Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAGANG

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DI DUSUN III KELOMPOK TANI


KULDOKI, DESA MANUSAK , KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN
KUPANG

CHARLYNDA ELLENVIA OEMATAN


1804060035

PLT 2 ( PENYAKIT)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek Lapang/Magang merupakan kegiatan intrakurikuler wajib bagi mahasiswa
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian. Praktek Lapangan atau Magang
dilaksanakan di Dusun 3 Desa Manusak Kecamatan Kupang Timur yang relefan dengan
bidang teknologi budidaya pertanian dalam arti luas dan dinilai layak oleh Program Studi
selama satu bulan bekerja. Kegiatan Praktek Lapangan atau Magang merupakan kegiatan
untuk meningkatkan pemahaman, wawasan, keterampilan,melakukan pekerjaan,
kemampuan bekerja sama, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan managerial bagi
mahasiswa. Dengan demikian, sebagai calon Sarjana Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, mahasasiswa merealisasikan kompetensi
seperti yang diharapkan, setelah menyelesaikan pendidikannya nanti.
Kegiatan Magang diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif, baik bagi
mahasiswa, Perguruan Tinggi maupun Desa tempat Magang. Bagi mahasiswa dapat
memanfaatkan Magang sebagai berikut :
1. Wadah untuk menerapkan ilmu dan teknologi secara langsung,yang selama ini
hanya diperoleh melalui teori selama perkuliahan
2. Untuk meningkatkan keterampilan serta keahlian secara teknis di lapangan
3. Untuk menimbah ilmu pengelolaan usaha yang sesungguhnya pada perusahaan
atau industri yang bergerak dibidang teknologi budidaya pertanian dalam arti luas
4. Untuk mempelajari sosiologi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan tersebut

Bagi Perguruan Tinggi atau Universitas Fakultas Pertaian Pada khususnya, kegiatan
Magang memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Terjalinnya kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana
dengan Desa Manusak
2. Meningkatnya kualitas lulusan melalui pengalaman kerja selama kegiatan Magang
3. Dikelnalnya Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
di Desa Manusak.

Sedangkan bagi Desa Manusak kegiatan Magang juga memberikan manfaat antara
lain:
1. Terjalinnya kerjasama antara dunia pendidikan dengan kelopok tani sehingga
Desa tersebut akan dikenal oleh kalangan akademisi dan peneliti
2. Adanya masukan-masukan yang membangun dari mahasiswa peserta Magang
atau dosen pembimbing Magang dari Perguruan Tinggi untuk perbaikan Desa di
masa yang akan datang
3. Adanya peluang Desa untuk memanfaatkan tenaga mahasiswa peserta Magang
sebagai tenaa kerja paruh waktu
4. Adanya laporan-laporan Magang yang diberikan kepada Desa sebagai bukti
kepedulian dan partisipasi Desa dalam dunia pendidikan bagi generasi muda
Bangsa.
Panduan praktek lapang atau Magang ditujukan untuk memberikan arahan dan
pedoman bagi mahasiswa, dosen pembimbing, dan pengelola jurusan dalam
mengelola dan melaksanakan Magang hingga Magang dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan tujuan Magang
Dalam rangka mewujudkan NTT bangkit menuju sejahtera, Pemerintah
Provinsi NTT terus menggalakkan pembangunan diberbagai bidang, termasuk sektor
pertanian,peternakan, dan perikanan di NTT. Salah satu program yang gencar
dilakukan pemerintah Provinsi NTT saat ini adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
Untuk itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) meminta pihak
Universitas Nusa Cendana (UNDANA) mendukung program itu.
“kita tingkatkan terus pengembangan program tanam jagung panen sapi
(TJPS) dan saya mau pihak Universitas Nusa Cendana untuk mendukung program ini
“sebut Gubernur NTT, VBL ketika beraudiens dengan para pemimpin undana. Pada
kesempatan itu, Gubernur VBL menginginkan agar pelaku akademik daam hal ini
mahasiswa bisa turun langsung di tengah masyarakat dengan memiliki progam
terapan di sektor pertanian,perternakan, dan perikanan.
“Mahasiswa yang dibina di bangku perguruan tinggih harus bisa menjalankan
program ditengah masyarakat. Misalnya untuk mahasiswa pertanian punya program
tanam jagung. Harus ada hasilnya dan menjadi salah sau ukuran kelulusan mahasiswa.
Kita pihak pemerintah dukung itu dengan anggaran yang kita siapkn. Hal ini baik
sehngga ilmu dari kajian ilmiah itu bisa dirasakan langsung masyarakat dan ada
hasilnya untuk pembangunan.
Undana Dukung pemprov NTT
Sementara Rektor Undana ,Prof.Ir.Fredik L.Benu, M.Si.,Ph.D mengatakan,
undan siap mendukung seluruh program Gubernur NTT, VBL, termasuk program
TJPS. Sebagai wujud dukungan itu. Kami pihak undan siap mendukung program
pemerintah ini.

PROFIL DESA MANUSAK, KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG


Manusak adalah desa di kecamatan Kupang Timur, di Indonesia. Adalah sebuah desa yang
dimekarkan dari Desa Pukdale. Kepala Desa pertama adalah Z.H Ingunau. Sebagian besar
penduduknya bercocok tanam. Penduduk Manusak terlah berbaur dengan sebagian pendatang
asal ex-Tim-Tim. Kepala desa sekarang dijabat oleh Arthur Ximenes,SH
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tanaman jagung di Desa Manusak , Kecamatan Kupang Timur,Kabupaten


Kupang. . 
2.   Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman jagung
3.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang
baik bagi tanaman jagun

1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan magang mahasisw mencakup manfaat bagi mahasiswa Universitas
Nusa Cendana Dan Desa manusak.

Bagi Perguruan Tinggi atau Universitas Fakultas Pertaian Pada khususnya, kegiatan
Magang memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Terjalinnya kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana


dengan Desa Manusak
2. Meningkatnya kualitas lulusan melalui pengalaman kerja selama kegiatan
Magang
3. Dikelnalnya Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
di Desa Manusak.

Bagi mahasiswa dapat memanfaatkan Magang sebagai berikut :


1. Wadah untuk menerapkan ilmu dan teknologi secara langsung,yang selama ini
hanya diperoleh melalui teori selama perkuliahan
2. Untuk meningkatkan keterampilan serta keahlian secara teknis di lapangan
3. Untuk menimbah ilmu pengelolaan usaha yang sesungguhnya pada
perusahaan atau industri yang bergerak dibidang teknologi budidaya pertanian
dalam arti luas
4. Untuk mempelajari sosiologi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan
tersebut

Sedangkan bagi Desa Manusak kegiatan Magang juga memberikan manfaat antara
lain:
1. Terjalinnya kerjasama antara dunia pendidikan dengan kelopok tani sehingga Desa
tersebut akan dikenal oleh kalangan akademisi dan peneliti
2. Adanya masukan-masukan yang membangun dari mahasiswa peserta Magang atau
dosen pembimbing Magang dari Perguruan Tinggi untuk perbaikan Desa di masa
yang akan datang
3. Adanya peluang Desa untuk memanfaatkan tenaga mahasiswa peserta Magang
sebagai tenaa kerja paruh waktu
4. Adanya laporan-laporan Magang yang diberikan kepada Desa sebagai bukti
kepedulian dan partisipasi Desa dalam dunia pendidikan bagi generasi muda Bangsa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Jagung transgenik hibrida mampu menghasilkan produksi rata-rata 13 ton per ha


dipengaruhi oleh nutrisi tanaman yang diberikan. Ketika melakukan pemupukan aspek utama
nutrisi tanaman penting untuk memahami dan mengelola produksi jagung dan kaitannya
dengan jumlah dari nutrisi mineral mengingat bahwa perlu diperoleh selama musim tanam,
disebut sebagai "total serapan hara," atau nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi, dan jumlah
yang nutrisi yang terkandung dalam tanaman. Menurut Ross etal (2013) dalam 50 tahun
terakhir, jumlah N, P, dan K yang dibutuhkan untuk produksi dan jumlah nutrisi yang diserap
oleh tanaman memiliki hampir dua kali lipat di berbagai sistem manajemen yang digunakan.
Mobilitas nutrisi tanaman tidak seperti tanaman bahan kering, c nutrisi spesifik memiliki
mobilitas karakteristik yang memungkinkan mereka untuk dimanfaatkan dalam satu jaringan,
maka kemudian diangkut (remobilized) dan digunakan di organ lain. Bagi banyak nutrisi,
termasuk N, P, S, dan Zn, persentase yang besar dari total serapan disimpan dalam biji jagung
pada saat pembentukan biji. Fosfor, misalnya, akumulasi lebih dari satu-setengah dari total
serapan setelah VT / R1 dan remobilized sebagian di transfer pada daun dan tangkai jaringan.
Penggunaan pupuk dioptimalkan pada fase pembungaan dan pembentukan biji.

Pemupukan tanaman jagung memerlukan konsentrasi di atas level S 10 ppm untuk


mencukupi kebutuhan tanaman akan nutrisi yang digunakan selama fase pertumbuhan.
Aplikasi pupuk dengan unsur S telah ditemukan di percobaan tes tanah, memprediksi respons
tanaman terhadap aplikasi S pada tanah di Midwest USA. Pasokan unsur S pada tanaman
tersedia terkait dengan lebih dari konsentrasi SO4-S di atas 6-in. Berdasarkan uji kandungan
tanah, dimana kondisi tanah kurang subur maka perlu dilakukan pemupukan. Tanah organik
materi memiliki hubungan agak lebih baik untuk menghasilkan respon, tapi untuk alasan
yang sama tidak jelas membedakan antara tanaman yang responsif dan non-responsif. Hasil
ini berhubungan dengan kombinasi kompleks lingkungan, tanah, dan faktor tanaman yang
menghasilkan kekurangan atau memadai terhadap ketersediaan unsur S. pengamatan visual
yang tersedia dari gejala defisiensi dapat menyebabkan memperbaiki penentuan respon S.
Namun, kekurangan unsur S tidak menunjukkan gejala defisiensi (John etal 2011).

Pengairan pada tanaman jagung melalui teknik pengairan sangat berpengaruh


terhadap hasil gabah jagung dari tiga perawatan irigasi tidak signifikan berbeda. Hasil ini
menunjukkan bahwa kelembaban tanah di lahan bisa habis sampai 50% sebelum irigasi
diterapkan tanpa secara signifikan penurunan hasil panen. Hal ini juga menunjukkan rata-rata
aplikasi air musiman adalah 70, 106, dan 216 cm ha yang diberikan. Demikian pula, pada
tahun 2007, rata-rata aplikasi air musiman 40, 77, dan 123 cm per ha. Air rendah aplikasi
selama pertumbuhan vegetatif panggung untuk 0,5 pengobatan FC kontribusi untuk tinggi
tanaman lebih pendek dan diameter batang tetapi mengakibatkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam hasil gabah dibandingkan dengan 0,7 FC dan  stres air. Hasil ini
menunjukkan bahwa kelembaban tanah memungkinkan akan habis sampai 0,5 FC sebelum
memulai irigasi secara signifikan meningkatkan net kembali (tabel 1) dan kelembaban tanah
mengelola untuk menangkap curah hujan dapat membantu batas aplikasi irigasi. Studi di
barat daya Nebraska menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan yield ketika lebih dari
30,5 cm (12 in) dari air irigasi yang diterapkan. Namun, penurunan kelembaban tanah tidak
secara signifikan mempengaruhi hasil produksi (Nelson, 2011).

Pemupukan tanaman jagung memerlukan konsentrasi di atas level S 10 ppm untuk


mencukupi kebutuhan tanaman akan nutrisi yang digunakan selama fase pertumbuhan.
Aplikasi pupuk dengan unsur S telah ditemukan di percobaan tes tanah, memprediksi respons
tanaman terhadap aplikasi S pada tanah di Midwest USA. Pasokan unsur S pada tanaman
tersedia terkait dengan lebih dari konsentrasi SO4-S di atas 6-in. Berdasarkan uji kandungan
tanah, dimana kondisi tanah kurang subur maka perlu dilakukan pemupukan. Berbagai jenis
jagung yang ditanam di Indonesia berdsarkanumurnya menurut Warisno (1998) adalah jenis
jagung warangan, genjah kertas, abimanyu, dan jenis arjuna. Jenis jagung berumur sedang
antara lain jagung CP1, CP 2, dan hibrida IPB 4. Sedangkan jagung berumur panjang antara
lain jagung kania, bastar kuning, harapan, dan bima. Menurut bentuk bijinya jagung gigi kuda
yang dicirikan dengan lekukannya pada bagian atas. Lekukan ini dapat terjadi pada saat biji
mengering dan terjadi pengerasan lapisan tepung sehingga biji mengerut. Warna bijinya
beranekaragam yaitu merah, kuning, dan wara putih. Jagung manis atau sweeetcorn
merupakan jagung yang biasanya dikonsumsi sebagai sayuran.

Kalimantan Barat merupakan suatu daerah yang dinilai berpotensi dalam


pengembangan komoditas jagung, mengingat masih luasnya lahan yang belum dimanfaatkan.
Produksi jagung pada tahun 2008 mencapai 188,841 ton dengan luas panen 39.513 ha dan
rata-rata produksi 47,79 kw/ha (Dinas Pertanian Kalimantan Barat. 2008 dalam Agato dan
Narsih, 2011) tanaman jagung mudah tumbuh dikondisi tanah yang kurang subur, sehingga
tidak terlalu sulit untuk pengembangan budidaya tanaman tersebut. Jagung merupakan
komoditas konsumsi nasiomal yang dibutuhkan dan berperan penting dalam penyediaan dan
keseimbangan bahan pangan di Indonesia.

Berbagai kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman jagung di lahan tegalan atau
lahan kering, dan perlu dilakukan pemenuhan unsur hara esensial bagi tanaman. Menurut
Adisarwanto& Yustina dalam Jemrishdkk, (2013) menyatakan bahwa nitrogen merupakan
salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman jagung di lahan
kering. Sedangkan pemupukan nitrogen dosis 92 kg/ha menghasilkan produksi jagung 7,91
ton/ha. Salisburry& Ross (1995), fungsi nitrogen sangat esensial sebagai bahan penyusun
asam-asam amino, protein, dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis dan
penyusunan komponen inti sel yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil jagung.
Pemupupukan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman jagung.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung
adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam dapat dilakukan
dengan monokultur atau polikultur. Penanaman secara monokultur dirasakan kurang
menguntungkan karena mempunyai resiko yang besar, baik dalam keseimbangan unsur hara
yang tersedia. Sedangkan penanaman dengan tumpang sari lebih memungkinkan untuk
menambah nilai ekonomis ushatani. Menurut Marliahdkk, (2010) Tumpangsari
(intercropping) merupakan pola tanam polikultur yang sering digunakan dalam
pembudidayaan tanaman, termasuk tanaman jagung manis.

Jagung manis tergolong dalam tanaman monokotil artinya bahwa benang sari dan
putik terletak pada batang yang berbeda ttetapi pada satu tanaman yang sama. Berdsarkan
tipe bunganya, jagung manis yang berumah satu penyerbukannya adalah secara silang dan
produksi tepung sari oleh bunga jantan sangat banyak. Sehingga tersedia jutaan tepung sari
untuk menyerbuki biji pada jagung manis. Pertumbuhan dan perkembangan jagung manis
paling baik pada musi kemarau. Tanaman jagung manis dapat beradaptasi di kodisi iklim
yang luas pada 58 derajat LU hingga 40 LS dengan rentang ketinggian hingga 3000 mdpl.
Kondisi temperatur ynag dikehendaki pada temperatur 21-22 0C. sedangkan untuk
pertumbuhan bibit suhu yang dikehendaki adalah 10-40 0C setelah berkecambah (Syukur dan
Riflianto, 2013).

Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman
yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Salah satu penyebab menurunnya
produksi jagung diakibatkan oleh kebiasaan petani dalam budidaya jagung menggunakan
benih yang ditanam turun temurun sehingga produksinya tidak optimal. Mutu benih yang
berasal dari varitas unggul ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat) mampu
mendukung peningkatan produksi jagung. Disamping benih unggul, penggunaan pupuk
berimbang dan pengendalian hama terpadu juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan
produksi maupun prduktivitas tanaman jagung. Sedangkan Pola tanam khususnya tanaman
pangan disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh tipe iklim di daerah tersebut (Amin dan
Zaenaty, 2012).
BAB 3.
METODE KERJA MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Magang budidaya tanaman pangan “Budidaya tanaman jagung”


dilaksanakan pada hari, Senin-Jumat , mulai pukul 80.00 WIB hingga selesai. Kegiatan
Magagng dilaksanakan di Dusun III Desa Manusak Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten
Kupang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1.    Kamera

2.    Alat tulis

3. pipa yang sudah di potong bentuk ujung peruncing

3.2.2 Bahan

1.    benih jagung Hibrida

3.3 Cara Kerja

1.    Menentukan lokasi areal pertanaman jagung yang akan dijadikan sebagai observasi lapang
budidaya jagung

2.    Mengajukan beberapa pertanayaan yang terdapat di quisioner

3.    Mendokumentasikan hasil observasi berupa foto

4.    Membuat laporan tertulis sesuai hasil observasi


BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil 

Berdasrkan hasil observasi lapang Budidaya Tanaman Pangan”Budidaya Tanaman Jagung ”


di Desa Manusak , Kecamatan Kupang Timur Kabupaten kupang diperoleh hasil sebagai
berikut.

Tabel 4.1.1 Hasil observasi lapang budidaya tanaman jagung

A.  PROFIL PETANI

No Uraian Keterangan

1. Nama petani Bapak Matram

Foto lokasi Lokasi di Desa Manusak


, Kecamatan Kupang
Kabupaten Kupang .

2.

3. Foto wawancara Wawancara dilakukan di


lahan pertanaman jagung
milik kelompok tani
4. Jenis jagung yang Varietas Hibrida (Pioner
ditanam 2)

5. Luas lahan yang 250 m2


ditanam

B.  PERSIAPAN BENIH JAGUNG

No Uraian Keterangan

1. Syarat benih bermutu Terbebas dari hama dan penyakit dan


kotoran.

2. Penyiapan benih sebelum tanam -

3. Varietas yang digunakan Hibrida Pioner 2

4. Asal usul bahan tanam Membuat sendiri dari sebelumnya

C.  PENGOLAHAN LAHAN

No Uraian Keterangan

1. Mulai menggunakan lahan 1990-an

2. Penggunaan lahan sebelum / Jagung – padi – padi


sesudah tanaman jagung

3. Teknik pengolahan tanah Tanpa olah tanah (TOT)

4. Teknik pembajakan Traktor

5. Alat [engolahan tanah Cangkul dan kadang traktor

D.  TEKNIK PENANAMAN

No Uraian Keterangan

1. Pola tanam Pergiliran tanaman dengan padi

2. Sistem budidaya Budidaya konvensional


3. Jarak tanam yang digunakan 80x 20 cm

4. Waktu penanaman Awal musim kemarau

5. Jumlah benih per lubang 1 butir

6. Teknik penanaman Manual dengan cara tugal

7. Alat yang digunakan menanam Pipa runcing dan sejenisnya

E.  PELAKSANAAN PEMELIHARAAN TANAMAN

No Uraian Keterangan

1. Umur penyulaman jagung 7 hari setelah tanam

2. Umur pelaksanaan penyiangan 7 hari setelah tanam

3. Teknik penyiangan jagung Manual, menggunakan alat

4. Nama alat penyiangan jagung Sabit

5. Teknik pengairan tanaman Sebelum tanam dan ada juga yang


sesudah tanam

6. Asal sumber air Bendungan

7. Jenis pupuk Anorganik = Urea 160 kg / ha

8. Periode pemupukan Saat tanam dan 45 HST

9. Waktu pemupukan Pagi hari

10. Teknik pengendalian OPT Secara mekanik dan kimiawi

F.   PANEN

No Uraian Keterangan

1. Waktu panen 90 hari setelah tanam

2. Kondisi tanaman sebelum panen Jagung sayur segar, kering

3. Ciri-ciri tanaman siap panen Tongkol jagung mulai agak hijau tua
dan tongkol membesar

4. Teknik pemenenan Tradisional


5. Hasil produksi tanaman jagung 1,5 – 2  kwintal per 250 m2

G.  KELEMBAGAAN PETANI

No Uraian Keterangan

1. Kelompok tani Berdiskusi harga pasar, serangan Opt


dan seputar budidaya tanaman jagung
dan pemasaran, serta harga jagung di
pasaran.

                                                                                         

4.2  Pembahasan

Jagung merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah padi, namun produksi
tanaman jagung masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional sehingga
menyebabkan pemerintah harus mengimpor jagung dari luar negeri untuk memenuhi pangan
nasional. Peningkatan produksi harus dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Peningkatan produksi tanaman jagung dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi pengelolaan tanaman terpadu. Menurut Hadijah, (2010) bahwa usahatani jagung
pada lahan kering suboptimal dan lahan kering masam melalui pendekatan penelolaan
tanaman terpadu (PTT) jagung mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
secara signifikan. Berbagai hasil penelitian telah menghasilkan teknologi budi daya jagung
dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi
yang diterapkan. Teknologi yang diterapkan harus memenuhi lima kriteria, yaitu kelayakan
agronomis, keuntungan yang akan diperoleh, kompatibilitas (kesesuaian) dengan sistem
usahatani (pola dan rotasi tanam, peralatan, dan sumber daya), kompabilitas dengan
prasarana-sarana, ekonomi dan sosial masyarakat, dan dapat diterima secara sosial-budaya.
komponen teknologi yang relatif mudah digunakan untuk meningkatkan produktivitas jagung
di daerah yang tingkat produktivitasnya rendah (<5,0 t/ ha) adalah varietas unggul komposit
atau hibrida. Hal tersebut dapat difasilitasi melalui perbaikan sistem produksi dan distribusi
benih, pembentukan penangkar benih berbasis pedesaan, dan bimbingan penerapan PTT
jagung.

            Peningkatan produksi hasil panen jagung dapat dilakukan dengan upaya penambahan
jumlah input yang salah satunya adalah pupuk. Pupuk merupakan faktor penting dalam
peningkatan produksi jagung. Penambahan pupuk organik pada tanaman jagung merupakan
salah satu langkah untuk meningkatkan produksi, yang kaitannya dengan kesuburan tanah.
Armando, (2009) berpendapat bahwa pemberian pupuk organik dapat memperpanjang daya
serap dan simpan air, menggemburkan lapiasan tanah sehingga dapat menigkatkan kesuburan
tanah. Tanah yang subur dapat menyebabkan akar tanaman dapat menembus lebih dalam dan
luas sehingga tanaman lebih kuat dan lebih mampu menyerap hara tanaman dan air lebih
banyak sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

            Penigkatan produksi tanaman jagung dapat diupayakan melalui memperluas daerah


panen, sehingga semakin luas daerah panen maka semakin tinggi produksi yang diperoleh.
Menurut Bustami, (2012) Kalau kita lihat produksi jagung Indonesia dibandingkan dunia,
data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
(Kementan) diperoleh bahwa produksi jagung nasional mencapai 17,6 juta ton pipilan kering
dengan luas panen 4,8 juta hektar (ha). Diketahui dari angka tersebut, produksi jagung
Indonesia masih jauh dari Amerika Serikat dan China, sebagai negara pengekspor jagung
pertama dan kedua dunia. Dua negara tersebut menyediakan 79,3 juta hektar dan 74,3 juta ha
lahan untuk tanaman jagung. Dari luas lahan 4.8 juta ha, indonesia masih mengimpor 3,144
juta ton, sementara tahun 2010 hanya 1,9 juta ton. Sedangkan tahun ini, impor diperkirakan
hanya setengahnya, yaitu 1,5 juta ton jika target produksi tercapai. Impor jagung selama ini
dari Amerika Serikat, Brazil, Argentina, India, Thailand, dan Myanmar. BPS memprediksi,
produksi jagung nasional tahun 2012 diperkirakan sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau
mengalami peningkatan sebesar 1,30 juta ton dibandingkan 2011. Peningkatan produksi
diperkirakan di Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,51 juta ton. Peningkatan
produksi terjadi karena adanya perkiraan luas panen seluas 132,78 ribu hektar dan
produktivitas sebesar 1,74 kwintal/hektar. Selain itu menurut pendapat Sutoro, (2012) upaya
peningkatan produksi jagung adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil
tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu. Benih unggul (Hibrida) merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan peningkatan produksi jagung adalah kondisi benih
yang ditanam. Jagung hibrida mampu berproduksi lebih tinggi daripada jagung bersari bebas.
Hal ini dapat dipahami karena jagung hibrida memiliki gen-gen dominan yang dapat
mengekspresikan hasil tinggi berdasarkan heterosis.

Benih yang baik (unggul) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar
terhadap produksi jagung yang diperoleh. Maka dari itu pengadaan benih sebelum ditanam
harus diketahui beberapa teknik pengadaan benih antara lain mengetahui kualitas benih itu
sendiri. Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah 1) teknik produksi
benih berkualitas, 2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan dan
pendistribusian benih dan 3) teknik deteksi atau mengukur kualitas benih. Selanjutnya, tiga
kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah, a) kualitas genetik, yaitu kualitas benih
yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat
kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya
ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman, b) kualitas fisiologi, yaitu
kualitas benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan
benih, c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran
maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.

Dalam memproduksi benih jagung bersari bebas, ada dua aspek penting yang perlu
mendapat perhatian, yaitu standar lapangan dan standar laboratorium. Standar lapangan:
Isolasi jarak 300 m atau isolasi waktu 30 hari dan campuran varietas lain (CVL) maksimum
2% untuk benih dasar dan benih pokok, sedangkan untuk benih sebar 3%. Standar
laboratorium: Kadar air maksimum 12%, benih murni minimum 98%, kotoran benih
maksimum 2%, CVL maksimum 0% untuk benih dasar, 0,1% untuk benih pokok, dan 1,0%
untuk benih sebar, biji tanaman lainnya 0,5% untuk benih dasar dan benih pokok, 1,0% untuk
benih sebar, daya tumbuh minimum 80%. Standar lapangan berupa isolasi jarak atau isolasi
waktu diperlukan untuk mencegah terjadinya persilangan dengan varietas lain. Standar
laboratorium selain diperlukan untuk menjamin kemurnian genetik benih, juga diperlukan
untuk menjamin mutu fisiologis benih sehingga memiliki daya tumbuh yang tinggi, lebih
vigor, dan tahan terhadap organisme pengganggu tanaman. Teknik produksi benih jagung
umumnya hampir sama dengan teknik produksi jagung secara komersial, walaupun ada
beberapa tambahan kebutuhan yang unik untuk memproduksi benih. Pertama, kualitas benih
harus lebih baik daripada kualitas biji, kesuburan lahan lebih seragam untuk memudahkan
seleksi terhadap tipe galur yang menyimpang da fasilitas pendukung mudah tersedia saat
dibutuhkan, seperti tenaga kerja untuk pemotongan bunga jantan (detasseling), perawatan,
panen, dan pascapanen (Saenongdkk, 1999).

Jarak tanam memiliki pengaruh terhadap produksi tanaman karena jarak tanam
menentukan pertumbuhan gulma, hama, dan penyakit yang akan berkompetisi dengan
tanaman pokok. Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya
dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien
dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang
mengakibatkan produktivitas rendah. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan
jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman.
Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk
mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia
cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas
tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya. Berbagai pola pengaturan jarak tanam pada
tanaman jagung telah banyak dilakukan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal.
Menurut pendapat Nurlaili, (2010) bahwa penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung
dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi
unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan
pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang
diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun
sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang
karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis
dan produksi tanaman tidak optimal.

Silaban dkk, (2013) dalam penelitiannya diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
dengan jarak tanam yang lebih rapat (J1 = 70cm x 10cm) dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif yaitu tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh
ruang tumbuh tanaman yang semakin sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu
semakin besar. Sedangkan bahwa penggunaan jarak tanam yang semakin rapat maka jumlah
daun semakin sedikit. Hal ini disebabkan dengan jarak tanam yang rapat maka akan terjadi
saling tumpang tindih pada daun tanaman. Selanjutnya tanaman akan merespon dengan
mengurangi pembentukan daun.

Berdasarkan pada hasil observasi lapang tentang ”Budidaya Tanaman Jagung” yang
dilakukan di Desa Manusak , Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang diperoleh data
bahwa penggunaan jarak tanam oleh petani jagung mayoritas adalah 80 x 20 cm. Jarak tanam
yang ideal untuk tanaman jagung adalah 50 x 60 cm – 50 x 80 cm, bila dilihat dari ketentuan
tentang jarak tanamatanama jagung yang dilakukan oleh petani kurang sesuai, akan tetapi
hampir sesuai. Nurlaili, (2010) mengatakan bahwa penggunaan jarak tanam jagung hibrida
sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang ideal
untuk tanaman jagung yaitu 50 x 60 cm. Sedangkan penggunaan jarak tanam yang baik pada
tanaman jagung 50 x 40 cm dan 50 x 80 cm dengan satu tanaman. Sebaliknya penggunaan
jarak tanam yang terlalu lebar akan mengurangi efektivitas penggunaan lahan dan
memberikan kesempatan pertumbuhan gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak
dikehendaki keberadaannya pada areal budidaya tanaman, karena gulma dan tanaman
budidaya mempunyai persyaratan tumbuh yang sama dalam memperoleh cahaya, unsur hara,
air, suhu udara dan ruang tumbuh sehingga menyebabkan persaingan antara gulma pada
tanaman budidaya. Gulma juga menjadi penyebab hilangnya hasil produksi pertanian yang
hampir setara dengan resiko serangan hama dan penyakit. Masalah serangan hama dan
penyakit tanaman umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang ditimbulkan oleh
gulma bersifat tetap dan berulang.

Berdasarkan pada hasil observasi lapang tentang ”Budidaya Tanaman Jagung” yang
dilakukan di Desa Manusak , Kecamatan Kupang timur Kabupaten Kupang diperoleh data
bahwa pemupukan tanaman jagung dilakukan oleh petani dengan menggunakan jenis pupuk
anorganik berupa pupuk Urea. Dosis yang diberikan oleh petani adalah 160 kg per m 2/ha,
dengan periode pemupukan sekitar 2 – 3 kali selama satu musim tanam. Pemupukan
dilakukan pada saat tanam dengan dosis 60 kg per m2/ha dan 100 kg m2/ha pada tanaman usia
45 HST. Hasil jagung dapat ditingkatkan dengan pemupukan yang tepat, baik dosis dan
waktu maupun jenis pupuk yang diberikan. Hara N, P, dan K merupakan hara makro yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Sumber hara N, P dan K dapat berasal dari
pelapukan mineral tanah, bahan organik, air irigasi, dan pemupukan. Sedangkan menurut
Kasno dan Kustaman, (2013) pemberian pupuk NPK 15-15-15 nyata meningkatkan bobot
pipilan kering biji jagung. Pemupukan NPK majemuk 15-15-15 sebanyak 50 kg/ha nyata
meningkatkan bobot pipilan kering biji jagung. Bobot pipilan kering biji jagung tertinggi
dicapai pada pemupukan 300 kg/ha NPK 15-15-15 dan nyata dibandingkan dengan dosis 50
kg/ha. Dengan demikian dapat dikatakan dosis optimum NPK 15-15-15 untuk tanaman
jagung adalah 300 kg/ha + 250 kg urea/ ha dengan bobot pipilan kering biji jagung 6,05 t/ha.
Pupuk NPK majemuk tidak dapat digunakan secara mandiri, harus ditambah pupuk urea
sebagai sumber N. Kesimpulan dadi hasil tersebut adalah kegiatan pemupukan tanaman
jagung oleh petani di Desa Manusak , Kabupaten Kupang masih kurang tepat, karena hanya
mnggunakan pupuk Urea dengan dosis 160 kg / ha, sedangkan sesuai standart pemupukan
tanaman jagung adalah 300 kg NPK (Phonska)/ha + 250 kg urea/ ha.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan hasil observasi lapang di Desa Manusak , Kabupaten Kupang tentang budidaya
tanaman pangan dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahawa.

1.    Usaha peningkatan produksi tanaman jagung dapat diupayakan dengan penambahan luas
areal panen, penyediaan benih unggul, aplikasi pupuk secara tepat dan penambahan bahan
organik yang cukup dan pengelolaan tanaman terpadu.

2.    Pesrsiapan benih sebelum ditanam harus diawali dengan pemeriksaan kualitas benih yang
memiliki kriteria unggul, sehat, dan berdaya tumbuh tinggi. Selain itu benih diusahakan harus
bebas dari gangguan hama dan penyakit.

3.    Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung karena kaitannya
dengan persaingan antar populasi atau dengan gulma dalam hal perbutan nutrisi, cahaya, dan
ruang tumbuh tanaman.

4.    dosis pupuk yang diberikan oleh petani jagung di Desa Manusia, , Kabupaten Kupang tidak
sesuai dengan ketentuan atau standart pemupukan yang ada.

5.2 Saran

Kegiatan Magang sudah berjalan sesuai rencana dan harapan kita semua, namun
didalam pelaksanaan Magang masih terdapat beberapa kendala tentang pengetahuan
praktikan tentang budidaya tanaman jagung yang masih kurang. Alangkah baiknya jika
Magang memiliki wawasan yang sedikit luas tentang budidaya tanaman jagung sehingga
dapat membantu petani dalam memecahkan berbagai masalah dalam berbudidaya tanaman
jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Agato dan Narsih. 2011. Pengembangan Hasil Pertanian (Jagung) Menjadi Produk Susu
Jagung Dan Kerupuk Jagung. Teknologi pangan, 2(1): 86-94.

Amin, M, dan Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya Jagung Hibrida
Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.

Armando, Y.,G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Utisol Melalui
Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta agrosia, 12(2): 124-129.

Bianca, M.,C. H,V. Es. J, Melkonian. 2012. Adapt-N


IncreasedGrowerProfitsandDecreasedEnvironmental N Losses in 2011 Strip Trials. Cornell,
22(2): 1-24.

Bustami, G. 2012. Upya Peningkatan Produski dan Pasar Luar Negeri. Jakarta: Warta ekspor.

Hadijah, A.,D. 2010. Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman
Terpadu. Iptek tanaman pangan, 5(1): 64-73

Jemrish, H.,H. Sonabi, D, Prajitno, A. Syukur. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Pada Berbagai
Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol. Ilmu pertanian, 16(1): 77-89.

John, S.B, Lang, D, Barker. 2011. Sulfur FertilizationResponse in IowaCornProduction. Bettercrop,


95(2): 8-11.

Kasno, A, T, Rostaman. 2013. Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas Jagung dengan Aplikasi
Pupuk NPK Majemuk. Tanaman pangan, 32(3): 179-186.

Marliah, A, Jumini, Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan Pada Sistem Tumpangsari
Beberapa Varietas Jagung Manis Dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil. Agrista, 14(1): 30-39.
Nelson dan Kaisi. 2011. AgronomicandEconomicEvaluationOfVariousFurrowIrrigationStrategies
For CornProductionUnderLimited Water Supply. Soilandwater, 66(2): 114-121.

Nurlaili,. 2010. Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (ZeaMays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai
Jarak Tanam. Agronobis, 2(4): 19-29.

Ross, R. Bender, J, W, Hegele, Matias, Ruffo, F, E, Below. 2013. Modern CornHybrids’


NutrientUptakePatterns. Bettercrop, 97(1): 7-11.

Saenong, S. M, Azrai, R, Arif, Rah,awati. 1999. Pengelolaan Benih Jagung. Maros, 1(1): 145-174.

Silaban, E.,T. E, Purba, J, Ginting. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis
(ZeamayssacarathaSturt. L) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Waktu Olah
Tanah. Agroteknologi, 1(3): 808-818.

Sutoro. 2012. Kajian Penyediaan Varietas Jagung untuk Lahan Suboptimal. Iptek tanaman pangan,
7(2): 108-105.

Syukur, M dan A, Riflianto. 2013. Jagung manis. Jakarta: Penebar swadaya.

Warisno, 1998. Jagung hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai