Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bayam merupakan tanaman annual (semusim) yang berasal dari daerah

Amerika Tropis. Dalam perkembangannya di Amerika Latin, bayam

dipromosikan sebagai tanaman pangan sumber protein, terutama bagi negara –

negara berkembang. Bayam sebagai sayuran hanya umum dikenal di Asia Timur

dan Asia Tenggara sehingga disebut dalam bahasa Inggris sebagai Chinese

amaranth. Banyak kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman bayam merah

diantaranya adalah faktor media tanam. Namun saat ini sudah mulai

dikembangkan penanaman bayam merah dengan sistem hidroponik sehingga

bayam merah tidak lagi ditanam dengan menggunakan tanah melainkan media

tanam lain seperti arang sekam, rockwool, dan lain sebagainya yang diletakkan

pada netpot (Widodo, 2019).

Total luas panen bayam di Indonesia pada tahun 1994 mencapai 34.600

hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 sayuran komersial yang

dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia. Produksi bayam semakin meningkat

dari tahun ke tahun karena kesadaran mayarakat akan pentingnya mengkonsumsi

sayuran semakin meningkat. Luas areal panen tanaman bayam pada tahun 2008

mencapai 43.335 hektar dengan produsi 152.130 ton, untuk memenuhi kebutuhan

tersebut pada tahun 2008 di Indonesia mengimpor sekitar 57.801 ton. Sedangkan

tingkat potensial hasil bayam dapat mencapai 20 – 50 ton perhektar. Dengan

demikian hasil bayam di Indonesia masih dapat ditingkatkan

(Nirmalayanti dkk., 2017).


2

Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan famili Amaranthaceae

yang memiliki kandungan beragam seperti, vitamin, niacin, mineral (kalsium,

mangan, fosfor dan zat besi), serat, karotenoid, klorofil, alkaloid, flavonoid,

saponin pada daun serta polifenol pada batang. Bayam merah memiliki empat

manfaat utama yakni menurunkan kolesterol, melancarkan pencernaan, sebagai

antidiabetes serta dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker. Bayam

merah memiliki aktivitas antioksidan karena mempunyai senyawa flavonoid.

Studi yang dilakukan oleh Clemente dan Desai mengemukakan bahwa bayam

merah memiliki kandungan antioksidan dan dapat digunakan dalam managemen

penyakit diabetes, hiperlipidemia dan diabetes yang berhubungan dengan

dyslipidemia (Pradana dkk., 2017).

Bayam merah (Alternanthera amoena, Voss) merupakan salah satu jenis

tanaman hortikultura introduksi yang mulai dikembangkan di Indonesia beberapa

tahun terakhir. Jenis sayuran ini lebih unggul dibandingkan dengan jenis bayam

lainnya karena tinggi nilai ekonomis dan gizi, serta warnanya yang lebih menarik.

Selain banyak mengandung protein, vitamin A, vitamin C, dan garamgaram

mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, bayam merah juga mengandung

antosianin sebagai antioksidan serta dapat dimanfaatkan dalam menyembuhkan

penyakit anemia. Kebutuhan bayam pada tingkat nasional makin meningkat, dan

Indonesia masih mengimpor bayam terutama dari Cina dan Prancis (Bria, 2016).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat tingkat produksi

bayam pada tahun 2014 mencapai 2.897 ton, namun nilai produksi tersebut masih

rendah bila dibandingkan dengan jenis tanaman sayuran lainnya seperti kangkung

yang memiliki nilai produksi mencapai 5.702 ton pada tahun 2014. Budi daya
3

bayam merah yang masih terbatas disebabkan oleh kondisi lahan pertanian dengan

kandungan hara yang rendah. Produktivitas bayam merah dapat meningkat jika

ditanam pada kondisi lahan dengan kandungan bahan organik yang tinggi,

ketersediaan unsur hara nitrogen yang tinggi dan memiliki kisaran pH 6-7

(Rangkuti dkk., 2017).

Rumusan Masalah

1. Apakah ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman bayam merah.

2. Apakah ada peranan POC Mix AB pada pertumbuhan bayam merah.

3. Bagaimana hasil produksi budidaya tanaman bayam merah dengan

menggunakan media hidroponik.

