Sorgum adalah salah satu makanan pokok dari jenis rumput-rumputan seperti padi,
jagung dan gandum. Sekilas, tanaman sorghum mirip dengan tanaman jagung, namun tanaman
ini bisa tumbuh lebih tinggi dari jagung. Sorghum juga cocok ditanam di tempat yang kering
maupun berair, dan juga sorghum lebih tahan terhadap hama daripada tanaman sejenisnya.
adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan
bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum,
jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika.
Sorgum dapat dikatakan menggantikan kebutuhan karbohidrat yang diperlukan karena nilai
gizinya setara dengan Jagung (Zea mays). Untuk itulah sorgum dapat diajdikan bahan untuk
mewujudkan diversifikasi pengan di Indonesia.
Sorgum memiliki kandungan tannin yang tinggi. Tanin merupakan senyawa poilifenol
yang menyebabkan rasa pahit, pada sorgum tannin banyak dikandung di bagian batangnya.
Kandungan Tanin yang tinggi inilah yang menyebabkan pemanfaatanya terbatas, karena perlu
pengolahan lebih lanjut. Dapat dilihat berarti Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tak
kalah jauh dengan sumber karbohidrat lainnya. Kandungan tanin dalam sorgum yang tinggi
juga biji Sorgum yang sulit dikupas membutuhkan teknologi yaitu, perbaikan teknologi
penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder
gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif sorgum yang rendah.
Sorgum berasal dari Afrika, beberapa varietas asalnya antara lain White Durra, Brown
Durra, White Kafir, Red Kafir, dan Milo. Tanaman sorgum masuk ke Indonesia sekitar tahun
1925 dan sampai saat ini tanaman sorgum belum bisa dikembangkan secara meluas di
Indonesia (Mudjisihono dan Suprapto, 1987). Menurut Bouman (1985), sorgum telah
dibudidayakan di Cina selama lebih dari 5000 tahun dan sekarang roti dengan bahan sorgum
merupakan makanan paling penting di sebagian besar daerah kering di Afrika dan Asia.
Sorgum mempunyai nama umum yang beragam, yaitu sorghum di Amerika Serikat dan
Australia, durra di Afrika, jowar di India, bachanta di Ethiopia (Food and Agriculture
Organization [FAO], 2007), dan cantel di Jawa (Hoeman, 2007).
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa, NTB dan NTT.
Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh petani sebagai tanaman sela
atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Budidaya, penelitian dan pengembangan tanaman
sorgum di Indonesia masih sangat terbatas, bahkan secara umum produk sorgum belum begitu
populer di masyarakat. Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dapat dibudidayakan dan
dikembangkan secara komersial karena memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, perlu
input relatif lebih sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, serta lebih toleran
kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam). Namun tanaman tersebut belum
banyak diminati, antara lain karena rasanya yang kurang enak bila dibandingkan dengan nasi.
Hal itu disebabkan lantaran sorgum tidak mudah bereaksi menjadi glukosa saat dikonsumsi
sehingga tidak cepat meninggalkan rasa di lidah.Dengan daya adaptasi sorgum yang luas
tersebut membuat sorgum berpeluang besar untuk dikembangkan di Indonesia sejalan dengan
optimalisasi pemanfaatan lahan kosong, yang kemungkinan berupa lahan marginal, lahan tidur,
atau lahan non-produktif lainnya. (Edysof.2011)
Klasifikasi Tanaman Sorghum
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum termasuk Divisi Angiospermae yaitu jenis
tumbuhan dengan biji tertutup; Kelas Monocotyledoneae yaitu jenis tumbuhan yang
mempunyai biji berkeping satu dengan Sub-kelas Liliopsida; Ordo Poales yang dicirikan
melalui bentuk tanaman terna dengan siklus hidup bersifat annual atau semusim; Famili
Poaceae atau Gramineae yaitu tumbuhan jenis rumput-rumputan dengan karakteristik batang
berbentuk silinder dengan buku-buku yang jelas; dan Genus Sorghum (Tjitrosoepomo, 2000).
Tanaman sorgum setidaknya memiliki 30 spesies, namun yang sangat umum
dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum
(Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench. Dari ketiga spesies tersebut yang sangat
populer dan menjadi tanaman komersial di dunia adalah S. bicolor (L.) Moench. Penyebaran
spesies ini meliputi seluruh dunia yang dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak,
dan bahan baku berbagai industri. Berdasarkan pada tipe spikelet (bentuk bulir), S. bicolor
dibagi menjadi 5 ras dasar, yaitu bicolor, guinea, caudatum, kafir, dan durra. Karakteristik ras
bicolor yaitu bentuk bulir panjang hampir menyerupai bulir padi, guinea bentuk bulirnya bulat
dengan posisi menapak secara dorso-ventral, caudatum bentuk bulir tidak simetris, kafir bentuk
bulir mendekati simetris, sedangkan durra bentuk bulirnya bulat pada bagian atas dengan
bagian dasar menyempit. Selain lima ras dasar tersebut terdapat 10 ras hibrida hasil persilangan
antara dua ras dasar (House, 1985).
Kelebihan Tanaman Sorghum
Salah satu kelebihan dari tanaman sorgum adalah dapat di-ratoon (tanaman tumbuh
kembali setelah tanaman dipangkas saat panen). Batang sorgum yang telah dipotong setelah
dipanen akan tumbuh tunas-tunas baru. Dengan pemeliharaan yang baik, tunas-tunas baru akan
tumbuh menjadi tanaman sorgum pangkasan yang baik. Pemangkasan sorgum dapat dilakukan
2-3 kali dan dengan pemeliharaan yang baik, hasilnya bisa menyamai atau bahkan lebih
daripada tanaman induknya (Ismail dan Khodir, 1977)
Tekonologi Produksi
1. Ekstensifikasi
Perluasan areal pertanian sorghum ke wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan
ataupun sudah kritis terutama pada daerah beriklim kering dan curah hujannya pendek
tetap bisa digunakan untuk budidaya sorghum seperti di Jawa Tengah (Purwodadi, Pati,
Wonogiri), Daerah Istimewa Yogjakarta (Gunung Kidul, Gunung Progo), Jawa Timur
(Lamongan, Bojonegoro, Probolinggo, Tuban), Nusa Tenggara Timur, dan Nusa
Tenggara Barat.
2. Intensifikasi
a. Kultivar sorgum unggul di Indonesia menurut Direktorat Serealia (2004), adalah
Malang26, Birdproof, Katengu, Pretoria, Darsa, dan Cempaka. Selain itu kultivar
lain yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, meliputi
UPCA-S1, UPCA-S2, No.46, No.6C, dan No.7C. Selanjutnya telah di lepas pada
tahun 2001 kultivar sorgum unggul terbaru yaitu Kawali dan Numbu yang berasal
dari India. Keduanya di tanam di Jawa Tengah antara lain daerah Demak dan
Gunungkidul serta Bantul, Yogyakarta.
b. Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) juga melakukan pemuliaan tanaman
sorgum dengan teknik mutasi isotop dan radiasi dan menghasilkan galur B100, B95,
B72, dan B68 dengan menggunakan induk jenis Durra. Jenis-jenis ini memiliki
sifat-sifat agronomi yang unggul dan berkualitas baik (Soeranto, 2004).
c. Kelolaan persyaratan agar dapat tumbuh dengan baik. Persyaratan tumbuh tanaman
sorgum sebagai berikut : Pada saat penanaman sorgum, ada beberapa hal atau
tahapan yang perlu diperhatikan seperti saat persiapan tanam, saat tanam, waktu
tanam, pemeliharaan, pemupukan, pemangkasan, hama dan penyakit. Hal tersebut
sangat mempengaruhi keberhasilan produksi sorgum.