Anda di halaman 1dari 13

50| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.

1 Edisi April 2016, 50-62

ALAT PENENTUAN KALOR REAKSI PADA VOLUME TETAP

Erviana Mawarni Malau*, Noor Fadiawati, Lisa Tania


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1

*Corresponding author, email: ervianamawarnimalau@yahoo.co.id

Abstract: The Tool In Determining A Reaction Heat on Constant Volume. This


research was aimed to develop the experimental tool to determine heat of reaction
on the constant volume by using research and development design. Functionality
test of tool was done to students in Chemical Education University of Lampung
and it was obtaind that all aspect of tool in very high criteria. In other hands,
limited test of tool was done in SMAN 1 Sumberejo and it was obtaind that
teacher’s and students’ responses to experimental tool which has been developed
in very high criteria. Based on it, the tool in determing a reaction heat on
constant volume was said can be used in learning process properly.

Keywords: constant volume, heat of reaction, experimental tool

Abstrak: Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan alat praktikum yang digunakan dalam pe-
nentuan kalor reaksi pada volume tetap dengan menggunakan desain penelitian
research and development. Uji keberfungsian alat dilakukan pada mahasiswa
Pendidikan Kimia Unila dan uji coba lapangan dilaksanakan di SMAN 1
Sumberejo. Hasil uji pada keberfungsian alat, tanggapan guru dan siswa me-
nunjukkan bahwa alat yang dikembangkan memiliki kriteria sangat tinggi.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa alat penentuan kalor reaksi volume tetap
layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: alat praktikum, kalor reaksi, volume tetap

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikatakan sukses dalam mencapai
adalah pengetahuan yang diperoleh tujuannya bila siswa terlibat aktif di-
melalui pengumpulan data dengan dalam proses pembelajaran (Wang,
eksperimen, pengamatan, dan deduksi 2007).
untuk menghasilkan suatu penjelasan Mata pelajaran kimia merupakan
tentang sebuah gejala yang dapat di- salah satu cabang dari IPA. Kimia di
percaya (Widiyatmoko dan SMA/MA mempelajari segala sesuatu
Pamelasari, 2012). Proses pembel- tentang zat yang meliputi komposisi,
ajaran IPA menekankan pada pem- struktur dan sifat, perubahan,
berian pengalaman secara langsung dinamika dan energetika zat yang me-
sehingga siswa akan memperoleh pe- libatkan keterampilan dan penalaran.
mahaman ilmiah lebih terkesan dan Ilmu kimia hakikatnya adalah suatu
lebih mendalam (Sumintono dkk., proses (Ningtyas dan Agustini, 2014).
2010). Suatu proses pembelajaran Kimia hakikatnya sebagai proses
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |51

maksudnya dalam pembelajarannya mengesampingkan keakuratan alat itu


dituntut kerja ilmiahnya yaitu dapat sendiri.
diperoleh melalui kegiatan praktikum Kajian yang telah dilakukan
(Wardani, 2008). Kegiatan praktikum Hayat dkk (2011) menunjukkan
di laboratorium sangat tepat diterap- bahwa kegiatan praktikum merupakan
kan pada materi yang bersifat fakta bagian yang sangat penting dalam ke-
yang memberikan kesempatan kepada giatan pembelajaran sains. Pentingnya
siswa untuk menemukan sendiri fakta keberlangsungan kegiatan praktikum
yang diperlukan untuk meningkatkan tidak sesuai dengan fakta lapangan
penguasaan dan pemahamannya ter- yang ditemukan, yaitu kegiatan prak-
hadap materi kimia yang dipelajari tikum masih jarang diterapkan dalam
(Alfalobi dan Akinbobola, 2010; proses pembelajaran di kelas. Banyak
Phelps dan Lee, 2003). guru tidak melaksanakan kegiatan
Kegiatan praktikum dipandang praktikum (Sundari, 2008).
sebagai upaya untuk menemukan dan Menurut Samiasih dkk (2013),
mengkonfirmasi fakta ilmiah yang salah satu kendala tidak terlaksananya
ada dan membuat proses pembelajar- kegiatan praktikum adalah sarana dan
an lebih bermakna (Abrahams dan prasarana yang kurang memadai
Millar, 2008; Astuti dkk., 2012; untuk melaksanakannya di sekolah.
Hodson, 1990; Sumintono dkk., 2010; Kurangnya ketersediaan alat prakti-
Thair dan Treagust, 2003). Kegiatan kum merupakan salah satu faktor pe-
praktikum dapat menunjang dalam nyebab tidak terlaksananya kegiatan
meningkatkan pemahaman konsep praktikum. Selain itu, minimnya pe-
dan keterampilan berpikir kritis ngetahuan dan keterampilan guru juga
(Hartati, 2010; Hofstein dan Naaman, menjadi kendala tidak terlaksananya
2007: Rahmiyati, 2008; Tuysuz, kegiatan praktikum.
2010). Kegiatan praktikum juga dapat Beberapa kegiatan eksperimen
memperjelas bahan pengajaran se- tidak dapat dilaksanakan karena alat
hingga siswa lebih mudah memahami praktikum belum pernah dibuat se-
konsep (Apriliyanti dkk., 2015; belumnya dan/atau harga beli alat
Muchtar dan Simalango, 2008; yang relatif mahal (Fauzi dkk., 2013;
Winarti dan Nurhayati, 2015). Hofstein dan Lunetta, 2004). Keter-
Selain itu, dengan kegiatan prak- batasan tersebut menyebabkan tidak
tikum akan memberi peluang kepada terlaksananya kegiatan praktikum
siswa untuk mengembangkan dan me- dalam pembelajaran IPA. Kegiatan
nerapkan keterampilan proses sains praktikum yang dimaksud misalnya
untuk memperoleh suatu pengetahu- percobaan dalam penentuan kalor
an. Pada akhirnya kegiatan praktikum reaksi pada volume tetap.
dapat meningkatkan hasil belajar Salah satu kompetensi dasar
siswa (Natalia dan Utami, 2015: (KD) yang harus dicapai dalam pe-
Pratiwi dkk., 2013). nentuan kalor reaksi pada volume
Salah satu aspek penting yang tetap adalah KD 4.5 yaitu merancang,
mendukung kegiatan pembelajaran di melakukan, dan menyimpulkan serta
laboratorium adalah ketersedian alat menyajikan hasil percobaan penen-
praktikum. Alat praktikum yang di- tuan H suatu reaksi. Berdasarkan
gunakan dalam pembelajaran kimia kompetensi dasar tersebut maka
adalah alat yang dapat mendukung dalam proses pembelajarannya harus
konsep yang diajarkan tanpa ditunjang dengan kegiatan praktikum
52| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

di laboratorium. Keberlangsungan ke- research and development (R&D).


giatan praktikum harus didukung oleh Terdapat lima tahap yang dilakukan
ketersediaan alat praktikum di dalam proses pengembangan alat
sekolah. kalor reaksi volume tetap.
Hasil observasi yang dilakukan di
tiga SMA yang ada di Kabupaten Penelitian dan Pengumpulan Data
Pesawaran dan Pringsewu diperoleh Tahap awal dalam pengem-
bahwa pada tahun ajaran 2015/2016 bangan alat adalah penelitian dan pe-
semua sekolah tidak melakukan ke- ngumpulan data atau disebut analisis
giatan praktikum dalam penentuan kebutuhan yang terdiri atas studi
kalor reaksi pada volume tetap. Tidak literatur dan studi lapangan. Studi
terlaksananya kegiatan praktikum ter- literatur dilakukan untuk memperoleh
sebut dikarenakan tidak adanya alat informasi alat yang sebelumnya di-
praktikum yang mendukung. gunakan dalam penentuan kalor
Salah satu upaya agar kegiatan reaksi pada volume tetap beserta ke-
praktikum penentuan kalor reaksi lemahannya. Studi lapangan dilaku-
pada volume tetap dapat terlaksana, kan untuk mengetahui pelaksanaan
dapat dilakukan dengan mengem- kegiatan praktikum penentuan kalor
bangkan alat praktikum sederhana. reaksi pada volume tetap.
Karena dirancang dengan sederhana, Tahap studi lapangan, data anali-
alat praktikum yang dikembangkan sis kebutuhan diperoleh dari hasil
adalah alat yang praktis sehingga kuesioner dengan 3 orang guru mata
dalam penggunaannya tidak mem- pelajaran kimia kelas XI dan peng-
butuhkan keterampilan khusus.Selain isian kuesioner oleh 10 orang siswa
itu, komponen-komponen penyusun kelas XII IPA yang telah mempelajari
alat praktikum kalor reaksi volume materi termokimia dari tiga SMA
tetap adalah komponen yang mudah Negeri di Kabupaten Pesawaran dan
didapat dengan harga yang relatif Pringsewu. Data yang diperoleh di-
murah sehingga dapat menekan dana klasifikasi dan dihitung frekuensi
konstribusi untuk pembuatannya. Alat jawabannya. Jawaban pada setiap per-
praktikum yang dikembangkan tidak nyataan dihitung persentasenya meng-
hanya terpaku pada tampilan fisik, gunakan rumus:
tetapi dapat mendukung prinsip kerja
dan konsep yang diajarkan yaitu pem- % J in 
J i
 100%
belajaran penentuan kalor reaksi pada N
volume tetap. dengan % Jin adalah persentase
Berdasarkan uraian diatas,di- pilihan jawaban i,  J i adalah jumlah
perlukan pengembangan alat yang skor jawaban i, dan N adalah jumlah
dapat digunakan untuk menentukan seluruh responden (Sudjana, 2005).
kalor reaksi pada volume tetap.
Artikelini memaparkan hasil pene- Perencanaan
litian alat penentuan kalor reaksi pada Pada tahap ini dilakukan pe-
volume tetap. rencanaan bahan pada setiap
komponen-komponen alat yang di-
METODE kembangkan. Komponen alat kalor
Pengembangan alat kalor reaksi reaksi volume tetap secara umum
volume tetap menggunakan desain terdiri atas bejana reaksi, bejana luar,
penelitian dan pengembangan atau termometer, dan batang pengaduk.
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |53

