Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN MINI RISET FILANTROPI


“FILANTROPI ISLAM SEBAGAI INSTRUMEN KEADILAN EKONOMI”
BAZNAS KOTA YGYAKARTA
Dosen Pengampu: Najib Kailani, S. Fill. I., M. A., Ph. D.

Disusun Oleh:
Shofyanuddin Abdur Rosyid (21106030044)
Isyfi Asfiya (21106030053)
Teti Wulandari (21106030056)
Leviana Dewi (21106030063)
Sarah Nurul Fadhilah (21106030064)
Galuh Putri Kusumaningrum (21106030072)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Islam dan Sosial Humaniora ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa agama Islam yang sangat cinta damai dan mengajarkan penghargaan
kepada sesama manusia. Kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Najib Kailani S. Fil.I., M.A., Ph.D, selaku dosen pengampu matakuliah
Islam dan Ilmu Sosial Humaniora;
2. Bapak Gus Munir, MA., sebagai Pelaksana Bidang IV BAZNAS Kota
Yogyakarta;

3. Seluruh pihak BAZNAS Kota Yogyakarta; dan


4. Seluruh pihak yang telah berperan penting dalam kelancaran mini riset ini.

Tulisan ini berisi laporan mini riset kepada salah satu lembaga filantropi di
Yogyakarta untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora.
Adapun jika terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam menyelesaikan laporan ini, kami
mengharapkan koreksi dan kritik dari pembaca sekalian.

Yogyakarta, 15 Desember 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 11
C. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 11
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Riset dan Penelitian...................................... 11
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 12
A. Deskripsi Data .............................................................................................. 12
KESIMPULAN ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21
LAMPIRAN ............................................................................................................ 22

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang Ke-lima. Zakat berarti
“tumbuh dan bertambah”. Zakat juga bisa berarti “berkah, bersih, suci, subur dan
berkambang maju”. Sebagai seorang muslim diwajibkan oleh Allah SWT untuk
mengeluarkan zakat, sebagaimana firman Allah SWT : “Dan dirikanlah sholat dan
tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS. An
Nur [24]: 56). Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat - syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah mahdhah (seperti shalat, puasa, dan haji)
yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, dan ijmak”.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu
itu menentramkan jiwa mereka. Dan Allah maha mendengar dan maha melihat
(Erlindawati, 2016).
Hak zakat di berikan kepada 8 Asnaf yang telah dijelaskan Allah SWT
dalam Al - Qur’an surat At- Taubah ayat 60 yang artinya “Sesungguhnya zakat itu
hanyalah untuk orang–orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan
hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana. Sedangkan, menurut Baqi dalam Mus'ab (2011) mengatakan bahwa
"Zakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim setelah
memenuhi kriteria tertentu. Dalam Al - Qur'an terdapat 32 kata zakat, dan 82 kali
di ulang dengan menggunakan istilah dari kata zakat, yaitu sedekah dan infaq
(Mus’ab, 2011).

4
Pengelolaan zakat di Indonesia telah diatur dalam UU No. 38/1999 tentang
pengelolaan zakat yang didalamnya mengatur segala kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan terhadap dana zakat.
Keberadaan zakat sangat penting seperti yang tertulis dalam pasal 5 Undang -
Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 1999 yaitu pengelolaan zakat bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntunan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilansosial, serta
meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat (Mus’ab, 2011).

Permasalahan yang sering muncul ditengah masyarakat kita adalah kepada


siapa zakat harus diberikan. Lebih utama disalurkan langsung oleh muzakki
kepada mustahiq, atau sebaliknya melalui amil zakat. Jika disalurkan kepada
mustahiq, memang ada perasaan tenang karena menyaksikan secara langsung
zakatnya tersebut telah disalurkan kepada mereka yang dianggap berhak
menerimanya. Tapi terkadang penyaluran langsung yang dilakukan oleh muzakki
tidak mengenai sasaran yang tepat. Terkadang orang sudah merasa menyalurkan
zakat kepada mustahiq, padahal ternyata yang menerima bukan mustahiq yang
sesungguhnya, hanya karena kedekatan emosi maka ia memberikan zakat
kepadanya. Misalnya disalurkan kepada kerabatnya sendiri, yang menurut
anggapannya sudah temasuk kategori mustahiq, padahal jika dibandingkan
dengan orang yang berada dilingkungan sekitarnya, masih banyak orang-orang
yang lebih berhak untuk menerimanya sebab lebih fakir, lebih miskin, dan lebih
menderita dibanding dengan kerabatnya tersebut ( Kanji, dkk, 2011).

