Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian masyarakatnya berkerja
sebagai petani yang ditunjang dengan lahan pertanian yang subur seta
mempunyai kawasan hutan yang luas dan terkenal dengan hasil produk kayu dan
hasil kayu tersebut dimanfaatkan sebagai industri. Namun sebagian besar petani
dan masyarakat Indonesia kurang bijak dalam pemanfaatan limbah industri yaitu
limbah dapat mengganggu kesehatan dan polusi. Salah satu cara menaggulangi
permasalahan tersebut maka limbah kayu dapat digunakan sebagai substrat dan
media budidaya jamur. Jamur mempunyai ragam jenis, salah satunya adalah
jamur tiram. Jamur tiram merupakan tanaman yang tidak mempunyai krorofil
sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan
sendiri. Jamur digolongkan sebagai tanaman hetorotrofik, kerana jamur hidu
dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti solulosa, glukosa, lignin, protein
dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur mengandung karbohidrat, berbagai
mineral seperti, kalsium, kalium, fosfor, dan besi serta vitamin B, B12 dan C.
jamur tiram mempunyai kandungan gisi yang besar sehingga bermanfaat bagi
kesehatan manusia karena dipercaya mempunyai khasiat obat berbagai penyakit
seperti, lever, diabetes, anemia dll. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar
jamur di Dapartemen Sains Kementerian Industri Thailand beberapa zat yang
terkandung dalam jamur tiram protein (10,5-30,4%), karbohidrat 50,59%, serat
1,56 %, lemak 0,17 % dan abu 1,14% serta setiap 100 gram jamur tiram segar
juga mengandung 45,65 kalori, kalium 1,9 mg, dan vitamin C (Suharjo, 2007).
Jamur tiram merupakan jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan
organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan, oleh karena itu jamur tiram
merupakan jamur sprofit. Makanan jamur tiram berupa unsur-unsur hara dan
subtrat. Miselium mempunyai kekuatan untuk mengabsobsi nutrien. Melalui
bantuan enzim yang dimiliki dapat digunakan untuk mengurai komponen organik
komplek menjadi komponen sederhana yang akhirnya dapat diserap secara difusi
melalui dinding miselium (Hidayah, 2013)
Budidaya Jamur Tiram merupakan salah satu bisnis yang cukup
menguntungkan di Indonesia, banyak masyarakat yang menggemari Jamur Tiram
untuk diolah menjadi berbagai macam hidangan yang sehat sehingga permintaan
Jamur Tiram pun meningkat. Budidaya jamur tiram mampu mendatangkan
keuntungan yang sangat menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun
besar. Hal ini tidak lepas dari tinggi permintaan dan nilai jual dari jamur tiram.
Kegiatan budidaya jamur di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan
dengan permintaan dari konsumen tiap harinya. Budidaya jamur biasanya
menggunakan media serbuk gergaji. Selain serbuk gergaji ada beberapa media
yang dapat digunakan untuk budidaya jamur tiram, antara lain substrat kayu,
ampas tebu atau sekam. Pembiakan 2 jamur tiram biasanya menggunakan baglog,
yang didalamnya sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan
jamur. Baglog dapat dibuat sendiri yang terdiri dari bahan serbuk kayu, kantong
plastik, cincin paralon atau bambu berdiameter 3cm , dedak halus, tepung jagung,
air dan gips atau kapur (CaCO3) (Chazali dan Putri, 2010).
Masa panen Jamur Tiram yang relative singkat dan tingginya permintaan
masyarakat menjadi faktor pendukung yang menyebabkan semakin banyak petani
Jamur Tiram di Indonesia. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
melakukan budidaya Jamur Tiram salah satunya adalah kelembapan media tanam
yang digunakan. Kebanyakan orang hanya fokus pada kelembapan suhu ruangan
saja, namun kelembapan dari media tanam juga tak kalah penting. Sering kali
petani kesulitan untuk mengetahui kelembapan media tanam yang mereka
gunakan yang pada akhirnya berdampak pada hasil panen mereka. Maka dari itu
sangat penting bagi petani untuk bisa mengetahui dan memantau kelembapan
media tanam yang digunakan agar Jamur Tiram yang dihasilkan mempunyai
kualitas yang baik. Kemajuan teknologi membantu kita dalam membuat alat yang
dapat mengukur kelembapan media tanam Jamur Tiram. Sehingga petani
nantinya lebih dimudahkan dalam mengontrol kelembapan media tanam Jamur
Tiram dan dapat mengoptimalkan hasil budidaya mereka. Berdasarkan hal
tersebut, akan dibuat makalah tentang “ Budidaya Jamur Tiram dan
Komersialisasi”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dengan jamur tiram?