Selain itu, menentukan aspek-aspek setelah melaksanakan kegiatan prakti-


kelayakan dalam proses pengembang- kum menggunakan alat yang dikem-
an alat kalor reaksi pada volume bangkan.
tetap. Aspek-aspek yang dimaksud Data yang diperoleh pada tahap
adalah aspek keterkaitan bahan ajar, pengembangan draf kemudian diolah
nilai pendidikan, ketahanan alat, ke- dengan mengklasifikasi data, melaku-
tepatan pengukuran, efisiensi peng- kan tabulasi, dan menghitung
gunaan, dan aspek keamanan alat. frekuensinya menggunakan rumus:

Pengembangan Draf Awal % J in 


J i
 100%
Pengembangan desain. Tahap N
awal pengembangan alat kalor reaksi dengan % Jin adalah persentase
volume tetap dilakukan pembuatan pilihan jawaban i,  J i adalah jumlah
desain. Desain alat dibuat berdasarkan skor jawaban i, dan N adalah jumlah
informasi komponen penyusun alat seluruh responden (Sudjana, 2005).
kalor reaksi yang telah ditentukan Persentase yang selanjutnya di-
pada tahap perencanaan. tentukan rata-rata persentase tiap
Validasi desain. Validasi desain aspek kelayakan dengan rumus:
dilakukan untuk mengetahui kelayak-
an desain sebelum dikembangkan % X in 
 %X in

menjadi alat kalor reaksi pada volume n


tetap. Validasi dilakukan dengan me- dimana, % X in adalah rata-rata persen-
ninjau aspek keterkaitan bahan ajar, tase kuesioner tiap aspek,  X in
nilai pendidikan, ketahanan alat, ke-
tepatan pengukuran, efisiensi peng- adalah persentase kuesioner tiap per-
gunaan, dan keamanan alat. Penilaian nyataan dan n adalah jumlah per-
dilakukan menggunakan instrumen nyataan tiap aspek (Sudjana, 2005).
berupa kuesioner. Untuk mengetahui kriteria tanggapan
Pengembangan dan validasi Alat. tiap aspek, rata-rata persentase di-
Alat kalor reaksi pada volume tetap tafsirkan menggunakan tafsiran
dikembangkan berdasarkan desain Arikunto (2008) seperti yang disaji-
yang telah dinyatakan layak pada kan dalam Tabel 1.
tahap validasi desain. Alat yang telah
dikembangkan selanjutnya validasi Tabel 1. Tafsiran kriteria tanggapan
untuk mengetahui kelayakannya. Persentase
Persentase (%)
(%) Kriteria
Kriteria
Validasi dilakukan terkait aspek keter- 80,1 − 100
80,1−100 Sangattinggi
Sangat tinggi
60,1 −− 80
kaitan bahan ajar, nilai pendidikan, 60,1 Tinggi
80 Tinggi
ketahanan alat, ketepatan pengukuran,
efisiensi penggunaan, dan keamanan 40,1 −− 60
40,1 60 Sedang
Sedang
alat. Penilaian dilakukan mengguna- 20,1 −− 40
20,1 40 Rendah
Rendah
kan instrumen berupa kuesioner. 0,0 −− 20
0,0 20 Sangat
Sangatrendah
Uji keberfungsian. Uji keber-
fungsian dilakukan untuk mengetahui Uji Coba Lapangan Awal
keberfungsian tiap-tiap komponen alat Uji coba lapangan awal dilaku-
yang dikembangkan. Uji keberfungsi- kan di SMAN 1 Sumberejo. Pada uji
an dilakukan dengan memberikan coba lapangan awal dilakukan ke-
kuesioner kepada 10 mahasiswa giatan praktikum penentuan kalor
Pendidikan Kimia angkatan 2015 reaksi volume tetap menggunakan
54| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

alat hasil pengembangan oleh 10 kegiatan praktikum dapat dilakukan.


