. 2007. Islam mazhab HMI: tafsir tema besar nilai dasar
perjuangan (NDP). Cipayung : Kultura GP Press Group.

Anda mungkin juga menyukai