Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI DARI EKSTRAKSI DAUN PANDAN

WANGI DAN UMBI BAWANG PUTIH

Pretty Nova M H1), Elvi Yenie 2), Shinta Elystia 2)


1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2)Dosen Teknik Lingkungan
Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Program Studi Teknik Lingkungan S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru 28293
*E-mail: pretty.nova@yahoo.com

ABSTRACT
Pest control with botanical pesticides is a relatively safe alternative control for the
environment by using plant extracts that contain ingredients of pesticides. The purpose of this
research is to make pesticides from plant materials ie fragrant pandan leaves and bulbs of
garlic and test the secondary metabolites of maximum yield. This research was conducted by
the method of extraction maceration, variations in immersion time is 1, 3, 5, 7, and 9 days,
the ratio of material and solvent is 1: 4, after the immersion process is filtered and the filter
in the form of the filtrate and separation of secondary metabolites by rotary evaporator, and
then testing the secondary metabolites. The results of the study of secondary metabolites that
have been successfully tested by the method of phytochemicals which include alkaloids,
flavonoids, saponins, tannins, and sulfur.

Keywords: Botanical pesticides, Pandanus amaryllifolius Roxb, garlic bulbs, extraction

PENDAHULUAN dengan membunuh larva dalam skala besar


Pestisida adalah suatu substansi kimia (Raj Mohan dan Ramaswamy, 2007). Cara
yang digunakan untuk membunuh atau yang efektif untuk mencegah terjadinya
mengendalikan berbagai hama. Pada penularan penyakit adalah dengan
umumnya pestisida yang digunakan bukan membunuh larvanya. Dalam
hanya dalam pertanian saja namun juga pemberantasan larva nyamuk masyakat
diperlukan dalam bidang kesehatan dan biasanya menggunakan pestisida sintetik
rumah tangga. Dalam kesehatan seperti Temephos (Abate), Diflubenzuron
masyarakat, pestisida digunakan untuk (OMS-1804), Methoprene (OMS-1697),
membunuh berbagai vektor penyakit. Di Vetrazin (OMS-2014) (Hadi Suwasono,
dunia penyakit yang ditularkan oleh 1997). Namun pemutusan mata rantai
nyamuk masih merupakan masalah penularan penyakit oleh nyamuk
kesehatan. Nyamuk termasuk dalam kelas menggunakan zat kimia sintetik, memiliki
insekta, ordo Diptera dan family Culicidae efek samping yang cukup berbahaya.
merupakan faktor utama penyebar Pemberantasan menggunakan zat kimia
penyakit malaria, demam berdarah dan menyebabkan gangguan pada lingkungan
beberapa penyakit lain. Penyakit-penyakit dan juga pertumbuhan resistensi fisiologis
ini sangat berbahaya karena dapat dari pada vektor. Bila terjadi resistensi
menyebabkan penderita meninggal dalam terhadap insektisida, maka selain dosis
waktu beberapa hari. harus ditingkatkan, juga harus diciptakan
Salah satu cara untuk mengontrol penyakit insektisida baru untuk memberantas
yang disebarkan oleh nyamuk adalah serangga tersebut. Oleh karena itu, jika
dengan membunuh nyamuk, mencegah dosis terus menerus ditingkatkan, pada
nyamuk tersebut menusuk kulit manusia suatu saat akan membahayakan kesehatan
(dengan menggunakan repellent) atau manusia dan kesehatan lingkungan

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1


(Soedarto, 1989). Mengurangi dampak gunting, batang pengaduk, aluminium foil,
negatif tersebut, salah satu alternatif tabung reaksi, dan corong pemisah,
pengendalian yang dapat ditempuh dengan
menggunakan pestisida nabati. Variabel Penelitian
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal Variabel yang digunakan dalam penelitian
atau majemuk yang berasal dari tumbuhan ini antara lain: variabel bebas yaitu waktu
yang bisa digunakan untuk mengendalikan ekstraksi maserasi 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7
organisme pengganggu dan bahan hari dan 9 hari dengan pelarut yaitu etanol
dasarnya dari tumbuhan yang relatif dan variabel tetap adalah perbandingan
mudah dibuat dengan kemampuan dan bahan dan pelarut adalah 1 : 4.
pengetahuan terbatas. Bahan aktif tersebut
diperoleh dari ekstrak tumbuhan yang Prosedur Penelitian
mengandung zat-zat yang berpotensi Metode penelitian yang digunakan untuk
sebagai pestisida. Pestisida nabati bisa mengestrak daun pandan wangi dan umbi
berfungsi sebagai penolak, penarik, bawang putih adalah maserasi. Maserasi
antifertilitas (pemandulan), pembunuh, dan merupakan teknik ekstraksi yang
bentuk lainnya. Sifat pestisida nabati dilakukan untuk bahan yang tidak tahan
mudah terurai (bio-degradable) di alam panas dengan cara perendaman di dalam
karena terbuat dari bahan alami atau pelarut tertentu selama waktu tertentu.
nabati, sehingga tidak mencemari Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk
lingkungan dan relatif aman bagi manusia, mencegah penguapan pelarut secara
ternak, dan lingkungan karena residu (sisa- berlebihan karena faktor suhu dan
sisa zat) mudah hilang (Syakir, 2011). dilakukan pengadukan selama 15 menit
Salah satu tanaman yang mengandung agar bahan dan pelarut tercampur. Tahap-
pestisida nabati yang potensial adalah daun tahap penelitian proses pembuatan
pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) pestisida terdiri dari persiapan,
dan bawang putih (Allium sativum). perendaman bahan baku, filtrasi
Berdasarkan uraian diatas maka perlunya (penyaringan), pemisahan etanol,
penelitian ini dilakukan untuk rendemen maksimum, dan pengujian
mengembangkan pembuatan pestisida dari metabolit sekunder (uji warna).
daun pandan wangi dan umbi bawang
putih. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah daun
METODE PENELITIAN pandan wangi dan umbi bawang putih.
Bahan Bahan baku yang telah didapatkan dicuci
Bahan – bahan yang digunakan dalam menggunakan air sampai bahan baku
penelitian ini adalah daun pandan wangi, bersih, selanjutnya dikeringkan di bawah
umbi bawang putih, etanol 70 %, sinar matahari sampai kering. Setelah
aquadest, NaOH 40 %, Plumbum asetat, bahan kering lalu diblender kemudian
FeCl3 1 %, Mg, HCl pekat, KI, HgCl2, diayak sehingga mendapatkan ukuran
Kloroform. partikel range 80-100 mesh.

Alat Ekstraksi Maserasi Bahan Baku


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Pelarut yang digunakan adalah etanol.
ini adalah botol atau wadah tertutup, Ekstrasi maserasi dilakukan dengan cara
blender, statif, Rotary Evaporator (Buchi mencampurkan bahan dengan pelarut
Rotavapor R-200), labu didih dasar bulat, dengan rasio 1 : 4 (yaitu 100 g bahan baku
labu dasar bulat, kertas saring, labu takar, terdiri dari 50 gram daun pandan wangi
erlemeyer, timbangan analitik, spatula, dan 50 g umbi bawang putih dan 400 ml
pelarut etanol 70 %) di dalam suatu wadah

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2


yang ditutup rapat dengan waktu variasi Keterangan :
ekstraksi maserasi (1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 a = Berat labu didih dasar bulat kosong (g)
hari dan 9 hari) yang disertai dengan b = Ekstrak sebelum diuapkan + Berat
pengadukan dengan cara mengaduk wadah labu labu didih dasar bulat kosong (gr)
yang berisi pelarut dan bahan baku. c = Ekstrak setelah diuapkan + Berat labu
Penutupan wadah ini bertujuan agar didih dasar bulat kosong (gr)
pelarut yang digunakan tidak menguap
sebelum waktu penyaringan, sedangkan Pengujian Senyawa Metabolit Sekunder
pengadukan bertujuan membuat bahan (Uji fitokimia)
tercampur sempurna. Pengujian ini dilakukan untuk melihat
senyawa yang berada dalam sampel
Filtrasi (Penyaringan) dengan cara menambahkan beberapa
Setelah bahan baku direndam bahan kimia, sehingga dapat
menggunakan pelarut, selanjutnya diindentifikasi dengan perubahan warna
dilakukan penyaringan menggunakan larutan sampel. Untuk setiap golongan
kertas saring, setelah disaring didapatkan senyawa metabolit sekunder yang akan
ekstrak encer. Penyaringan bertujuan diperiksa adalah sebagai berikut
untuk menghilangkan bahan yang (Harborne, 1987 dan Wuryanti dan
berukuran besar dari larutan sehingga Murnah, 2009):
didapatkan filtrat yang bebas dari bahan 1. Pemeriksaan Alkaloid
yang sebelumnya dihaluskan. Dalam sampel dapat diketahui
keberadaannya dengan cara
Pemisahan Alkohol dari Larutan menambahkan lima tetes kloroform
Ekstrak dan beberapa tetes pereaksi mayer ke
Setelah dilakukan penyaringan ekstrak dalam 1 ml ekstrak kental. Pereaksi
dilanjutkan dengan proses pemisahan Mayer merupakan larutan kalium
dengan temperatur 80 oC dengan waktu ± merkuri iodide yang membentuk
50 menit yang ditandai dengan tidak endapan berwarna krem atau putih
menetesnya alkohol pada labu dasar bulat terhadap sebagian besar alkaloid.
(tempat penampung alkohol). Pemisahan Pereaksi mayer terbuat dari satu g KI
dengan Rotary evaporator di lakukan yang dilarutkan dalam 20 ml aquades.
untuk menghasilkan larutan yang bebas Kemudian ke dalam larutan KI tersebut
dari alkohol yang berdasarkan perbedaan ditambahkan 0,271 g HgCl2 sampai
titik didih sehingga pelarut yang volatil larut.
berpindah dari larutan yang homogen ke 2. Pemeriksaan Flavonoid
tempat yang telah disediakan untuk Pemeriksaan senyawa flavonoid
menampung pelarut yang digunakan untuk dilakukan dengan cara menambahkan
melakukan maserasi. 1 g serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat ke
dalam ekstrak kental. Adanya
Perhitungan Rendemen flavonoid ditunjukkan dengan
Rendemen ekstraksi adalah bahan terbentuknya warna merah, kuning
terekstrak sudah diuapkan dikurang atau jingga
dengan berat labu didih dasar bulat kosong 3. Pemeriksaan Saponin
lalu dibagi dengan bahan terekstrak belum Sebanyak 1 ml ekstrak sampel
diuapkan dikalikan 100 %. Penentuan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian
rendemen dilakukan dengan cara sebagai dikocok selama 5 menit. Busa yang
berikut: terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm
dan tetap stabil setelah didiamkan
selama 15 menit menunjukkan adanya
saponin.

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3


4. Pemeriksaan Tanin pandan wangi dan umbi bawang putih
Pemeriksaan senyawa tanin dilakukan berhasil diuji.
dengan cara menambahkan 5 tetes
FeCl3 1% (b/v) ke dalam ekstrak kental Pada pengujian alkaloid diperoleh hasil
sebanyak 1 ml. Perubahan warna yang positif dengan terbentuknya endapan
larutan menjadi biru tua atau hitam yang berwarna krem. Penambahan
kehijauan yang terbentuk menunjukkan kloroform bertujuan untuk memutuskan
adanya tanin. ikatan antara asam tannin dan alkaloid
5. Pemeriksaan Sulfur yang terikat secara ionik dimana atom N
Pemeriksaan senyawa sulfur dilakukan dari alkaloid berikatan saling stabil dengan
dengan cara menambahkan 1 mL gugus hidroksil genolik dari asam tanin.
NaOH 40 % dan larutan plumbum Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid
asetat ke dalam 1 ml larutan ekstrak akan bebas, sedangkan asam tanin akan
kental lalu diamati . Adanya sulfur terikat oleh kloroform. Pereaksi Mayer
menunjukkan perubahan warna larutan merupakan larutan kalium merkuri iodide
menjadi coklat muda dan endapan. yang membentuk edapan berwarna krem
atau putih terhadap sebagian besar
HASIL DAN PEMBAHASAN alkaloid. Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Analisis Fitokimia Mayer, diperkirakan nitrogen pada
alkaloid akan bereaksi dengan ion logam
Analisis fitokimia dilakukan untuk K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)
mengidentifikasi secara kualitatif golongan membentuk kompleks kalium-alkaloid
senyawa aktif yang terdapat pada suatu yang mengendap (Marliana dkk., 2005).
tanaman. Sehingga untuk membuktikan
adanya senyawa tersebut didalam ekstrak Pengujian flavonoid dilakukan dengan
yang diperoleh, maka diperlukan penambahan pereaksi Mg-HCl dan hasil
pengujian warna untuk mengidentifikasi pengujian, adanya flavonoid ditunjukkan
senyawa aktif. Hasil pengujian dapat dengan perubahan warna menjadi merah.
dilihat pada Tabel 1 pada pengujian Menurut Robinson (1995), warna merah
fitokimia dilakukan dengan menggunakan yang dihasilkan menandakan adanya
rendemen maksimum. Pengujian flavonoid akibat dari reduksi oleh asam
dilakukan dengan cara mencampurkan klorida pekat dan magnesium.
ekstrak kental dengan beberapa bahan
Uji tanin dilakukan dengan
kimia yang sebelumnya telah dipersiapkan
penambahannya FeC13. Pada pengujian
untuk pengujian warna.
tanin diperoleh hasil yang positif dengan
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat terbentuk warna hitam kehijauan. Pada
bahwa ekstrak kental dari daun pandan saat penambahannya diperkirakan FeC13
wangi-umbi bawang putih yang telah (besi (III) klorida) bereaksi dengan salah
berhasil diuji senyawa metabolit sekunder satu gugus hidroksil yang ada pada
dan senyawa lainnya adalah alkaloid, senyawa tanin. Pada penambahan FeCl3
flavonoid, saponin, tanin, dan sulfur yang pada ekstrak uji menghasilkan warna hijau
bermanfaat digunakan sebagai pestisida kehitaman yang menunjukkan
yang berasal dari bahan alam. Hal ini mengandung senyawa tanin terkondensasi
berarti daun pandan wangi-umbi bawang (Sangi dkk., 2008). Terbentuknya warna
putih mengandung semua senyawa yang biru tua atau hitam kehijauan
diujikan, ini karena daun panda wangi- menunjukkan terdapatnya tanin (Harborne,
umbi bawang putih dikombinasikan dalam 1996).
pembuatan ekstrak, sehingga semua
Uji saponin dilakukan dengan metode
senyawa metabolit sekunder pada daun
pengocokan sebab saponin memiliki

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4


karakteristik seperti sabun, yaitu mampu endapan. Sedangkan Pb berperan sebagai
membentuk busa. Kondisi awal larutan donor untuk Pb2+ (Girindra. 1986).
ekstrak daun pandan wangi-umbi bawang
putih, yaitu tidak berbusa. Setelah
dikocok, timbul busa stabil pada larutan
KESIMPULAN
ekstrak. Pengujian saponin dilakukan
dengan pengocokan dan melihat Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
terbentukanya busa stabil. Menurut diambil beberapa kesimpulan sebagai
Harbone (1987), pembentukan busa yang berikut:
mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan
atau pada waktu memekatkan ekstrak 1. Pemanfaatan daun pandan wangi dan
tumbuhan merupakan bukti terpercaya umbi bawang putih dengan metode
akan adanya saponin. Pengujian Sulfur ekstraksi dapat dibuat sebagai pestisida
dilakukan dengan penambahannya NaOH nabati.
dan Plumbum. Pada saat penambahannya 2. Senyawa metabolit sekunder yang
NaOH dan Plumbum (Pb), hasil reaksi telah berhasil diuji dengan cara metode
menimbulkan warna coklat muda dan ada fitokimia yang diantaranya adalah
endapan. Peran NaOH adalah untuk alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
memutuskan ikatan S, Sehingga dapat dan sulfur.
berikatan dengan Pb membentuk PbS atau

Tabel 1. Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Daun Pandan Wangi-
Umbi Bawang

No. Identifikasi Hasil Pustaka Sebelum Uji Setelah Uji


1. Alkaloid Terbentuk endapan Warna ekstrak yang Terbentuk endapan
Ekstrak kental + putih atau Krem. dihasikan coklat tua krem
lima tetes
kloroform + lima
tetes pereaksi
mayer
2. Flavonoid Perubahan warna Warna ekstrak yang Larutan berubah
Ekstrak kental + larutan menjadi dihasilkan coklat menjadi merah
satu gram Mg + 1 merah, kuning atau tua
ml HCl pekat jingga.
3. Saponin Terbentuk busa Warna ekstrak yang Terbentuk busa
Ekstrak kental setinggi kurang dihasilkan coklat kurang lebih 1 cm
dipanaskan selama lebih 1 cm dan tua stabil selama 15
5 menit dan stabil selama 15 menit.
dikocok selama 5 menit.
menit
4. Tanin Perubahan warna Warna ekstrak yang Perubahan warna
Ekstak kental + larutan menjadi biru dihasilkan coklat larutan menjadi
FeCl3 tua atau hitam tua hitam kehijauan
kehijauan.
5. Sulfur Perubahan warna Warna ekstrak yang Perubahan warna
Ekstrak kental + larutan kecoklatan dihasilkan coklat larutan menjadi
NaOH 40 % + Pb dengan ada tua coklat muda dengan
acetat endapan. ada endapan

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5


DAFTAR PUSTAKA Putih. Fakultas Teknik Universitas
Agnetha AY. (2005). Efek Ekstrak Riau.
Bawang Putih Sebagai Larvisida Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar
Nyamuk Aedes sp. Malang. Fakultas Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Kedokteran Universitas Brawijaya. Kristanti, A. N., N. S. Aminah, M.
Tanjung, dan B. Kurniadi. (2008).
Aisjah Girindra. (1986). Biokimia I. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya:
Jakarta: PT. Gramedia. Airlangga University Press. Hal. 23,
Aminah NS, Sigit S, Partosoedjono S dan 47.
Chairul. (2001). S. Lerak, d. Metel Marliana, S.D., Suryanti, V. dan Suyono.
dan e. Prostata Sebagai Larvasida (2005). Skrining Fitokimia dan
Aedes Aegypti. Cermin Dunia Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Kedokteran No. 131. Komponen Kimia Buah Labu Siam
Anglemier, A.E., Montgomery, M. W. (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
(1976). Amino Acids Peptides and Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1):
Protein. Mercil Decker Inc. New 26-31.
York. Nopianti, S., Dwi Astuti., Darnoto. (2008).
Atmadja. (2002). Bawang Putih untuk Efektivitas Ekstrak Buah Belimbing
Kesehatan. PT. Bumi Aksara: Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Jakarta. terhadap Kematian Larva Nyamuk
Hadi Suwasono. (1997). Berbagai Cara Anopheles aconitus Instar III. Jurnal
Pemberantasan Larva. In: Cermin Kesehatan 1 (2) : 103-114.
Dunia Kedokteran. Pratiwi, Y., Sunarsih, S., Windi, W.
Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. (2012). Uji Toksisitas Limbah Cair
Tambunan, A. W. Pattriwiri dan R. Laundry Sebelum dan Sesudah
Hendroko. (2008). Teknokogi Diolah dengan Tawas dan Karbon
Bioenergi. Argo Media, Jakarta. Aktif Terhadap Bioindikator
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, (Cyprinuscarpio L). Yogyakarta:
Edisi ke dua. Bandung: Penerbit Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
ITB. Sains dan Teknologi Periode III.
Harborne, J. B. (1996). Metode Fitokimia. Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Terbitan Ke-II. a.b. Kosasih Tumbuhan Tinggi Edisi Keempat
Padmawinata. Bandung: Penerbit Terjemahan Kosasih Padmawinata.
ITB. Bandung: ITB Press.
Hartmann, T. (1991). Alkaloid. Pp. 79- Raj Mohan, D., M. Ramaswamy. (2007).
116. In:Herbivores: Their Full Length Research Paper:
Interaction with Secondary Plant Evaluation of larvicidal activity of
Metabolites. 2nd edition. Eds. G.A. the leaf extract of aweed plant,
Rosenthal and m.R. Barenbaum. Ageratina adenophora, against two
Academic Press, New York. important species of mosquitoes,
Hastuti, H. (2008). Daya Bunuh Ekstrak Aedes aegypti and Culex
Daun Pandan Wangi (Pandanus quinquefasciatus.
amaryllifolius Roxb.) Terhadap Sangi, M.; Runtuwene, M. R. J.; Simbala,
Larva Anopheles aconitus Donitz. H. E. I.; Makang, V. M. A. (2008).
Surakarta: Fakultas Kedokteran Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat
UNS. di Kabupaten Minahasa Utara.
Kalvin, A., Irfhan, M. (2013). Pembuatan Chem. 1.
Pestisida Organik Menggunakan Soedarto. (1989). Entomologi Kedokteran.
Metode Ekstraksi Dari Sampah Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Daun Pepaya Dan Umbi Bawang EGC.

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 6


Suryandari, S. (1981). Pengambilan
Oleoresin Jahe dengan Cara Solvent
Extraction. BBIHP. Bogor.
Susana, D., Rahman, A., Pawenang, T.
(2003). Potensi Daun Pandan Wangi
untuk Membunuh
Syakir, M. (2011). Status Penelitian
Pestisida Nabati Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan. Seminar Nasional
Pesnab IV.
Wuryanti, Murnah. 2009. Uji Ekstrak
bawang Bombay terhadap anti
bakteri dengan metode difusi
cakram, Jurnal, UNDIP.
Yunita, E., Suprapti, N., dan Hidayat, J.
(2009). Pengaruh Ekstrak Daun
Teklan (Eupatorium riparium)
terhadap Mortalitas dan
Perkembangan Larva Aedes aegypti.
Bioma, Juni 2009. Vol. 11, No. 1,
Hal. 11-17 ISSN: 1410-8801

JOM FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 7

Anda mungkin juga menyukai