siswa kelas XI IPA dan diamati oleh Di lain pihak, sebanyak 60% siswa
2 guru kimia. Data pada uji coba lapa- menganggap pelajaran kimia merupa-
ngan awal diperoleh melalui peng- kan pelajaran yang sulit. Seluruh
isian kuesioner tanggapan guru dan siswa berpendapat dengan adanya ke-
siswa. Analisis data pada tahap ini giatan praktikum pada penentuan
seperti pada analisis data tahap pe- kalor reaksi pada volume tetap dapat
ngembangan draf awal. mempermudah memahami materi
pembelajaran kimia.
Revisi Hasil Uji Coba
Alat yang dikembangkan dilaku- Perencanaan
kan revisi sesuai hasil tanggapan Pada tahap perencanaan, alat
guru dan siswa. Hasil dari revisi ini kalor reaksi pada volume tetap di-
diperoleh alat penentuan kalor reaksi rancang sesederhana mungkin se-
pada volume tetap yang telah men- hingga dapat dengan mudah diguna-
cakup keenam aspek kelayakan. kan oleh siswa dalam proses pem-
belajaran di laboratorium. Disamping
HASIL DAN PEMBAHASAN itu, biaya pembuatan alat praktikum
relatif terjangkau. Alat praktikum
Penelitian dan Pengumpulan Data yang dikembangkan diharapkan dapat
Studi literatur. Pada studi menjadi media yang efektif dalam
pustaka dilakukan pengumpulan teori proses pembelajaran di kelas.
yang mendukung pengembangan alat Pada tahap perencanaan, kompo-
kalor reaksi pada volume tetap yaitu nen penyusun alat praktikum kalor
kriteria alat yang ideal dan aspek pe- reaksi pada volume tetap merupakan
ngujian kelayakan alat. Analisis ter- komponen yang mudah diperoleh
hadap alat yang digunakan juga di- dalam kehidupan sehari-hari dan me-
lakukan untuk menentukan kalor miliki ketahanan terhadap bahan
reaksi pada volume tetap. Dari hasil kimia yang akan direaksikan. Bejana
analisis tersebut didapatkan informasi luar harus bersifat isolator yang baik
alat yang digunakan dalam menentu- sehingga tidak memungkinkan ter-
kan kalor reaksi pada volume tetap jadinya transfer kalor. Reaktan yang
umumnya menggunakan kalorimeter digunakan adalah reaktan yang bila
bom yang memiliki harga beli relatif direaksikan menghasilkan gas dan
mahal. menghasilkan kalor. Gas yang di-
Studi lapangan. Hasil studi lapa- hasilkan akibat terjadinya reaksi
ngan berdasarkan pengisian kuesioner kimia tidak ada yang keluar, sehingga
yang telah dilakukan diketahui bahwa alat harus dibuat sedemikian mungkin
proses pembelajaran penentuan kalor tertutup. Dalam mengukur perubahan
reaksi pada volume tetap di sekolah suhu yang terjadi menggunakan
tidak disertai dengan kegiatan prakti- termometer alkohol dengan per-
kum. Alasan guru tidak melaksanakan timbangan keamanan penggunaannya
kegiatan praktikum kalor reaksi pada bagi siswa.
volume tetap dikarena tidak ada alat
yang memadai. Semua guru menyata- Pengembangan produk awal
kan perlu dikembangkan alat prakti- Pengembangan desain. Tahap
kum sederhana dalam penentuan pengembangan produk, dilakukan pe-
kalor reaksi pada volume tetap agar ngembangan desain alat yang sesuai
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |55

dengan keterbutuhan pada studi lapa- pada volume tetap yang mengharus-
ngan. Desain alat yang dikembangkan kan tidak adanya perpindahan kalor
mengalami pergantian sebanyak tiga dan materi dari sistem ke lingkungan
kali. atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan
Pada desain pertama, komponen penggunaan styrofoam yang tidak me-
penyusun alat terdiri atas pipa tabung, nyeluruh menutupi kaleng softdrink
kaleng softdrink, termometer, batang dan masih terdapat celah pada lubang
pengaduk, pipa drop, dan styrofoam. pengaduk dan termometer. Desain
Pada desain ini, tabung pipa diguna- alat ini juga masih memungkinkan
kan sebagai bejana luar dengan sifat penglepasan gas hasil reaksi.
isolator yang baik. Kaleng softdrink Berdasarkan hal tersebut, desain
sebagai bejana reaksi berfungsi se- diperbaiki dengan mengembangkan
bagai tempat berlangsungnya reaksi. desain kedua. Desain kedua alat kalor
Styrofoam berfungsi sebagai pe- reaksi pada volume tetap terdiri atas
lindung dinding kaleng softdrink agar tabung pipa sebagai bejana reaksi,
tidak terjadinya penglepasan kalor. kotak kaca sebagai bejana luar,
Desain pertama yang dikembangkan termometer, batang pengaduk kaca,
dapat dilihat pada Gambar 1. syringe berkatub, dan air. Pada desain
kedua, alat didesain sedemikian
mungkin sehingga sistem tidak dapat
menerima atau melepaskan kalor.
Desain kedua dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 1. Desain 1 alat kalor reaksi


pada volume tetap

Desain pertama memiliki be-


berapa kelemahan, yaitu kaleng soft-
drink sebagai bejana reaksi tidak Gambar 2. Desain 2 alat kalor reaksi
cukup efisien digunakan karena tidak pada volume tetap
dapat digunakan berulang dalam
jangka waktu yang lama. Bila reaksi Kalor yang dilepaskan akibat
berlangsung dalam kaleng softdrink reaksi yang berlangsung akan me-
dikhawatirkan reaktan juga ikut be- naikkan suhu air sehingga besar kalor
reaksi dengan wadahnya. Selain itu, reaksi dapat dicari melalui peng-
desain pertama bukanlah sistem ter- ukuran perubahan suhu pada air.
isolasi sehingga tidak dapat diguna- Syringe berkatub dikembangkan se-
kan untuk pengukuran kalor reaksi bagai wadah reaktan berupa padatan
56| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

sehingga pada pencampuran tidak termometer. Alas karet pada desain


perlu membuka penutup bejana luar. ini digunakan sebagai penyangga
Syringe berkatub didesain agar tidak antara bejana reaksi dan bejana luar
ada gas hasil reaksi yang keluar pada sehingga tidak memungkinkan ter-
saat pencampuran reaktan. jadinya transfer kalor.
Penggunaan bahan kaca pada
bejana luar dinilai kurang tepat karena
bersifat konduktor sehingga me-
mungkinkan adanya transfer kalor
dari air. Pemilihan bahan pada bejana
luar harus lebih diperhatikan yaitu
menekankan pada sifatnya yang tidak
memungkinkan untuk menerima dan
melepas kalor sehingga proses peng-
ukuran dapat dilakukan dengan tepat.
Komponen yang berfungsi sebagai
bejana reaksi sebaiknya mengguna-
kan bahan yang sudah komersial di-
gunakan sehingga cukup aman dan
efisien digunakan. Pada desain kedua, Gambar 3. Desain 3 alat kalor reaksi
bejana reaksi dibuat menggantung pada volume tetap
pada tutup bejana luar apabila dibuat
secara permanen maka kurang efektif
dalam perawatannya. Selain itu bahan Validasi desain. Desain ketiga di-
pada bejana reaksi kurang tepat bila pertimbangkan dapat dikembangkan
menggunakan reaktan dengan kon- menjadi alat kalor reaksi volume
sentrasi tinggi. tetap yang ideal, selanjutnya diajukan
Untuk mengatasi kelemahan pada untuk divalidasi. Hasil validasi desain
desain kedua maka dikembangkan diperoleh bahwa desain alat layak
desain ketiga. Komponen dari desain dikembangkan menjadi produk be-
ketiga terdiri atas gelas beker sebagai rupa alat sederhana dengan persentase
bejana reaksi, toples plastik poli- keseluruhan sebesar 100% dengan
propilena (pp) yang memiliki pe- kriteria sangat tinggi. Berdasarkan
nampakan cukup transparan sebagai hasil validasi dapat diketahui bahwa
bejana luar, termometer, batang pe- desain yang dikembangkan layak
ngaduk, syringe berkatub, dan alas untuk direalisasikan menjadi alat
karet. Desain ketiga dapat disajikan kalor reaksi pada volume tetap. Hasil
pada Gambar 3. dari validasi disajikan pada Gambar
Gelas beker dipilih sebagai 4.
bejana reaksi karena sudah komersial Pengembangan alat. Desain alat
digunakan dalam reaksi kimia se- yang telah divalidasi selanjutnya di-
hingga cukup aman penggunaannya kembangkan menjadi alat kalor reaksi
dan dapat digunakan berulang dalam volume tetap. Besar dana yang di-
jangka waktu panjang. Pertimbangan butuhkan untuk mengembangkan
penggunaan toples plastik pp sebagai desain menjadi alat kalor reaksi
bejana luar karena memiliki sifat volume tetap sebesar Rp 143.800.
isolator yang baik, dan mudah untuk Alat yang telah dikembangkan dapat
mengamati perubahan suhu pada dilihat pada Gambar 5.
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |57

100% pengembangan. Alat yang telah di-


kembangan dilengkapi dengan buku
Persentase
75%
50%
petunjuk penggunaan dan penuntun
praktikum sehingga dapat memper-
25% mudah dalam penggunaannya.
0% Validasi alat. Setelah alat kalor
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
reaksi volume tetap selesai dikem-
Kode Pernyataan bangkan, dilakukan validasi oleh ahli.
Validasi dilakukan terkait aspek ke-
Keterangan kode pernyataan: terkaitan bahan ajar, nilai pendidikan,
P1 : Kesesuaian konsep
P2 : Kemudahan komponen diperoleh ketahanan alat, ketepatan pengukuran,
P3 : Mudah disimpan efisiensi penggunaan dan keamanan
P4 : Mudah dibawa/ dipindahkan alat. Proses validasi bertujuan untuk
P5 : Mudah dalam pengukuran
P6 : Keamanan alat mengetahui kelayakan alat.
P7 : Efisiensi penggunaan alat Hasil validasi terhadap kelayakan
P8 : Ketahanan alat alat hasil pengembangan diperoleh
P9 : Dana pembuatan alat
persentase keseluruhan aspek sebesar
Gambar 4. Diagram persentase hasil 97,17% dengan kriteria sangat tinggi.
validasi desain alat kalor Hal ini menunjukkan bahwa alat yang
reaksi volume tetap dikembangkan layak untuk digunakan
dalam proses pembelajaran di kelas.
Hasil dari validasi disajikan pada
Gambar 6.
100%
Persentase

80%
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Aspek-aspek Penilaian
(a) (b)
Keterangan aspek penilaian:
1. Keterkaitan bahan ajar
Gambar 5. Alat kalor reaksi pada 2. Nilai pendidikan
volume tetap: (a) tampak 3. Ketahanan alat
samping dan (b) tampak 4. Ketepatan pengukuran
5. Efisiensi penggunaan alat
atas 6. Keamanan alat

Alat yang telah dikembangkan Gambar 6. Diagram persentase hasil


kemudian ditentukan harga kapasitas validasi ahli terhadap alat
kalor kalorimeter dan keakuratannya. kalor reaksi volume tetap
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan, diperoleh harga kapasitas Pada aspek keterkaitan bahan
kalor alat yang dikembangkan sebesar ajar, ketahanan alat, ketepatan peng-
0,3445 kJ/oC dengan tingkat ke- ukuran, efisiensi penggunaan, dan ke-
akuratan sebesar 83,68%. Pada uji ke- amanan alat diperoleh persentase
akuratan, reaktan yang digunakan be- sebesar 100% serta aspek nilai pen-
rupa HCl 3M sebanyak 25 ml dengan didikan diperoleh persentase sebesar
pita magnesium 0,36 gram. Reaktan 83%. Pada kuesioner aspek nilai pen-
ini digunakan pada setiap tahap didikan terdapat saran dari ahli, yaitu
58| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

pada pernyataan bahwa alat yang di- Hasil uji coba lapangan awal
kembangkan dapat melatih ke- Setelah dilakukan uji keber-
terampilan siswa. Dalam hal ini harus fungsian terhadap alat yang dikem-
lebih diperjelas keterampilan yang di- bangkan, selanjutnya dilakukan uji
maksud. Dari saran yang diberikan di- coba lapangan awal di SMAN 1
lakukan perbaikan pada kuesioner Sumberejo. Uji coba lapangan ini, di-
aspek nilai pendidikan, yaitu alat lakukan oleh 2 orang guru kimia kelas
yang dikembangkan dapat melatih ke- XI dan 10 orang siswa kelas XI IPA
terampilan laboratorium siswa dalam di SMAN 1 Sumberejo. Pada uji coba
menggunakan alat praktikum. lapangan dilakukan demonstrasi peng-
Uji keberfungsian. Uji keber- gunaan alat yang dikembangkan, baik
fungsiannya dilakukan kepada maha- guru maupun siswa diberi buku
siswa Pendidikan Kimia. Hasil uji ke- petunjuk penggunaan, panduan prakti-
berfungsian terhadap alat yang dikem- kum, dan kuesioner.
bangkan diperoleh persentase sebesar Pada uji coba lapangan awal,
100% dengan kriteria sangat tinggi. guru memberi tanggapan terhadap
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek keterkaitan bahan ajar, nilai
komponen-komponen pada alat yang pendidikan, ketahanan alat, ketepatan
dikembangkan berfungsi dengan pengukuran, efisiensi, dan keamanan
sangat baik. Pada uji keberfungsian alat. Hasil tanggapan guru dapat di-
tidak terdapat saran perbaikan. Hasil lihat pada Gambar 8.
uji keberfungsian pada dilihat pada
100%
Gambar 7.
80%
Persentase

100% 60%
40%
80% 20%
Persentase

0%
60% 1 2 3 4 5 6
40% Aspek-aspek Penilaian

20% Keterangan aspek-aspek penilaian:


1. Keterkaitan bahan ajar
0% 2. Nilai pendidikan
P1 P2a P2b P2c P3 P4 P5 P6 P7 3. Ketahanan alat
4. Ketepatan pengukuran
Kode Pernyataan 5. Efisiensi penggunaan alat
6. Keamanan alat
Keterangan kode pernyataan:
P1. Keberfungsian gelas beker
P2. Keberfungsian toples plastik pp Gambar 8. Diagram persentase hasil
(a. tidak memungkinkan keluarnya gas; tanggapan guru terhadap
b. isolator yang baik dan; c. dapat menahan alat kalor reaksi volume
tekanan gas yang dihasilkan)
P3. Keberfungsian syringe berkatub tetap
P4. Keberfungsian termometer
P5. Keberfungsian alas karet Berdasarkan hasil tanggapan guru
P6. Keberfungsian lubang karet
P7. Keberfungsian pengaduk diperoleh persentase sebesar 100%
pada aspek keterkaitan bahan ajar,
Gambar 7. Diagram persentase hasil nilai pendidikan, efisiensi, dan ke-
uji keberfungsian alat amanan alat, 75% pada aspek ke-
kalor reaksi volume tetap tahanan alat, dan sebesar 83% pada
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |59

aspek ketepatan pengukuran. Dengan alat. Tanggapan siswa terhadap aspek


demikian dapat diketahui bahwa ke- ketahanan alat, ketepatan pengukuran,
layakan alat yang dikembangkan ber- dan keamanan alat diperoleh persen-
dasarkan tanggapan guru memperoleh tase 100%, sedangkan pada aspek
persentase keseluruhan sebesar 93% efisiensi penggunaan alat diperoleh
dengan kriteria sangat tinggi. Ber- persentase sebesar 90%. Sehingga
dasarkan hal tersebut, dapat disimpul- dapat diketahui tanggapan siswa ter-
kan bahwa alat yang dikembangkan hadap alat kalor reaksi volume tetap
berdasarkan tanggapan guru sangat memperoleh persentase keseluruhan
layak digunakan dalam proses pem- sebesar 97,5% dengan kriteria sangat
belajaran di kelas. tinggi. Hasil tanggapan siswa dapat
Pada aspek ketahanan alat, guru dilihat pada Gambar 9.
kurang setuju pada pernyataan alat
100%
yang dikembangkan dipertimbangkan

Persentase
80%
memiliki ketahanan terhadap per- 60%
ubahan lingkungan. Hal ini dikarena- 40%
kan penggunaan bahan plastik pada 20%
bejana luar yang dinilai tidak tahan 0%
terhadap suhu tinggi. Selain itu, pada 1 2 3 4
Aspek-aspek Penilaian
aspek ketepatan pengukuran juga ter-
dapat tanggapan guru yang kurang se- Keterangan aspek penilaian:
tuju pada pernyataan bahwa 1. Ketahanan alat 3. Efisiensi alat
komponen-komponen alat memiliki 2. Ketepatan pengukuran 4. Keamanan alat
ketahanan pada kedudukan tertentu Gambar 9. Diagram persentase hasil
(tidak mudah longgar). Penggunaan tanggapan siswa terhadap
karet sebagai tempat syringe ber-
alat kalor reaksi volume
katub, termometer, dan pengaduk di-
nilai dapat longgar. tetap
Saran yang diberikan guru dapat
dijadikan masukan dalam pengemba- Dalam hal ini terdapat saran dari
ngan selanjutnya. Hal ini dikarenakan siswa agar memperkecil ukuran alat
terdapat pertimbangan khusus dalam yang dikembangkan dan memiliki
pemilihan bahan pada bejana luar kotak sehingga alat yang dikembang-
diluar toples plastik pp yang memilki kan mudah disimpan dan dibawa.
ketahanan terhadap suhu tinggi Dalam menanggapi saran tersebut,
dengan sifat isolator baik. Pada maka dibuat kotak alat yang terbuat
lubang karet tempat pengaduk, termo- dari kotak kardus. Sedangkan untuk
meter, dan syringe berkatub harus saran memperkecil ukuran dapat di-
presisi serta mudah dalam pengguna- jadikan masukan untuk pengem-
annya. Bila menggunakan bahan yang bangan selanjutnya. Hal ini dikarena-
tidak elastis dikhawatirkan dapat me- kan bila diperkecil maka harus mem-
rusak alat dan jika dibuat permanen pertimbangkan konsentrasi reaktan
maka tidak efektif dalam hal pe- yang digunakan sehingga alat dapat
rawatan. menahan gas yang dihasilkan.
Dilain pihak, siswa juga mem- Faktor pendukung pengembang-
berikan tanggapan terkait aspek ke- an alat kalor reaksi pada volume tetap
tahanan alat, ketepatan pengukuran, adalah komponen-komponen pe-
efisiensi penggunaan, dan keamanan nyusun alat relatif mudah didapatkan.
60| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

Pada uji coba lapangan awal di Astuti, R., Sunarno, W., dan
SMAN 1 Sumberejo mendapat tang- Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran
gapan sangat baik dari kepala IPA dengan Pendekatan Keterampilan
sekolah, guru dan siswa terhadap alat Proses Sains Menggunakan Metode
yang dikembangkan. Kendala dalam Eksperimen Bebas Termodifikasi dan
proses pengembangan alat kalor eksperimen Terbimbing Ditinjau dari
reaksi pada volume tetap yang dilaku- Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar
kan relatif tidak ditemukan. Siswa. Jurnal Inkuiri, 1(1): 51-59.

SIMPULAN Fauzi S,M.M, Fadiawati, N., dan


Berdasarkan hasil penelitian dan Kadaritna, N. 2013. Chemical
pembahasan, dapat disimpulkan Equilibrium Trough Chemical
bahwa alat kalor reaksi pada volume Representation Learning.
tetap layak digunakan dalam proses Proccedding of The 2nd International
pembelajaran. Hal ini dilihat dari Conference of the Indonesia
hasil validasi ahli, uji keberfungsian, Chemical Society 2013 (ICICS), hal
tanggapan guru dan siswa dari ber- 29-33.
bagai aspek kelayakan memiliki
kriteria sangat tinggi. Hartati, B. 2010. Pengembangan
Alat Peraga Gaya Gesek Untuk
DAFTAR RUJUKAN Meningkatkan Keterampilan Berfikir
Abrahams, L dan Millar, R. Kristis Siswa SMA. Jurnal
2008. Does Practical Work Really Pendidikan Fisika Indonesia, 6: 128-
Work? A Study of the Effectiveness 132.
of Practical Work as a Teaching and
Learning Method in School Science. Hayat, M.S.,Anggraeni, S., dan
International Journal of Science Redjeki, S. 2011. Pembelajaran Ber-
Education, 30(14): 1945-1969. basis Praktikum pada Konsep
Invertebrata untuk Pengembangan
Alfalobi, F dan Akinbobola, A.O. Sikap Ilmiah Siswa. Bioma, 1(2).
2010. Analysis of Science Process
Skills in West African Senior Hodson, D. 1990. A Critical
Secondary School Certificate Physics Look at Practical Working School
Practical Examinations in Nigeria. Science. School Science Review,
Am-Euras Journal Science Research, 70(256): 33-40.
5 (4): 234-240.
Hofstein, A dan Lunetta, V.N.
Apriliyanti, D.D., Haryani, S., 2004. The Laboratory in Science
dan Widiyatmoko, A. 2015. Pengem- Education: Foundation for the
bangan Alat Peraga IPA Terpadu Twenty-first Century. Science
pada Tema Pemisahan Campuran Education , 88(1): 28-55.
untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains. Unnes Science Hofstein, A dan Naaman, R.M.
Education Journal, 4(2). 2007. The Laboratory in Science
Education: The State of the Art.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Journal the Royal Society of
Evaluasi PendidikanEdisiKedelapan. Chemistry, 8(2): 105-107.
Jakarta: Bumi Aksara.
Malau et al. Alat Penentuan Kalor Reaksi pada Volume Tetap …. |61

Muchtar, Z. dan Simalango, A. Negara. Skripsi. Universitas


N. 2008. Pengaruh Pemakaian Pendidikan Ganesha.
Metode Praktikum terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sudjana. 2005. Metode Statistik.
Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan Bandung: PT Tarsito.
Matematika dan Sains, 3(1): 29-34.
Sumintono, B.I., Ibrahim, M.A.,
Natalia, K dan Utami, S. 2015. dan Phang, F.A. 2010. Pengajaran
Meningkatkan hasil belajar siswa Sains Dengan Praktikum Laborato-
menggunakan Metode Eksperimen rium: Perspektif dari Guru-Guru
dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Sains SMPN di Kota Cimahi. Jurnal
Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran MIPA, 15(2): 120-127.
Pembelajaran, 4(11):1-16.
Sundari, R. 2008. Evaluasi Pe-
Ningtyas, F.K dan Agustini, R.
manfaatan Laboratorium dalam Pem-
2014. Pengembangan Instrumen Pe-
belajaran Biologi di Madrasah Aliyah
nilaian Kinerja Siswa untuk Meng-
Negeri Sekabupaten Sleman. Jurnal
ases Keterampulan Proses dalam
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
Praktikum Senyawa Polar dan Non
7(2).
Polar Kelas X SMA. UNESA Journal
of Chemical Education, 3(3): 169-
Thair, M dan Treagust, D.F.
175.
2003. A Brief History of a Science
Teacher Professional Development
Pratiwi, I., Murniati., dan
Initiative in Indonesia and the
Fathurahman. 2013. Pengaruh
Implications for Centralised Teacher
Metode Praktikum menggunakan KIT
Development. International Journal
Optik terhadap Hasil Belajar Siswa
of Education Development, 2: 201-
pada Pokok Bahasan Cahaya di Kelas
213.
VIII SMP Negeri 1 Prabumulih.
Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Tuysuz, C. 2010. The Effect of
Fisika, 1(2): 90-95.
the Virtual Laboratory on Students
Achievement and Attitude in
Phelps, A.J dan Lee, C. 2003.
Chemistry. International Journal of
The Power of Pratice: What Students
Educational Sciences, 2(1): 37-53.
Learn From How We Teach. Journal
of Sains Education, 80(7): 829-832.
Wang, T. 2007. The Comparison
of the Difficulties between
Rahmiyati, S. 2008. The
Cooperative Learning and Traditional
Effectiveness of Laboratory Use In
Teaching Methods in College English
Madrasah Aliyah In Yogyakarta.
Teachers. The Journal of Human
Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Resource and Adult Learning, 3(4):
Pendidikan, 1(11): 88-100.
23-29.
Samiasih, L.,Muderawan, I.W.,
Wardani, S. 2008. Pengembang-
dan Karyasa, I.W. 2013. Analisis
an Keterampilan Proses Sains dalam
Standar Laboratorium Kimia dan
Pembelajaran Kromatografi Lapis
Efektivitasnya Terhadap Capaian
Tipis melalui Praktikum Skala Mikro.
Kompetensi Adaptif di SMK Negeri 2
62| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 50-62

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,


2(2): 317-322.

Widiyatmoko, A dan Pamelasari,


S.D. 2012. Pembelajaran Berbasis
Proyek untuk Mengembangkan Alat
Peraga IPA dengan Memanfaatkan
Bahan Bekas Pakai. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 1(1): 51-
56.

Winarti, T dan Nurhayati, S.


2015. Pembelajaran Praktikum Ber-
orientasi Proyek untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan
Pemahaman Konsep. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia,8(2): 1409-1419.

Anda mungkin juga menyukai