Tujuan Makalah

Untuk mengetahui teknik budidaya bayam merah (Amaranthus tricolor L.)

Kegunaan Makalah

1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum Teknik Budidaya

Tanaman Hortikultura.

2. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test Praktikum Teknik

Budidaya Tanaman Hortikultura.

3. Sebagai sumber atau referensi bagi pembaca atau penulis.


4

BAB II
ISI

Klasifikasi Tanaman Bayam Merah

Bayam yang terkenal dengan nama ilmiah Amaranthus sp sudah banyak

dipromosikan sebagai sayuran yang banyak mengandung gizi bagi penduduk di

negara yang sedang berkembang. Karena tanaman bayam memiliki kandungan

gizi yang tinggi, maka sayuran bayam sering disebut sebagai raja sayuran atau

King of vegetable. Adapun klasifikasi bayam merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus tricolor L. (Haerani, 2018).

Morfologi Tanaman Bayam Merah

Akar

Sistem perakaran tanaman bayam merah adalah akar tunggang dan

menyebar. Akarnya berwarna putih kecoklatan, dengan rambut akar yang banyak,

tudung akar yang tepat posisinya menjadi organ penyerapan hara dan air dari

dalam tanah (Kridhianto, 2016).

Batang

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh

tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras
5

berkayu dan bercabang banyak (Sari, 2016).

Daun

Daun berbentuk jantung terbalik, pada setiap ruas terdapat 2 daun

berhadapan (oposita), ada yang berdaun hijau berurat, kemerah - merahan, lebar 5

- 7 kali, 3 - 4 cm dan bertangkai, bunga kecil-kecil, bermahkota seperti selaput,

membentuk mayang pada ketiak daun dan di puncak batang (Jumiati, 2012).

Bunga

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4-5

buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung

tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.

Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat uniseksual,

yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan

berlangsung dengan bantuan angin dan serangga (Mangunsong, 2019).

Biji

Biji bayam berbelah dua, warna kulit biji hitam atau coklat tua, dari setiap

tandan (malai) bunga dapat dihasilkan ratusan hingga ribuan biji. Ukuran biji

sangat kecil, berbentuk bulat dan berwarna coklat tua mengkilap sampai hitam

kelam, namun pada varietas Maksi bijinya berwarna putih sampai krem

(Agustin, 2018).

Syarat Tumbuh

Iklim

Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim.

Faktorfaktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara

lain, ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat
6

tumbuh didataran tinggi dari dataran rendah. Ketinggian tempat yang optimum

untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 mdpl. Kondisi iklim yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1500

mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-18 0C, serta

kelembaban udara 50- 60% (Indasari, 2018).

Tanah

Tanah yang baik bagi pertumbuhan bayam adalah tanah yang memiliki pH 6

sampai 7, jenis bayam tertentu masih dapat tumbuh pada tanah-tanah alkali (basa).

Tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH tanah dibawah 6.

Begitu pula pada pH diatas 7, tanaman akan mengalami gejala klorosis. Tanaman

bayam tidak menghendaki jenis tanah tertentu akan tetapi untuk pertumbuhan

yang baik memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak

mengandung bahan organik, pada tanah yang tandus dan liat bayam masih dapat

hidup dan tumbuh dengan baik (Mandela, 2015).

Teknik Budidaya Tanaman Bayam Merah

Pengolahan tanah memegang peranan penting dalam budidaya bayam.

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah agar tanah

menjadi lebih gembur dan longgar. Kegiatan pengolahan tanah dapat dilakukan 1-

2 minggu sebelum tanam. Tanah yang hendak ditanami bayam dipilih yang cukup

terbuka. Setelah dikerjakan kemudian disiapkan dalam bentuk bedengan atau

aluran, kemudian beri pupuk organik karena bayam sangat banyak menghisap N.

