Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN

Oleh :
Oksi Naufal Pratama
161011035

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

Disusun oleh :
Oksi Naufal Pratama
16011035

Laporan telah diterima sebagai persyaratan


yang diperlukan dalam menempuh praktikum
Mekanisasi Pertanian

Yogyakarta, 25 November 2016


Mengetahui/Menyetujui
Dosen Pengampu

Ir. Bambang Sriwijaya, M.P


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat
berupa kesehatan dan kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mekanisasi Pertanian ini, Semoga
apa yang diberikan dapat berguna dalam menentukan penulis ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Di samping itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam
penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan laporan – laporan praktikum kedepannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan yang berasal dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Sriwijaya,M.P. selaku dosen pengajar mata kuliah
Mekanisasi Pertanian.
2. Pengelola Lahan Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang tak
berkenang hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak retak, tak
ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’.
Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua
orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.

Yogyakarta, 25 November 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
KATA PENGANTAR..........................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................v
1.BAB I PENDAHULUAN................................................................1

A.Latar Belakang ...........................................................................1


B.Tujuan
2.BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................4
A.Identifikasi Alat dan Mesin Pertanian ........................................4
B.Kapsitas Kerja Lapang ...............................................................12
C.Membajak ...................................................................................14
D.Simple driving.............................................................................15
3.BAB III METODE PRAKTIKUM................................................17

A.Waktu dan Tempat Praktikum ....................................................17


B.Pelaksanaan Praktikum ..............................................................17
4.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................20

A.Hasil............................................................................................20
B.Pembahasan.................................................................................31
BAB V KESIMPULAN......................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................35
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Traktor Besar dan Bagian-bagiannya...............................21

iv
Gambar 1.2. Hand Traktor dan Bagian-bagiannya...............................23
Gambar 1.3. Bajak Singkal dan Bagian-bagiannya..............................25
Gambar 1.4. Bajak Piringan dan Bagian-bagiannya.............................26
Gambar 1.5. Garu Piringan dan Bagian-bagiannya .............................27
Gambar 1.6. Knapsack Hand Sprayer dan Bagian-bagiannya..............28

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu
mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih
baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting untuk menunjang
kehidupan manusia sejak masa prasejarah hingga saat ini. Begitu juga dengan
Indonesia, pertanian tidak bisa dilepaskan karena Indonesia sampai saat ini
masih merupakan negara agraris. Meskipun saat ini Indonesia sedang
bergerak menuju negara perindustrian, sektor pertanian masih memegang
perekonomian Indonesia. Akan tetapi keadaan pertanian Indonesia saat ini
bisa dikatakan kurang baik (Departemen Pertanian Sumsel, 1993).
Pada awalnya, penerapan pertanian konvensional mampu meningkatkan
produktivitas pertanian Indonesia dan pangan secara nyata tetapi semakin
lama efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik
berbagai dampak yang merugikan. Sifat produk pertanian yang mudah rusak
dan kondisi lingkungan Indonesia dengan temperatur dan kelembaban yang
tidak teratur akibat pemanasan global akan mempercepat proses kerusakan
komoditas pertanian. Perlakuan yang buruk terhadap komoditas ketika
didistribusikan juga memperburuk kualitas komoditas pertanian. Akibat hasil
pertanian Indonesia yang buruk, produk impor lebih banyak beredar di
masyarakat dibandingkan produk lokal. Hal ini menunjukkan masyarakat
lebih mempercayai kualitas produk pertanian impor daripada produk
pertanian dalam negeri. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi petani,
karena hasil pertaniannya tidak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga

1
2

berakibat pada siklus pertanian selanjutnya. Karena jika tidak ada yang
mengonsumsi hasil pertanian petani maka tidak ada umpan balik untuk siklus
pertanian berikutnya karena kurangnya modal. Jadi, peningkatan teknologi
pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nilai mutu produk pertanian
lokal ( Reksohadiprojo, 1986 ).
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan
dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi
pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat
atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar,
motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi
pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk
mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam
produksi pertanian. (Daywin,dkk, 1976).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang
mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam
proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil)
bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis. Jenis
teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan
penanganan atau pengolahan hasil pertanian. ( Yunus, 2004 ).
Mekanisasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos
produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengembangan teknologi pertanian diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita
umumnya dan petani khususnya. (Hardjosentono,dkk, 2000).
Sesuai dengan definisi dari mekanisasi pertanian (agriculture
mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk
meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam
3

setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin
pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu
yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima.
Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara
umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a) mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia
b) mengurangi kerusakan produksi pertanian
c) menurunkan ongkos produksi
d) menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e) meningkatkan taraf hidup petani
f) memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian
kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial
farming).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan
alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan
penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).

B. Maksud dan Tujuan


Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai macam alat dan mesin
pertanian.
2) Agar mahasiswa mampu mengoperasikan alat maupun mesin pertanian
dengan terampil, aman dan benar di lapangan.
3) Agar mahasiswa mampu mengukur kapasitas kerja lapang
4) Agar mahasiswa mengetahui kemampuan kerja dari suatu mesin pertanian
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Alat dan Mesin Pertanian


Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang
digunakan dalam usaha pertanian. Alat dan mesin (alsin) pertanian
dikelompokkan menjadi dua : alsin budidaya tanaman dan alsin pengolahan
hasil pertanian. Alsin budidaya pertanian adalah alsin yang digunakan untuk
produksi tanaman dan ternak. Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah
alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin pemanen, dan sebagainya.
Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan pakan, aerator, pemerah
susu, dan sebagainya. Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang
digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau hasil ternak.
Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak adalah
Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji
sawit, dan sebagainya. (Djoyowasito, 2002).
1. Alat dan Mesin Pengelola Tanah
Secara umum, tujuan mengelola tanah adalah menghilangkan
tanaman pengganggu, memperbaiki struktur tanah, meratakan tanah, dan
menurunkan erosi. Alat yang digunakan untuk mengelola tanah
diantaranya ; traktor, bajak, dan garu.
1) Traktor
Traktor merupakan sumber tenaga yang penting dalam pertanian
modern. Traktor pertanian dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar yaitu traktor roda empat (traktor besar) dan traktor roda 2 (Hand
Traktor).
a. Traktor Roda 4 (Traktor Besar)
Traktor roda empat adalah mesin berdaya gerak sendiri
berupa motor diesel beroda empat (ban karet atau ditambah roda
sangkar yang terbuat dari baja) mempunyai tiga titik gandeng yang

2
5

berfungsi untuk menarik, menggerakan mengangkat, mendorong


alat dan mesin pertanian dan juga sebagai sumber daya gerak.
Traktor roda empat mempunyai kisaran daya motor penggerak
yang besar. Traktor yang biasa digunakan di taman/kebun
mempunyai daya sekitar 11 kW (15 hp). Traktor ini di pasaran
biasa disebut traktor mini atau traktor kebun. Traktor raksasa yang
biasa digunakan di perkebunan yang luas mempunyai daya sampai
150 kW (200 hp). Namun begitu, biasanya traktor roda empat yang
biasa digunakan mempunyai daya antara 30 – 60 kW (40 - 80 hp).
Traktor roda empat merupakan mesin yang berfungsi untuk
penghela atau pcnarik peralatan.
Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk
di atas tempat duduk sambil mengemudikannya. Peralatan
pengolah tanah dipasangkan atau disambungkan dengan traktor
melalui perangkat yang disebut three hitch point atau
penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan
kanan, sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem
penyambungan titik tiga, disebut top link (tuas penyambung bagian
atas). Perawatan traktor roda empat perlu dilakukan secara rutin
dan perawatnya perlu mengenali bagian bagian traktor dan
fungsinya masing-masing.

b. Traktor Roda 2 (Hand Traktor)


Traktor roda 2 merupakan alat pengolah tanah utama saat
ini. Hal ini mengingat ternak kerja sudah sangat berkurang. Traktor
roda 2 ini digunakan untuk mengolah tanah pada tahap pertama
sehingga siap untuk ditanami. Traktor roda dua dilihat dari
penghubungan dengan perlengkapannya terdiri dari dua tipe yaitu
tipe hitch dan tipe rotary. Pada tipe rotary apabila unit rotarynya
dilepas maka dapat dipasangi hitch untuk menarik peralatan.
Peralatan yang dapat dipasang pada hitch adalah bajak singkal,
bajak parabola, garu, gelebek, dan ridger (Sukirno, 1999).
6

2) Bajak
Bajak adalah alat yang digunakan dalam pertanian awal untuk
budidaya di tanah untuk persiapan penanaman bibit atau tanaman. Ia
telah menjadi instrumen dasar bagi sebagian besar dari rekaman
sejarah, dan merupakan salah satu kemajuan besar di sektor pertanian.
Beberapa macam bajak yang sering digunakan diantaranya bajak
singkal, bajak piringan, dan bajak chisel.
a. Bajak Singkal (Molboard Plow)
Bajak singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia
bajak singkal inilah yang paling sering digunakan oleh petani
untuk melakukan pengolahan tanah, dengan tenaga ternak hela sapi
atau kerbau sebagai sumber daya penariknya.
Secara umum bajak singkal dibedakan atas 2 jenis, yaitu
bajak singkal satu arah (one-way moldboard plow) dan bajak
singkal dua arah (two-way moldboard plow). Bajak singkal satu
arah adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu pengolahan
tanah akan melempar dan membalik tanah hanya pada satu arah
saja. Sedangkan bajak singkal 2 arah pada waktu mengolah tanah
arah pelemparan atau pembalikan tanah dapat diatur 2 arah, yaitu
ke kanan dan ke kiri. Bagian-bagian utama dari bajak singkal yang
aktif mengolah tanah adalah pisau bajak (share), singkal
(moldboard) dan penstabil bajak (landside). Untuk
meyempurnakan hasil kerjanya, selain bagian-bagian utama di atas,
bajak singkal juga dilengkapi dengan perlengkapan tambahan,
yaitu roda alur penstabil (furrow wheel), roda dukung (land wheel),
kolter, jointer dan kerangka (Pratomo, dkk. 1983).
Furrow wheel berfungsi untuk menjaga kestabilan
pembajakan. Land wheel berfungsi untuk mengatur kedalaman
sehingga kedalamannya konstan. Kolter berfungsi untuk
memotong seresah dan memotong tanah ke arah vertikal sehingga
pembalikan tanah menjadi lebih Penggunaan bajak singkal ini
memiliki beberapa kelebihan, antara lain : pembalikan tanah lebih
7

