Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM FITOKIMIA

UJI KUALITATIF FITOKIMIA

Pipit Savitri
05031382126082

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang biasanya
dimanfaatkan dalam industri obat-obatan. Alkaloid, flavonoid, saponin, steroid,
dan tanin merupakan beberapa golongan senyawa kimia yang merupakan hasil
metabolisme sekunder pada tumbuhan. Konstituen kimiawi yang berbeda pada
tanaman obat memiliki aktivitas biologis yang dapat meningkatkan kesehatan
manusia melalui industri farmasi dan makanan, namun juga mewakili nilai
penting dalam industri parfum, agrokimia, kosmetik (Ningsih et al., 2023).
Metabolit sekunder dari tumbuhan dapat dimanfaatkan pada bidang farmakologi
seperti sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikoagulan darah, antikanker,
antibiotik, dan dapat menghambat efek karsiogenik (Udayani et al., 2022).
Fitokimia yaitu bahan-bahan atau senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tumbuhan dalam bidang kimia, dan dapat diartikan sebagai metabolit sekunder
yang secara khusus dihasilkan oleh tumbuhan. Fitokimia merupakan senyawa
kimia bukan nutrisi yang dihasilkan oleh sel dari tumbuhan (Puspitasari, 2019).
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder
pada ekstrak daun, batang dan akar tambalepen seperti alkaloid, tripernoid/steroid,
tanin, flavonoid dan saponin dengan menggunakan pereaksi yang spesifik
(Jumania et al., 2020). Fitokimia dapat dipisahkan dari bahan tanaman dengan
berbagai teknik ekstraksi. Berbagai jenis pelarut yaitu. air, etanol, metanol, aseton,
eter, benzena, kloroform dll digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi dari
fitokimia dari bahan tanaman dipengaruhi oleh faktor pra-ekstraksi (bagian
tanaman yang digunakan, asal usulnya dan ukuran partikel, kadar air, metode
pengeringan, tingkat pemrosesan) dan faktor terkait ekstraksi (metode ekstraksi
yang digunakan, pelarut yang dipilih, rasio pelarut terhadap sampel, pH dan suhu
pelarut, serta lama ekstraksi) (Shaikh dan Pati, 2022).

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui ada tidaknya komponen bioaktif
pada sampel uji

1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alkaloid
Alkaloid adalah metabolit khusus yang terjadi secara alami dengan nitrogen
sebagai elemen karakteristik yang ada dalam struktur kimianya. Kekayaan potensi
biologis alkaloid dikaitkan dengan susunan atom yang berbeda dalam struktur
kimianya. Alkaloid, salah satu kelas basa yang mengandung nitrogen organik
alami. Alkaloid memiliki efek fisiologis yang beragam dan penting pada manusia
dan hewan. Alkaloid terkenal termasuk morfin, strychnine, kina, efedrin, dan
nikotin. Alkaloid telah diisolasi sebagai ekstrak mentah dari tumbuhan selama
ribuan tahun sebagai bagian dari pengobatan tradisional. Sejak abad ke-20,
alkaloid dengan sifat farmakologis yang ditentukan dan diverifikasi secara ilmiah
telah dimurnikan dan diproduksi secara komersial sebagai bahan kimia murni.
Tanaman biasanya menghasilkan campuran alkaloid yang sangat kompleks
dengan jenis yang diinginkan seringkali pada tingkat rendah, sehingga alkaloid
yang diproduksi secara komersial sangat mahal (Ramadhan dan Hakim, 2023).

2.2. Fenol Hidrokuinon


Hidrokuinon merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang masuk ke
dalam golongan fenol. Fenol merupakan senyawa kimia yang dapat dengan
mudah teroksidasi dan mengalami proses penguapan di udara atau dioksidasi.
Senyawa fenol yang dalam kondisi terbuka akan dapat merubah warna yang
diakibatkan karena pengaruh udara yang terakumulasi hal lainnya dikarenakan
terjadinya proses hasill oksidasi (Fertiasari et al., 2023). Hidrokuinon merupakan
senyawa kimia berupa kristal putih berbentuk jarum, tidak berbau, rumus kimia
CH4(OH); dengan nama kimia 1, 4- benzendiol atau quinol dan mengalami
oksidasi terhadap cahaya dan udara. Hidrokuinon atau quinon merupakan
aromatik senyawa organik yang merupakan jenis fenol, Hidrokuinon ringan dapat
mengalami oksidasi untuk mengkonversi ke benzoquinone. Hidrokuinon memiliki
berbagai kegunaan terutama terkait tindakan sebagai agen pereduksi yang larut
dalam air serta komponen utama dalam pengembang fotografi (Febiana, 2023).

2 Universitas Sriwijaya
3

2.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok polifenol dan diklasifikasikan berdasarkan
struktur kimia serta biosintesisnya (Seleem et al., 2017). Struktur dasar flavonoid
terdiri dari dua gugus aromatik yang digabungkan oleh jembatan karbon (C6-C3-
C6). Flavonoid diklasifikasikan sebagai flavon, flavanone, flavonol, katekin,
flavanol, kalkon dan antosianin. Pembagian kelompok flavonoid didasarkan pada
perbedaan struktur terutama pada substitusi karbon pada gugus aromatik sentral
dengan beragamnya aktivitas farmakologi yang ditimbulkan (Wang et al., 2018).
Flavonoid dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan substitusi karbon
pada gugus aromatik sentral (C). Subkelompok tersebut adalah flavon, flavonols,
flavanone, flavanol atau katekin, antosianin dan kalkon. Flavonoid pada tumbuhan
berperan memberi warna, rasa pada biji, bunga, dan buah serta aroma serta
melindungi tumbuhan dari pengaruh lingkungan, sebagai antimikroba, dan
perlindungan dari paparan sinar UV (Alfaridz, 2018).

2.4 Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi
yang dihasilkan terutama oleh tumbuhan, hewan laut tingkat rendah dan beberapa
bakteri, istilah saponin diturunkan dari Bahasa Latin “sapo” yang berarti sabun,
diambil dari kata Saponaria vaccaria, suatu tumbuhan yang mengandung saponin
digunakan sebagai sabun mencuci. Saponin yang banyak terkandung dalam
tumbuhan telah lama digunakan untuk pengobatan tradisional. Saponin
merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan
tingkat tinggi. Beberapa jenis tumbuhan banyak mengandung saponin seperti
mahkota dewa, belimbing wuluh, kemiri, buah pare, turi (Putri et al., 2023).
Saponin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan yang
ditandai busa stabil ketika dilarutkan dan digojog dalam air. Senyawa ini
merupakan jenis glikosida yang mengandung molekul gula dengan 2 jenis aglikon
yaitu steroid (C-27) dan triterpenoid (C-30). Saponin steroid dan triterpenoid
dihidrolisis akan menghasilkan saraponin dan sapogenin. Peranan saponin steroid
secara farmakologi adalah mengobati penyakit reumatik, anemia, diabetes,
syphilis, impotensi, dan antifungi sedangkan saponin triterpen berperan sebagai
antibakteri, antijamur, antiinflamasi dan ekspetoran (Darma dan Marpaung, 2020).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu danTempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Februari 2023 pukul
13.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara lain: 1)
gelas Beaker, 2) gelas ukur, 3) pipet tetes, 4) pipet volume, 5) spatula, 6) tabung
reaksi, dan 7) timbangan analitik.
Bahan yang digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara lain: 1)
alkohol, 2) amil alkohol, 3) anhidra asetat, 4) daun pandan, 5) daun pepaya, 6)
daun singkong, 7) HCL 2N, 8) H2SO4, 9) kloroform, 10) pereaksi Meyer, dan 11)
pereaksi Wagner.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun pandan, daun pepaya,
daun salam, daun singkong.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum kali ini adalah :
Persiapan Sampel
1. Sampel daun segar yang telah di peroleh dikering-anginkan untuk menurunkan
kandungan airnya
2. Sampel daun yang sudah kering tersebut di potong-potong mengunakan
gunting
3. Kemudian potongan daun tersebut dihaluskan menggunakan blender sampai
bebentuk serbuk
4. Serbuk daun yang diperoleh siap dianalisa
Praktikum uji kualitatif fitokimia terdiri atas 4 percobaan, yaitu uji alkaloid, uji
flavonoid, uji saponin, dan uji fenol hidrokuinon

4 Universitas Sriwijaya
5

Cara kerja uji alkaloid adalah :


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang
dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan terang, serta
penyimpanan suhu dingin.
2. Sebanyak 0,5g sampel dari masing-masing perlakuan dilarutkan ke dalam
asam sulfat 2N.
3. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi pereaksi Meyer dan pereaksi
Wagner.
4. Ada tidaknya endapan berwarna diamati.

Cara kerja uji flavonoid adalah :


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang
dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan terang, serta
penyimpanan suhu dingin.
2. Sebanyak 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan diberi serbuk
magnesium sebanyak 0,1 mg.
3. Sebanyak 0,4 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol dicampurkan ke dalam
sampel yang telah diberi serbuk magnesium.
4. Perubahan warna diamati.

Cara kerja uji saponin adalah :


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang
dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan terang, serta
penyimpanan suhu dingin.
2. Sampel sebanyak 0,5 g dari masing-masing perlakuan dilarutkan dengan
asam klorida 2N.
3. Larutan sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit.
4. Ada tidaknya busa diamati.

Universitas Sriwijaya
6

Cara kerja uji fenol hidrokuinon adalah :


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang
dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan terang, serta
penyimpanan suhu dingin.
2. Sampel sebanyak 0,5 g dari masing-masing perlakuan diekstrak dengan 10
mL etanol 70% dan didiamkan selama 30 menit.
3. Sebanyak 1 mL hasil ekstraksi diambil dan diberi 2 tetes FeCl3 5%.
4. Perubahan warna diamati.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Fitokimia
No Uji Fitokimia Bahan Standar Keterangan
1. Alkaloid
a. Meyer Daun singkong +
Daun pandan Ada endapan putih +
Daun Pepaya +
Daun Salam -
b. Wagner Daun singkong Endapan coklat +
Daun pandan +
Daun Pepaya +
Daun Salam -
2. Flavonoid Daun Singkong Lapisan amil -
alkohol berwarna
merah/ kuning/
hijau
Daun Pandan -
Daun Pepaya -
Daun Salam -
3. Saponin Daun Singkong Warna hijau / hijau -
biru

Daun Pandan -
Daun Pepaya -
Daun Salam -
4. Fenol Hidrokuinon Daun Singkong Warna hijau / hijau -
biru

Daun Pandan +
Daun Pepaya +
Daun Salam +

7 Universitas Sriwijaya
8

4.1. Pembahasan
Praktikum ini membahas mengenai uji kualitatif pada senyawq fitokimia.
Sampel yang akan diuji sebanyak 4 buah daun yaitu daun singkong, daun pandan,
daun pepaya dan daun salam. Sampel tersebut kemudian dilakukan uji kualitatif
untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia yang terdiri dari alkaloid, flavonoid,
saponin dan fenol hidrokuinon. Uji senyawa flavonoid pada 4 jenis daun
menunjukkan hasil negatif karena tidak adanya perubahan warna setelah diberi
pereaksi. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya kesalahan dalam
praktikum, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa daun singkong, daun pandan,
daun papaya dan daun salam mengandung senyawa flavonoid dan senyawa
saponin. Daun singkong memiliki kandungan senyawa saponin, vitamin C,
triterpenoid, tanin dan flavonoid (Octasari et al., 2022). Daun pandan wangi
memiliki kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, dan polifenol (Lingling, 2022).
Daun pepaya juga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
vitamin C, vitamin E, kolin, dan karposid. Daun pepaya juga mengandung
mineral, saperti; kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, zink dan mangan
(Alzanando et al., 2022). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Silalahi, (2017)
dalam Septiana et al., (2021), hasil ekstraksi daun salam diketahui memiliki
kandungan flavoniod, minyak atsiri, seskuiterpen, fenol, steroid, sitral, lakton,
saponin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliati, (2012) dalam Septiana
et al., (2021), ekstrak daun salam juga mengandung senyawa tanin dan flavonoid
yang dapat menghasilkan aktivitas sebagai antimikroba.
Uji senyawa alkaloid yang dilakukan pada keempat jenis daun menunjukkan
bahwa daun pepaya dan daun pandan yang diberi penambahan pereaksi Meyer
menunjukkan adanya endapan putih yang artinya terdapat senyawa alkaloid
didalam daun tersebut, daun pepaya dan daun pandan yang diberi penambahan
pereaksi Wagner juga menunjukkan hasil positif bahwa daun tersebut
mengandung senyawa alkaloid hal itu ditunjukkan dengan adanya endapan
berwarna hitam pada sampel. Metode analisis ini memiliki prinsip dimana
pengendapan terjadi dikarenakan ada substitusi ligan. Atom N pada alkaloid
memiliki PEB yang dapat menggantikan ion ion pada reagen yang ada. Reagen
Mayer terkandung kalium iodide dan merkurii klorida (kalium tetraiodomerkurat

Universitas Sriwijaya
9

(II)). Uji alkaloid menggunakan pereaksi Wagner menghasilkan endapan putih


yang merupakan kalium-alkaloid. Ikatan kovalen koordinasi terbentuk antara ion
logam K+ dan atom N, sehingga terbentuk endapan kompleks kalium alkaloid. Uji
alkaloid menggunakan pereaksi Mayer menghasilkan endapan kalium-alkaloid,
dimana ion logam kalium dari kalium tetraiodomerkurat (II) menyebabkan
mengendapnya kompleks kalium-alkaloid (Erwan dan Parbuntari, 2023). Daun
salam yang diberi penambahan pereaksi wagner dan pereaksi meyer menunjukkan
hasil negatif karena tidak adanya endapan pada hasil akhir.
Uji senyawa saponin menunjukkan hasil yang negatif pada 4 jenis daun,
karena hasil pengamatan menunjukkan tidak adanya busa setelah diberi perlakuan.
Terbentuknya busa pada uji saponin karena saponin mempunyai gugus steroid
yang merupakan gugus non polar serta gugus glikosil yang bersifat polar.
Terbetuknya busa diakibatkan karena pengocokan terhadap sampel dengan air
panas dikarenakan terbentuknya misel. Air panas dipakai untuk mempercepat
reaksi dan memunculkan busa karena adanya kombinasi struktur senyawa
penyusun dari gugus steroid sebagai gugus nonpolar dan rantai samping polar
yang larut dalam air sehingga timbunya busa (Lase et al., 2021). Daun singkong,
daun pandan dan daun pepaya pada uji fenol hidrokuinon menujukkan hasil yang
positif ditandai dengan adanya perubahan warna pada sampel namun, daun salam
diketahui tidak mengandung senyawa fenol hidrokuinon. Kegagalan dalam
mengetahui hasil uji kualitatif fitokimia dapat disebabkan karena partikel sampel
yang terlalu besar karena tidak dihaluskan ketika pengujian. Halusnya sampel
pada uji kualitatif fitokimia sangat penting karena memungkinkan zat-zat yang
terkandung di dalamnya tersebar secara merata dan memfasilitasi proses ekstraksi
zat-zat tersebut. Dengan menghaluskan sampel, luas permukaan partikel-partikel
di dalamnya meningkat. Hal ini memungkinkan zat-zat aktif lebih mudah bereaksi
selama proses pengujian. Partikel yang lebih kecil akan memiliki kontak lebih
baik dengan pelarut selama proses ekstraksi. Partikel-partikel yang tidak
dihaluskan dapat menghasilkan kesalahan dalam pengukuran karena perbedaan
dalam kemampuan untuk bereaksi dengan agen uji. Penghalusan ini bertujuan
untuk memperbesar luas permukaan partikel sehingga semakin besar kontak
partikel dengan pelarut dan mempermudah proses ekstraksi (Husni et al., 2019).

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Uji senyawa alkaloid pada daun pepaya dan daun pandan menunjukkan hasil
positif dengan adanya endapan putih dan hitam setelah pemberian pereaksi.
2. Hasil uji saponin menunjukkan negatif pada keempat jenis daun, walaupun
sebelumnya diketahui bahwa beberapa daun tersebut mengandung senyawa
saponin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan teknis selama pengujian.
3. Meskipun hasil uji flavonoid pada empat jenis daun menunjukkan negatif,
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun singkong, daun pandan,
daun pepaya, dan daun salam mengandung senyawa flavonoid
4. Uji senyawa fenol hidrokuinon pada Daun singkong, daun pandan dan daun
pepaya menujukkan hasil yang positif ditandai dengan adanya perubahan
warna pada sampel
5. Kegagalan dalam mendeteksi beberapa senyawa fitokimia dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ukuran partikel sampel yang
terlalu besar.

10 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Alfaridz, F. 2018. Review Jurnal: Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari


Senyawa Aktif Flavonoid. Farmaka, 16 (3).1-9.

Alzanando, R., Yusuf, M., dan Tutik, T. 2022. Analisis Kadar Senyawa Alkaloid
dan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmasi Malahayati, 5
(1), 108-120.

Darma, W., dan Marpaung, M. P. 2020. Analisis Jenis dan Kadar Saponin Ekstrak
Akar Kuning (Fibraurea Chloroleuca Miers) Secara Gravimetri. Dalton:
Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia, 3 (1), 51-59.

Erwan, M. O., dan Parbuntari, H. 2023. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder


pada Daun Salam (Syzygium Polyanthum). Periodic, 12 (3), 39-44.

Febiana, D. 2023. Analisis Hidrokuinon Pada Lotion Yang Beredar di Kota


Magetan Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis, Doctoral Dissertation,
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Fertiasari, R., Leni, L., dan Kristiandi, K. 2023. Analisis Hidrokuinon pada
Kosmetik Cair Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(Kckt). Media Ilmiah Kesehatan Indonesia, 1 (1), 6-11.

Husni, A., Subaryono, Pranoto, Y., Tazwir., dan Ustadi. 2019. Pengembangan
Metode Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut (Sargassum Sp.) sebagai
Bahan Pengental. Agritech, 32 (1), 1-8.

Jumania, J., Sukmawati, E., Mutiadin, C., dan Sari, S. R. 2020. Skrining Fitokimia
Ekstrak Tanaman Tambalepen dan Pengaruh Penghambatannya terhadap
Bakteri Salmonella thypi. In Prosiding Seminar Nasional Biotik, 8 (1).
347-354.

Lase, O. M., Pratiwi, S. R., Nurohma, A., Widia, W., Marcelino, M.,
Adisyahputra, A., dan Roanisca, O. 2022. Skrinning Fitokimia Kualitatif
dari Ekstrak Daun Nipah (Nypa Fruticans). In Proceedings Of National
Colloquium Research And Community Service, 5, 85-87.

Lingling, G. N. T. 2022. Potensi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus


amaryllifolius Roxb) Sebagai Antibakteri pada Sediaan Gel Facial Wash.
In Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi,1, 283-294.

11 Universitas Sriwijaya
11

Ningsih, D. S., Henri, H., Roanisca, O., dan Mahardika, R. G.2020. Skrining
Fitokimia dan Penetapan Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun
Tumbuhan Sapu-Sapu (Baeckea frutescens L.). Biotropika: Journal of
Tropical Biology, 8 (3), 178-185.

Octasari, P. M., Wardani, D. K., dan Sari, E. L. 2022. Uji Daya Analgetik dan
Antiinflamasi Ekstrak Etanolik Daun Singkong (Manihot Utilissima Pohl.)
pada Mencit Galur Swiss. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan
Kesehatan, 9 (2), 149-161.

Putri, P. A., Chatri, M., dan Advinda, L. 2023. Karakteristik Saponin Senyawa
Metabolit Sekunder pada Tumbuhan. Jurnal Serambi Biologi, 8 (2), 252-
256.

Puspitasari, D. 2019. Pengaruh Metode Perebusan Terhadap Uji Fitokimia Daun


Mangrove Excoecaria Agallocha. Acta Aquatica Aquatic Sciences
Journal, 6 (1), 423-428.

Ramadhan, A. D., dan Hakim, A. R. 2023. Identifikasi Senyawa Alkaloid dari


Ekstrak Etanol Daun Karinat. Prosiding Penelitian dan Pengabdian Karya
Cendekia, 2, 16-18.

Shaikh, J. R., dan Patil, M. 2020. Qualitative Tests For Preliminary


Phytochemical Screening: An Overview. International Journal of
Chemical Studies, 8 (2), 603-608.

Udayani, N. N. W., Ratnasari, N. L. A. M., dan Nida, I. D. A. A. Y. 2022.


Penetapan Kadar Senyawa Fitokimia (Alkaloid, Flavonoid dan Tanin)
pada Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit Hitam (Curcuma Caesia
Roxb.). Jurnal Pendidikan Tambusai, 6 (1), 2088-2093.

Wang, T., Li, Q., Bi, K., 2018. Bioactive Flavonoids In Medicinal Plants:
Structure, Activity And Biological Fate. Asian J. Pharm. 13, 12–23

Yanuartono, H. Purnamaningsih, A. Nururrozi, dan S. Indarjulianto. 2017.


Saponin: Dampak terhadap Ternak (Ulasan). Jurnal Peternakan Sriwijaya.
6 (2), 79-90.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR

Daun
Perlakuan Daun pepaya Daun pandan Daun salam
singkong

Uji Alkaloid
(Mayer)

Uji Alkaloid
(Wagner)

Uji Flavonoid

Uji Saponin

Uji Fenol
Hidrokuinon

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai