PLT 2 ( PENYAKIT)
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek Lapang/Magang merupakan kegiatan intrakurikuler wajib bagi mahasiswa
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian. Praktek Lapangan atau Magang
dilaksanakan di Dusun 3 Desa Manusak Kecamatan Kupang Timur yang relefan dengan
bidang teknologi budidaya pertanian dalam arti luas dan dinilai layak oleh Program Studi
selama satu bulan bekerja. Kegiatan Praktek Lapangan atau Magang merupakan kegiatan
untuk meningkatkan pemahaman, wawasan, keterampilan,melakukan pekerjaan,
kemampuan bekerja sama, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan managerial bagi
mahasiswa. Dengan demikian, sebagai calon Sarjana Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, mahasasiswa merealisasikan kompetensi
seperti yang diharapkan, setelah menyelesaikan pendidikannya nanti.
Kegiatan Magang diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif, baik bagi
mahasiswa, Perguruan Tinggi maupun Desa tempat Magang. Bagi mahasiswa dapat
memanfaatkan Magang sebagai berikut :
1. Wadah untuk menerapkan ilmu dan teknologi secara langsung,yang selama ini
hanya diperoleh melalui teori selama perkuliahan
2. Untuk meningkatkan keterampilan serta keahlian secara teknis di lapangan
3. Untuk menimbah ilmu pengelolaan usaha yang sesungguhnya pada perusahaan
atau industri yang bergerak dibidang teknologi budidaya pertanian dalam arti luas
4. Untuk mempelajari sosiologi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan tersebut
Bagi Perguruan Tinggi atau Universitas Fakultas Pertaian Pada khususnya, kegiatan
Magang memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Terjalinnya kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana
dengan Desa Manusak
2. Meningkatnya kualitas lulusan melalui pengalaman kerja selama kegiatan Magang
3. Dikelnalnya Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
di Desa Manusak.
Sedangkan bagi Desa Manusak kegiatan Magang juga memberikan manfaat antara
lain:
1. Terjalinnya kerjasama antara dunia pendidikan dengan kelopok tani sehingga
Desa tersebut akan dikenal oleh kalangan akademisi dan peneliti
2. Adanya masukan-masukan yang membangun dari mahasiswa peserta Magang
atau dosen pembimbing Magang dari Perguruan Tinggi untuk perbaikan Desa di
masa yang akan datang
3. Adanya peluang Desa untuk memanfaatkan tenaga mahasiswa peserta Magang
sebagai tenaa kerja paruh waktu
4. Adanya laporan-laporan Magang yang diberikan kepada Desa sebagai bukti
kepedulian dan partisipasi Desa dalam dunia pendidikan bagi generasi muda
Bangsa.
Panduan praktek lapang atau Magang ditujukan untuk memberikan arahan dan
pedoman bagi mahasiswa, dosen pembimbing, dan pengelola jurusan dalam
mengelola dan melaksanakan Magang hingga Magang dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan tujuan Magang
Dalam rangka mewujudkan NTT bangkit menuju sejahtera, Pemerintah
Provinsi NTT terus menggalakkan pembangunan diberbagai bidang, termasuk sektor
pertanian,peternakan, dan perikanan di NTT. Salah satu program yang gencar
dilakukan pemerintah Provinsi NTT saat ini adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
Untuk itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) meminta pihak
Universitas Nusa Cendana (UNDANA) mendukung program itu.
“kita tingkatkan terus pengembangan program tanam jagung panen sapi
(TJPS) dan saya mau pihak Universitas Nusa Cendana untuk mendukung program ini
“sebut Gubernur NTT, VBL ketika beraudiens dengan para pemimpin undana. Pada
kesempatan itu, Gubernur VBL menginginkan agar pelaku akademik daam hal ini
mahasiswa bisa turun langsung di tengah masyarakat dengan memiliki progam
terapan di sektor pertanian,perternakan, dan perikanan.
“Mahasiswa yang dibina di bangku perguruan tinggih harus bisa menjalankan
program ditengah masyarakat. Misalnya untuk mahasiswa pertanian punya program
tanam jagung. Harus ada hasilnya dan menjadi salah sau ukuran kelulusan mahasiswa.
Kita pihak pemerintah dukung itu dengan anggaran yang kita siapkn. Hal ini baik
sehngga ilmu dari kajian ilmiah itu bisa dirasakan langsung masyarakat dan ada
hasilnya untuk pembangunan.
Undana Dukung pemprov NTT
Sementara Rektor Undana ,Prof.Ir.Fredik L.Benu, M.Si.,Ph.D mengatakan,
undan siap mendukung seluruh program Gubernur NTT, VBL, termasuk program
TJPS. Sebagai wujud dukungan itu. Kami pihak undan siap mendukung program
pemerintah ini.
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan magang mahasisw mencakup manfaat bagi mahasiswa Universitas
Nusa Cendana Dan Desa manusak.
Bagi Perguruan Tinggi atau Universitas Fakultas Pertaian Pada khususnya, kegiatan
Magang memberikan manfaat sebagai berikut:
Sedangkan bagi Desa Manusak kegiatan Magang juga memberikan manfaat antara
lain:
1. Terjalinnya kerjasama antara dunia pendidikan dengan kelopok tani sehingga Desa
tersebut akan dikenal oleh kalangan akademisi dan peneliti
2. Adanya masukan-masukan yang membangun dari mahasiswa peserta Magang atau
dosen pembimbing Magang dari Perguruan Tinggi untuk perbaikan Desa di masa
yang akan datang
3. Adanya peluang Desa untuk memanfaatkan tenaga mahasiswa peserta Magang
sebagai tenaa kerja paruh waktu
4. Adanya laporan-laporan Magang yang diberikan kepada Desa sebagai bukti
kepedulian dan partisipasi Desa dalam dunia pendidikan bagi generasi muda Bangsa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman jagung di lahan tegalan atau
lahan kering, dan perlu dilakukan pemenuhan unsur hara esensial bagi tanaman. Menurut
Adisarwanto& Yustina dalam Jemrishdkk, (2013) menyatakan bahwa nitrogen merupakan
salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman jagung di lahan
kering. Sedangkan pemupukan nitrogen dosis 92 kg/ha menghasilkan produksi jagung 7,91
ton/ha. Salisburry& Ross (1995), fungsi nitrogen sangat esensial sebagai bahan penyusun
asam-asam amino, protein, dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis dan
penyusunan komponen inti sel yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil jagung.
Pemupupukan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman jagung.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung
adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam dapat dilakukan
dengan monokultur atau polikultur. Penanaman secara monokultur dirasakan kurang
menguntungkan karena mempunyai resiko yang besar, baik dalam keseimbangan unsur hara
yang tersedia. Sedangkan penanaman dengan tumpang sari lebih memungkinkan untuk
menambah nilai ekonomis ushatani. Menurut Marliahdkk, (2010) Tumpangsari
(intercropping) merupakan pola tanam polikultur yang sering digunakan dalam
pembudidayaan tanaman, termasuk tanaman jagung manis.
Jagung manis tergolong dalam tanaman monokotil artinya bahwa benang sari dan
putik terletak pada batang yang berbeda ttetapi pada satu tanaman yang sama. Berdsarkan
tipe bunganya, jagung manis yang berumah satu penyerbukannya adalah secara silang dan
produksi tepung sari oleh bunga jantan sangat banyak. Sehingga tersedia jutaan tepung sari
untuk menyerbuki biji pada jagung manis. Pertumbuhan dan perkembangan jagung manis
paling baik pada musi kemarau. Tanaman jagung manis dapat beradaptasi di kodisi iklim
yang luas pada 58 derajat LU hingga 40 LS dengan rentang ketinggian hingga 3000 mdpl.
Kondisi temperatur ynag dikehendaki pada temperatur 21-22 0C. sedangkan untuk
pertumbuhan bibit suhu yang dikehendaki adalah 10-40 0C setelah berkecambah (Syukur dan
Riflianto, 2013).
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman
yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Salah satu penyebab menurunnya
produksi jagung diakibatkan oleh kebiasaan petani dalam budidaya jagung menggunakan
benih yang ditanam turun temurun sehingga produksinya tidak optimal. Mutu benih yang
berasal dari varitas unggul ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat) mampu
mendukung peningkatan produksi jagung. Disamping benih unggul, penggunaan pupuk
berimbang dan pengendalian hama terpadu juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan
produksi maupun prduktivitas tanaman jagung. Sedangkan Pola tanam khususnya tanaman
pangan disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh tipe iklim di daerah tersebut (Amin dan
Zaenaty, 2012).
BAB 3.
METODE KERJA MAGANG
3.2.1 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Menentukan lokasi areal pertanaman jagung yang akan dijadikan sebagai observasi lapang
budidaya jagung
4.1 Hasil
A. PROFIL PETANI
No Uraian Keterangan
2.
No Uraian Keterangan
C. PENGOLAHAN LAHAN
No Uraian Keterangan
D. TEKNIK PENANAMAN
No Uraian Keterangan
No Uraian Keterangan
F. PANEN
No Uraian Keterangan
3. Ciri-ciri tanaman siap panen Tongkol jagung mulai agak hijau tua
dan tongkol membesar
G. KELEMBAGAAN PETANI
No Uraian Keterangan
4.2 Pembahasan
Jagung merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah padi, namun produksi
tanaman jagung masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional sehingga
menyebabkan pemerintah harus mengimpor jagung dari luar negeri untuk memenuhi pangan
nasional. Peningkatan produksi harus dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Peningkatan produksi tanaman jagung dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi pengelolaan tanaman terpadu. Menurut Hadijah, (2010) bahwa usahatani jagung
pada lahan kering suboptimal dan lahan kering masam melalui pendekatan penelolaan
tanaman terpadu (PTT) jagung mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
secara signifikan. Berbagai hasil penelitian telah menghasilkan teknologi budi daya jagung
dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi
yang diterapkan. Teknologi yang diterapkan harus memenuhi lima kriteria, yaitu kelayakan
agronomis, keuntungan yang akan diperoleh, kompatibilitas (kesesuaian) dengan sistem
usahatani (pola dan rotasi tanam, peralatan, dan sumber daya), kompabilitas dengan
prasarana-sarana, ekonomi dan sosial masyarakat, dan dapat diterima secara sosial-budaya.
komponen teknologi yang relatif mudah digunakan untuk meningkatkan produktivitas jagung
di daerah yang tingkat produktivitasnya rendah (<5,0 t/ ha) adalah varietas unggul komposit
atau hibrida. Hal tersebut dapat difasilitasi melalui perbaikan sistem produksi dan distribusi
benih, pembentukan penangkar benih berbasis pedesaan, dan bimbingan penerapan PTT
jagung.
Peningkatan produksi hasil panen jagung dapat dilakukan dengan upaya penambahan
jumlah input yang salah satunya adalah pupuk. Pupuk merupakan faktor penting dalam
peningkatan produksi jagung. Penambahan pupuk organik pada tanaman jagung merupakan
salah satu langkah untuk meningkatkan produksi, yang kaitannya dengan kesuburan tanah.
Armando, (2009) berpendapat bahwa pemberian pupuk organik dapat memperpanjang daya
serap dan simpan air, menggemburkan lapiasan tanah sehingga dapat menigkatkan kesuburan
tanah. Tanah yang subur dapat menyebabkan akar tanaman dapat menembus lebih dalam dan
luas sehingga tanaman lebih kuat dan lebih mampu menyerap hara tanaman dan air lebih
banyak sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
Benih yang baik (unggul) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar
terhadap produksi jagung yang diperoleh. Maka dari itu pengadaan benih sebelum ditanam
harus diketahui beberapa teknik pengadaan benih antara lain mengetahui kualitas benih itu
sendiri. Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah 1) teknik produksi
benih berkualitas, 2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan dan
pendistribusian benih dan 3) teknik deteksi atau mengukur kualitas benih. Selanjutnya, tiga
kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah, a) kualitas genetik, yaitu kualitas benih
yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat
kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya
ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman, b) kualitas fisiologi, yaitu
kualitas benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan
benih, c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran
maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.
Dalam memproduksi benih jagung bersari bebas, ada dua aspek penting yang perlu
mendapat perhatian, yaitu standar lapangan dan standar laboratorium. Standar lapangan:
Isolasi jarak 300 m atau isolasi waktu 30 hari dan campuran varietas lain (CVL) maksimum
2% untuk benih dasar dan benih pokok, sedangkan untuk benih sebar 3%. Standar
laboratorium: Kadar air maksimum 12%, benih murni minimum 98%, kotoran benih
maksimum 2%, CVL maksimum 0% untuk benih dasar, 0,1% untuk benih pokok, dan 1,0%
untuk benih sebar, biji tanaman lainnya 0,5% untuk benih dasar dan benih pokok, 1,0% untuk
benih sebar, daya tumbuh minimum 80%. Standar lapangan berupa isolasi jarak atau isolasi
waktu diperlukan untuk mencegah terjadinya persilangan dengan varietas lain. Standar
laboratorium selain diperlukan untuk menjamin kemurnian genetik benih, juga diperlukan
untuk menjamin mutu fisiologis benih sehingga memiliki daya tumbuh yang tinggi, lebih
vigor, dan tahan terhadap organisme pengganggu tanaman. Teknik produksi benih jagung
umumnya hampir sama dengan teknik produksi jagung secara komersial, walaupun ada
beberapa tambahan kebutuhan yang unik untuk memproduksi benih. Pertama, kualitas benih
harus lebih baik daripada kualitas biji, kesuburan lahan lebih seragam untuk memudahkan
seleksi terhadap tipe galur yang menyimpang da fasilitas pendukung mudah tersedia saat
dibutuhkan, seperti tenaga kerja untuk pemotongan bunga jantan (detasseling), perawatan,
panen, dan pascapanen (Saenongdkk, 1999).
Jarak tanam memiliki pengaruh terhadap produksi tanaman karena jarak tanam
menentukan pertumbuhan gulma, hama, dan penyakit yang akan berkompetisi dengan
tanaman pokok. Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya
dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien
dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang
mengakibatkan produktivitas rendah. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan
jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman.
Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk
mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia
cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas
tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya. Berbagai pola pengaturan jarak tanam pada
tanaman jagung telah banyak dilakukan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal.
Menurut pendapat Nurlaili, (2010) bahwa penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung
dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi
unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan
pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang
diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun
sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang
karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis
dan produksi tanaman tidak optimal.
Silaban dkk, (2013) dalam penelitiannya diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
dengan jarak tanam yang lebih rapat (J1 = 70cm x 10cm) dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif yaitu tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh
ruang tumbuh tanaman yang semakin sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu
semakin besar. Sedangkan bahwa penggunaan jarak tanam yang semakin rapat maka jumlah
daun semakin sedikit. Hal ini disebabkan dengan jarak tanam yang rapat maka akan terjadi
saling tumpang tindih pada daun tanaman. Selanjutnya tanaman akan merespon dengan
mengurangi pembentukan daun.
Berdasarkan pada hasil observasi lapang tentang ”Budidaya Tanaman Jagung” yang
dilakukan di Desa Manusak , Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang diperoleh data
bahwa penggunaan jarak tanam oleh petani jagung mayoritas adalah 80 x 20 cm. Jarak tanam
yang ideal untuk tanaman jagung adalah 50 x 60 cm – 50 x 80 cm, bila dilihat dari ketentuan
tentang jarak tanamatanama jagung yang dilakukan oleh petani kurang sesuai, akan tetapi
hampir sesuai. Nurlaili, (2010) mengatakan bahwa penggunaan jarak tanam jagung hibrida
sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang ideal
untuk tanaman jagung yaitu 50 x 60 cm. Sedangkan penggunaan jarak tanam yang baik pada
tanaman jagung 50 x 40 cm dan 50 x 80 cm dengan satu tanaman. Sebaliknya penggunaan
jarak tanam yang terlalu lebar akan mengurangi efektivitas penggunaan lahan dan
memberikan kesempatan pertumbuhan gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak
dikehendaki keberadaannya pada areal budidaya tanaman, karena gulma dan tanaman
budidaya mempunyai persyaratan tumbuh yang sama dalam memperoleh cahaya, unsur hara,
air, suhu udara dan ruang tumbuh sehingga menyebabkan persaingan antara gulma pada
tanaman budidaya. Gulma juga menjadi penyebab hilangnya hasil produksi pertanian yang
hampir setara dengan resiko serangan hama dan penyakit. Masalah serangan hama dan
penyakit tanaman umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang ditimbulkan oleh
gulma bersifat tetap dan berulang.
Berdasarkan pada hasil observasi lapang tentang ”Budidaya Tanaman Jagung” yang
dilakukan di Desa Manusak , Kecamatan Kupang timur Kabupaten Kupang diperoleh data
bahwa pemupukan tanaman jagung dilakukan oleh petani dengan menggunakan jenis pupuk
anorganik berupa pupuk Urea. Dosis yang diberikan oleh petani adalah 160 kg per m 2/ha,
dengan periode pemupukan sekitar 2 – 3 kali selama satu musim tanam. Pemupukan
dilakukan pada saat tanam dengan dosis 60 kg per m2/ha dan 100 kg m2/ha pada tanaman usia
45 HST. Hasil jagung dapat ditingkatkan dengan pemupukan yang tepat, baik dosis dan
waktu maupun jenis pupuk yang diberikan. Hara N, P, dan K merupakan hara makro yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Sumber hara N, P dan K dapat berasal dari
pelapukan mineral tanah, bahan organik, air irigasi, dan pemupukan. Sedangkan menurut
Kasno dan Kustaman, (2013) pemberian pupuk NPK 15-15-15 nyata meningkatkan bobot
pipilan kering biji jagung. Pemupukan NPK majemuk 15-15-15 sebanyak 50 kg/ha nyata
meningkatkan bobot pipilan kering biji jagung. Bobot pipilan kering biji jagung tertinggi
dicapai pada pemupukan 300 kg/ha NPK 15-15-15 dan nyata dibandingkan dengan dosis 50
kg/ha. Dengan demikian dapat dikatakan dosis optimum NPK 15-15-15 untuk tanaman
jagung adalah 300 kg/ha + 250 kg urea/ ha dengan bobot pipilan kering biji jagung 6,05 t/ha.
Pupuk NPK majemuk tidak dapat digunakan secara mandiri, harus ditambah pupuk urea
sebagai sumber N. Kesimpulan dadi hasil tersebut adalah kegiatan pemupukan tanaman
jagung oleh petani di Desa Manusak , Kabupaten Kupang masih kurang tepat, karena hanya
mnggunakan pupuk Urea dengan dosis 160 kg / ha, sedangkan sesuai standart pemupukan
tanaman jagung adalah 300 kg NPK (Phonska)/ha + 250 kg urea/ ha.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasrkan hasil observasi lapang di Desa Manusak , Kabupaten Kupang tentang budidaya
tanaman pangan dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahawa.
1. Usaha peningkatan produksi tanaman jagung dapat diupayakan dengan penambahan luas
areal panen, penyediaan benih unggul, aplikasi pupuk secara tepat dan penambahan bahan
organik yang cukup dan pengelolaan tanaman terpadu.
2. Pesrsiapan benih sebelum ditanam harus diawali dengan pemeriksaan kualitas benih yang
memiliki kriteria unggul, sehat, dan berdaya tumbuh tinggi. Selain itu benih diusahakan harus
bebas dari gangguan hama dan penyakit.
3. Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung karena kaitannya
dengan persaingan antar populasi atau dengan gulma dalam hal perbutan nutrisi, cahaya, dan
ruang tumbuh tanaman.
4. dosis pupuk yang diberikan oleh petani jagung di Desa Manusia, , Kabupaten Kupang tidak
sesuai dengan ketentuan atau standart pemupukan yang ada.
5.2 Saran
Kegiatan Magang sudah berjalan sesuai rencana dan harapan kita semua, namun
didalam pelaksanaan Magang masih terdapat beberapa kendala tentang pengetahuan
praktikan tentang budidaya tanaman jagung yang masih kurang. Alangkah baiknya jika
Magang memiliki wawasan yang sedikit luas tentang budidaya tanaman jagung sehingga
dapat membantu petani dalam memecahkan berbagai masalah dalam berbudidaya tanaman
jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Agato dan Narsih. 2011. Pengembangan Hasil Pertanian (Jagung) Menjadi Produk Susu
Jagung Dan Kerupuk Jagung. Teknologi pangan, 2(1): 86-94.
Amin, M, dan Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya Jagung Hibrida
Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.
Armando, Y.,G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Utisol Melalui
Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta agrosia, 12(2): 124-129.
Bustami, G. 2012. Upya Peningkatan Produski dan Pasar Luar Negeri. Jakarta: Warta ekspor.
Hadijah, A.,D. 2010. Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman
Terpadu. Iptek tanaman pangan, 5(1): 64-73
Jemrish, H.,H. Sonabi, D, Prajitno, A. Syukur. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Pada Berbagai
Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol. Ilmu pertanian, 16(1): 77-89.
Kasno, A, T, Rostaman. 2013. Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas Jagung dengan Aplikasi
Pupuk NPK Majemuk. Tanaman pangan, 32(3): 179-186.
Marliah, A, Jumini, Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan Pada Sistem Tumpangsari
Beberapa Varietas Jagung Manis Dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil. Agrista, 14(1): 30-39.
Nelson dan Kaisi. 2011. AgronomicandEconomicEvaluationOfVariousFurrowIrrigationStrategies
For CornProductionUnderLimited Water Supply. Soilandwater, 66(2): 114-121.
Nurlaili,. 2010. Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (ZeaMays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai
Jarak Tanam. Agronobis, 2(4): 19-29.
Saenong, S. M, Azrai, R, Arif, Rah,awati. 1999. Pengelolaan Benih Jagung. Maros, 1(1): 145-174.
Silaban, E.,T. E, Purba, J, Ginting. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis
(ZeamayssacarathaSturt. L) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Waktu Olah
Tanah. Agroteknologi, 1(3): 808-818.
Sutoro. 2012. Kajian Penyediaan Varietas Jagung untuk Lahan Suboptimal. Iptek tanaman pangan,
7(2): 108-105.