Bayam memerlukan tanah yang gembur dan cukup longgar untuk memudahkan

akar tanaman tumbuh dengan baik dan memudahkan pencabutan saat panen

(Handayani, 2012).
7

Peranan Hidroponik

Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah

sebagai media tumbuh. Dalam aplikasi teknik bercocok tanam secara hidroponik,

media tumbuh yang digunakan sama sekali tidak berfungsi sebagai sumber hara

bagi tanaman, melainkan berfungsi sebagai penopang akar yang menyangga

larutan nutrisi. Unsur hara yang didapatkan oleh perakaran tanaman dari larutan

nutrisi yang diberikan bersama-sama pada saat penyiraman ke media tumbuh.

Salah satu hal yang terpenting dalam teknik bercocok secara hidroponik ini adalah

larutan nutrisi (Bastian dkk., 2013).

Jenis-Jenis Sistem Hidroponik

Media hidroponik dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kultur air

yang tidak menggunakan media pendukung lain untuk perakaran tanaman dan

kultur substrat atau agregat yang menggunakan media padat untuk mendukung

perakaran tanaman. Pada dasarnya kultur air merupakan sistem tertutup (closed

system) di mana akar tanaman terekspos larutan nutrisi tanpa media tanaman dan

larutan disirkulasi. Ada beberapa macam sistem hidroponik cair atau kultur air,

yaitu Nutrient Film Technique (NFT), Dynamic Root Floating (DRF), the Deep

Flow Technique (DFT) dan Aeroponic. Namun kultur air yang paling mudah

untuk diadopsi oleh para pengguna adalah NFT (Rosliani, 2015).

Keuntungan dan Kerugian Hidroponik

Keuntungan

Hidroponik adalah suatu teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan

media tanah. Berdasarkan jenis medianya dikenal dua jenis sistem hidroponik

yaitu hidroponik kultur air dan substrat. Kelebihan sistem hidroponik antara lain
8

penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,

tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun, kuantitas dan

kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih

efisien, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan penyakit lebih

mudah (Putra, 2018).

Kerugian

Hydroponic secara harfiah berarti Hydro = air, dan phonic = pengerjaan.

Sehingga secara umum berarti system budidaya pertanian tanpa menggunakan

tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponik

biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya

pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar – benar terlindung dari pengaruh

unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain. Adapun kelemahan

bercocok tanam dengan hidroponik adalah (1) Investasi awal yang mahal, (2)

Memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia,

(3) Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit

(Roidah, 2014).

Peranan POC Mix AB

Selain media tanam, formulasi hara merupakan hal yang sangat penting

dalam budidaya secara hidroponik. Larutan yang diberikan untuk tanaman

hidroponik harus mengandung unsur hara makro dan mikro yang diberikan secara

teratur serta efesien. Nutrisi hidroponik dapat diperoleh dengan meramu sendiri

atau membelinya dalam bentuk siap pakai. Saat ini banyak jenis nutrisi yang

digunakan dalam budidaya tanaman secara hidroponik, salah satunya adalah

nutrisi AB mix agrifarm. Larutan nutrisi AB mix agrifarm merupakan larutan hara
9

yang lengkap terdiri dari larutan hara stok Ayang berisi unsur hara makro dan stok

B berisi larutan unsur hara mikro. Pemberian nutrisi AB mix agrifarm pada

tanaman akan memenuhi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk

dapat tumbuh dengan baik dan sehat (Sukasana dkk, 2019).

Kandungan Nutrisi POC Mix AB

Nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem hidroponik adalah

nutrisi AB mix. Nutrisi AB Mix mengandung 16 unsur hara esensial yang

diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam jumlah

banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah

sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co. Nutrisi AB mix

adalah nutrisi yang digunakan dibagi menjadi dua stok yaitu stok A dan stok B.

Stok A berisi senyawa yang mengandung Ca, sedangkan Stok B berisi senyawa

yang mengandung sulfat dan fosfat. Pembagian tersebut dimaksudkan agar dalam

kondisi pekat tidak terjadi endapan, karena Ca jika bertemu dengan sulfat atau

fosfat dalam keadaan pekat menjadi kalsium sulfat atau kalsium fosfat dan

membentuk endapan (Sesanti, 2016).

Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Secara Teknis

Beberapa komponen teknologi PHT yang dapat diterapkan sebagai mitigasi

dampak perubahan iklim antara lain yaitu : (1) menjaga sumber daya alam dengan

cara pengelolaan hara dan penggunaan bahan organik, (2) penggunaan varietas

yang tahan OPT dan tahan cekaman lingkungan, (3) pengendalian OPT melalui

pengurangan penggunaan pestisida dengan cara meningkatkan musuh alami, (4)

mengurangi kekeringan/banjir dengan penggunaan mulsa dan system tanam


10

polikultur, dan penggunaan bahan organik, (5) mengurangi emisi gas rumah kaca

dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dan (6) mengurangi suhu

ekstrim dengan cara memperbaiki jarak tanam (Setiawati dkk., 2013).

Secara Biologi

Pengendalian hayati merupakan bagian dari pengendalian yang alamiah

karena menggunakan faktor pengendali yang sudah ada di alam. Faktor

pengendali tersebut merupakan musuh alami dari organisme yang dikendalikan.

Pada dasarnya semua organisme memiliki musuh alami yang dapat digunakan

untuk mengendalikan atau mengatur perkembangan populasi organisme tersebut.

Pengendalian hayati adalah kegiatan parasitoid, predator, dan 10iotic10n dalam

memelihara kerapatan populasi organisme lain pada kerapatan rata-rata yang lebih

rendah daripada kerapatan jika musuh alami tersebut tidak ada. Dari batasan

tersebut pengendalian hayati merupakan kegiatan oleh faktor 10iotic saja, yaitu

parasitoid, predator dan 10iotic10n dalam memelihara kerapatan populasi

organisme lain, sedangkan pada pengendalian alami kegiatan tersebut dilakukan

baik oleh faktor 10iotic maupun abiotik (Herlinda, 2015).


11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah

sebagai media tumbuh.

2. Kelebihan sistem hidroponik antara lain penggunaan lahan lebih efisien,

tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah, tidak ada resiko untuk

penanaman terus menerus sepanjang tahun.

3. Sementara kelemahan bercocok tanam dengan hidroponik adalah Investasi

awal yang mahal, Memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan

meramu bahan kimia, Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik

agak sulit.

4. Dalam memenuhi nutrisi bagi pertumbuhan bayam dalam teknik hortikultura,

dilakukan pemberian nutrisi POC Mix AB.

5. Nutrisi POC Mix AB adalah nutrisi yang digunakan yang dibagi menjadi dua

stok yaitu stok A dan stok B. Stok A berisi senyawa yang mengandung Ca,

sedangkan Stok B berisi senyawa yang mengandung sulfat dan fosfat.

Saran

Dalam melakukan teknik budidaya hortikultura hal yang penting dilakukan

adalah memperhatikan larutan POC Mix AB yang diberikan ke tanaman, agar

tanaman tumbuh dengan baik dan optimal.


12

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, O. 2018. Pengaruh Media Tanam Secara Hidroponik terhadap


Pertumbuhan Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). Skripsi. Universitas
Sriwijaya.

Bastian. H, S. A. Adimihardja, Setyono dan H. Bastian. 2013. Efektivitas


Komposisi Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Dua Kultivar Selada (Lactuca Satica L.) dalam Sistem Hidroponik
Rakit Apung. Jurnal Pertanian. Vol. 4 No. 2. ISSN: 2087-4936.

Bria, D. 2016. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Teh Kompos terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss). Jurnal
Pertanian Konservasi Lahan Kering. Vol. 1, No. 3. ISSN : 2477-7927.

Haerani, T. 2018. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Lampu terhadap


Pertumbuhan Bayam (Amaranthus sp.). Skripsi. UIN Alauddin Makassar.

Handayani, R. 2012. Teknik Budidaya Bayam Organik (Amarathus spp) Sebagai


Jaminan Mutu dan Gizi untuk Konsumen di Lembah Hijau Multifarm
Dukuh Joho Lor, Triyagan, Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.

Herlinda, S dan C. Irsan. 2015. Pengendalian Hayati Hama Tumbuhan. Unsri


Press. ISBN 979-587-568-X.

Indasari, N. Pengaruh Pemberian Cahaya terhadap Waktu Perkecambahan


Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus). Skripsi. UIN Alauddin Makassar.

Jumiati, E. Pengaruh Berbagai Konsentrasi EM4 pada Fermentasi Pupuk Organik


terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Merah
(Amaranthus tricolor L.) Secara Hidroponik. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.

Kridhianto, R. 2016. Pengaruh Macam Media Tanam dan Kemiringan Talang


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bayam Merah (Amarantus tricolor L.)
pada Sistem Hidroponik NFT. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.

Mandela, N. 2015. Pengaruh Penambahan Kompos Sampah Media Tanam Jamur


Tiram (Pleurotus ostreatus) terhadap Pertumbuhan Bayam Cabut
(Amaranthus hidribus L.) dan Pengajarannya di SMA 4 Palembang. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Mangunsong, K. A. 2019. Kajian Konduktivitas Listrik (Electrical Conductivity)


pada Budidaya Tanaman Bayam (Amaranthus cruentus) dengan Sistem
Hidroponik. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
13

Nirmalayanti, K. A., I. N. N. Subadiyasa dan I. D. M. Arthagama. 2017.


Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Bayam Merah
(Amaranthus amoena voss) Melalui Beberapa Jenis Pupuk pada Tanah
Inceptisols, Desa Pegok, Denpasar. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.
Vol. 6, No. 1. ISSN: 2301-6515.

Pradana, D. A., D. W. Dwiratna dan S. Widyarini. 2017. Aktivitas Ekstrak


Etanolik Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Terstandar sebagai Upaya
Preventif Steatosis: Studi in Vivo. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Vol 3,
No. 2. ISSN: 2407-7062.

Putra, R. M. 2018. Budidaya Tanaman Hidroponik DFT pada Tiga Kondisi


Nutrisi yang Berbeda. Skripsi. Universitas Lampung.

Rangkuti, N. P. J., Mukarlina dan Rahmawati. 2017. Pertumbuhan Bayam Merah


(Amaranthus tricolor L.) yang Diberi Pupuk Kompos Kotoran Kambing
dengan Dekomposer Trichoderma harzianum. Jurnal Protobiont. Vol. 6, No.
3. Hal : 18-25.

Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. Vol. 1.No.2.

Rosliani, R. dan N. Sumarni. 2015. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem


Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. ISBN : 979-8403-36-2.

Sari, M. P. 2016. Pengaruh Pengunaan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit
Buah Pisang Kepok terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam
(Amaranthus tricolor L.). Skripsi. Universitas Lampung.

Sesanti. R. N. dan Sismanto, 2016. Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy


(Brassica rapa L.) pada Dua Sistem Hidroponik dan Empat Jenis Nutrisi.
Jurnal Kelitbangan. Vol. 4 No. 1.

Setiawati,W., Sumarni, N., Koesandriani, Y., Hasyim, A., Uhan, T.S dan Sutarya,
R. 2013. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman
Cabai Merah untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. Jurnal Hort. Vol. 23,
No. 2. Hal 174-183.

Sukasana, I. W., I. N. Karnata dan B. Irawan. 2013. Meningkatkan Pertumbuhan


dan Hasil Pakcoy (Brassica juncea rapa L.) dengan Mengatur Dosis Nutrisi
AB Mix Agrifarm dan Umur Bibit Secara Hidroponik Sistem NFT. Jurnal
Unmas Mataram. Vol. 13, No. 2. ISSN: 2615-8116.

Widodo, Y. 2019. Pengaruh Beberapa Media Tanam dan Pupuk Hayati Bioboost
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bayam Merah
(Amaranthus amoena Voss) Sistem Hidroponik. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
14

DOKUMENTASI

Gambar 1. Larutan POC Mix AB

Gambar 2. Proses Pencampuran larutan POC Mix AB


kedalam tong cat

Gambar 3. Proses penghomogenan larutan POC Mix AB

Gambar 4. Proses penyiapan media tanam dan penanaman


tanaman bayam merah
15

Gambar 5. Tanaman bayam merah umur 3 MST

Gambar 6. Tanaman bayam merah umur 4 MST

Gambar 7. Proses pengukuran tinggi tanaman

Gambar 8. Proses pengamatan jumlah daun

Anda mungkin juga menyukai