2. Apa saja kandungan gizi dan manfaat jamur tiram?
3. Apa saja syarat tumbuh jamur tiram?
4. Bagaimana budidaya jamur tiram?
5. Bagaimana cara komersialisasi jamur tiram?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi jamur tiram.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan gizi serta manfaat jamur tiram.
3. Mahasiswa dapat mengetahui syarat tumbuh jamur tiram
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya jamur tiram
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara komersialisasi jamur tiram
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definis Jamur Tiram
Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus artinya bentuk samping
atau posisi menyamping antara tungkai dengan tudung, sedangkan sebutan turam
karena bentuk atau badan buahnya meyerupai kulit tiram (cangkang kerang).
Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang awalnya tumbuh secara alami
pada batang-batang pohon yang telah mengalami pelapukan, umumnya dijumpai
dari daerah-daerah hutan. Sedangkan di Indonesia sendiri budidaya jamur tiram
baru mulai dilintas lebih kurang tahun 1988, dan pada saat itu petani atau
pengusaha jamur masih sedikit (Soenanto, 2002).
Dari segi botani, jamur tiram tidak termasuk jenis jamur kayu yang mudah
dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae . klasifikasi jamur
tiram menurut Alexopolous (1962) adalah sebagai berikut:
Divisio : Amastigomycota
Sub-Divisio : Basidiomycotina
Klasis : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp.
Menurut Suhardiman (1983) terdapat beberapa jenis jamur tiram yang sering
dibudidayakan petani, yaitu: (1) Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), warna
tubuh buah putih (2) Jamur tiram coklat (P. abalonus), warna tubuh buah
kecoklatan (3) Jamur tiram kuning (Pleurotus sp.), warna tubuh buah kuning dan
sangat jarang ditemukan. Dari beberapa jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram
putih dan coklat paling banyak dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi
dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.
Dikatakan lebih lanjut oleh Cahyana et al. (1999) ketiga jenis jamur tiram tersebut
mempunyai sifat pertumbuhan yang hampir sama, tapi masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam sàtu media. Setiap
rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih
lama dibandingkan dengan jamur tiram kuning, meskipun tudungnya lebih
tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram kuning.
2. Jamur tiram coklat mempunyai rumpun yang sangat sedikit dibandingkan
dengan jamur tiram putih dan jamur tiram kuning, tetapi tudungnya lebih
tebal dan daya simpannya lebih lama.
3. Jamur tiram kuning mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan dengan
jamur tiram coklat maupun jamur tiram putih, tetapi jumlah cabangnya
sedikit dan lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat serta daya
Menurut Gunawan (2004), ciri-ciri jamur tiram adalah daging tebal, berwarna
putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan
rasa tidak merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh
dan tidak dipusat atau lateral (tetapi kadang-kadang dipusat), panjang 0,5-4,0 cm,
gemuk, padat, kuat kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit
di dasar. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong
dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki tudung (pilues)
dan tangkai (stipes atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran
5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna
putih dan lunak. Sedangkan pertumbuhan tangkainya dapat pendek atau panjang
(2-6 cm). Tangkai ini menyangga tudung lateral (dibagian tepi) atau eksentris
(agak ke tengah) Jamur tiram bersih (Pleurotus florida dan P. ostreatus) memiliki
tudung berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan dengan garis tengah 3-
14 cm (Djarijah dan Abbas, 2001). Permukaan jamur tiram licin dan agak
berminyak ketika lembab sedangkan bagian tepinya mulus agak bergelombang.
Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan
tangkai. Jika sudah terlalu tua, daging buah menjadi alot dan keras. Spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4µm. Miselium berwarna putih dan bisa
tumbuh dengan cepat (Gunawan, 2001). Jamur tiram memiliki inti plasma dan
spora yang berbentuk sel – sel lepas atau bersambungan membentuk hifa dan
miselium. Pada titik – titik pertemuan percabangan miselium akan terbentuk
bintik kecil yang disebut pin head atau calon tubuh jamur yang akan berkembang
menjadi tubuh buah jamur (Parjimo dan Agus, 2007).
B. Kandungan Gizi dan Manfaat Jamur Tiram
Jamur Tiram putih (P. ostreatus) merupakan bahan sayuran yang mulai
banyak diminati di Indonesia. Jamur ini memiliki aroma yang khas karena
mengandung muskorin, dan penting bagi kesehatan karena mampu menyediakan
kebutuhan gizi manusia tanpa harus menaikkan tekanan darahnya (Anonim,
1995). Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
lebih tinggi dibandingkan jenis jamur kayu lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram
kering mengandung protein (10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat
(56,6%), thiamin (0,20 mg), dan riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan
kalsium (314,0 mg). Kandungan nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding
dengan jamur lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah dan
Abbas, 2001).
Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol
sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi
mereka yang rentan terhadap serangan jantung. Hal tersebut dikarenakan
keunggulan yang spesifik dari jamur tiram jika dibandingkan dengan tanaman lain
maupun hewan adalah kemampuannya dalam mengubah cellulose/lignin menjadi
polisakarida dan protein yang bebas kolesterol sehingga baik untuk menghindari
kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dan itu dapat mengurangi serangan
darah tinggi (stroke) yang dapat muncul sewaktu-waktu. Kandungan asam
folatnya (vitamin B-komplek) yang tinggi dapat menyembuhkan anemia dan
sebagai obat anti tumor, mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan
sebagai obat kekurangan zat besi, serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan
menyusui (Siswono, 2003).
Jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radioaktif dalam
tubuh. Khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan
dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit
diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah,
menambah vialitas dan daya tahan tubuh serta mencegah penyakit tumor atau
kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar
(Djarijah dan Abbas, 2001). Khasiat jamur tiram (putih) sebagai obat memang
sudah teruji kebenaranya diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk mencegah beberapa macam penyakit, seperti anemia, memperbaiki
gangguan pencernaan, mencegah kanker, tumor, hipertensi, dan menurunkan
kadar kolesterol serta kencing manis
2. Jamur tiram berkhasiat menjaga vitalitas laki-laki maupun perempuan dan
membantu mengatasi kasus kekurangan gizi.
C. Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Pada lokasi tumbuh aslinya, jamur tiram putih tumbuh dan berkembang di
bawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur ini tidak
membutuhkan banyak paparan sinar matahari, bahkan pertumbuhannya jauh lebih
baik apabila tidak terkena sinar matahari secara langsung. Cara budidaya jamur
tiram yang paling penting yaitu dengan mengetahui syarat tumbuh jamur tiram.
Dengan mengetahui syarat tumbuh jamur tiram, maka jamur tiram akan tumbuh
dengan maksimal. Berikut ini beberapa persyaratan untuk budidaya jamur tiram
yang harus Anda perhatikan:
1. Derajat Keasaman (pH)
Budidaya jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH yang mendekati normal
yaitu 6,8 – 7,0. Apabila pH terlalu rendah, maka akan menyebabkan
pertumbuhan miselium jamur terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur
lain, bahkan menyebabkan kematian pada jamur tiram putih.
Namun apabila pH terlalu tinggi maka dapat menyebabkan sistem
metabolisme jamur tidak efektif yang akan berujung pada kematian.
2. Temperature/Suhu
Suhu harus selalu dikontrol dan dijaga untuk mendapatkan pertumbuhan
jamur yang baik. Suhu yang diperlukan pada saat inkubasi jamur tiram putih
adalah 28 – 30 oC, sementara pada saat pembentukan tubuh buah sampai
panen, suhu yang diperlukan berkisar antara 22 – 28 oC.
3. Kelembaban
Kelembaban yang diperlukan agar jamur tiram dapat tumbuh dengan baik
adalah sekitar 50 – 60 % pada saat inkubasi. Sedangkan kelembaban pada
saat pembentukan tubuh buah berkisar antara 90 – 95%. Apabila kelembaban
kurang, maka substrat tanaman akan mengering.
4. Cahaya
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya matahari secara
langsung. Cahaya matahari yang terkena jamur secara langsung dapat
menyebabkan jamur tersebut layu dan ukurannya pun kecil. Maka dari itu
usahakan memberikan cahaya matahari secara tidak langsung pada budidaya
jamur tiram. Cahaya matahari tidak langsung sangat bermanfaat dalam
perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Usahakan agar ada pohon
peneduh di dekat bangunan tempat budidaya jamur.
5. Udara
Jamur membutuhkan oksigen (O2) yang cukup agar dapat tumbuh dengan
optimal. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen
memiliki tubuh buah kecil dan abnormal.Tubuh buah jamur yang kekurangan
oksigen akan mudah layu dan mati. Ventilasi udara pada lokasi penanaman
jamur tiram sangat penting untuk menjaga pertukaran udara berjalan dengan
baik. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang terlalu banyak akan
menyebabkan jamur tumbuh abnormal. Konsentrasi karbon dioksida tidak
boleh lebih dari 0,02%.
D. Tekinik Budidaya Jamur Tiram
Dalam melakukan budidaya jamur ada beberapa yang perlu dilakukan diantarnya
yaitu:
1. Pembuatan Kubung
Kubung adalah bangunan tempat menyimpan bag log sebagai media
tumbuhnya jamur tiram yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen.
Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram. Ukuran
kubung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Tujuannya untuk
menyimpan bag log sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dikehendaki jamur
tersebut. Bag log adalah kantong plastik transparan berisi campuran mediajamur.
Rak dalam kubung disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga. Umumnya jark antara rak ± 75 cm. Jarak
didalam rak 60 cm (4 – 5 bag log), lebar rak 50 cm, tingi rak maksimal 3 m,
panjang disesuaikan dengan kondisi ruangan. Bag log dapat disusun secara
vertikal cocok untuk daerah lebih kering. Sedangkan penyusunan secara
horizontal untuk daerah dengan kelembaban tinggi. Antara rak pertama berjarak
20 cm. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kubung berupa tiang
kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk dinding dan atap berupa genteng, asbes atau
rumbia. Juamlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan dan
jumlah baglog yang akan dipelihara.
Dalam pembuatan bagblog ada beberapa peralatan yang perlu disiapkan
yaitu, (1) Alat Sterilisasi, bisa berupa drum, autoclave maupun boiler (steril bak)
lengkap dengan kompor. (2) Alat Pengadukan, ayakan, cangkul, sekop, ember,
selang. (3) Alat inokulasi, lampu bunsen, masker, jas lab, spatula/pinset,
alkohol/spritus, hand Sprayer (4) Alat angkot, keranjang (5) Alat penyiraman
dan (6) Alat Panen
2. Pembuatan Media Tanaman
a. Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk kayu gergaji
yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang
halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang
memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik ( bag log) dan
mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata.
b. Pencampuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips sesuai
takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya
menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan
perkemangan jamur tiram sampai siap dipanen. Media untuk pertumbuhan
jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur
tiram di alam. Prosedur pelaksanaanya anatar lain:
1) Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam .
2) Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi pertumbuhan
jamur
3) Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk mendapatkan pH 6-7 media tanam
sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
4) Serbuk gergaji yg sudah diayak dicampur dengan bekatul, kapur dan
gips. Campuran bahan diaduk merata dan ditambahkan air bersih hingga
mencapai kadar air 60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya
mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak
serta merta pecah. Bahan yang telah dicampur bisa dikomposkan 1 hari, 3
hari, 7 hari atau langsung dikantongi.
c. Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya secara
rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam. Tujuannya menguraikan
senyawa-senayawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh
senyawasenyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-
senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan
memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.
d. Pengisian Media ke Kantung Palstik (Bag log)
Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile (PP)
dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal dan
menghasilkan panen yang optimal. Tujuannya menyediakan media tanam
bagi bibit jamur Prosedur pelaksanaan pengisian media kekantong plastik
(bag log) antara lain:
1) Campuran serbuk gergaji yang sudah dikompos dimasukan kedalam
kantong plastik ukuran 18x30, 20x30, 23 x 35 tergantung selera.
2) Padatkan campuran dengan menggunakan botol atau alat lain
3) Ujung plastik disatukan dan dipasang cincin dari potongan
paralon/bambu pada bagian leher plastik sehingga bungkusan akan
menyerupai botol
e. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba,
baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu pertumbuhan
jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas
dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 70° C selama 5 – 8 jam, sedangkan sterilisasi autoclave membutuhkan
waktu selama 4 jam, pada suhu121°C, dengan tekanan 1 atm.
f. Pendingingan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya mkenurunan suhu media tanam
setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam bag log tidak
mati. Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur
yangdiinginkan adalah 30 - 35°C. Prosedur pelaksanaannya antara lain :
1) Keluarkan bag log dari drum yang sudah disterilisasikan
2) Diamkan dialam ruangan sebelum dilakukan inokulasi (pemberian bibit)
3) Pendinginan dilakukan hingga temperatur mencapai 30 -35°C
g. Inokulasi Bibit (Penanaman Bibit)
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan
induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya adalah
menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur
yang siap panen. Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain:
1) Petugas yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan
dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih.
2) Sterilkan saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
3) Buka sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media tanam
dengan menggunakan kayu yang steril yang diruncingkan.
4) Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan
letakkan ke dalam bag log setelah itu sedikit ditekan.
5) Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas kembali.
6) Media baglog yang telah dinokulasi dibuat hingga 22 - 28º C untk
mempercepat pertumbuhan miselium
h. Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang telah
diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuanya
adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia. Suhu ruang pertumbuhan
miselia jamur antara 28–30 ºC utk mempercepat pertumbuhan miselium
1) Media baglog yg telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang inkubasi
2) Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam
baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
3) Tutup kubung serapat mungkin sehingga cahaya matahari minimal,
kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33o C.
i. Pemindahan ke Tempat Budidaya
Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung
budidaya. Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka
cincin bambunya agar jamure bisa tumbuh.
j. Perawatan
Salah satu penentuan keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan
dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun
pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus
dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya dibersihkan terlebih
dahulu dengan sapu dan lantainya dibersihkan menggunakan desinfektan.
Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilkan menggunakan
alkohol dan dipanaskan diatas api lilin. Selain itu, selam melakukan
penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini
bertujuan untuk merperkecil terjadinya kontaminasi. Dalam pemeliharaan
jamur tiram, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan
kelembapan ruangan agar tetap pada angka yang dibutuhkan. Jika cuaca
kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan
kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Sebaiknya
frekwensi penyiraman ditingkatkan, jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban
kurang, bisa membuat tubuh buah sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh.
Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara didalam kumbung agar jamur tidak
cepat layu atau mati. Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan
melakukan penyiraman secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan
pinhead jamur. Hal yang terpenting harus diperhatikan dalam kumbung
adalah menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan jamur. Apabila
kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlkalu lembab jamur menjadi
basah.
k. Pengendalian Hama dan Penyakit
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur juga perlu dilakukan
perawatan mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin
bisa menyerang jamur tiram. Berikut hama yang umum menyerang jamur
tuiram beserta cara pengendaliannya:
1) Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemukan dalam
budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini,
yaitu sebagai berikut:
 Faktor kelembapan. Hama ulat muncul ketika kelembapan udara
berlebihan. Oleh karena itu, ulat hama sering dijumpai ketika musim
hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini
adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka
lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman kumbung
dihentikan.
 Kotoran dari sisa pangkal/bonggol yang tidak terpanen. Pangkal
jamur yang tertinggal di gaglog saat pemanena menimbulkan
binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi pencetus
munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog
telah dipastikan kebersihanya sehingga tidak ada pangkal atau
batang dan jamur yang tidak terpanen.
 Lingkungan yang tidak bersih. Ulat bisa saja muncul karena rumah
kumbung ataupun sekitar kumbung tidak bersih.
2) Semut, laba-laba, dan kleket (sejenis molusca) Hama semut dan laba –
laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya
dengan minyak tanah (cara mekanis). Insektisida dapat menjadi alternatif
terakhir untuk memberantas hama serangga. Kalau bisa tidak
menggunakan insektisida karena jamur merupakan produk organik.
Berikut ini jenis penyakit yang umum menyerang jamur tiram beserta cara
pengendalianya yaitu, Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain, Jamur lain
yang kerap mengganggu pertumbuhan jamur tiram antara lain Mucor sp.,
Rhiozopus sp., penicillium sp., dan Aspergillus sp. Pada substrat/baglog,
serangan jamur- jamur tersebut bersifat patogen. Apabila baglog sudah
terkontaminasi sebaiknya cepat di keluarkan dari kumbung.
i. Pengaturan Suhu Ruangan
Membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung dan untuk
mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan. Tujuanya untuk mendapatkan pertumbuhan jamaur yang optimal.
Agar pertumbuhan jamur optimal diperlukan suhu ruangan dalam kubung 28
- 30°C dan kelembaban sebesar 50 -60% pada saat inkubasi. Sedangkan suhu
pada pembentukan tubuh buah sampai panen berkisar antara 22 -28 °C
dengan kelembaban 90 – 95%. Apabila kelembaban kurang, maka substrat
tanaman akan mengering.
j. Panen
Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah: Tudung belum keriting,
warna belum pudar , spora belum dilepaskan dan tekstur masih kokoh dan
lentur Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah: Panen
dilakukan dengan mencabut, tanpa menyisakan bagian jamur , bersih dan
tidak berceceran. Jamur dipanen setelah 3 hari muncul pinhead, ukuran jamur
cukup dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan mempengaruhi harga
dipasar. Baglog yang telah dipanen dibersihkan dari sisa-sisa jamur yang
masih menempel pada baglog supaya tidak mengundang hama dan penyakit.
Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diwadahi dalam kantong
plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap dipasarkan.
E. Komersialisasi Jamur Tiram

Anda mungkin juga menyukai