seragam pada tiap petak tanah yang diolah, lebih praktis untuk
pengolahan tanah sistem kontur, tidak menimbulkan alur mati
(dead furrow) atau alur punggung (back furrow) sehingga
pembajakan lebih rata. Bajak singkal dapat dipergunakan untuk
mengait dan mencacah gulma, serta pembajakan di bawah vegetasi
hijau yang tinggi. Bajak ini bekerja dengan ditarik oleh
penggandeng misalnya traktor (Winarno, 1994).

b. Bajak Piringan (Disk Plow)


Bajak piringan fungsinya sama dengan bajak singkal, yaitu
untuk pengolahan tanah pertama tetapi singkalnya diganti dengan
piringan. Piringan bulat seperti parabola dan berfungsi untuk
memotong dan membalik tanah.

c. Bajak Pahat (Chisel Plow)


Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka.
Digunakan untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman
sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna
untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak
antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak
membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah
dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai

3) Garu (Harrow)
Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan
pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu
(harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain
bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah
hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga
bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan
kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan
sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah. Macam-macam
garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah garu
8

piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu
bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan
khusus (special harrow) (Pratomo, dkk. 1983).

a. Garu piringan (disk harrow)


Pada prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir
menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal.
Perbedaannya hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah
piringannya. Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan
piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini
disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan
tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan
tanah pertama. Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari
draft pembajakan, maka dengan besar daya penarikan yang sama,
lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja
bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan
sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan.
Seperti bajak piringan, bagian-bagian utama dari garu piringan
terdiri atas: piringan, poros piringan, penggarak piringan,
kerangka. Kadang kala dilengkapi pula dengan roda dukung,
apabila sistem penggandengan dengan daya penariknya
menggunakan sistem hela (trailing).
Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan roda alur
penstabil. Beberapa piringan dari garu piringan dirangkai menjadi
satu rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-
rangkaian ini biasa disebut sebagai rangkaian piringan (diskgang).
Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas dua rangkaian
piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dari proses
penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas ;
penggaruan satu aksi (single action) dan penggaruan dua aksi
(double action).
Didasarkan atas uraian di atas, garu piringan dibedakan atas
garu piringan dua rangkaian satu aksi (single action two gang disk
9

harrow); garu piringan dua rangkaian dua aksi (double action two
gang disk harrow); garu piringan empat rangkaian dua aksi atau
biasanya disebut tandem (tandem disk harrow).

b. Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)


Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir,
adalah jenis garu yang sudah umum digunakan petani di Indonesia.
Garu sisir yang ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu
dan biasa digunakan untuk pengolahan tanah sawah dalam keadaan
basah, sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah dengan
bajak singkal. Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor
gigi-giginya terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang
penempatan (tooth bar) dengan di klem atau di las. Konstruksi
garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor biasanya
terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang
penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan
yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada
yang lurus runcing dan ada yang pipih, ada pula yang berbentuk
blimbingan (diamond shape).
Garu bergigi paku terutama digunakan untuk meratakan dan
menghaluskan tanah sesudah pembajakan, lebih cocok digunakan
untuk tanah yang mudah hancur. Alat ini cukup efektif untuk
memberantas tanaman pengganggu khususnya yang masih kecil-
kecil, atau baru tumbuh.

c. Garu bergigi per (spring tooth harrow)


Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya
hampir menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat
dari per atau pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan
menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih
sesuai digunakan untuk tanah yang mudah dihancurkan. Cocok
untuk memberantas gulma yang mempunyai perakaran yang cukup
10

kuat dan dalam. Hal ini dikarenakan garu bergigi per mempunyai
penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan garu
bergigi paku. Dari sifatnya yang lentur dan bentuknya yang
lengkung akan dapat mengangkat atau mencabut akar-akar
tanaman sehingga terlempar keluar ke permukaan tanah.

d. Garu-garu khusus (special harrow)


Jenis garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk
mengerjakan pengolahan tanah dengan tujuan yang lebih khusus.
Sebagai misal, pengolahan tanah dengan tujuan khusus untuk
memusnahkan tanaman pengganggu, menghancurkan seresah, atau
untuk menggemburkan tanah secara intensif, atau mungkin
bertujuan untuk membuat bedengan (seed bed) yang lebih layak.
Penggunaan garu-garu khusus biasanya dilakukan setelah
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Macam-
macam garu khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau
seresah (weeder mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow);
penggemburan tanah (soil surgeon).

2. Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman


Setelah tanaman ditanam, maka tanaman tersebut butuh
pemeliharaan. Salah satu alat pemeliharaan tanaman adalah alat
penyemprot (sprayer). Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk
memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan
(droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang
sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama
dan penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator
pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat
ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan
dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan
penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Tarmana, 1976).
11

Alat penyemprot memiliki banyak jenis, jika kita lihat dari sumber
tenaganya, alat ini dibagi atas :
a. Alat penyemprotan tenaga tangan
- Atomizer (Hand Sprayer)
- Alat penyemprot jenis udara bertekanan (Compressed Air Sprayer)
- Alat penyemprot jenis gendong (Knapsack Sprayer)
b. Alat penyemprot bertenaga motor (Power Sprayer)
- Alat penyemprot hidrolik (Hidrolic Sprayer)
- Alat penyemprot blower (Blower Sprayer), biasanya digunakan
pada areal perkebunan yang luas, dengan mesin ini hembusan udara
bertekanan tinggi menyemprotkan bahan kimia dari mesin ke
pohon , dimana cairan kimia dirubah menjadi partikel halus oleh
aliran udara yang kuat.
Fungsi utama sprayer adalah untuk memecahkan cairan yang
disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara
merata pada objek yang dilindungi. Kegunaan khusus sprayer sebagai
berikut:
- Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama.
- Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas
penyakit.
- Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma.
- Menyemprotkan pupuk cairan.
- Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan tertentu.
B. Kapasitas Kerja Lapang
Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang dengan
sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan menghitung biaya
pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan. Dalam hal ini ada beberapa
istilah yang digunakan yaitu :
a. Kapasitas lapang teoritis
Kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan
lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya
memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan
selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya. Waktu per hektar teoritis
ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut.
Waktu kerja efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara
aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan
12

lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja
terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.

b. Kapasitas lapang efektif


Kapasitas lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang
aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total
sebagaimana didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif
biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja
teoritis mesin, prosentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai,
kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan.
Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan
pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar
teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih
Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-
faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya
tersedia.

c. Waktu Hilang
Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam
hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat
penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan,
belok di ujung, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan
efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau
perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat.
Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan
waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di
samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total
dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya
tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan,
namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau
efisiensi lapang.
13

d. Efisiensi lapang
Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif
dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi
lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan
untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
e. Slip
Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat
dikenai bebandengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda
penggerak yang sama (Wanders, 1978).

C. Membajak
Membajak tanah adalah sebuah proses kegiatan dalam pengolahan tanah
yang dilakukan di masa tanam. Kegiatan ini merupakan proses yang tidak bisa
ditinggalkan dalam rangka menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya
sudah dipakai. Sebagaimana kita ketahui, unsur hara dalam tanah itu sangat
terbatas, sehingga perlu upaya penggemburan setelah masa panen. Kegiatan
membajak ini paling sering dilakukan di lahan basah (sawah) dibandingkan
dengan lahan kering (ladang, pekarangan).
Membajak tanah berarti melakukan pembalikan tanah dengan alat seperti
cangkul, garu, waluku dan traktor. Pembalikan tanah biasanya sampai
kedalaman 30-50 cm, tergantung jenis tanah yang dimiliki oleh petani. Setelah
dilakukan pembalikan maka tanah harus diratakan sampai halus agar bisa jadi
media tanam yang baik. Proses membajak tanah akan kelihatan berhasil jika
pertumbuhan tanaman kelihatan baik. Media tanam harus dipastikan
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Fase membajak tanah merupakan tahap yang paling banyak
menghabiskan tenaga para petani, beaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.
hampir 40% beaya produksi dihabiskan pada fase pengolahan tanah ini. Pada
tanaman padi, para petani sering kali harus segera menjual hasil panennya atau
bahkan terjerat utang dikarenakan petani membutuhkan uang tunai untuk
membayar pekerja dalam pengolahan tanah.
Melakukan kegiatan membajak sawah sebenarnya memiliki makna yang
cukup dalam, dimana petani harus mengerti bahwa untuk menghasilkan
14

produksi yang baik, diperlukan media tanam yang bagus. Benih yang unggul
akan menjadi percuma jika lingkungannya tidak mendukung. Pola pertanian
sawah di Indonesia, khususnya jawa, dimana pada sawah yang beririgasi
hampir tiap tahun panen 3 kali cukup menguras bahan-bahan organik yang
terkandung dalam tanah. hal ini berdampak pada semakin menurunnya
kesuburan tanah dengan ditandai tekstur tanah yang semakin keras dan tandus.
Bahkan di musim kemarau akan terlihat sekali tanah tersebut mengalami
retak-retak yang cukup besar. Kondisi ini diperparah dengan pemakaian pupuk
dan pestisida kimia yang berlebihan.

D. Simple driving

Alat – alat pertanian digunakan untuk bekerja di lapangan dengan ditarik


oleh traktor. Lajunya traktor sangat menentukan kinerja alat yang digunakan
untuk mengolah tanah atau pemeliharaan tanaman, oleh karena itu mengemudikan
traktor dengan baik dan benar sangat diperlukan untuk menghasilkan pengolahan
tanah yang baik. Kesalahan daam mengemudikan traktor akan berakibat buruk
pada hasil pengolahan tanah, bahkan bisa merusak struktur tanah.

Kemampuan mengemudi traktor di jalan (on road driving) merupakan


syarat yang harus dipenuhi oleh seorang operator traktor, sebelum
mengoperasikan traktor di lahan pertanian. Mengemudi traktor, secara mendasar
dibedakan berdasarkan:

1. Mengemudi tanpa gandengan,

2. Mengemudi dengan gandengan.

Mengemudikan berarti mengoperasikan dan mengendalikan alat kendali


yang terdiri dari kopling, rem kaki, rem tangan, roda setir, tuas perseneling, dll.
Semua alat kendali tersebut mengatur penyaluran tenaga putar yang dihasilkan
15

oleh sumber tenaga, sehingga didapatkan putaran tertentu pada roda


penggeraknya, kemudian roda setir mengarahkan gerak traktor.
17

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum mekanisasi pertanian ini dilaksanakan di UPT Kebun
Kaliurang Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober 2016,
14 Oktober 2016, dan 21 Oktober 2016.
B. Pelaksanaan Praktikum

1. Identifikasi Alat dan Mesin Pertanian

A. Alat yang digunakan :

a. Traktor Besar
b. Hand Traktor
c. Peralatan Pertanian :
1. Bajak (Singkal dan Piringan)
2. Garu (Sisir dan Cacah)
3. Gelebeg
4. Knapsacksprayer
B. Cara Kerja
a. Menyiapkan alat-alat dan mesin yang akan dilakukan pengamatan
dan identifikasi,
b. Menyiapkan alat – alat dan mesin mengenai pabrik pembuatnya serta
spesifikasi dan kondisinya, menggunakan daftar isian yang sudah
disediakan (form isisan terlampir)
c. Daftar isian harus diisi dengan lengkap baik data maupun gambar
alat – alat dan mesin pertanian.
2. Kapasitas Kerja Lapangan
A. Alat dan Bahan
1. Traktor tangan(Traktor roda dua)

3
18

2. Bajak singkal untuk traktor tangan


3. Stopwatch
4. Meteran (50m dan 5m)
5. Penggaris Siku
6. Patok – patok
B. Cara Kerja
1. Sumber tenaga dan alat
a. Mencatat data mengenai jenis penggerak (jenis traktor, merk,
daya, rpm).
b. Mengamati dan mencatat data mengenai bajak singkal yang
digunakan.
2. Pengukuran kapasitas lapang, efisiensi lapang, dan slip roda traksi
a. Mengukur jarak tempuh traktor dalam lima putaran roda traksi
tanpa beban (bajak diangkat), 3 kali dan menghitung rata-ratanya,
didapat So.
b. Mencatat waktu mulai bekerja dan selesainya (Wk).
c. Untuk masing-masing grup, mengukur :
1. Lebar pengolahan
2. Waktu tempuh dalam jarak 10 m
3. Waktu belok
4. Jarak tempuh dalam lima putaran roda traksi saat pembajakan
5. Kedalaman pembajakan, dan waktu total kerja mesin

3. Latihan Membajak

A. Alat dan Bahan

1. Traktor tangan
2. Bajak Singkal

B. Cara Kerja

Pembajakan dilakukan dengan dua cara, yaitu pebajakan mulai dari


tepi, dan pembajakan mulai dari tengah (dalam).
19

1. Menyiapkan lahan yang akan dibajak


2. Menyiapkan traktor tangan (hand traktor) dan bajak singkal
3. Memasang bajak singkal pada hand traktor dan menyetel kedalaman
pembajakan (heatching)
4. Menghidupkan mesin hand traktor
5. Menjalankan hand traktor untuk melakukan pembajakan.

4. Simple Driving

A. Alat dan Bahan

1. Traktor Besar
2. Patok Besi

B. Cara Kerja

1. Menyiapkan traktor tangan (hand trakcor) dan bajak singkal


2. Menghidupkan mesin hand traktor
3. Menjalankan hand traktor.
20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari praktikum mekanisasi pertanian yang telah dilaksanakan,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan Spesifikasi Traktor Besar
Nama : Traktor Besar
Merk : Juff Bilt
Model/Tipe :-
Negara Pembuat/Tahun : Amerika/-

Motor Penggerak
Nama : Mesin Diesel
Merk :-
Model/Tipe : D8/8
HP/RPM :-
Jumlah Silinder :1
Volume Silinder (cc) :-
Perbandingan Kompresi :-:-
Urutan Penyalaan :-
Sistem Pendinginan : Radiator
Sistem Pelumasan : Oli
Sistem Transmisi : Roda Gigi
- Kopling :-
- PTO :-
- Persneling :-

Ukuran Traktor

4
21

Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 300 cm/116 cm/140 cm


Berat (kg) :-
Jarak Poros Roda (mm) : 1160 mm
Jarak Antar Roda (mm) :
- Depan : 1200 mm
- Belakang : 750 mm
Renggang dengan Tanah (mm) : 230-300 mm
Ukuran Roda (mm) :
- Depan : 450 mm
- Belakang : 950 mm
Kapasitas Tangki (l) : 5 Liter
Bahan Bakar : Solar
Pelumas :
- Mesin : Oli
- Transmisi : Oli
- Saringan Udara : Oli

Gambar 1.1. Traktor Besar dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Roda Besar (Utama)
2. Roda Depan
3. Stir Traktor
4. Bajak
5. Tangki Bahan Bakar
6. Dudukan Rem
22

7. Gigi
8. Sambungan Depan
9. Mesin Traktor
10. Kursi Operator
11. Filter

2. Pengamatan Spesifikasi Hand Traktor


Nama : Hand Traktor
Merk : Quick
Model/Tipe : G-3000/Stering Clution
Negara Pembuat/Tahun : Indonesia/-

Motor Penggerak
Nama : Diesel
Merk : Kubota
Model/Tipe : RD 85 DI/Direct Injection
HP/RPM : 8,5-10,5/1000
Volume Silinder (cc) :-
Perbandingan Kompresi :-:-
Sistem Pendinginan :-
Sistem Pelumasan : Oli
Sistem Transmisi : Gear Chain
- Kopling : Ada
- Persneling : Ada

Ukuran Traktor
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 275 cm/113 cm/95 cm
Berat (kg) :-
Jarak Antar Roda (mm) :
Renggang dengan Tanah (mm) : 230-300 mm
Ukuran Roda (mm) :
Kapasitas Tangki (l) : 5 Liter
Bahan Bakar : Solar
Pelumas :
- Mesin : Oli
- Transmisi : Oli
- Saringan Udara : Kering
23

Gambar 1.2. Hand Traktor dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Pegangan (Handling)
2. Roda
3. Knalpot
4. Motor Penggerak Roda (Puly)
5. Standard
6. Tangki Bahan Bakar
7. Tutup Tangki
8. Tutup Pendingin
9. Pen Belt
10. Tuas Standar
11. Pengait Bajak
12. Tuas Persneling
13. Pengatur Gas
14. Kopling
15. Puly Mesin
16. Spenroll

3. Pengamatan Spesifikasi Bajak Singkal (Molboard Plow)


Nama : Bajak Singkal (Molboard Plow)
Merk : Quick
Model/Tipe : Hand Traktor 6900
Negara Pembuat/Tahun : Indonesia
Cara Penggandengan : Menempel pada traktor (Mounted)

Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 66 cm/40 cm/65 cm
Renggang Bawah (mm) :-
24

Renggang Samping (mm) :-


Berat (kg) :-

Perlengkapan Bajak
Singkal Bajak (Coulter) : Ada
Jointer : Tidak
Roda Alur (Furrow Wheel) : Tidak
Roda Dukung (Land Wheel) : Tidak

Gambar 1.3. Bajak Singkal dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Pembongkar tanah (Bajak)
2. Pembalik tanah (Singkal)
3. Pengunci
4. Pengatur kedalaman
5. Pengait dengan traktor
6. Landside
7. Kerangka

4. Pengamatan Spesifikasi Bajak Piringan (Disk Plow)


Nama : Bajak Piringan (Disk Plow)
Merk : Quick
Model/Tipe :-
Negara Pembuat/Tahun : Indonesia
Cara Penggandengan : Menempel pada traktor (Mounted)

Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 110 cm/40 cm/57 cm
Renggang Bawah (mm) :-
25

Renggang Samping (mm) :-


Berat (kg) :-

Perlengkapan Bajak
Singkal Bajak (Coulter) : Tidak
Jointer : Tidak
Roda Alur (Furrow Wheel) : Ada
Roda Dukung (Land Wheel) : Tidak

Gambar 1.4. Bajak Piringan dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Roda Alur
2. Roda Piringan
3. Pengait dengan traktor
4. Kerangka

5. Pengamatan Spesifikasi Garu Piringan (Disk Harrow)


Nama : Garu Piringan (Disk Harrow)
Merk : Quick
Model/Tipe :-
Negara Pembuat/Tahun : Indonesia
Jumlah Rangkaian (gang) : 2 rangkaian
Jumlah Piringan/Rangkaian :8
Jenis Piringan : Piringan Berlubang
Diameter Piringan (cm) : 40 cm
Lebar Kerja Garu :-
Cara Penggandengan : Menempel pada traktor (Mounted)
26

Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 120 cm/55 cm/55 cm
Berat :-

Perlengkapan Garu
Roda Alur (Furrow Wheel) : Ada
Roda Dukung (Land Wheel) : Ada

Gambar 1.5. Garu Piringan dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Garu piringan
2. Setelan utama
3. Setelan garu piringan
4. Lubang sambung
5. Lubang gandeng
6. Piringan berlubang
7. Kerangka

6. Pengamatan Spesifikasi Knapsack Hand Sprayer


Nama : Knapsack Hand Sprayer
Merk : SWAN
Model/Tipe/Nomor Seri : -/SWA 14/152877
Negara Pembuat/Tahun : Indonesia
Jenis Nosel/Pengabut : Double Nosel
Volume Tangki Obat (l) : 14 Liter
3
Tekanan Kerja (kg/cm ) : 10 kg/cm3

Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : - /64 cm/62 cm
27

Berat : 10 kg

Gambar 1.6. Knapsack Hand Sprayer dan Bagian-bagiannya

Keterangan :
1. Pompa
2. Lubang memasukkan larutan
3. Tali pegangan di punggung
4. Manometer
5. Tangki
6. Kran penghubung selang dengan tangki
7. Penyangga tubuh
8. Nosel
9. Pipa Nosel
10. Corong
11. Kran penghubung selang dengan pipa nosel
12. Selang
13. Penghubung selang ke kran tangki
14. Pegangan (Grip)

7. Perhitungan Kapasitas Kerja Lapang


1. Lebar kerja
1. W1 = 36 cm
2. W2 (1) = 10 cm
(2) = 23 cm- 10 cm = 13 cm
(3) = 38 cm- 23 cm = 15 cm
(4) = 57 cm- 38 cm = 19 cm
2. Slip (6x putaran), Diameter roda = 77 cm
28

1. 11,80 m = 1180 cm
2. 11,20 m = 1120 cm
3. 12,70 m = 1270 cm

= = 1190 cm

3. Waktu
Total = 618,41 s
4. Luas Lahan

=
= 111,832 m2
 PERHITUNGAN :

L1=

= 56,47%( L1 )

L2 =

= x 100 %

=18,04% ( L2 )

L3 =
29

= 1,10% ( L3 )

L4 = %

= x100%

= 10,54% ( L4 )

 EFISIENSI KERJA

E= ( 1-L1 ) (1-L2 ) (1-L3(1-L4 ) x 100 %

= (1 -56,47%) (1 –18,04%) ( 1- 1,10%) (1- 45%) x 100%

= ( 1- 0,56 ) ( 1- 0,18 ) ( 1- 0,01 ) ( 1- 0,11 ) x 100%

= x100%

= 31,79%

B. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan bahwa pada penggunaan traktor
tangan memerlukan keahlian dan keterampilan dalam pengoperasiannya.
Dimana kami sebagai praktikan harus memahami materi yang akan
dilaksanakan,mengetahui bagian-bagian traktor, dan mengetahui cara
pengukuran efektifitas kerja suatu alat pertanian yakni traktor. Serta
memahami pada saat pengoperasian alat mesin traktor sampai pada prakteknya
30

di lapangan. Pengoperasian traktor didasarkan menggunakan kemampuan dan


skill yang terampil sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kecepatan traktor yang terlalu cepat sehingga menyebabkan praktikan terseret
traktor sampai terjatuh.

Untuk mengoperasikan traktor para mahasiswa terlebih dahulu harus mengerti


bagian-bagian traktor sehingga para pemula tidak kebingungan pada kegunaan
fungsi dari salah satu bagian traktor tersebut dan tidak terjadi kesalahan dalam
proses pengoperasian traktor. Untuk para pemula sebaiknya ketika
pengoperasian traktor keadaan gas lebih baik dalam keadaan rendah agar lebih
mudah dalam mengikuti arah jalannya traktor.operator yang berpengalaman
dan terampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik
dibanding operator yang belum terampil dan belum berpengalaman. Oleh
karena itu, dalam penggunaan traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih
dahulu memberikan latihan terampil kepada operator yang menjalankannya.
Usaha ini untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih
efektif.

Pada praktikum kali ini, kami dapat menghitung pengukuran efesiensi lapang,
Efisiensi lapang adalah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan
kapasitas lapang teoritis sebagai pembaginya. Parameter yang digunakan
untuk efisiensi lapang pada pengolahan tanah seperti slip, dan kapasitas lapang
efektif.

Waktu hilang untuk belok, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah
alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang.
Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya atau
memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama.
Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan/1800 per putaran,
sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90 0 perputaran.Nilai slip
yang didapat untuk setiap lahan bervariasi. Nilai slip tertinggi terjadi pada saat
pengolahan tanah yang berstruktur lengket. Pada saat praktikum Slip yang
31

terjadi pada saat pengolahan tanah pada jalur kedua meningkat dikarenakan
terbentuknya bongkahan tanah yang besar setelah traktor melintasi pada jalur
pertama, sehingga slip meningkat pada saat dilakukan pengolahan tanah pada
jalur ke dua . Slip roda yang terjadi akan menyebakan bertambahnya tenaga
yang diperlukan untuk penarikan karena gaya horizontal yang diperlukan di
atas permukaan tanah lebih besar. Kelunakan atau kelembekan tanah
merupakan faktor yang dapat memperbesar terjadinya deformasi tanah
sehingga slip yang terjadi akan semakin besar juga (Mckyes, 1985).

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan informasi bahwa persen waktu yang


hilang karena lebar kerja sebesar 56,47%, karena slip sebesar 18,04%, untuk
membelok sebesar 1,10%, karena macet/kerusakan sebesar 10,54%, sehingga
efisiensi kerja yang diperoleh sebesar 31,79%.

Kapasitas lapang efektif menunjukkan besarnya luas lahan yang diperoleh per
satuan waktu tertentu. Dari pengukuran langsung di lahan diperoleh hasil
bahwa kapasitas kerja teoritis lebih besar dibanding dengan kapasitas kerja
efektif, hal ini disebabakan oleh beberapa faktor misalnya kemampuan
operator dalam mengemudikan traktor,kondisi tanah pada lahan praktikum
yang memiliki kelembaban yang tinggi dan kemampuan/kondisi dari traktor
tersebut.

Semakin besar nilai efisiensi kerja maka penggunaan traktor semakin baik
pula, begitupun sebaliknya. Kecilnya efisiensi kerja pada praktikum kali ini
sebagian besar disebabkan, oleh overlapping, yaitu adanya hasil bajakan
sebagian terbajak lagi serta disebabkan oleh banyaknya waktu slip.
32
34

BAB V

KESIMPULAN

Setelah praktikum yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Menurut jenisnya traktor terbagi menjadi Traktor roda dua dan roda
empat,dan terdapat macam-macam komponen yang ada di
dalamnya.
2. Efisiensi pembajakan diperoleh dari seberapa besar kapasitas aktual
dan teoritis yangdiperoleh pada traktor saat pengolahan lahan.
3. Slip mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara
umumdilapangan.Umumnya pada lahan pertanian yang basah,
kadar liat tinggi, dan konfigurasi lahan yang fluktuatif / tidak
seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor,hasil
perhitungan waktu slip adalah 18, 04%
4. Bahwa perhitungan waktu hilang karena membelok adalah 1,10%.
5. Untuk perhitungan waktu hilang karena kerusakan kecil/macet
adalah 10,54%.
6. Perhitungan waktu hilang karena lebar kerja adalah 54,47%.
7. Dan setelah didapat perhitungan diatas maka efisiensi
menggunakan traktor adalah sebesar 31,79%.

DAFTAR PUSTAKA

5
35

Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1993. Panduan Usaha Tani PIR


Perkebunan TEH. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.
Hardjoanidjojo S, 1976.Pengantar Keteknikan Pertanian, IPB, Bogor.
Hardjosentono. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi
Aksara.Jakarta.
Haryadi. 1982. Mekanisme Pertanian. Genap Jaya Baru. Jakarta.
Haryono, M. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara : Jakarta.
Herodian S. 2003. Jasa Produksi Dan Pelayanan Alat Mesin Pertanian
(JP2AMP). IPB.
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. FakultasMekanisasi
dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Pramudya B. 1996. Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian untuk
Usahatani Tanaman Pangan. IPB.
Pratomo, M., dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Soedarno. 1996. Alat Pengolahan Pertanian. Redijaya : Semarang.
Sukirno,1999.Hand Traktor. Gramedia : Surabaya
Surman, R.L, 1989, Mengerjakan Tanah dan Alat-Alat Pertanian, Bumi Aksara :
Jakarta
Tarmana D. 1976. Alat dan Mesin Pertanian untuk Proteksi Tanaman Pangan.
Redijaya : Surabaya.
Wanders, A.A. 1978. Pengukuran Energi. Didalam Strategi Mekanisasi Pertanian.
Departemen Mekanisasi Pertanian-Fatema-IPB. Bogor.
Wijanto, M.S,1996. Memilih Merawat, Menggunakan, dan Traktor Tangan,
Penebar Swadaya, Jakarta
Winarno. 1994. Alat dan Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

5
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai