Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

UJI KUALITATIF FITOKIMIA


Irfan Riva’i Saputra*, Annisa Rizki Fitriani, Ernia Wati, Fiona Greshela, Letare Regina
Br Pandia, Nora, Nurilda Eva Yulianti, dan Irene Yunita

Program Studi Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
E-mail: h1031221001@student.untan.ac.id

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan uji kualitatif fitokimia yang bertujuan untuk mengetahui
golongan senyawa-senyawa fitokimia pada sampel tanaman batang mengkudu. Metode
yang digunakan dalam percobaan ini adalah uji kualitatif alkaloid, uji steroid, uji
terpenoid, uji flavonoid, uji saponin, dan uji fenol hidrokuinon. Percobaan dilakukan
dengan melakukan esktraksi sampel basah dan sampel kering menggunakana pelarut air
dan metanol. Proses uji fitokimia dapat dilakukan dengan menambahkan zat pereaksi
tiap uji dengan filtrat hasil ekstraksi. Hasil yang diperoleh dari ekstraksi batang
mengkudu pada uji percobaan ini bernilai negatif dan tidak terdapat senyawa fitokimia
pada batang mengkudu.

Kata Kunci: Kulit Batang Mengkudu, Ekstraksi, Uji Fitokimia.

PENDAHULUAN
Mengkudu merupakan salah satu yang berbentuk jorong, rata, dan ujung
tanaman yang sering dijumpai di daunnya lancip (Tjitrosoepomo, 2002).
lingkungan sekitar. Tanaman ini
Tumbuhan mengkudu ini sering
memiliki nama latin Morinda citrifolia
dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai
L. Tanaman ini memiliki tinggi antara 4-
obat alami tradisional, sebab memiliki
6 cm, batang dari tanaman ini memiliki
khasiat yang baik bagi kesehatan tubuh.
cabang dan memiliki dahan yang kaku.
Khasiat dari mengkudu ini diperoleh
Tanaman ini memiliki daun tunggal

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


1
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

dari senyawa dan zat yang terkandung di menentukan ciri senyawa yang
dalamnya. Senyawa tersebut termasuk terkandung, baik senyawa toksik atau
dalam senyawa fitokimia. Senyawa yang berdampak baik melalui proses
fitokimia antara lain adalah alkaloid, ekstraksi (Robinson, 1991). Fitokimia
saponin, steroid, tanin, dan triterpenoid. juga disebut sebagai fitronutrien.
Senyawa tersebut tergolong ke dalam Fitokimia sendiri merupakan senyawa
senyawa metabolit sekunder. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan yang
metabolit sekunder merupakan senyawa memiliki peran penting bagi kesehatan
alami pada tumbuhan yang dihasilkan (Sirait, 2007).
melalui metabolism sekunder yang
Senyawa fitokimia merupakan
diperoleh dari sitesis dari senyawa
senyawa alami yang ada pada tumbuhan.
metabolism primer (Harborne, 1987).
Senyawa ini dari beberapa jenisnya
Bagian dari tanaman mengkudu dihasilkan dari aktivitas biologis baik
yang sering dimanfaatkan sebagai obat hewan dan manusia. Contoh dari
alami tradisional adalah buah dan daun, golongan senyawa fitokimia pada buah-
sebab memiliki senyawa yang memiliki buahan adalah asam fenolik, flavonoid,
dampak positif bagi kesehatan. Bagian dan karotenoid (Arvaniti et al., 2019).
lain yang dapat dimanfaatkan dari Senyawa fitokimia ini memiliki khasiat
tanaman mengkudu ini adalah batang yang baik seperti antioksidan,
kulitnya. Beradasarkan penelitian oleh antikanker, dan mengatur keseimbangan
Rahmawati dan Hidajati (2017) batang metabolism dalam tubuh. Senyawa
mengkudu memiliki senyawa metabolit fitokimia ini digolongkan menjadi
sekunder. Senyawa yang terkandung senyawa alkaloid, fenol hidrokuinon,
antara lain adalah senyawa flavonoid, flavonoid, saponin, steroid, dan
saponin, steroid, dan tannin. triterpenoid (Akhmadi et al., 2022).
Senyawa ini dapat di deteksi melalui uji
Fitokimia merupakan cabang
dengan pereaksi tertentu. Uji alkaloid
ilmu yang membahasa tentang sifat dan
merupakan salah satu uji dengan cara
proses pembentukan dari zat-zat dalam
menambahkan asam sulfat dan pereaksi
tumbuhan. Uji fitokimia merupakan
meyer dan pereaksi wagner pada
metode penelitian yang digunakan untuk
ekstraksi sampel, uji alkaloid dapat

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


2
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

dikatakan positif jika terbentuknya neraca analitik, pembakar spirtus, rak


endapan putih. Uji fenol hidrokuinon tabung, dan tabung reaksi.
dapat disebut juga dengan uji fenolik Bahan yang digunakan dalam
yang ditambahkan pereaksi FeCl3, dan percobaan ini adalah akuades (H2O),
bernilai positif jika ekstraksi berubah asam klorida (HCl), asam sulfat
warna menjadi ungu, biru, atau hitam. (H2SO4), besi (III) klorida (FeCl3),
Uji flavonoid juga merupakan salah satu magensium (Mg) dan metanol (CH3OH).
uji senyawa fitokimia dengan
menambahkan HCl pekat ke dalam
Prosedur Kerja
sampel, hasil uji bernilai postif jika Persiapan Sampel

sampel berwarna merah, kuning, atau Kandungan air dari sampel

jingga. Uji saponin juga salah satu uji batang mengkudu dapat dikeringkan

dengan menambahkan HCl ke dalam selama 2-3 hari setelah sampel batang

sampel, hasil uji bernilai positif jika mengkudu diperoleh. Gunting sampel

terdapat busa stabil 2-4 menit pada hingga terpotong kecil-kecil. Sampel

sampel. Uji steroid dan triterpenoid juga dihaluskan kembali menggunakan

merupakan salah satu uji senyawa blender hingga berbentuk serbuk.

fitokimia dengan menambahkan Sampel basah juga dipotong halus

anhidrida asetat dan asam sulfat, hasil dengan gunting.

uji dapat bernilai positif jika sampel


Uji Alkaloid
berubah warna menjadi biru, hijau,
Metanol sebanyak 25 mL
kuning, dan ungu (Rahmawati dan
digunakan untuk proses ekstraksi dari
Hidajati, 2017).
campuran antara sampel kering dan
sampel segar yang ditimbang sebanyak
METODOLOGI
0,5 gram selama 30 menit di atas
Alat dan Bahan
pembakar spirtus dan kaki tiga. Hasil
Alat-alat yang digunakan dalam
ekstraksi kemudian disaring
percobaan ini adalah batang pengaduk,
menggunakan kertas saring setelah
bola hisap, botol semprot, cawan petri,
dilakukan ekstraksi selama 30 menit.
erlenmeyer, gelas beaker, kaki tiga,
Proses selanjutnya pipet sampel ke
dalam dua tabung reaksi dan

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


3
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

ditambahkan 5 mL H2SO4 2N pada kaki tiga. Proses selanjutnya pipet filtrat


masing-masing sampel. Proses ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
selanjutnya masing-masing sampel HCl 2N sebanyaj 1 mL ke dalam tabung
diberi pereaksi meyer dan pereaksi reaksi. Amati 5-10 menit pada tabung
wagner. Terbentuk atau tidaknya reaksi apakah terdapat busa atau tidak.
endapan dapat diamati pada masing-
Uji Fenol Hidrokuinon
masing sampel.
Filtrat hasil ekstraksi sampel
Uji Steroid dan Triterpenoid dengan metanol disiapkan. Proses
Filtrat hasil ekstraksi sampel selanjutnya pipet filtrat sebanya 1 mL ke
dengan metanol. Proses selanjutnya di dalam tabung reaksi. Proses selanjutnya
pipet filtrat ke dalam tabung reaksi. tambahkan pereaksi FeCl3 sebanyak dua
Perubahan warna dari sampel dapat tetes. Amati perubahan warna yang
diamati setelah diberi tiga tetes anhidrida terjadi.
asetat dan tiga tetes H2SO4 ke dalam
tabung reaksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan Sampel
Uji Flavonoid Sampel batang mengkudu
Filtrat hasil ekstraksi sampel diambil dan dipotong kecil-kecil. Proses
dengan metanol disiapkan. Pipet filtrat selanjutnya keringkan sampel dibawah
tersebut ke dalam tabung reaksi dan sinar matahari selama 2-3 hari. Proses
diberi sedikit serbuk magnesium pengeringan dilakukan agar kadar air
menggunakan spatula. Amati perubahan dalam sampel berkurang sehingga akan
warna pada tabung reaksi setelah sampel memudahkan proses sampel tersebut
diberi HCl dua tetes. (Gunawan dan Mulyani, 2004). Sampel
perlu dihaluskan agar saat proses
Uji Saponin
berlangsung mempermudah pelarut
Air panas sebanyak 25 mL
bergabung dengan sampel dan
digunakan untuk proses ekstraksi sampel
mempermudah proses ekstraksi. Siapkan
kering dan sampel basah yang ditimbang
juga sampel basah yang dipotong halus
sebanyak 0,5 gram selama 15 menit
dengan gunting
dipanaskan diatas pembakar spirtus dan

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


4
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

Proses selanjutnya adalah menyerupai minyak, tidak memiliki


ekstraksi sampel dengan metanol warna, dan dapat bersifat oksidator kuat
sebanyak 25 mL. Sampel basah dan dalam keadaan pekat. Senyawa ini
sampel kering digabungkan dan memiliki titik didih 315°C, titik lebur
ditimbang sebanyak 0,5 gram. Proses 10°C, dan densitas 1,8 (Mulyono, 2005).
penggabungan antara sampel basah dan Fungsi dari penambahan asam sulfat
sampel kering bertujuan untuk pada sampel agar terbentuk garam
memperoleh senyawa yang maksimal alkaloid (Mulyono, 2005). Proses
dari masing sampel. Maserasi selanjutnya pembuatan pereaksi meyer
merupakan salah satu metode yang dan pereaksi wagner. Pereaksi meyer
digunakan dalam proses ekstraksi. dibuat dengan mencampurkan larutan
Metode ini dilakukan dengan cara HgCl2 dan larutan KI, sedangkan
menambahkan serbuk sampel dan zat pereaksi wagner dibuat dengan
pelarut ke dalam wadah (Badaring et al., mencampurkan I2 dan KI yang
2020). Proses maserasi menggunakan diencerkan dengan akuades (Mulyono,
pelarut metanol sebab pelarut ini bersifat 2005). Proses selanjutnya menambahkan
polar dan dapat mengikat senyawa pereaksi meyer dan pereaksi wagner ke
fitokimia yang ada pada sampel (Indarto dalam masing-masing tabung reaksi.
et al., 2019). Proses selanjutnya adalah Fungsi dari penambahan adalah sebagai
penyaringan ekstraksi dengan kertas penanda hasil uji jika terbentuknya
saring agar filtrat dan residu dapat endapan pada akhir hasil uji (Mulyono,
dipisahkan. 2005). Proses selanjutnya pengamatan
dari hasil uji tidak ada perubahan. Hasil
Uji Alkaloid
uji alkaloid bernilai positif jika terbentuk
Filtrat hasil ekstraksi
endapan putih (Rahmawati dan Hidajati,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
2017), namun hasil percobaan bernilai
kemudian ditambahkan dengan asam
negatif, sebab tidak terbentuk endapan
sulfat sebanyak 5 mL. Asam sulfat
putih pada akhir hasil uji. Berdasarkan
merupakan asam anorganik yang
literatur penelitian Rahmawati dan
tergolong dalam asam kuat. Senyawa ini
Hidajati (2017) uji alkaloid pada betang
memiliki wujud berupa zat cair kental
mengkudu bernilai negatif.

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


5
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

biru, sedangkan uji triterpenoid bernilai


positif jika terjadi perubahan warna ungu
atau jingga. Hasil akhir uji tidak ada
perubahan dari sampel yang berarti hasil
uji bernilai negatif. Berdasarkan
penelitian Rahmawati dan Hidajati
(2017) hasil uji steroid bernilai positif
Gambar 3.1 Hasil Uji Alkaloid.
ditandai dengan sampel berubah warna
Uji Steroid dan Triterpenoid menjadi hijau dan triterpenoid bernilai
Filtrat hasil ekstraksi sampel negative sebab tidak ada perubahan pada
dengan metanol dimasukkan ke dalam sampel. Hasil percobaan uji steroid dan
tabung reaksi menggunakan pipet tetes, triterpenoid bernilai negatif, hal ini dapat
kemudia ditambahkan dengan tiga tetes disebabkan bebeapa faktor, seperti
anhidrida asetat. Anhidrida asetat kuallitas bahan yang digunakan, pelarut,
merupakan senyawa organik yang suhu saat pembuatan filtrat, dan lama
memiliki wujud berupa zat cair tidak waktu ekstraksi sampel (Putri dan Lubis,
berwarna. Senyawa ini memiliki titik 2020).
leleh -73,1°C, titik didih -84,9°C, dan
densitas 1,08. Proses selanjutnya
ditambahkan tiga tetes asam sulfat ke
dalam tabung reaksi. Asam sulfat
merupakan asam anorganik yang
tergolong dalam asam kuat. Senyawa ini
memiliki wujud berupa zat cair kental
menyerupai minyak, tidak memiliki Gambar 3.2 Hasil Uji Steroid dan
warna, dan dapat bersifat oksidator kuat Triterpenoid
dalam keadaan pekat. Senyawa ini
Uji Flavonoid
memiliki titik didih 315°C, titik lebur
Filtrat hasil ekstraksi sampel
10°C, dan densitas 1,8 (Mulyono, 2005).
dengan metanol di pipet ke dalam tabung
Hasil positif dari uji steroid jika terjadi
reaksi dan ditambahkan sedikit serbuk
perubahan warna menjadi hijau atau

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


6
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

magnesium. Magnesium (Mg) Hidajati, 2017). Berdasarkan penelitian


merupakan salah satu unsur golongan oleh Rahmawati dan Hidajati (2017) uji
logam alkali tanah. Logam ini memiliki flavonoid pada batang mengkudu
berwarna putih keperakan, ringan, bernilai positif, namun dalam percobaan
mudah ditempa, bila dipanaskan akan diperoleh hasil negatif, hal ini dapat
menyala terang puith. Loga mini disebabkan bebeapa faktor, seperti
memiliki titik lebur 648°C, titik didih kuallitas bahan yang digunakan, pelarut,
1090°C, dan densitas 1,738 (Mulyono, suhu saat pembuatan filtrat, dan lama
2005). Proses selanjutnya sampel waktu ekstraksi sampel (Putri dan Lubis,
ditambahkan dengan HCl. Asam klorida 2020).
(HCl) merupakan senyawa asam
anorganik yang tergolong asam kuat.
Senyawa ini memiliki wujud zat cair
tidak berwarna dan memiliki bau yang
tajam. Senyawa ini bersifat polar dan
dapat larut dalam air. Senyawa ini
memiliki titik lebur -141,8°C, titik didih
-84,9°C, dan densitas dalam zat cairan
sebesar 2,85 (Mulyono, 2005). Fungsi
Gambar 3.3 Hasil Uji Flavonoid.
dari penambahan dari serbuk magnesium
dan asam klorida tersebut dalam uji Uji Saponin
flavonoid ini agar intibenzopiron Air panas sebanyak 50 mL
membentuk garam flavilum sehingga digunakan untuk ekstraksi dari sampel
terjadi perubahan warna (Dewi et al., kering dan sampel basah sebanyak 0,5
2021). Proses selanjutnya pengamatan gram dipanaskan diatas pembakar
pada sampel, hasil yang diperoleh tidak spirtus dan kaki tiga selama 15 menit,
ada perubahan warna dari akhir uji lalu hasil ekstraksi dan disaring
sampel yang bernilai negatif flavonoid. menggunakan kertas saring. Fungsi dari
Uji flavonoid akan bernilai positif jika maserasi dengan air dalam keadaan
sampel berubah menjadi warna merah, panas sebab air memiliki sifat polar yang
kuning, atau jingga (Rahmawati dan dapat digunakan sebagai pelarut dan

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


7
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

keadaan panas pada air mempermudah


zat terlarut untuk menyatu sebab
pergerakan molekul pada air panas
cukup tinggi (Mulyono, 2005). Proses
selanjutnya pipet filtrat ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan dengan larutan
HCl 2N. Proses pembuatan larutan HCl
2N dengan mencampurkan HCl pekat Gambar 3.4 Hasil Uji Saponin.
sebanyak 5,5 mL dan dilarutkan dengan
aquades hingga total larutan 50 mL. Uji Fenol Hidrokuinon

Proses selanjutnya pengamatan dari hasil Filtrat hasil ekstraksi sampel

sampel setelah ditambahkan HCl, tidak dengan metanol di pipet ke dalam tabung

ada perubahan pada hasil akhir uji dan reaksi sebanyak 1 mL dan diberi dua

tidak terdapat gelembung atau busa. tetes FeCl3 5%. FeCl3 atau besi (III)

Hasil uji saponin bernilai postif jika pada klorida merupakan zat berwujud padat

hasil akhir uji sampel terdapat dan bewarna cokelat-hitam. Senyawa ini

gelembung atau busa stabil selama 2-4 dalam larutan terhidrolisis sebagian dan

menit (Rahmawati dan Hidajati, 2017). senyawa ini dapat larut dalam banyak

Berdasarkan penelitian oleh Rahmawati pelarut organik. Senyawa ini memiliki

dan Hidajati (2017) hasil uji saponin titik leleh 306°C, terurai pada 315°C,

pada batang mengkudu bernilai positif dan densitas 2,9 (Martin, 2012). Proses

dengan adanya busa stabil, namun dalam pembuatan larutan FeCl3 dengan

percobaan hasil yang diperoleh negatif menimbang padatan FeCl3 sebanyak 4

saponin. Hasil uji yang berbeda ini dapat gram menggunakan neraca analitik dan

disebabkan oleh bebeapa faktor, seperti dilarutkan dengan aquades hinga 50 mL

kuallitas bahan yang digunakan, pelarut, total larutan. Proses selanjutnya

suhu saat pembuatan filtrat, dan lama pengamatan dari sampel, tidak terjadi

waktu ekstraksi sampel (Putri dan Lubis, perubahan apapun. Hasil uji fenol

2020). hidrokuinon bernilai positif jika terjadi


perubahan warna sampel menjadi biru,
hitam, atau ungu (Rahmawati dan

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


8
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

Hidajati, 2017). Berdasarkan literatur FIitokimia Dan Aktivitas


penelitian Rahmawati dan Hidajati Farmakologi Family Basellaceae
Sebagai Obat Luka, Journal of
(2017) hasil uji fenol hidrokuinon pada
Research In Pharmacy, 2(2): 77-
batang mengkudu bernilai negatif, hasil 85.
yang diperoleh pada percobaan juga Arvaniti O. S., Samaras Y., Gatidou G.,
Thomaidis N. S., dan Stasinakis A.
negatif fenol hidrokuinon. Percobaan ini S., 2019, Review On Fresh and
menunjukkan bahwa pada sampel batang Dried Figs: Chemical Analysis and
Occurrence of Phytochemical
mengkudu tidak terdapat senyawa fenol Compounds, Antioxidant Capacity
hidrokuinon. and Health Effects, Food Research
International, 119: 244–267.
Badaring D. R., Sari S. P. M., Nurhabiba,
S., Wulan, W., dan Lembang S. A.
R., 2020, Uji Ekstrak Daun Maja
(Aegle marmelos L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus,
Indonesian Journal of
Fundamental Sciences, 6(1): 16-
26.
Dewi I. S., Saptawati T., dan Rachma F.
A., 2021, Skrining Fitokimia
Gambar 3.5 Hasil Uji Fenol Ekstrak Etanol Kulit dan Biji
Terong Belanda ( Solanum
Hidrokuinon. betaceum Cav.), Prosiding
Seminar Nasional UNIMUS, 4,
SIMPULAN 1210–1218.
Gunawan D., dan Mulyani S., 2004, Ilmu
Berdasarkan percobaan yang Obat Alam. Penebar, Jakarta:
dilakukan pada sampel esktrak batang Swadaya.
mengkudu. Hasil yang diperoleh tidak Harborne J.B., 1987, Metode Fitokimia,
Bandung: Institut Teknologi
terdapat senyawa fitokimia dalam uji Bandung.
alkaloid, uji steroid, uji triterpenoid, uji Indarto I., Narulita W., Anggoro B. S.,
flavonoid, uji saponin, dan uji fenol dan Novitasari A., 2019, Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun
hidrokuinon. Binahong Terhadap
Propionibacterium Acnes. Biosfer:
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Tadris Biologi, 10(1): 67–
78.
Akhmadi C., Utami W., dan Annisaa E., Mulyono, 2005, Kamus Kimia Edisi
2022, Narrayive Review: Senyawa Pertama, Jakarta: Bumi Aksara.

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


9
H1031221001
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

Putri D. M. dan Lubis S. S., 2020,


Skrining Fitokimia Ekstrak Etil
Asetat Daun Kalayu (Erioglossum
rubiginosum (Roxb.) Blum),
Amina, 2(3): 120-125.
Rahmawati M., dan Hidajati N., 2017,
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Kulit Batang Tumbuhan
Mengkudu (Morinda citrifolia L.),
UNESA Journal Of Chemistry,
6(2): 113–118.
Robinson T., 1995, Kandungan Organik
Tumbuhan Tingkat Tinggi,
Bandung: ITB.
Sirait M., 2007, Penentuan Fitokimia
Dalam Farmasi, Bandung: ITB
Press.
Tjitrosoepomo G., 2002, Taksonomi
Tumbuhan (Spermatophyta),
Yogyakarta: UGM Press.

Irfan Riva’i Saputra Uji Kualitatif Fitokimia


10
H1031221001

Anda mungkin juga menyukai