Dari sisi pengumpulan zakat, permasalahan yang paling besar adalah


adanya kesenjangan yang sangat lebar antara potensi zakat dengan realisasi
pengumpulan zakat. Beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab yaitu:
pertama; kesadaran masyarakat untuk berzakat yang masih rendah. Kedua;

5
pemahaman masyarakat tentang zakat khususnya tentang zakat maal dan zakat
profesi yang masih kurang. Saat ini masyarakat memahami zakat hanya sebatas
pada zakat fitrah, padahal masih banyak harta-harta lain yang merupakan obyek
zakat, namun belum dipahami oleh masyarakat. Ketiga; rendahnya
ketidakpercayaan masyarakat kepada lembaga pengelolaan zakat, yang
menyebabkan masyarakat enggan membayar zakat kelembaga sehingga data
pengumpulan zakat yang ada tidak menggambarkan kondisi pembayaran zakat
yang sebenarnya. Keempat; belum sempurnanya regulasi yang diatur pemerintah,
antara lain terlihat dari belum diaturnya kewajiban muslim untuk membayar
dalam peraturan perundang-undangan (Mus'ab, 2011).

Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kemiskinan yang tinggi.


Terjadinya Kemiskinan ini disebabkan oleh kurangnya masyarakat untuk
mendapatkan modal dan tidak adanya lapangan pekerjaan yang memadai. Oleh
karena itu penyebab ini menjadikan sulitnya penurunan angka kemiskinan di
Indonesia (Pratama, 2015). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk miskin Indonesia pada Maret 2022 adalah 26,16 juta jiwa. Sedangkan
tingkat kemiskinan Indonesia pada bulan yang sama sebesar 9,54 persen. Jika
dibandingkan dengan penelitian serupa yang dirilis BPS pada September 2021,
maka jumlah penduduk miskin dan rasio kemiskinan pada Maret lalu mengalami
penurunan. Untuk diketahui, jumlah penduduk miskin per September tahun lalu
sebesar 26,5 juta jiwa dengan tingkat kemiskinan 9,71 persen. Kemudian jika
dibandingkan secara tahunan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin Maret
2022 menurun 1,38 juta jiwa. Sedangkan tingkat kemiskinan Maret 2022
menurun 0,60 persen jika dibandingkan dengan rasio pada Maret tahun lalu.
Namun, jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan Maret 2022 belum
menyamai capaian sebelum pandemi. Untuk diketahui, jumlah penduduk miskin
dan rasio kemiskinan pada September 2019, publikasi terakhir sebelum pandemi
masing-masing 24,78 juta jiwa dan 9,22 persen. Ketika pandemi bermula pada

6
Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat jadi 26,42 juta jiwa dan tingkat
kemiskinan menjadi 9,78 persen. Hal ini berdasarkan data diagram berikut :

Gambar 1. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Indonesia (2019-2022)

Sumber : Badan Pusat Statistik 2022.

Kemiskinan merupakan suatu yang berbahaya bagi manusia karena dapat


merusak akidah, akhlak, fikiran, dan keluarga. Maka dalam hal ini kemiskinan
harus mendapatkan solusi melalui kebijakan fiskal yakni berupa zakat (Qardhawi,
2005). Agama islam memiliki cara untuk memperhatikan dan mengatasi
kemiskinan sehingga orang-orang miskin dan kaum dhuafa terbebas dalam
kemiskinan. Dalam hal ini harus konsisten karena islam mempunyai konsep
untuk mengentaskan kemiskinan dan membangun aturan sosial dengan saling
tolong menolong. Konsep yang dimaksud adalah orang kaya sebaiknya
menysisikan harta kecilnya untuk diberikan kepada orang miskin dan golongan
yang kurang mampu. Pemberian ini berupa zakat, infaq, dan shadaqah.

Setiap muslim yang mampu maka harus memenuhi kewajiban yang


ditentukan syariat islam dengan mengeluarkan zakat sebagaimana
menyempurnakan rukun islam yang ke- empat . Zakat mempunyai potensi yang
efektif sebagai sarana dalam memberdayakan ekonomi umat sehingga zakat
diharapkan memiliki peran untuk mengentaskan kemiskikan, menanggulangi
7
kemiskinan yang dilakukan kepada orang miskin terutama yang membutuhkan
perhatian dari semua pihak (Kambali dan Rahman, 2021). Zakat dapat
dikembangkan melalui pembiayaan modal usaha dan pendayagunaan masyarakat
miskin yang bertujuan agar masyarakat dapat mempunyai modal dan pengalaman
sehingga dapat berguna untuk menjadikan kehidupan lebih baik (Amalia dan
Mahalli, 2012).

Perkembangan zakat di Indonesia mengalami peningkatan pada empat tahun


terakhir Setiap tahun zakat terus berkembang di Indonesia, hal ini juga
menjadikan Indonesia mendapatkan predikat “Negara Paling Dermawan di Dunia”
yang disematkan oleh Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index.
Dalam regulasi dana zakat berbagai program juga tercipta sebagai upaya
menjadikan zakat produktif untuk masyarakat, program yang dibuat meliputi
bidang pendidikan, kesehatan, kemitraan, dakwah dan kebencanaan. Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) mencatat, pengumpulan dana zakat, infak, sedekah
(ZIS) dan dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) mencapai Rp14 triliun pada
2021. Nilai tersebut meningkat 33,8% dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Kenaikan tersebut utamanya berasal dari pembayaran zakat fitrah yang naik 20%
dan zakat hewan kurban tumbuh 130%. Kendati, realisasi tersebut baru mencapai
4,28% dari proyeksi potensi zakat yang mencapai Rp327 triliun pada tahun lalu.
Adapun, Baznas telah menyalurkan dana zakat ke 1.834.320 penerima di seluruh
Indonesia. Nilainya mencapai lebih dari Rp70 triliun. Pada tahun ini, Baznas
menargetkan pengumpulan zakat bisa mencapai Rp26 triliun dari 560 Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ). Dana tersebut akan disalurkan kepada 46 juta penerima
manfaat. Dalam hal ini terdapat pada analisa data dalam diagram sebagai berikut :

8
Gambar 2. Perkembangan Zakat Nasional (2011-2021)

Sumber : Badan Amil Zakat Nasional

Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan sistem demokrasi


yang memiliki jumlah populasi mayoritas masyarakat muslim terbanyak dari
negara-negara muslim di dunia yang berkewajiban untuk membayar zakat setiap
tahunnya. Secara otomatis potensi jumlah pendayagunaan dana zakat di indonesia
yang khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangatlah
besar. Dari banyaknya angka kemiskinan di indonesia maka dibutuhkan solusi
yang mampu dalam mengatasi masalah kemiskinan, kesejaheraan, dan mampu
memberikan pendidikan lebih baik secara merata. Dengan kehadiran
instrumen-instrumen yang salah satunya adalah zakat mampu memberikan solusi
dan mengentaskan kemiskinan yang sedang menjerat rakyat indonesia. Zakat
merupakan salah satu instrumen yang mampu membedah dan meleyapkan
kemiskinan. Dengan mengeluarkan zakat (di samping dapat mensejahterakan
penerima zakat) juga zakat dapat menentramkan hati sehingga yang kaya tetap
mengayomi yang miskin, dan yang miskin dapat berproduksi, bekerja dan
berusaha meningkatkan mata pencahariannya agar terbebas dari belenggu
kemiskinan. Allah telah menyinggung tegas prihal kewajiban mengeluarkan zakat
9
bagi mereka yang mampu. Potensi tersebut tentunya telah disadari oleh
pemerintah, hal ini terlihat dengan adanya dasar hukum/Undang-Undang tentang
zakat yang salah satu diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Untuk mendorong terlaksananya Undang-Undang
tersebut pemerintah juga telah memfasilitasi dengan dibentuknya BAZNAS yang
bertugas untuk mengelola zakat, infaq dan sedekah di setiap daerah yang berada
di wilayah Indonesia.Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat sekarang ini
dilakukan dengan dua cara yaitu pengelolaan zakat secara konsumtif dan
produktif (Anwar 2016).

BAZNAS kota yogyakarta adalah salah satu sebuah lembaga pengelola


zakat yang bertugas untuk memungut dana zakat dan infaq dari gaji (zakat/infaq
pofesi) PNS di lingkungan pemerintah kota yogyakarta dan dari para muzakki
lainnya yang telah mencapai nishab dan haulnya untuk menunaikan zakat,
selanjutnya akan ditasyarufkan ke mustahiq sesuai dengan syari’at islam,
sehingga para mustahiq dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup berupa
pendidikan, kecukupan sehari-hari serta pendidikan yang layak untuk para pelajar
dan mahasiswa yang sedang atau akan menempuh jenjang pendidikan.

Penggunaan dana zakat secara konsumtif atau produktif sangatlah


berpengaruh pada taraf kehidupan seseorang, maka dari itu BAZNAS Kota
Yogyakarta membuat program program yang di tujukan untuk para mustahiq agar
mendayagunakan dana zakat dengan baik dan benar, salah satu dari program itu
adalah program Jogja Sejahtera, program ini memberikan dana zakat kepada
mustahik berupa modal usaha yang dapat dijadikan sebagai sarana awal ataupun
tambahan untuk mengembangkan usaha yang telah dijalankan sebelumnya,
sehingga modal tersebut menjadi produktif untuk mustahik sendiri.

BAZNAS Kota yogyakarta berusaha untuk membantu para mustahik untuk


menjadi produktif, maka dari itu BAZNAS memiliki salah satu program untuk
10
membantu para mustahik yaitu program Jogja Sejahtera. Program ini merupakan
pentasyafuran dana ZIS untuk meningkatkan ekonomi jamaah yang kurang
mampu namun memiliki kegiatan ekonomi produktif, khususnya yatim/piatu,
dhuafa’, difabel, ustadz, penyuluh, penjaga mesjid, dan mualaf yang kurang
mampu.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya mini riset ini adalah untuk mengetahui mengenai
Lembaga Filantropi, salah satunya BAZNAS Kota Yogyakarta, dan untuk
mengetahui pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqoh dari BAZNAS, serta
peran BAZNAS dalam mengatasi kemiskinan.
C. Manfaat Penelitian

Mini riset yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat untuk


menambah pemahaman baru dan mendalam terkait lembaga filantropi BAZNAS
Kota Yogyakarta. Mini riset ini juga diharapkan dapat menambah wawasan
terkait pengelolaan dan penyaluran dana zakat, infaq, shadaqah dari BAZNAS
Kota Yogyakarta, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
berzakat.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Riset dan Penelitian

Hari/Tanggal : Jum’at, 02 Desember 2022

Waktu : 13.00 – 15.00 WIB

Tempat : Kantor BAZNAS Kota Yogyakarta

Alamat : Komplek Masjid Pangeran Diponegoro Komplek Balaikota

Yogyakarta, Jl. Kenari No. 56, Muja Muju, Kec. Umbulharjo,


Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55165.

11
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Narasumber :
Gus Munir, MA. Sebagai Pelaksana Bidang IV

2. Profil BAZNAS :
BAZNAS merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah,
BAZNAS memiliki kepanjangan yaitu Badan Amil Zakat Nasional. Fungsi
BAZNAS sebagai pengelola Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial
Keagamaan Lainya (DSKL) sesuai dengan tuntunan syar'i dan regulasi,
dengan prinsip-prinsip tata kelola yang amanah, profesional, transparan dan
akuntabel, Serta memenuhi dan mempertahankan kepuasan Muzakki dan
Mustahiq dengan mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001
secara konsisten dan melakukan perbaikan terus menerus.

Program yang ada pada BAZNAS Kota Yogyakarta yaitu Jogja Taqwa,
Jogja Cerdas, Jogja Sejahtera, Jogja Sehat, Jogja Peduli dilaksanakan agar
visi dan misi lembaga dapat tercapai. Pada tahun 2022 terdapat program
unggulan yang dipublikasikan pada sosial media yaitu Program ZWCD
Kampung Sejahtera Sudagaran, Pengembangan Kampung Taqwa, dan masih
banyak lagi dapat di akses di web BAZNAS kota yogyakarta.

3. Hambatan selama menjalani proker :


Hambatan yang dirasakan yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat
untuk membayar zakat.

4. Target BAZNAS :
BAZNAS Kota Yogyakarta memiliki target di tahun 2023 yaitu
Penguatan, dengan uraiannya adalah Pertumbuhan ZIS mencapai 8,8 M, UPZ
di lingkungan pemerintah kota dan instansi vertikal telah terbentuk
12
seluruhnya, Memiliki dewan pengawas syariah, Program ZWCD di 3 titik,
Satu kelurahan satu penghafal quran, Program pemberdayaan ekonomi
berkelanjutan. Target BAZNAS juga sudah dirancang hingga tahun 2026

5. Zakat berupa apa saja :


BAZNAS Kota Yogyakarta seringnya menerima zakat dalam bentuk
uang. karena pekerjaan di kota yogyakarta banyak menghasilkan dalam
bentuk uang. Namun BAZNAS juga tetap menerima zakat berbentuk hasil
pertanian dan emas.

6. Zakat yang dapat digunakan untuk membangun fasilitas umum :


Zakat diperuntukkan untuk orang, jika untuk fasilitas umum seperti
pembangunan masjid, jalan itu tidak menggunakan dana zakat tetapi
menggunakan dana infak. Karena BAZNAS bukan hanya mengumpulkan
zakat tetapi juga infak dan sedekah. Sebenarnya harta zakat boleh saja
digunakan untuk membangun fasilitas umum, tetapi dengan syarat di daerah
tersebut sudah tidak ada orang miskin, tidak ada lagi orang yang sandang
pangan papan nya belum tercukupi semua. Selama semua itu masih ada maka
uang zakat tidak boleh digunakan untuk fasilitas umum, karena zakat itu
memang untuk orang (asnaf). Misalkan dibangunkan rumah untuk orang itu
boleh saja, tetapi dengan catatan memang kesepakatan bersama dan memang
sangat membutuhkan.
7. Apakah BAZNAS kota Yogyakarta pernah membangun fasilitas umum :
BAZNAS kota Yogyakarta membangun masjid atau fasilitas umum
tetapi tidak menggunakan dana zakat melainkan menggunakan dana infak.
Karena kalau uang infak mau digunakan untuk apa saja bebas karena tidak
ada aturannya. BAZNAS kota Yogyakarta tidak boleh menggunakan dana
zakat untuk membangun fasilitas umum karena di kota Yogyakarta masih
banyak orang yang kekurangan.

13
8. Pengelolaan zakat sudah efektif atau belum :

Keefektifan pengelolaan zakat yang dapat menilai adalah masyarakat.


Dari BAZNAS sudah berusaha setiap tahun diaudit akutan pabrik. BAZNAS
kota Yogyakarta dalam mengelola zakat, infak, shodaqoh dan dana sosial
keagamaan lainnya sesuai dengan tuntunan syar'i dan regulasi, dengan
prinsip-prinsip tata kelola yang amanah, profesional, transparan dan
akuntabel, serta memenuhi dan mempertahankan kepuasan Muzaki dan
Mustahiq dengan mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001
secara konsisten dan melakukan perbaikan terus-menerus. BAZNAS juga
sudah mendapatkan penghargaan indeks transparansi BAZNAS sudah nomor
2 se-Indonesia. Dengan membuktikan itu BAZNAS sudah memaksimalkan
kerjanya dan menganggap insyaallah sudah efektif.

9. Perbedaan BAZNAS dengan lembaga zakat lainnya :

BAZNAS disebut sebagai lembaga zakat yang plat merah, karena


BAZNAS yang membentuk adalah pemerintah. Sedangkan lembaga zakat
yang lain bisa jadi dibentuk oleh masyarakat, ormas, atau lembaga.
Contohnya LazisNU, dan LazisMU yang mana dibentuk oleh ormas. Selain
organisasi-organisasi juga bisa membentuk lembaga zakat, contohnya
dompet duafa yang mana dibentuk oleh lembaga yayasan dengan persetujuan
atau usulan dari masyarakat.

10. Latar belakang BAZNAS :

Pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) pegawai di Kota Yogyakarta


pada awalnya dikelola oleh BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq Sedekah)
berdiri tahun 1996, berdasarkan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat
II Yogyakarta nomor 177/KD/1996. Program pokok yakni mengumpulkan
ZIS secara sukarela dari PNS di lingkungan Pemda Kotamadya Yogyakarta
dan ditasharufkan untuk pembangunan/renofasi tempat ibadah/madrasah.
14
Dilanjutkan kepengurusan masa bakti 1999-2003 berdasar SK
Walikotamadya Yogyakarta nomor 309/KD/1999. Guna meningkatkan
kinerja kepengurusan, utamanya dalam pengumpulan ZIS, Walikotamadya
Yogyakarta mengeluarkan Surat Edaran nomor 451.12/1546 tanggal 16 Juli
1999 tentang penunaian ZIS bagi PNS Muslim dilingkungan Pemda
Kotamadya Yogyakarta. Walikotamadya Yogyakarta mengeluarkan SK
Nomor 274/KEP/2005 tanggal 1 Juli 2005 tentang pembentukan Badan Amil
Zakat (BAZ) Kota Yogyakarta masa bakti 2005-2008. Akhir tahun 2009,
tepatnya tanggal 1 September 2009, Walikota Yogyakarta mengeluarkan SK
Nomor 432/KEP/2009 tentang pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kota
Yogyakarta (BAZDA).

Dengan adanya perubahan UU 38 tahun 1999


menjadi UU 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
BAZDA Kota Yogyakarta berubah nama menjadi BAZNAS
Kota Yogyakarta dan diresmikan oleh Walikota Yogyakarta pada
tanggal 3 Agustus 2012 dan diterbitkan Keputusan Walikota
Yogyakarta Nomor 323 Tahun 2015 tentang pengangkatan Pimpinan dan
Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional Kota Yogyakarta periode 2015-2020.

11. Alasan kenapa BAZNAS kota Yogyakarta mendapatkan indeks transparansi


terbaik kedua setelah Makassar :

Karena setiap tahun laporan keuangannya di publish ke koran. BAZNAS


kota Yogyakarta mentransparansikan dengan cara menyewa 1 lembar koran
yang isinya khusus transparansi keuangan BAZNAS kota Yogyakarta. Selain
itu transparansi keuangannya juga di publish di web khusus agar masyarakat
bisa mengakses langsung. Di mana, di catatan keuangannya tertera
keterangan seperti uang tersebut kapan dikeluarkan, untuk siapa, untuk apa,
dll.

15
12. Apakah BAZNAS boleh membantu orang yang terlilit utang :

Salah satu mustahik zakat adalah gharim, yaitu orang yang terlilit utang.
Namun, sebelum membantu orang tersebut dari pihak BAZNAS melakukan
survey lapangan atau identifikasi mustahik, seperti pekerjaannya apa,
rumahnya dimana dan seperti apa, penghasilannya berapa, utang tersebut
dipakai untuk apa dan untuk keperluan apa, jika dia berutang untuk
melakukan hal yang tidak baik, maka dia tidak akan dibantu oleh BAZNAS.
Dan dibantu jika orang tersebut berutang karena untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya, bukan untuk memenuhi keinginannya. Karena selain
mereka yang berutang, masih banyak golongan mustahik zakat yang lain
yang masih membutuhkan bantuan BAZNAS.

13. Mengenai Jogja peduli, penyaluran bantuannya dalam bentuk apa :

Terkait jogja peduli, BAZNAS kota Yogyakarta sudah menganggarkan


setiap tahunnya untuk kebencanaan. Bantuan disalurkan berupa uang, namun
apabila jaraknya dekat dibantu berupa barang juga.

14. Perbedaan zakat, infaq, dan sedekah :

Zakat merupakan ibadah yang mana ketentuannya sudah diatur dalam al


Qur’an. Jika didalam alur gambar, zakat itu paling dalam, infaq lebih luas,
dan sedekah lebih luas lagi, dimana infaq dan sedekah tidak ada batasannya.

15. Visi misi :


a. Visi

“Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di Yogyakarta”

b. Misi

Mengkoordinasikan LAZ tingkat Kota Yogyakarta dalam mencapai


target-target nasional;

16
1) Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat Kota
Yogyakarta;
2) Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
dan pemoderasian pusat sosial;
3) Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini;
4) Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku
kepentingan zakat Kota Yogyakarta;
5) Menggerakkan dakwah islam untuk kebangkitan zakat Kota
Yogyakarta melalui sinergi ummat;
6) Terlibatan aktif dan memimpin gerakan zakat di Yogyakarta;
7) Mengutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju
masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa
rabbunghafuur;
8) Mewujudkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi
rujukan.
16. Sejauh ini kebijakan mutunya sudah tercapai atau belum :
BAZNAS Kota Yogyakarta sudah berusaha maksimal dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan regulasi yang ada. BAZNAS Kota
Yogyakarta bahkan mendapat beberapa penghargaan. Selain itu, berdasarkan
hasil audit dari pusat, kementerian agama, dan pemerintah tidak ditemukan
adanya masalah dan dianggap bagus dalam mengelola. Hal ini berarti, dalam
menjalankan tugasnya sudah sesuai dengan kebijakan mutu yang ada.
Meskipun, masih ada beberapa masukan tetapi secara manajemen sudah
sesuai dengan kebijakan mutu.
17. Uang yang digunakan untuk dana beasiswa diambil dari mana :
Uang yang digunakan untuk beasiswa diambil dari dana zakat dengan
asnafnya adalah fakir miskin. Beasiswa yang diberikan oleh BAZNAS Kota
17
Yogyakarta ini tidak ditujukan ke sembarang orang. Masyarakat penerima
beasiswa harus memenuhi beberapa syarat, yakni:
a. Harus memiliki KTP Kota Yogyakarta.
b. Termasuk masyarakat dhuafa atau kurang mampu yang dibutikan dengan
Kartu Menuju Sejahtera (KMS).
Terkait dengan syarat nomor 2, penggolongan masyarakat dhuafa atau
kurang mampu di Kota Yogayakarta mengikuti standar kemiskinan yang ada
di sini. Hal ini dikarenakan tiap daerah memiliki standar kemiskinan sendiri
sehingga tidak bisa disamakan antar daerah yang satu dengan yang lain.
Seperti contohnya, standar kemiskinan masyarakat Kota Jogja dengan
Gunung Kidul tentu saja akan sangat berbeda karena biaya hidup sehari-hari
mesyarakatnya juga berbeda. BAZNAS Kota Yogayakarta juga
menyelenggarakan beasiswa prestasi. Beasiswa prestasi ini dimaksudkan
untuk mengapresiasi prestasi dari masyarakat. Beasiswa ini ditujukan kepada
masyarakat yang memiliki prestasi di berbagai bidang tanpa
mempertimbangkan keadaan ekonominya. Adapun untuk beasiswa prestasi
ini, dana yang diambil bukan dari zakat melainkan infaq karena asnafnya
berbeda.
18. Apa upaya yang dilakukan baznas untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam berzakat :
Upaya yang dilakukan BAZNAS Kota Yogyakarta dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berzakat adalah dengan melakukan sosialisasi
edukasi mengenai zakat kepada masyarakat. Sosialisasi edukasi ini dilakukan
secara langsung bertemu dengan masyarakat dan juga secara online.
BAZNAS Kota Yogyakarta memanfaatkan berbagai platform sosial media
seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan TikTok untuk melakukan edukasi
terkait zakat. Melalui platform-platform tersebut, sosialisasi edukasi dikemas
dengan konten-konten yang kreatif dan variatif sehingga dapat menarik
minat masyarakat. Selain itu, BAZNAS Kota Yogyakarta juga menggaet
18
anak muda yang memiliki followers banyak di sosial media. Edukasi yang
dilakukan secara online dimaksudkan agar dapat menjaring masyarakat lebih
banyak dan kalangan anak muda.
19. Diantara proker-proker baznas, mana yang paling banyak hambatan :
Masing—masing program kerja memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Akan tetapi, terkait Jogja Taqwa terdapat sedikit hambatan. Hal ini
dikarenakan, BAZNAS merupakan Lembaga yang memiliki latar belakang
keagamaan. Oleh karena itu, dalam pemberian bantuan kepada masyarakat
diharapkan masyarakat yang diberi bantuan tidak hanya mendapat bantuan
secara finansial tetapi juga secara rohani. Misalnya, masyarakat turut
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah di
masjid, mengikuti kajian, membantu kegiatan di masjid, dan sebagainya.
Akan tetapi pada kenyataannya, banyak masyarakat yang menerima bantuan
tidak melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu, ketika memberi bantuan
salah satu syaratnya adalah ada surat rekomendasi dari takmir masjid.
Tujuannya adalah agar memastikan bahwa orang tersebut setidaknya
ibadahnya bagus dan layak mendapat bantuan dari BAZNAS.
20. Bagaimana keterkaitan zakat dengan pertumbuhan perekonomian Negara :
BAZNAS sendiri ditugaskan oleh pemerinntah kurang lebih 1% untuk
membantu mengentaskan kemiskinan. Pada dasarnya, yang memiliki
kewajiban untuk memelihara orang miskin adalah pemerintah sedangkan
BAZNAS hanyalah lembaga di bawah pemerintah sehingga hanya memiliki
andil sedikit. Meskipun begitu, BAZNAS selalu berusaha semaksimal
mungkin untuk membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

19
KESIMPULAN

BAZNAS merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, BAZNAS


memiliki kepanjangan yaitu Badan Amil Zakat Nasional. Fungsi BAZNAS sebagai
pengelola Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainya (DSKL)
sesuai dengan tuntunan syar'i dan regulasi, dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
amanah, profesional, transparan dan akuntabel, Serta memenuhi dan mempertahankan
kepuasan Muzakki dan Mustahiq dengan mengimplementasikan sistem manajemen
mutu ISO 9001 secara konsisten dan melakukan perbaikan terus menerus. Program
yang ada pada BAZNAS Kota Yogyakarta yaitu Jogja Taqwa, Jogja Cerdas, Jogja
Sejahtera, Jogja Sehat, Jogja Peduli dilaksanakan agar visi dan misi lembaga dapat
tercapai. Hambatan yang masih dirasakan oleh BAZNAS yaitu masih rendahnya
kesadaran masyarakat untuk membayar zakat. Upaya yang dilakukan BAZNAS Kota
Yogyakarta dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat adalah dengan
melakukan sosialisasi edukasi mengenai zakat kepada masyarakat. Namun, masih
minimnya pengetahuan masyarakat tentang zakat mal menyebabkan masyarakat
hanya melakukan zakat fitrah, dimana yang sebenarnya zakat mal merupakan zakat
yang wajib bagi mereka yang telah memiliki pendapatan yang bisa dinggap
berkecukupan. BAZNAS sendiri ditugaskan oleh pemerinntah kurang lebih 1% untuk
membantu mengentaskan kemiskinan. Pada dasarnya, yang memiliki kewajiban untuk
memelihara orang miskin adalah pemerintah sedangkan BAZNAS hanyalah lembaga
di bawah pemerintah sehingga hanya memiliki andil sedikit. Meskipun begitu,
BAZNAS selalu berusaha semaksimal mungkin untuk membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan. Semakin banyaknya masyarakat yang berzakat, tidak
hanya zakat fitrah tetapi juga zakat mal, maka semakin banyak masyarakat kurang
mampu yang dapat dibantu, sehingga angka kemiskinan dapat berkurang walaupun
hanya dalam jumlah yang sedikit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan Kasyful, M. (2012). "Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi


Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika". Jurnal Ekonomi dan
Keuangan.

Anwar, A. S. (2016). Model Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Melalui Zakat. JEAM,


XV.

Erlindawati, E. (2016). Motivasi Masyarakat dalam Membayar Zakat untuk


Meningkatkan Kesejahteraan. Jurnal Ilmiah Ekonomi, 5(2), 187-205.

Kanji, L. (2011). Faktor-Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat. Thesis-S2


thesis, Universitas Hasanuddin.

Muhammad dan Fatur, K. R. (2021). "Pengaruh Aplikasi Muzzaki Corner terhadap


Minat Masyarakat Berzakat". 10 (2), 175-184.

Mus'ab. (2011). Pengaruh Religiususitas, Tingkat Penghasilan, dan Layanan


terhadap Minat Muzakki untuk Membayar Zakat Maal di Lazis NU.
Yogyakarta: Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga.

Pratama, Y. C. (2015). "Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus:


Program Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional) [The Role of
Zakat in Poverty Alleviation (Case Study: Productive Zakat Program at The
National Amil Zakat Board)". The Journal of Tauhidinomics 1, 1, 93-104.

Qardhawi. (2005). Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan . Jakarta:


Zikrul Hakim.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai