Anda di halaman 1dari 21

BIOENTREPRENEURSHIP

BUDIDAYA TANAMAN SECARA HIDROPONIK DAN KOMERSIAL

Dosen Pengampuh:
Meti Herlina, M.Pd
Disusun Oleh:
Sulianti Angrum Maningsih (1821160012)
Ririn Satrio (1821160013)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima
kasih banyak kepada teman-teman seperjuangan, yang telah memberikan semangat dan
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang Budidaya
Tanaman Secara Hidroponik dan Komersial.
Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dalam makalah ini agar kami dapat
memperbaiki kesalahan dalam makalah ini dan supaya kami tidak melakukan kesalahan yang
sama dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Wassalammua`laikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bengkulu, 16 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidroponik...........................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Budidaya Tanaman Hidroponik...........................................................4
2.3 Media Tanam Hidroponik.....................................................................................8
2.4 Sistem Dasar Hidroponik......................................................................................11
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik................................................................12
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Budidaya Tanaman Hidroponik...............................13
2.7 Cara Penanaman Hidroponik.................................................................................14
2.8 Komersialisasi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik........................................15
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lahan pekarangan merupakan salah satu modal jika ingin berusaha tani dalam
skala rumah tangga. Ketersediaan lahan pekarangan di kota besar berbanding terbalik
dengan di pedesaan yang masih luas untuk budidaya sayuran. Vertikultur dapat
menjadi solusi di bidang pertanian dengan keterbatasan lahan karena sistem pertanian
dibuat secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini terus berkembang dengan berbagai
input teknologi terutama pada sistem budidaya tanpa menggunakan media tanah
sebagai media tumbuh yang menjadi sumber nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Keterbatasan lahan pertanian menjadi salah satu kendala besar yang dihadapi
masyarakat ketika akan melakukan budidaya tanaman atau bercocok tanam.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya jumlah populasi
penduduk yang terus meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan papan dengan
kata lain dijadikan sebagai tempat tinggal penduduk seperti pembangunan perumahan,
swalayan, pembanguanan infrastruktur (jalan tol) dan lain sebagainya. Penurunan
hasil produksi komoditas pertanian memberikan kerugian yang cukup besar bagi
petani dalam aspek ekonomi. Hasil produksi pertanian lokal yang menurun memicu
timbulnya kegiatan impor produk pertanian terutama pada komoditas pangan
sehingga dapat menurunkan nilai jual (pemasaran) produk pertanian lokal. Tak bisa
dipungkiri kegiatan impor komoditas pertanian terutama produk pangan terus terjadi
merupakan salah satu dampak dari alih fungsi lahan pertanian guna untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat.
Lahan pertanaman yang luas seperti pesawahan identik dengan sistem tanam
konvensional yaitu dengan menjadikan tanah sebagai media tanam utama. Akan tetapi
perlu diketahui bahwa media tanam yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya
tanaman tidak hanya menggunakan tanah saja, melainkan dapat menggunakan media
lain. Beberapa tipe sistem budidaya tanpa media tanah yaitu sistem Hidroponik,
Akuaponik dan Aeroponik. Hidroponik menggunakan media tanam seperti batuan
atau sabut kelapa yang diberi larutan campuran nutrisi primer, sekunder dan mikro.
Akuaponik adalah sistem budidaya dengan memanfaatkan hidroponik sebagai media
tanam untuk tanaman dikombinasikan akuakultur dengan hewan air secara simbiotik.
Dalam sistem akuaponik, air dari akuakultur yang masuk hidroponik mengandung

1
amonia dipecah oleh bakteri Nitrifikasi menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat, yang
digunakan oleh tanaman sebagai nutrisi, dan air kembali ke sistem akuakultur.
Aeroponik adalah sistem hidroponik dengan teknologi tingkat tinggi. Bagian akar
tanaman tergantung dan berada dalam ruang tertutup kemudian diberi nutrisi dengan
cara menyemprotkan larutan nutrisi berupa kabut secara berkala umumnya setiap 2-3
menit agar akar tetap lembab dan nutrisi larut di udara (Kazzaz, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hidroponik?
2. Apa saja jenis-jenis budidaya tanaman hidroponik?
3. Media apa saja yang digunakan dalam budidaya tanaman secara hidroponik?
4. Apa saja sistem dasar hidroponik?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari budidaya tanaman hidroponik?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi budidaya tanaman hidroponik?
7. Bagaimana cara penanaman hidroponik?
8. Bagaimana komersial dari budidaya tanaman secara hidroponik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hidroponik
2. Untuk mengetahui jenis-jenis budidaya tanaman hidroponik
3. Untuk mengetahui media tanam yang digunakan hidroponik
4. Untuk mengetahui sistem dasar hidroponik
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari budidaya tanaman hidroponik
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi budidaya tanaman hidroponik
7. Untuk mengetahui cara penanaman hidroponik
8. Untuk mengetahui komersial budidaya tanaman secara hidroponik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu alternatif yang tepat pada saat kondisi lahan
pertanian yang semakin terbatas akibat pergeseran lahan pertanian atau alih fungsi
lahan. Teknik bercocok tanam menggunakan hidroponik di Indonesia sudah mulai 
dikenal sejak tahun 1970 yang merupakan suatu bahan ajar yang diberikan pada salah
satu perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian sistem budidaya hidroponik mulai
dikembangkan sekitar tahun 1980. Perkembangan teknik budidaya dengan sistem
hidroponik di Indonesia sangat beragam, sistem substrat merupakan sistem hidroponik
yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Tidak jarang orang mengartikan
hidroponik sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah.
Hidroponik berasal dari kata Yunani Hydro yang berarti air dan Ponos yang berarti
mengerjakan. Hidroponik berarti cara budidaya tanaman dengan menggunakan udara
(Purbajanti, 2017). Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya
tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan
air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Pemilihan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan.
Hidroponik merupakan bagian dari hidrokultur yaitu pertumbuhan tanaman dengan
media tanpa tanah, atau lingkungan perairan. Hidroponik digunakan untuk
menumbuhkan tanaman menggunakan solusi hara dan mineral untuk memberi makan
tanaman di udara.

3
2.2 Jenis-Jenis Budidaya Hidroponik
Berkebun secara hidroponik yang sukses dicapai dengan penyedia hara,
oksigen, dan dukungan fisik untuk tanaman. Jenis-jenis hidroponik yaitu:
a. Sistem Wick
Sistem hidroponik wick adalah salah satu metode hidroponik yang paling mudah
dan sederhana untuk dilakukan. Dalam sistem wick, tanaman akan ditempatkan pada
sebuah wadah yang diletakkan tepat pada sebuah tempat penyimpanan air. Wadah
penyimpanan air tersebut sebelumnya sudah diberikan larutan nutrisi seperti pupuk
dan penyubur tanaman. Sistem ini bisa dibuat dengan mudah hanya dengan
menggunakan tali atau kain wol dan wadah yang terbuat dari plastik. Sistem wick ini
menggunakan metode yang bernama kapiler yang di mana tali atau kain akan
menyerap air secara perlahan layaknya sebuah spons dan akan langsung mentransfer
air dan nutrisi tersebut pada tanaman yang Anda tanam. Menanam tanaman
hidroponik dengan menggunakan sistem wick memang membutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama dan membatasi jenis-jenis tanaman yang bisa Anda tanam. Metode
ini juga cocok digabungkan dengan sistem aerasi agar tanaman bisa mendapatkan
oksigen lebih banyak.

Hidroponik sistem wick


b. Sistem Tetes
Drip sistem atau sistem hidroponik menggunakan irigasi tetes merupakan cara
dimana ada dua kontainer, satu diletakkan di bagian atas atau lebih tinggi dari
kontainer lain. Tanaman terletak di wadah atas, solusi hara dalam wadah
bawah. Larutan hara dipompa ke atas hingga menetes pada batang
setiap tanaman dan alat nutrisi yang digunakan untuk mengoksidasi udara. Hara
mengalir sampai ke akar tanaman dan mencari kembali ke wadah bawah Dalam
sistem ini pompa udara terus berjalan sepanjang waktu. Hampir setiap

4
tanaman tumbuh dengan baik dengan sistem ini. Tanaman dengan bola akar besar
yang sangat cocok untuk sistem infus.

Hidroponik Sistem Tetes


c. Nutrient Film Technique (NFT)
Nutrient Film Technique (NFT) adalah sebuah sistem yang menggunakan “film”,
solusi nutrisi. Film atau lapisan tipis setebal 1-3 mm ini dipompa dan dibuat melewati
akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per
menit. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tanaman dalam
hidroponik NFT adalah tersedianya nutrisi penunjang yang sesuai dengan jenis dan
umur tanaman dan kecepatan aliran nutrisi Nutrient Film Technique (NFT). Dalam
sistem NFT, Tanaman ditanam di keranjang dalami pipa PVC yang
diletakkan beroperasi menggantung.
Jika pompa berhenti berjalan, semua hara didalam pipa akan
habis dan tanaman akan mengering dalam hitungan jam . Hal ini dapat diatasi dengan
cara membuat sudut pipa lebih kecil dan menambahkan pipa untuk meluapkan hara
yang mirip dengan sistem surut dan aliran. Pipa bekerja untuk memberikan reservoir
hara yang akan tetap ada bila terjadi kematian listrik atau pompa. Terbatasnya ruang
pada pipa PVC dan kebutuhan hara untuk terus mengalir mengenai akar. Sirkulasi
nutrisi dapat digunakan ulang selama beberapa minggu sesuai
kebutuhan tanaman . sebagian akar tanaman tumbuh di atas permukaan solusi
nutrisi dan sebagian lagi terendam di dalamnya. Sistem NFT sangat cocok
untuk tanaman yang memiliki bola akar kecil seperti selada , stroberi, dan rempah-
rempah.

5
Hidroponik sistem NFT
d. Sistem DWC
Sistem ini juga sederhana dan murah tetapi dapat digunakan dalam skala yang lebih besar. Dalam
sistem ini tanaman ditempatkan dalam keranjang atau wadah jaring dengan akar menjuntai menjadi
larutan yang terdiri dari air, unsur hara, dan oksigen. Sistem ini sedikit lebih canggih daripada sistem
wicking dan membutuhkan pompa udara untuk menjaga sirkulasi air secara konstan. Budidaya air
dalam bukanlah solusi terbaik untuk tanaman besar atau tanaman dengan periode pertumbuhan yang
lama. Ini merupakan salah satu dari Jenis-jenis Sistem Hidroponik yang mudah dilakukan.

Hidroponik Sistem DWC


e. Ebb and flow systems (Flood and Drain System)
Sistem hidroponik dengan cara aliran pasang dan surut adalah jenis
hidroponik murah. Sistem ini mirip dengan sistem infus, di mana ada dua kontainer,
satu bagian ditempatkan yang berisi tanaman , dan satu di bagian bawah yang berisi
larutan hara. larutan hara yang diberikan perlahan-lahan untuk mengairi batang
setiap tanaman dengan cara hara yang dipompa dalam volume besar ke dalam wadah
atas. Pipa yang berisi larutan hara yang meluap mengairi tanaman dimulai pada
pangkal batang, dan kelebihan cairan yang diresirkulasi melalui pipa overflow
kembali ke wadah bawah. Sistem aliran pasut menggunakan pompa listrik yang
dihidupkan dan dimatikan 30 menit “on” dan 15 menit “off”. Periode pengosongan
mendukung oksigen mencapai akar, sehingga bantuan udara tidak diperlukan. Seperti
halnya dengan sistem infus, hampir setiap tanaman akan tumbuh dengan baik.

6
Ebb and flow systems (Flood and Drain System)
f. Aeroponik
Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun menggunakan
kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran
tanaman. Perakaran tanaman diletakkan di udara dalam kondisi gelap dan secara
periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi ini memerlukan ketersediaan energi
listrik yang lebih besar.

Hidroponik dengan aeroponik


g. Modifiksi Budidaya-Hidroponik (Aquaponic)
Aquaponik merupakan integrasi dari akuakultur dan hidroponik . Penggabungan
dua teknik budidaya tanaman tanpa tanah dan ikan menghasilkan simbiosis
mutualisme. Siklus yang terjadi dalam sistem akuakultur adalah tanaman tidak
memerlukan pemupukan karena asupan nutrisi yang didapat dari hasil limbah
pakan dan kotoran ikan.

7
Hidroponik dengan Aquaponik
2.3 Media Tanam Hidroponik
Media tanam hidroponik yang akan digunakan tentunya harus menggunakan beberapa
aspek, diantaranya ketersediaan air, zat hara, dan oksigen. Selain itu media tanam tidak boleh
menggunkan zat beracun yang membahayakan tanaman. Berikut macam-macam media tanam
yang dapat digunakan untuk tertanam sistem hidroponik.
a. Arang sekam
Arang sekam merupakan salah satu jenis arang yang berasal dari sekam atau kulit padi
yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna. Warna hitam pada arang sekam dapat
mengabsorpsi sinar matahari secara efektif dan dapat menghilangkan pengaruh penyakit,
khususnya dari bakteri dan gulma. Diindonesia, arang sekam sudah banyak digunakan,
selain mudah diperoleh, arang sekam juga mampu memberikan hasil terbaik untuk
produkasi sayur mayur dan pembibitan beragam pohon.

Hidroponik dengan arang sekam


b. Pasir
Biasa juga disebut “Sandponics” adalah budidaya tanaman di media pasir.
Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali dilakukan
dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi tetes. Saat
ini budaya Sandponics berkembang menjadi teknologi yang lebih menarik,
terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat dengang
membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup dengan pasir
8
yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya tanaman
yang ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan secara individual
diberi irigasi tetes.

Hidroponik dengan media pasir


c. Kerikil
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan gravel
sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Kolam memanjang sebagai
diisi dengan batu kerikil, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat
digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman yang ditanam di atas
kerikil mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem ini
masih digunakan, tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih
murah dan lebih efisien. beberapa hal penting dalam sistem ini adalah pemilihan
grit krikil yang sama, tangki penyimpanan solusi hara, pompa dan mekanisme
pengairan yang digunakan.

Hidroponik dengan media batu kerikil


d. Rockwool
Rockwool adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan
dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini berasal dari bahan batu
basal yang bersifat Inert yang mengalir sampai mencair, kemudian cairan tersebut
berputar (diputar) seperti membuat aromanis sehingga menjadi benang-benang

9
yang kemudian dipadatkan seperti kain “wool yang terbuat dari “rock” biasanya
dibalut dengan plastik. Penggunaan batu basalt sifatnya yang mampu mengikat
udara. Penggunaan rockwool mampu memberikan kelembaban 50-70% sehingga
kemungkinan tingkat air kecil. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag
budaya sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi
bibit tanaman sayuran dan tanaman hias.

Hidroponik dengan rockwool

10
2.4 Sistem Dasar Hidroponik
Berdasarkan media tanamnya, ada dua cara budidaya hidroponik yaitu hidroponik
substrat dan hidroponik non-substrat.
a. Hidroponik substrat (sistem terbuka)
Sistem ini tidak menggunakan air sebagai media, tetapi memakai media padat
yang dapat menyerap dan menyediakan nutrisi, air, dan oksigen, serta sedikit
mengandung bahan organik. Media substrat ini, diantaranya arang sekam, kerikil,
perlite, vermikulit, dan pasir. Teknik hidroponik yang menggunakan media padat,
diantaranya teknik statis, pasang surut, irigasi tetes dan run to waste.
b. Hidroponik non-substrat (sistem tertutup)
Sistem ini merupakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada
aliran air dangkal yang tersilkulasi dan mengandung nutrisi sesuai dengan
kebutuhan sayuran. Akar akan berkembang didalam larutan nutrisi, metode yang
menggunakan media non-substrat ini antara lain nutrient film technique (NFT),
aeroponik, dan deep water culture.
Berdasarkan pergerakan nutrisinya, ada dua sistem hidroponik, yaitu hidroponik
aktif/dinamis dan hidroponik pasif/statis.
a) Sistem hidroponik aktif
Larutan dibuat bergerak bersikulasi dengan menggunakan pompa. Contohnya
DFT (deep flow technique), NFT (nutrient film technique), dan aeroponik.
Kelebihannya yaitu larutan yang bersikulasi dengan sendirinya menjadi kaya
akan oksigen terlarut. Namun, investasi awal untuk sistem ini relatif lebih
mahal dan pemasangan instalasi irigasinya pun lebih rumit.
b) Sistem hidroponik pasif/statis
Sistem ini tergantung dari gaya kapilaritas dan media tumbuh. Contohnya
wicks system (sumbu) dan floating hydroponic (rakit apung). Kelebihan sistem
ini yaitu larutan kaya nutrisi diserap oleh medium dan diteruskan ke akar
tanaman. Cukup baik untuk tanaman sayuran daun, tetapi tidak
direkomendasikan untuk tanaman buah yang berukuran besar. Sementara itu,
kekurangannya adalah ketidak mampuan memberikan cukup oksigen memalui
akar untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk lebih optimal dapat
dibantu dengan aerasi gelembung udara menggunakan aerator/bubler seperti
pada akuarium. (Halim, 2017).

11
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik
a. kelebihan Hidroponik
Terutama sekarang ini metode hidroponik banyak dipandang sebelah mata,
sehingga penting bagi kita untuk mencermati apa saja kelebihan yang bisa didapat
dari metode hidroponik.
1. Tidak membutuhkan tanah. Hal ini akan membuat area bercocok tanam menjadi
semakin bersih karena tidak menggunakan tanah sama sekali.
2. Pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Ini karena nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman akan terserap secara lebih baik mengingat media yang digunakan
berbentuk cair.
3. Tidak perlu melakukan penyiraman tanaman seperti bercocok tanam pada
umumnya. Ini karena media yang digunakan sudah memakai air.
4. Tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit. Kita tidak perlu melakukan pengolahan
lahan, penanaman serta memanen. Metodenya lebih praktis dan juga efisien.
5. Proses memanen tanaman nantinya akan menjadi lebih mudah apabila
dibandingkan dengan metode bercocok tanam yang menggunakan tanah.
6. Hasil panen dari metode hidroponik cenderung lebih banyak. Kelebihan
hidroponik yang satu ini kurang begitu diketahui sehingga banyak orang-orang
yang masih meragukannya.
7. Menanam menggunakan metode hidroponik cenderung akan lebih menghemat
tempat. Kita tidak memerlukan lahan hingga beberapa hektar untuk bercocok
tanam. Justru metode hidroponik cocok untuk dilakukan di lahan sempit bahkan di
daerah perkotaan.
8. Buah serta sayur yang dihasilkan dari metode hidroponik akan menjadi lebih steril
karena bebas dari pestisida ataupun herbisida berbahaya. Hal ini tentu jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sayur dan buah yang ditanam di lahan
perkebunan dan menggunakan pestisida.
9. Resiko tanaman terserang hama serta penyakit akan lebih kecil.
10. Metode bercocok tanam menggunakan hidroponik tidak akan tergantung cuaca.
Kita bisa tetap bercocok tanam pada saat cuaca panas maupun dingin.
11. Kelebihan dan kekurangan hidroponik yang terakhir yaitu penggunaan pupuk
dalam metode ini akan dapat menjadi lebih hemat serta efisien.
b. Kekurangan Hidroponik
Setelah memahami berbagai kelebihan dalam menggunakan metode hidroponik, ada
pula kelemahan dari metode hidroponik ini.
1. kekurangan hidroponik yang pertama adalah metode ini cenderung membutuhkan
modal yang besar. Hidroponik terutama cocok apabila kita hendak melakukan
budidaya tanaman dalam skala besar, sehingga modal besar yang dikeluarkan juga
akan kembali dengan lebih cepat.
2. Karena metode hidroponik masih terbilang jarang dilakukan, perangkat
pemeliharaan metode hidroponik juga terbilang masih langka. Alat tertentu masih
sulit untuk didapatkan, terutama juga karena masih sedikitnya ahli hidroponik
yang ada di Indonesia. Hal ini akan membuat kita kesulitan pada saat
membutuhkan perawatan peralatan tertentu.
3. kekurangan hidroponik yang ketiga adalah metode ini membutuhkan ketelitian
ekstra. Dalam bercocok tanam dengan metode hidroponik, kita harus benar-benar
memperhatikan serta mengontrol nutrisi yang diberikan pada tumbuhan, termasuk

12
di antaranya adalah kadar keasaman pH. Apabila kita tidak memiliki latar
belakang pertanian, akan terbilang sulit untuk bercocok tanam secara hidroponik.
4. kekurangan hidroponik berikutnya, investasi yang dibutuhkan untuk bercocok
tanam secara hidroponik juga terbilang tinggi. Hal ini terutama untuk membeli
peralatan, perlengkapan serta biaya pemeliharaan.
5. Hidroponik juga membutuhkan keterampilan khusus di bidangnya. Kita juga
dituntut untuk memiliki kreativitas tinggi dalam membuat aneka peralatan
hidroponik sendiri agar tidak perlu membeli yang harganya mahal.
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tanaman Hidroponik
1. Air
Tanaman membutuhkan air untuk pertumbuhan, serta harus dalam jumlah yang
cukup dan kualitas yang baik. Air yang digunakan untuk hidroponik tidak boleh
mengandung patogen berbahaya atau tingkat unsur kimia yang tidak dapat
diterima. Selain itu perhatikan suhu pada air, konsentrasi dan tingkat pH yang
tepat. Air baku atau air yang belum dicampur dengan nutrisi atau pupuk
hidroponik, bagusnya memiliki PPM di bawah 100 PPM (Part per Million). Ukuran
PPM ini menggunakan alat khusus yang disebut TDS meter. Nah, untuk airnya pun
dapat menggunakan air tanah, air sumur, air hujan dan air AC
2. Keseimbangan Ph
Keseimbangan pH yang baik sangat penting untuk memastikan larutan nutrisi
dapat terserap dengan baik di tanaman kamu. Inilah sebabnya mengapa penting
untuk menggunakan beberapa pengatur pH/ pH meter dan mengukur keseimbangan
pH secara teratur. Jika tingkat pH lebih tinggi dari 6,3 atau lebih rendah dari 5,8,
segera lakukan penyesuaian secara perlahan.
3. Cahaya
Cahaya menjadi faktor penting dalam pertumbuhan tanaman tak terkecuali pada
sistem hidroponik. Cahaya mulai dibutuhkan tanaman hidroponik sejak masa
persemaian. Pada masa persemaian, setelah tanaman memiliki 3-4 daun, bibit
tanaman dikenalkan cahaya matahari. Pada saat itu bibit tanaman dijemur sinar
matahari dari pagi hingga sore. Jika cahaya tidak tersedia karena mendung maupun
hujan, bibit tanaman hidroponik dapat diletakkan dalam ruangan di bawah cahaya
lampu. Nah, untuk lampu yang digunakan adalah lampu LED Cool Day Light
minimal 13 Watt yang diletakkan kurang lebih 30 cm dari bibit tanaman.
4. Udara
Tumbuhan membutuhkan CO2 untuk fotosintesis, namun perlu diingat bahwa
tumbuhan juga membutuhkan oksigen (O2) untuk respirasi 24 jam sehari. Pada
hari-hari cerah, tanaman menghasilkan lebih banyak O2 daripada yang dibutuhkan
untuk respirasi. Tetapi pada malam hari, hanya respirasi yang terjadi. Nah jika
menggunakan green house, buat ventilasi yang baik dan memadai agar ada
pergantian udara. Pada media tanah biasanya kebutuhan oksigen sudah tersedia
cukup. Tetapi, pada tumbuhan yang hidup di air, pasokan oksigen yang terlarut
dalam air akan cepat terkuras dan dapat berkurang drastis saat suhu air terlalu
tinggi. Sehingga akar akan menjadi mati dan rusak ketika kebutuhan oksigen tidak
tersedia.
5. Suhu
Selain udara, suhu juga menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan. Sebab
tanaman akan tumbuh dengan baik dengan rentang suhu tertentu. Suhu yang terlalu
tinggi atau rendah, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga
mengurangi produktivitas. Suhu ideal untuk tanaman biasanya antara 23-26° C.

13
Jika memang kamu hendak serius bertanam, jangan abaikan hal ini. Kamu dapat
menggunakan alat untuk mengukur suhu ruangan.
6. Mineral dan Nutrisi
Tanaman memerlukan mineral tertentu untuk dapat bertahan hidup yang dipasok
melalui akar. Dalam penanaman secara konvensional biasanya mineral disediakan
oleh tanah dengan penambahan pupuk, seperti pupuk kompos atau pupuk kandang.
Namun, untuk tanaman hidroponik dapat menggunakan nutrisi. Nutrisi penting
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari 13 unsur, diklasifikasikan
sebagai makronutrien (diperlukan dalam jumlah yang lebih besar) seperti Nitrogen
(N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan
mikronutrien (dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit), seperti Besi (Fe),
Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), Molibdenum (Mo) dan Klor
(Cl). Sedangkan unsur Karbon (C) dan Oksigen (O) adalah terdapat di atmosfer
dan Hidrogen (H) dipasok oleh air (Orsini, F. et al, 2012).
7. Media Tanam Hidroponik
Jenis media tanaman yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia,
kelembaban terjamin, dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat
menyediakan air, zat hara, dan oksigen, serta tidak mengandung zat yang beracun
bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam
hidroponik, antara lain, pasir, kerikil, pecahan batu bara, arang sekam, spons, dan
sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi
sifat lingkungan media. Tingkat suhu, aeraso dan kelembaban media akan
berlainan antara media yang satu dan media yang lain, sesuai dengan bahan yang
digunakan sebagai media.
2.7 Tata Cara Penanaman Hidroponik
Beberapa langkah atau cara dalam penanaman sayuran hidroponik adalah sebagai
berikut :
1) Pembibitan
Pilihlah bibit yang berkualitas, supaya mutu buah atau sayur yang dihasilkan cukup
optimal. Beberapa kriteria untuk seleksi benih adalah seperti berikut ini :
a. Utuh, artinya benih tidak memilki cacat ataupun luka. Benih yang cacat atau
luka biasanya sulit untuk tumbuh.
b. Sehat, artinya benih harus benar - benar terbebas dari hama penyakit.
c. Bersih dari kotoran, artinya benih tidak terkontaminasi oleh benda-benda
asing, misalnya pasir, tanah, atau benih-benih tanaman lain.
d. Memilki daya tumbuh yang baik. Kemampuan berkecambah lebih dari 85%.
e. Tidak berkerut atau berkeriput (Anonim, 2010)
2) Penyemaian
Sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut
berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1: 1 : 1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan
dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7 cm. Masukkan biji tanaman
dengan jarak 1 x 1,5 cm. Tutup dengan tisu/karung/kain yang telah dibasahi supaya
kondisi tetap lembab. Kemudian lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam
mulai kelihatan kering. Setelah itu buka penutup setelah biji berubah menjadi
kecambah.Kemudian pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada
bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.

14
3) Persiapan
Media Tanam Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan
menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dan
lainlain. Media tanam yang bias digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa,
sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polybag,
pot plastik, atau bantalan plastic dengan media tanam yang sudah disiapkan.
4) Pembuatan Green House
Bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green
house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bamboo, atau rangka kayu. Green house
ini bias digunakan untuk menyimpan tanaman pada saat tahap persemaian ataupun
pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
5) Pupuk Media
Tanam pada system hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan
perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro
perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media Perawatan
Tanaman tanam. Kebutuhan pupuk pada system hidroponik sama dengan
kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional. Perawatan pada sistem
hidroponik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan padapenanaman
system konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan
pupuk dan daun serta lain -lain.
2.8 Komersalisasi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik
a. Bekerja sama dengan koperasi tani
Salah satu alternatif memasarkan produk hidroponik yang bisa dilakukan adalah
dengan mencoba untuk menjalin kerja sama dengan pihak koperasi tani terdekat.
Untuk bisa menjual produk ke koperasi, harus mendaftar terlebih dahulu menjadi
anggota koperasi. Penjualan ke koperasi tani akan memudahkan untuk melakukan
transaksi. Sebab, bisa menjual hasil hidroponik tanpa ada batasan jumlahnya
meskipun harga belinya tidak sebagus di pasaran.
b. Melakukan pemasokan ke beberapa kafe dan restoran
Untuk menjual produk hidroponik ke kafe ataupun restoran, harus bergabung dengan
komunitas para penjual sayuran hidroponik yang memang juga bekerja sama dengan
pihak kafe. Cara memasarkan produk hidroponik semacam ini akan memudahkan
untuk menjual hasil hidroponik meskipun hanya menghasilkan sedikit. Untuk kafe
biasanya meminta pasokan selada merah, sedangkan restoran meminta selada rapid.
c. Menawarkan hasil panen ke pasar tradisional
Beberapa petani hidroponik yang tidak memungkinkan untuk panen setiap hari
mencoba untuk mencari solusi permasalahannya dengan menjual hasil panennya ke
pasar tradisional. Cara memasarkan produk hidroponik semacam ini bisa dilakukan
ketika menemukan pengepul yang bersedia menerima sayuran hidroponik tersebut.
Akan tetapi, harus tetap memperhatikan kualitas sayuran demi mendapatkan harga
yang bagus.
d. Menjual di pasar tumpah
Menjual hasil tanaman secara hidroponik bisa dijual sayuran di pasar tumpah. Akan
tetapi, harus siap untuk bersibuk ria dengan peralatan serta perlengkapan hidroponik.
Cara memasarkan produk hidroponik ini, bisa dilakukan dengan memberikan label
pada sayuran serta memperkenalkan produk yang disertai penjelasan kepada setiap
pembeli.

15
e. Menjual langsung dari kebun
Cara ini bisa dilakukan jika tidak ingin repot mengunjungi berbagai tempat untuk
memasarkan hasil kebun hidroponik. Cara memasarkan produk hidroponik ini bisa
dilakukan melalui berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, atau bisa
melalui website. Dengan cara ini, akan ada pihak yang tertarik membeli tanaman
hidroponik.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidroponik merupakan sistem berkebun tanpa menggunakan tanah. Hidroponik
dapat dikelompokkan berdasarkan media tanam. Terdapat beberapa jenis sistem
hidroponik yang umum digunakan yaitu Wick System, drip system, Ebb and Flow
Sistem, The Nutrient Film Technique (NFT), dan aeroponik. Media tanam hidroponik
terdiri dari sistem terbuka dan tertutup dengan menggunakan media yaitu pasir, batu
kerikil, rock wool, dan arang sekam. SBerdasarkan media tanamnya, ada dua cara
budidaya hidroponik yaitu hidroponik substrat dan hidroponik non-substrat. Kelebihan
hidroponik yaitu:
a. Resiko tanaman terserang hama serta penyakit akan lebih kecil,
b. Metode bercocok tanam menggunakan hidroponik tidak akan tergantung cuaca, dan
c. Kelebihan dan kekurangan hidroponik yang terakhir yaitu penggunaan pupuk
dalam metode ini akan dapat menjadi lebih hemat serta efisien.
Adapun kekurangan dari hirdoponik yaitu:
a. kekurangan hidroponik yang pertama adalah metode ini cenderung membutuhkan
modal yang besar. Hidroponik terutama cocok apabila kita hendak melakukan
budidaya tanaman dalam skala besar, sehingga modal besar yang dikeluarkan juga
akan kembali dengan lebih cepat.
b. Karena metode hidroponik masih terbilang jarang dilakukan, perangkat
pemeliharaan metode hidroponik juga terbilang masih langka. Alat tertentu masih
sulit untuk didapatkan, terutama juga karena masih sedikitnya ahli hidroponik yang
ada di Indonesia. Hal ini akan membuat kita kesulitan pada saat membutuhkan
perawatan peralatan tertentu.
Adapun faktor yang mempengaruhi hidroponik, yaitu: air, keseimbangan pH, cahaya,
udara, suhu, dan media tanam hidroponik.
Strategi pemasaran dari tanaman hidroponik ini dapat melalui bekerja sama dengan
koperasi tani, melakukan pemasokan ke beberapa kafe dan restoran, menawarkan
hasil panen ke pasar tradisional, menjual di pasar tumpah, dan menjualnya langsung
dari kebun.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://protan.faperta.unej.ac.id/sehat-dan-mudah-budidaya-secara-hidroponik/
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hidroponik/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/93554/Pemanfaatan-Arang-Sekam-Sebagai-
Media-Tanam-Pada-Hidroponik/
https://www.pertanianku.com/begini-cara-memasarkan-produk-hidroponik/
Kilmanun, JC, & Ndaru, RK (2020). Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Hidroponik di
Malang Jawa Timur. Jurnal Pertanian Agros , 22 (2), 180-185.
PURBAJANTI, ED, Slamet, W., & Kusmiyati, F. (2017). Hydroponic bertanam tanpa tanah.
Rosliani, R., & Sumarni, N. (2005). Budidaya Sayuran dengan sistem hidroponik.
Swastika,Sri, Ade Yulfida, dan Yogo Sumitro. 2017. Budidaya Sayuran Hidroponik
(Bertanam Tanpa Media Tanah). Riau: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian
Subandi, M., Birnadi, S., Ginandjar, S., & Frasetya, B. (2020). Identifikasi arah
pengembangan riset dan sistem teknik budidaya hidroponik di
Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai