USULAN PENELITIAN
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
TIM PENELITI
I Putu Sudiarta, SP., M.Si, Ph.D (0007117904)
Dr. Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr. (0015016802)
Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, M.P. (0006076004)
Penyakit utama tanaman tomat diantaranya adalah busuk daun (Phytophthora infestans),
layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum).
Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan kerusakan parah serta mengakibatkan gagal panel.
Petani dalam mengendalikan penyakit tersebut masih bertumpu pada penggunaan pestisida
sintetis, namun penggunaan pestisida sintetis secara berlebih banyak dilaporkan berdampak
negatif. Metode yang mungkin dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis tersebut
adalah pengendalian alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan. Tetapi, pengendalian ramah
lingkungan yang sudah dilakukan kurang evektif mengendalikan semua penyakit utama tersebut
apabila dilakukan dengan metode pengendalian tunggal atau parsial. Hasil penelitian AVRDC di
Taiwan menunjukan bahwa pemanfaatan grafting/penyambungan mampu mengendalikan
penyakit tular tanah seperti layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium
oxysporum) tetapi penyakit tular udara seperti busuk daun Phytophthora infestans tidak dapat
diatasi. Penomena sebaliknya terjadi ketika menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS).
Penggunaan NPS lebih evektif mengatasi penyakit tular udara seperti Phytophthora infestans dan
kurang evektif mengatasi penyakit tular tanah. Berdasarkan hal tersebut pendekatan pengendalian
kombinasi grafting/penyambungan dan penggunaan Neutralized Phosphorous Salt (NPS) menjadi
sebuah metode ramah linggkungan yang diharapkan mampu mengendalikan penyakit utama tomat
secara tuntas baik tular tanah maupun tular udara.
BAB I. PENDAHULUAN
Tanaman Tomat merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi tetapi
produktivitas tanaman tomat sering mengalami penurunan karena disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya serangan organisme penggangu tanaman (OPT) yaitu hama, penyakit dan gulma.
Penyakit yang sering terjangkit pada tanaman tomat diantaranya busuk daun (Phytophthora
infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum).
Dalam mengendalikan hama dan penyakit, petani masih menggunakan pestisida sintetis
yang berdampak negative bagi manusia, hewan peliharaan, tanaman dan lingkungan. Sehingga
diperlukan pengendalian alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Salah satu pengendalian alternatif ramah lingkungan yang bisa mengatasi penyakit tular
udara adalah menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS). NPS digolongkan sebagai
pestisida ramah lingkungan oleh US Environmental Protection Agency yang berbahan aktif garam
Phosphorous acid dan potassium hydroxid.
Untuk mengatasi penyakit tular tanah teknologi grafting/penyambungan merupakan
teknologi baru yang ramah lingkungan. Penyambungan dilakukan antara tomat sebagai batang
atas dengan batang bawah (root stock) yang tahan terhadap penyakit layu seperti terong EG 203
dari AVRDC (Asian Vegetable Research Development Center). Kedua pengendalian tersebut
tidak efektif apabila digunakan satu persatu atau tanpa kombinasi. Penggunaan NPS lebih efektif
dalam pengendalian penyakit tular-udara dan kurang efektif bagi penyakit tular-tanah.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, perlu dilakukan kombinasi dari penggunaan bibit
tomat sambungan dan penggunaan NPS untuk mengendalikan penyakit utama tanaman tomat,
sehingga penyakit akibat tular tanah dan udara dapat secara tuntas diatasi. Tim peneliti yang
terlibat adalah peneliti yang sudah berpengalaman di bidang teknologi tepat guna tersebut. I Putu
Sudiarta, SP., M.Si, Ph.D dan G. N. Alit Susanta Wirya, SP., M.Si, Ph.D adalah tim peneliti
AVRDC yang banyak bekerja tentang teknologi tepat guna bagi petani termasuk
penyambungan/grafting tanaman tomat serta pemanfaatan NPS untuk mengatasi penyakit utama
tanaman tomat.
1.2. Tujuan Kusus
Penyakit yang sering terjadi pada tanaman tomat diantaranya busuk daun
(Phytophthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium
(Fusarium oxysporum). Serangan penyakit tersebut dapat mengakibatkan kerusakan parah
dan kegagalan panen. Selama ini petani di Bali dan Indonesia umumnya masih bertumpu
pada pestisida sintetis untuk mengendalikan penyakit tersebut. Penggunaan pestisida
sintetis yang berlebih tersebut telah dilaporkan banyak berdampak negatif, untuk itu
pengendalian yang lebih ramah lingkungan sangat perlu dilakukan. Pendekatan
pengendalian yang ramah lingkungan juga belum bisa mengatasi permasalahan penyakit
yang beragam tersebut apabila diterapkan secara parsial atau tunggal satu metode atau
tanpa kombinasi.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukan pengendalian parsial/sebagian dengan
menggunakan salah satu metode pengendalian sudah dilakukan dibeberapa negara namun
hanya bisa mengatasi penyakit yang parsial pula. Hasil penelitian AVRDC di Taiwan
menunjukan bahwa pemanfaatan penyambungan hanya mampu mengendalikan penyakit
tular tanah seperti layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium
oxysporum) tetapi penyakit tular udara seperti busuk daun tidak dapat diatasi. Penomena
sebaliknya terjadi ketika menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS). Penggunaan
NPS lebih evektif mengatasi penyakit tular udara seperti Phytophthora infestans dan
kurang evektif mengatasi penyakit tular tanah. Berdasarkan hal tersebut maka kombinasi
kedua pendekatan tersebut perlu diteliti guna mengatasi penyakit utama tanaman tomat
baik penyakit tular tanah maupun tular udara. Penelitian grafting dan NPS belum pernah
dilakukan di Indonesia baik secara tunggal maupun kombinasi. Berdasarkan hal tersbut
penelitian ini sangat berpotesnsi menghasilkan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan bagi petani. Kombinasi penggunaan grafting dan NPS berpeluang besar
menghasilkan luaran yang tepat guna yang dapat mengatasi penyakit utama tanaman tomat
baik didalam tanah maupun dipermukaan secara tuntas, sehingga kegagalan panen akibat
penyakit tersebut bisa diatasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tomat masuk dalam famili Solanaceae dengan nama botani Lycopersicum
esculentum Mill. Tomat berasal dari dataran tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol
menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat kepada koloni-koloninya di
Karibia. Spanyol membawa tomat ke Filipina, yang menjadi sejarah penyebaran tanaman tomat di
Benua Asia. Spesies dan kultivar tomat mulai berkembang di Indonesia, setelah menyebar melalui
Filipina dan negara-negara Asia pada abad ke-18. Kultivar tersebut diproduksi secara komersial di
Kota Malang, Jawa Timur yang dikenal sebagai sentra penghasil tomat di Indonesia (Fitriani,
2012).
Menurut Dalimartha (2003), selain digunakan sebagai penggugah selera makan, tomat
bermanfaat untuk mengurangi rasa haus, antiseptik usus, pencahar ringan (laksatif), merangsang
keluarnya enzim lambung, dan melancarkan aliran empedu ke usus. Kandungan likopin pada
tomat dapat berfungsi sebagai antioksidan nonenzimatis, yang berfungsi secara signifikan
menurunkan enzim fase I seperti cytochrome p450-dependent enzymes dan meningkatkan enzim
detoksifikasi fase II seperti hepatic quinone reductase. Enzim-enzim metabolisme ini penting
dalam menghilangkan substansi asing dan karsinogen dari dalam tubuh (Breinholt dkk., 2000).
Selain itu tomat mengandung senyawa alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat,
asam sitrat, bioflavonoid, protein, lemak, gula (glukosa,fruktosa), vitamin A (100 IU) dan vitamin
C (35 mg). Kandungan mineral dalam tomat antara lain Ca,Fe,Mg,P,K, dan Na yang berfungsi
mengatur beberapa proses fisiologis tubuh, termasuk peredaran darah dan kerja otot (Fitriani,
2012).
Data Badan Pusat Statistik dan Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Kementerian Pertanian
Republik Indonesia (2013) menyebutkan, produksi tomat di Indonesia tahun 2012 sebanyak
893.463 ton, mengalami penurunan dari produksi tomat pada tahun 2011 yaitu sebanyak 954.046
ton . Penurunan produksi tomat tahun 2012 terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Kondisi yang sama terlihat pada produksi tomat di Bali. Produksi tomat Provinsi Bali tahun 2012
sebesar 30.880 ton, mengalami penurunan dibandingkan produksi tahun 2011 yaitu sebesar 33.542
ton.
2.2. Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Menurut sejarahnya tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean
yang merupakan bagian dari negara-negara Bolivia, Chili, Colombia, Equador, dan Peru. Sejalan
dengan penemuan benua Amerika, tanaman tomat juga kemudian dikenal di Eropa. Penyebaran
tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan kotorannya tersebar ke
berbagai tempat. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang Spanyol. Tanaman
tomat mulai ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda (Adiyoga, dkk. 2004) .
Sistematika klasifikasi tanaman tomat dalam Adiyoga, dkk. (2004) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Spermatophyta
Phylum : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Species : Lycopersicon esculentum Mill.
Secara umum tanaman tomat dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi yakni
pada ketinggian 0‐1.250 mdpl, namun akan dapat tumbuh optimal pada dataran tinggi diatas 750 m
dpl, hal ini di karenakan tanaman tomat tidak tahan dengan panas yang terlalu terik. Suhu optimal
yang dibutuhkan tomat untuk pertumbuhannya adalah suhu siang hari 24°C dan malam hari antara
15°C‐20°C, hal ini tergantung dari jenis varietasnya. Temperatur ideal yang dibutuhkan tanaman
tomat untuk pertumbuhannya adalah 24 °C ‐ 28°C, Pada temperatur tinggi (diatas 32°C) warna
buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak tetap (tidak stabil) warna
buah tidak merata. Curah hujan yang dibutuhkan antara 75‐125 mm/tahun, dengan irigasi yang
baik . Jenis tanah yang disukai oleh tanaman tomat adalah bertekstur liat dan banyak mengandug
pasir, banyak mengandung humus, gembur, sarang dan berdrainase baik dengan kemasaman tanah
yang ideal adalah netral, yaitu sekitar 6-7.
2.3. Busuk daun (Phytophthora infestans)
Adapun klasifikasi Phytophtora infestans dalam Agrios (2004) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Chromista
phylum : Oomycota
Class : Oomycetes
Order : Perenosporales
Family : Pythiaceae
Genus : Phytophtora
Species : Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
Penyakit hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P infestans merupakan
jamur pathogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya pathogen ini berkembang
biak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan
secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi bila terjadi perkawinan silang (matting)
antara dua isolate P.infestans yang memiliki matting tipe beda (Purwanti, 2002).
Cendawan Phytophthora infestans dapat menyerang semua tingkat pertumbuhan tanaman
tomat. Semua bagian tumbuhan diatas tanah dapat menunjukkan gejala. Bercak hitam kecoklatan
atau keunguan mulai timbul pada daun, tangkai, atau batang. Pada keadaan kelembaban tinggi,
bercak akan cepat meluas, sehingga dapat menyebabkan kematian tanaman. Cendawan
Phytophtora infestans menginfeksi tanaman pada kondisi cuaca basah dengan temperatur siang
hari 21oC-27oC dan malam hari 10oC-16oC, kelembaban udara tinggi dan curah hujan tinggi
(Lengkong, 2008).
Busuk pada daun berbentuk tidak beraturan berawal dari daun bagian bawah, pangkal atau
tepi daun dan dapat menyebar ke seluruh bagian daun. Serangan pada tepi daun menyebabkan
bentuk daun tidak normal kemudian mati setelah beberapa hari. Pada sisi bawah daun, fruktifikasi
cendawan yang berwarna putih seperti beledu tampak pada daerah peralihan antara pucat dan
ungu. Setelah itu bagian yang busuk akan mengering dan berubah warna menjadi coklat. Busuk
pada batang pertama kali berbentuk tidak beraturan membunuh bagian batang serta cabang tomat
atau area ini dapat mengering membentuk kerusakan yang berwarna coklat. Gejala bercak pada
buah tomat berwarna hijau kelabu kebasahan, meluas menjadi bercak yang bentuk dan besarnya
tidak tertentu. Pada buah muda bercak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut. Bercak
mempunyai batas yang cukup jelas dan tetap hijau pada waktu bagian yang sehat matang
(Cerkauskas, 2005).
Kerusakan oleh penyakit hawar daun dapat mengakibatkan penurunan hasil antara
10-100% (Purwanti, 2002). Jamur Phytopthora infestans menyerang daun-daun tanaman bagian
atas (daun muda) pada awal periode pertumbuhan vegetative tanaman dengan tingkat kerusakan
daun mencapai 80-100%.tingkat tinggi rendahnya kehilangan hasil akibat pathogen ini
dipengaruhi oleh kerentanan varietas maupun pada kondisi lingkungan tempat tumbuh (Purwanti,
2002).
Neutralized Phosphorous Salt (NPS) digolongkan sebagai jenis pestisida berbahan atif
yang aman bagi lingkungan oleh US Environmental Protection Agency. Bahan aktif Phosphorous
acid dan potassium hydroxide tidak menimbulkan residu terhadap lingkungan dan sangat bagus
digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur Oomycetes
seperti Phytopthora, Plasmopara dan Pythium (Wang dan Lin 2011).
Menurut Wang dan Lin (2011) dalam percobaan lapangan yang dilakukan di Taiwan,
membuktikan bahwa penggunaan Neutralized Phosphorous Salt (NPS) yang dicampur dengan air
pada perbandingan 2 gr/1 liter air yang diaplikasikan pada tanaman tomat 1 minggu setelah tanam,
dan diaplikasikan setiap minggu membuktikan bahwa, larutan NPS sangat efektif menekan
pertumbuhan jamur Phythopthora infestans. Menurut Fenn dan Coffey (1983), dalam
percobaannya membuktikan juga, Phosphorous acid sangat efektif sebagai senyawa antifugal
yang mampu menekan pertumbuhan jamur Phythopthora infestans dan Phythopthora cinnamomi,
hingga mencapai 90%.
2.6. Grafting/Penyambungan
Untuk memperoleh tanaman tomat yang baik, tanaman akar yang mudah terserang
penyakit layu sebaiknya disambung dengan batang bawah (pokok) yang tahan penyakit akar atau
penyakit layu. Tomat disambung di atas batang tekokak (rimbang) atau terung gelatik untuk
mencegah serangan penyakit melalui akar, seperti penyakit layu cendawan dan layu bakteri.
Menurut Black et al. (2003), bahwa terung galur EG195 dan EG203 tahan terhadap
penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, nematoda puru akar yang
disebabkan oleh Meloidogyne incognita, dan penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh
Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Tomat disambung dengan terung tersebut untuk
mengendalikan penyakit layu.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat Varietas Marta, benih
terong Varietas EG 203 dari AVRDC, air, tanah, kompos, alkohol, aquadest, media PDA,
clorampenicol, kapas, aluminium foil, pupuk kandang ayam, NPS, dan pupuk NPK.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoclape, laminar blow,
kompor gas, cawan petri, labu elenmeyer, pisau, gunting, timbangan digital, meja, masker, micro
pipet, gelas ukur, kantong plastik, kamera, alat tulis, nampan plastik, plastik net / layar, mulsa
plastic, ajir, tali rapia, label untuk plot percobaan dan buku catatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), untuk
mendapatkan nilai rata-rata variabel yang diamati maka dibagi menjadi 5 ulangan, setiap ulangan
terdiri dari 5 petak, setiap petak terdiri dari 20 tanaman dengan jarak tanam 60 cm X 40 cm.
Dalam penelitian ini terdapat 4 perlakuan dan 1 kontrol/cara petani yaitu mengendalikan
penyakit dengan pestisida sintetis. Selanjutnya kombinasi adalah sebagai berikut:
A1 : Bibit Tomat Sambungan + NPS (aplikasi NPS 1 minggu sekali)
A2 : Bibit Tomat tanpa sambungan+ NPS
A3 : Bibit Tomat Sambungan + tanpa NPS
A4 : Bibit Tomat tanpa sambungan + tanpa NPS
A5 : Kontrol/cara petani (Bibit Tomat tanpa sambungan + pestisida sintetis yang biasa digunakan
petanai, dengan aplikasi 3 hari sekali)
Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Ulangan V
A1 A2 A4 A3 Kontrol
Kontrol A3 A1 A5 A4
A3 A4 Kontrol A2 A1
A2 A1 A5 Kontrol A3
A5 Kontrol A2 A1 A4
Jumlah keseluruhan petak dalam penelitian ini adalah 25 petak (Gambar 2). Tinggi
bedengan 20 cm dengan jarak antar bedengan adalah 50 cm.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.2. Penyambungan
Proses penyambungan
Setelah tanaman siap disambung maka dilakukan proses penyambungan yang sangat
sederhana. Tanaman tomat dan terung dipotong miring diatas daun kotiledon. Setelah itu baru
dilakukan penyambungan, untuk melakukan penyambungan maka batang atas dan batang bawah
dihubungkan dengan pentil karet. Pentil karet ini berfungsi selain menghubungkan batang atas dan
bawah juga memegang tanaman agar tidak goyang dan lepas. Hal yang perlu diperhatikan pada
saat penyambungan adalah posisi miring tang terpotong jangan sampai terbalik. Kemudian saat
penyambungan jangan terlalu lama apalagi terkena sinar matahari langsung yang akan
mengakibatkan batang atas akan layu dan penyambungan gagal. Setelah melakukan
penyambungan maka tanaman tomat segera dipindahkan pada ruang penangkaran yang terjaga
kelembabannya. Berikut sekilas tentang proses penyambungan yang telah kami lakukan sebagai
pelatihan pendahuluan yang dilatih langsung dari AVRDC.
1 2 3 4
Sebelum melakukan penanaman, lahan dibersihkan dari tanaman yang menggangu proses
budidaya seperti rumput alang-alang, tanaman berkayu dan tanaman lain yang tidak dibutuhkan.
Selanjutnya dilakukan penggemburan dengan tujuan untuk memudahkan tanaman untuk
menyerap nutrisi di dalam tanah. Penggemburan dilakukan dengan membalik-balikan tanah
dengan kedalaman 30 cm.
Lahan yang telah dicangkul dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama seminggu
dengan tujuan meminimalisir keberadaan patogen dan hama di dalam tanah. Selanjutnya dibuat
bedengan dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Tinggi bedengan adalah 20 cm dan jarak
antar bedengan 50 cm. Setelah bedengan terbentuk, dilakukan pemasangan mulsa hitam perak
untuk mencegah gulma dan menetralisir kelembaban tanah. Lubang tanam dibuat dengan jarak 50
cm x 60 cm.
3.5. Penanaman
Penanaman bibit dilakukan sesuai dengan denah pada rancangan penelitian. Bibit baru bisa
ditanam pada umur 2 minggu setelah penyapihan. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang
tanam berdiameter 10-12 cm. Kemudian lepaskan bibit beserta media perakarannya dari wadah
dengan hati-hati. Setelah itu congkel tanah sedalam 8-10 cm. Tanam bibit di lubang tanam dan
timbun dengan tanah hingga batas 2-3 cm di bawah daun lembaga. Siram areal penanaman cabai
dengan air sampai jenuh.
Perlakuan yang menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS), yang berbahan aktif
Phosphourus acid (H3PO3 95%) dan potassium hydroxid (KOH 95%) dengan perbandingan rasio
1:1, Penyemprotan dengan NPS dilakukan setiap minggu, setelah 1 minggu penanaman, dosis
yang digunakan adalah 1 gr/liter air Phosphourus acid dan 1 gr/liter air potassium hydroxid.
3.8. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian tersebut adalah presentase penyakit, intensitas
penyakit, dan hasil produksi. Persentase penyakit adalah tinggi rendahnya serangan penyakit pada
suatu populasi. Ada beberapa parameter skor yang digunakan untuk mengetahui persentase
penyakit.
1. Persentase penyakit
Persentase penyakit merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari
total tanaman yang di amati (N) dengan mengabaikan intensitas penyakitnya (Rizkyarti, 2010
dalam Darmayasa, 2012).
Rumus :
Insidensi Penyakit = …………………..1)
Keterangan :
n : jumlah tanaman yang terserang patogen
N : jumlah seluruh tanaman yang diamati
2. Intensitas penyakit
Intensitas penyakit merupakan proporsi luas permukaan inang yang terinfeksi terhadap
total luas permukaan inang yang diamati. Pengamatan terhadap keparahan penyakit dilakukan
secara visual (Rizkyarti, 2010 dalam Darmayasa, 2012).
Rumus :
Keterangan :
n : Jumlah tanaman yang terserang dalam kategori skor (v)
v : Skor pada setiap kategori serangan
N : Jumlah seluruh tanaman yang diamati
V : Skor untuk serangan terberat
Skor yang dipakai untuk menghitung persentase serangan penyakit busuk daun pada
tanaman tomat adalah sebagai berikut (AVRDC, 2013):
Variabel pengamatan yang dipakai selanjutnya adalah menghitung hasil rata-rata panen
buah tomat dari setiap tanaman sampel pada setiap perlakuan. Sehingga akan diperoleh data hasil
panen total serta hasil yang bisa sijual (marketable yield) disetiap perlakuan.
Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan software Cropstat. Apabila
terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test pada level
0,05.
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Biaya
3 Pengolahan lahan
4 Penanaman di lahan
5 Perlakuan NPS
6 Perawatan tanaman
7 Pengamatan di lapangan
9 Penyerahan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W.; R. Suherman; T. Agoes Soetiarso; B. Jaya; B. Kukuh; Udiarto; R. Rosliani dan D.
Mussadad. 2004. Laporan Akhir Profil Komoditas Tomat. Pusat Penelitian
Pengembangan Hortikultura Departemen Pertanian. Deptan RI. 57 hal.
Agrios, G. N. 2004. Plant Pathology 5th Edition. New York : Elsevier Academic Press. 922 hal.
Badan Pusat Statistik dan Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Diakses 24 Januari 2014.
http://www.deptan.go.id/infoeksekutifhorti/eis-horti/produksi%20Tomat.pdf
Black at al. (2003). Grafting Tomatoes for Production in the Hot-Wet Season. AVRDC, Taiwan.
Cerkauskas, R. 2005. Tomato diseases : Late Blight. AVRDC-The world Vegetable Center.
publication number : 05-633 hal 2.
Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa Swara, Jakarta, 198 hlm.
Fenn M.E, Coffey M.D. 1983. Studies on the In Vitro and In Vivo Antifungal Activity of
Fosetyl-Al and Phos phorous Acid. Dalam
http://www.apsnet.org/publications/phytopathology/backissues/Documents/1984Articles/
Phyto74n05_606.PDF. Dapertemen Pathology Tanaman, Universitas California.
Lengkong, E. F.2008.penyakit hawar daun (late blight) : permasalahan, identifikasi dan seleksi
tanaman tahan penyakit. Jurnal FORMAS vol 2, Desember 2008 : hal 67-73.
Purwanti, H. 2002. Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) pada Kentang
dan Tomat: Identifikasi Permasalahan di Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian. Dikutip dari Buletin AgroBio 5(2):67-72.
Wang, J-F dan Lin, C-H. 2011. Phosphorous acid salt : A promising chemical to control tomato
bacterial wilt. Dalam artikel CGIAR SP-IPM, terbitan 13 Agustus 2011.
LAMPIRAN
1. Gaji/Upah
Honor
Waktu
Honor Honor/jam (Rp) Minggu Per
(Jam/minggu)
Tahun
I Putu Sudiarta SP., M.Si, Ph.D 100000 3.5 10 3500000
Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, SP. M.Agr 100000 2.5 10 2500000
Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP. 100000 1.5 10 1500000
Sub Total 7500000
2. Bahan/perangkat penunjang
Harga Harga
Material Justifikasi pemakaian Kualitas Satuan pertahun
(Rp) (Rp)
Biji tomat Marta 100 gr Batang atas 200000 200000
Bibit terung 200 gr Batang bawah 500000 500000
Kompos Pembibitan 100000 125000
Polibag kecil Pembibitan terung 100000 100000
Tray plastik 10 buah Pembibitan tomat 50000 500000
Benlate Fungisida untuk 100000 100000
pembibitan
Pupuk kandang ayam 1 truk Pemupukan dasar 1250000 1250000
Plastik mulsa 1 gulung Sebagai mulsa/penutup 500000 500000
tanah
Pupuk NPK dari tanam sampai panen Pupuk dasar 100000 500000
Grafting chamber Pemeliharaan 1500000 1500000
sambungan
Sewa lahan petanai Tempat penanaman 1500000 1500000
3. Biaya Perjalanan
Harga Harga
Material Justifikasi perjalanan Kualitas Satuan pertahun
(Rp) (Rp)
Persiapan penelitian
(lahan, chamber dll.)
Perjalanan ke Bedugul (5 orang) dan graftimh 500000 500000
Perlakuan dan
Perjalanan ke Bedugul (5 orang) pengamatan 500000 500000
Perlakuan dan
Perjalanan ke Bedugul (5 orang) pengamatan 500000 500000
Perlakuan dan
Perjalanan ke Bedugul (5 orang) pengamatan 500000 500000
Panen dan
Perjalanan ke Bedugul (5 orang) penghitungan hasil total 500000 500000
Sub Total 2500000
4. Pengolahan data, laporan, publikasi dalam jurnal, menghadiri seminar, Pendaftaran HKI dan
lain-lain
Harga Harga
Kegiatan Justifikasi Kualitas Satuan pertahun
(Rp) (Rp)
Pertemuan/Lokakarya/Seminar Seminar nasional 2000000 2000000
ataupun internasional
untuk publikasi
Analisis data Analisis statistik 1000000 1000000
Laporan/Publikasi/ Dokumentasi Penyusunan laporan, 2000000 2000000
publikasi hasil
penelitian pada jurnal
dan dokumentasi
Sub Total 5000000
Total 25000000
a. Laboratorium
Lab. Penyakit Tumbuhan dan Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian UNUD, sebagai tempat
penelitian pada skala laboratorium, dapat mendukung sebagian besar kebutuhan peralatan
penelitian. Sedangkan penelitian lapangan akan dilaksanakan setra sayuran di kawasa Bedugul.
b. Peralatan Utama
1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi
atau institusi lainnya)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan penelitian : Kombinasi Metode Grafting dan Penggunaan Neutralized Phosphorous
Salt (Nps) untuk Mengendalikan Penyakit Utama pada Tanaman Tomat (Lycopersicum
Esculentum Mill).
Tahun masuk `
Tahun lulus
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama pembimbing
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No tahun Judul penelitian Sumber dana Jumlah (Juta
Rp.)
1 2008 Evaluation of the Asian Frontier 60
antagonistic Research Project
activities of
microbes against
Plasmodipora
brassicae the
causal agent of
clubroot disease
of cabbage
2 2009 Utilization of Dikti 25
antagonistic
microbes to
control plant
disease for
supporting
sustainable
agriculture in
Bali
3 2010 Usaha Dikti 40
Pengendalian
Hama Gayas
(Lepidiota
syigma F) secara
Biologis pada
Tanaman Salak
Bali di
Karangasem
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan penelitian : Kombinasi Metode Grafting dan Penggunaan Neutralized Phosphorous
Salt (Nps) untuk Mengendalikan Penyakit Utama pada Tanaman Tomat (Lycopersicum
Esculentum Mill).
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2
8 2013 Uji Daya Ekstrak Beberapa Jenis Hibah Bersaing Tahun Anggaran 50
Daun Tanaman Untuk Menekan 2013 No.
Populasi Nematoda Puru Akar 174.16/UN14.2/PNL.01.03.00/2013
Meloidogyne Spp dan Pemecahan tanggal 16 Mei 2013
Masalah dari Aspek Budidaya
Pada Tanaman Tomat
1 Peningkatan Mutu Gabah dan Beras Vol. 28, No. 2, Juni Agritrop (Jurnal
(Oryza sativa L.) melalui pemupukan 2009 Ilmu-Ilmu Pertanian)
Phonska di Kabupaten Tabanan, Bali
2 Respon Pertumbuhan Tanaman Kedelai Tahun XIII No. 25 Gema Agro (Jurnal
(Glycine max (L.) Merr. Terhadap September 2009. Ilmiah)
alelopat Beberapa Jenis Gulma
3 Dominansi Gulma Pada Beberapa , ISSN 0216-8537. Majalah Ilmiah
Sistem Tabela. Desember 2009. Universitas Tabanan
4 Observasi Gulma Pada Tanaman Kubis Tahun IX No. 26 Jurnal Ilmiah Gema
(Brassica oleraceae) Daerah Sentra Maret 2010 Agro.
Produksi di Pancasari Kabupaten
Buleleng Bali. .
5 Respon Hama Gudang (Calloso brucus ISSN 0216-8537, Majalah Ilmiah
chinensis L.) Terhadap Aktivitas Ekstrak Volume 7 No.1 Universitas Tabanan,
Bunga Siulan (Aglaia odorata) dan daun Februari. 2010
Matoa (Pometia pinnata Forst) daun
Matoa (Pometia pinnata Forst)
6 Jenis dan PopulasiHama Kubis (Brassica Vol 2 No.1, Mei 2012 Agrotrop Journal On
oleracea) Di Pertanaman Kubis Di Desa Agricultural Sciences
Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali
7 Pengaruh Kehadiran Gulma Terhadap Vol 3 No. 1 Mei 2013 Jurnal Agrotrop
Jumlah Populasi Hama Utama Kubis
Pada Pertanaman Kubis
8 Struktur Komunitas Hama Pemakan Vol 2 No. 2 Nov 2012 Jurnal Agrotrop
Daun Kubis dan Investigasi Musuh
Alaminya
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5
Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Seminar Nasional PERHORTI Karakterisasi Molekuler dengan Tahun 2010,
RAPD Pra dan Pasca Kriopreservasi UNUD
Plasma Nutfah Beberapa Genotipe
Pisang (Musa Spp.) Sumatera Barat.
2 Seminar Daftar OPT dan OPTK Gulma (Weed Tahun 2010,
List) Negara Timor Leste UNUD
3 International Congress and Predation Potentially of Sycanus sp. Tahun 2014,
General Meeting di Tokyo. to control a cabbage pest in Bali Tokyo
Pada tanggal 8-10 November region
2014
4 Seminar Nasional Biosains I Potensi ekstrak bahan nabati daun Tahun 2014,
berbagai tanaman untuk menekan UNUD
populasi nematode puru akar
(meloidogyne spp.) pada tanaman
tomat
2. Nama Lengkap : Dr. Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr.
NIP/NIDN : 196801151994031001/0015016802
Fakultas/P.S : Pertanian/Agroekoteknologi
Status dalam Penelitian/Pengabdian*) : Anggota
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian Hibah
Unggulan Universitas Udayana yang berjudul “Kombinasi Metode Grafting dan Penggunaan
Neutralized Phosphorous Salt (NPS) untuk Mengendalikan Penyakit Utama pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill)” dengan jumlah usulan dana sebesar Rp.25.000.000,-. Apabila
proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam
Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian/Pengabdian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat
dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
(Dr. Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP., M.Si.) (Ir. Ketut Ayu Yuliadhi, MP.)