Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Hakekat Puasa

Dosen Pembimbing:

Dra. Siti Misbah, M.Pd


Disusun Oleh:

Kelompok 3

Rapi Anarki 1621160013 Semester 8


Refika Damayanti 1721160056 Semester 6
Sulianti Angrum Maningsih 1821160012 Semester 4
Yuni Puspita 1821160033 Semester 4

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2020
A. Hakekat Puasa

Hakekat, dalam kamus Bahasa Indonesia yaitu; intisari atau dasar, kenyataan yang
sebenarnya. Adapun puasa yaitu; menghindari makan, minum dan sebagainya dengan sengaja,
salah satu rukun islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum dan segala
yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Makna puasa dalam
bahasa Arab adalah '' shaum '' dan'' '' Siyam . Kata " shaum " berarti " untuk menjauhkan diri
dari sesuatu, menahan diri , untuk mencegah diri dalam bahasa Arab. Dalam istilah fikih, itu
berarti " untuk menjauhkan diri dari makan , minum dan hubungan suami-istri ( jima ) antara
suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam ( maghrib ) dengan sadar dan dengan
mencari tujuan .Puasa (disebut juga Shaum) yang bersifat wajib dilakukan pada bulan Ramadan
selama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Idul Fitri yaitu kembali pada kesucian.

Hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana berikut ini:

1. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)

2. Thariqat almalaikat

3. Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)

4. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)

B. Mengapa Allah SWT Mewajibkan Puasa

Lalu kenapa setiap Muslim wajib berpuasa? Berikut ini yang menjadi dasar hukum atas
kewajiban tersebut:

1. Rukun Islam

2. Perintah Allah

3. Tolak ukur keimanan

4. Bulan penuh ampunan


5. Dibukakan pintu surga

6. Dijauhkan dari neraka

7. Bulan penuh berkah

8. Bulan bersejarah

9. Malam lailatul qadar

10. Pahala yang berlipat ganda

11. Membuat tubuh sehat

12. Lebih sabar dan menjauhkan diri dari maksiat

C. Tujuan Dan Fungsi Puasa

1. Tujuan Puasa

Berdasarkan petunjuk al-Quran, hadis, dan telaah para ulama, kita temukan sedikitnya empat
tujuan diwajibkannya puasa, yaitu:

a. Meningkatkan ketakwaan

b. Mengendalikan Nafsu

c. Melipatkan Pahala Ibadah

d. Mensyukuri Kemudahan Syariat Allah

2. Fungsi Puasa

Lima fungsi puasa yang akan diperoleh seseorang yang menjalankan ibadah puasa, di
antaranya;

a. Membuktikan keimanan seseorang


b. Penyucian diri yaitu jiwa dan rohani dengan menjauh dari dengki, hasud dan penyakit-
penyakit hati lainnya

c. Berfungsi sebagai iluminasi atau cahaya.

d. Fungsi kesehatan

e. Fungsi transformatif atau perubahan.

D.Hikmah Puasa

Berpuasa juga ternyata banyak manfaatnya, bukan hanya untuk keimanan diri kita, tapi
juga untuk kesehatan tubuh kita. Berikut ini adalah beberapa hikmah puasa yang bisa kita
dapatkan.

1. Melatih diri menjadi pribadi yang lebih tabah serta sabar

2. Tercapainya derajat ketaqwaan seseorang

3. Melatih seseorang menjadi lebih disiplin

4. Melatih seseorang menjadi lebih bersyukur

5. Menjadikan seseorang lebih peduli sesama

6. Mempererat silaturahmi

7. Semua hal yang dilakukan merupakan ibadah

8. Membiasakan diri untuk berhati – hati dalam berbuat

9. Hikmah Puasa Melatih Diri untuk Hidup Sederhana

10. Hikmah Puasa Menunjukkan Keseimbangan Dalam Hidup

11. Setiap ibadah, mempunyai tujuan

12. Hikmah Puasa Menjadikan pribadi yang lebih baik


13. Hikmah puasa bagi kesehatan

E. Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter

Puasa adalah sarana pendidikan bagi pembentukan ahlak manusia. Bulan puasa sering juga
di sebut madrasat al-shaum (sekolah puasa). Karena pada bulan tersebut seorang muslim
ditempa dalam latihan-latihan spiritual (riadhah) dengan menjalankan wajib puasa dan sunah-
sunah puasa seperti memperbanyak baca Al Quran, solat/doa dzikir dsb. Inti pokok pertalian
antara puasa dan pendidikan adalah pada tujuannya yaitu: takwa.

Untuk mewujudkan tujuan akhir pendidikan Islam (ultimate goal) dilakukan dengan
mewujudkan tujuan antara (intermediate goal) yaitu dengan mencapai empat ahdaf yakni: (1).
Ahdaf al- Jismiyyah (fisik manusia); (2). Ahdaf al-Aqliyyah (akal manusia); (3). Ahdaf al-
Ruhaniyyah (spritualitas manusia);(4). Ahdaf al-Ijtimaiyyah (sosial manusia);

Untuk melatih manusia mencapai keempat ahdaf tersebut, sarana puasa (shiyam) adalah
wahana terbaik. Karena dalam ibadah puasa akan terkandung empat nilai yang berguna bagi
manusia dalam membentuk karakter.

 Pertama: Nilai Puasa Bagi Jasmani

Puasa mempunyai nilai yang lebih penting lagi bagi jasmani manusia. Orang yang tak dapat
menghadapi kesukaran hidup, yaitu orang yang tak dapat hidup tanpa kesenangan sehari-hari,
ia tak mampu bertahan hidup (survive). Puasa membiasakan orang untuk menghadapi
kesukaran hidup, karena puasa adalah ajaran praktek. Untuk itu memperbesar daya tahan.

 Kedua: Disiplin Rohani

Puasa menurut Islam terutama sekali adalah untuk melatih disiplin rohani. Dalam al-Qur’an
pada QS:9:112 dan QS: 66:5 diterangkan bahwa orang berpuasa itu disebut sa’ih (berasal dari
kata saha makna aslinya adalah bepergian) jadi orang berpuasa sebenarnya adalah musafir
rohani. Menurut Imam Raghib al-Isfahani, jika orang menjauhkan diri bukan saja dari makan
dan minum, melainkan pula dari segalamacam kejahatan ia disebut sa’ih. Dalam hadits
ditekankan bahwa tujuan puasa ialah untuk mencari ridha Ilahi.

Tak ada godaan yang lebih besar dari godaan untuk memenuhi gejolak makan danminum
apabila makanan dan minuman telah tersedia, namun godaan dapat diatasi bukan hanya sekali
atau dua kali, seakan-akan hanya kebetulan saja, melainkan berhari-hari sampai satu bulan
lamanya, dengan tiada tujuan lain selain mendekatkan diri kepada Allah.

Apabila datang lagi godaan baru, ia pasti dapat mengatasi itu, karena di saat-saat kritis
tentu terdengar suara bathin: “Allah ada disampingku, dan Allah melihatku”Tak ada ibadah
yang dapat memperkembangkan perasaan dekat dengan Allah dan perasaan berada
disampingNya, selain ibadah puasa yang dijalankan secara terusmenerus selama satu bulan.
Adanya Allah bagi orang lain baru pada tingkat “iman,”tetapi bagi orang yang berpuasa sudah
merupakan “realitas.” Dan kenyataan itu hanya dapat dicapai dengan disiplin rohani yang
menjadi dasar puasa. Kesadaran akan adanya hidup yang tinggi, lebih tinggi daripada hidup
yang sekedar hanya untuk makan dan minum, telah dihayati oleh dirinya dan hidup itu adalah
“kehidupan rohani”.

Anda mungkin juga menyukai