Anda di halaman 1dari 8

Template Jurnal FARMASAINKES

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL HERBA


RUMPUT BAMBU (Lopatherum gracile Brongn.) DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

DETERMINATION OF TOTAL FLAVONOID ETHANOL EXTRACT OF


BAMBOO GRASS HERBA (Lopatherum gracile Brongn.) USING VISIBLE
SPECTROPHOTOMETRY METHOD

Afrida Yeti 1*, Rafita Yuniarti2*

Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara


Al-Washliyah, Jl. Garu II No. 9, Medan, 20147
*E-mail Korespondensi: rapitayuniarti@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan tumbuhan sebagai ramuan obat sangat berkaitan dengan kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat aktif biologisnya. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti steroid, flavonoid, alkaloid,
saponin, terpenoid dan tannin, tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu herba
rumput bambu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa kimia dan nilai flavonoid total
ekstrak etanol herba rumput bambu.Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan,
pembuatan ekstrak etanol, pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan penetapan kadar
flavonoid total ekstrak etanol herba rumput bambu dengan metode spektrofotometri visible. Hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak etanol herba rumput bambu terdapat kandungan
golongan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid/triterpenoid dan hasil
penentuan kadar flavonoid total pada ekstrak etanol herba rumput bambu sebesar 223.4188 ± 0.6749 mg
QE/g.

Kata Kunci: Herba Rumput Bambu, Ekstrak Etanol, Flavonoid, Spektrofotometri visible

ABSTRACT
The use of plants as medicinal herbs is closely related to the chemical content contained in these
plants, especially their biologically active substances. Bioactive compounds found in plants are usually
secondary metabolites such as steroids, flavonoids, alkaloids, saponins, terpenoids and tannins, plants
containing secondary metabolites, namely bamboo grass herbs. The purpose of this study was to
determine the chemical compounds and the total flavonoid value of bamboo grass herb ethanol extract.
The stages of this research include processing plant materials, making ethanol extracts, characterization
examinations, phytochemical screening and determination of total flavonoid levels of bamboo grass herb
ethanol extracts using visible spectrophotometric methods. The results of this study can be said that the
grass herb ethanol extract contains a class of chemical compounds such as alkaloids, flavonoids, tannins,
saponins and steroids/triterpenoids and the result of the total flavonoid content in the ethanol extract of
bamboo grass herbs is 223.4188 ± 0.6749 mg QE/g.

Keywords: Bamboo Grass Herbs, Ethanol Extract, Flavonoids, Visible Spectrophotometry

PENDAHULUAN mengandung metabolit sekunder yaitu


Penggunaan tumbuhan sebagai herba rumput bambu.Tanaman herba
ramuan obat sangat berkaitan dengan rumput bambu (Lopatherum gracile
kandungan kimia yang terdapat dalam Brongn.) dikalangan masyarakat tidak
tumbuhan tersebut terutama zat aktif begitu dikenal sebagai tanaman yang
biologisnya. Salah satu tanaman yang memiliki potensi obat. Hal ini karena
Template Jurnal FARMASAINKES

tanaman tersebut merupakan tanaman


rumput-rumputan yang tumbuh liar
seperti di semak-semak, sehingga METODE
dianggap tidak memiliki manfaat dan Tempat dan Waktu Penelitian
tidak mempunyai nilai ekonomis Penelitian ini dilakukan
.Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh dilaboratorium UMN Al-Washliyah
pada penelitian Hilda (2014) dapat Medan dan waktu penelitian dilakukan
diduga bahwa ekstrak akar rumput pada bulan Desember- Februari 2021
bambu dengan ketiga pelarut n-heksana,
kloroform dan etanol memiliki aktivitas Alat
antioksidan. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu seperangkat alat
Latar Belakang destilasi, rotary evaporator, kapas, tisu,
botol berwarna gelap, aluminium foil,
Senyawa flavonoid adalah timbangan analitik, pipet tetes, gelas
senyawa polifenol yang penyebarannya ukur, erlenmeyer, seperangkat alat
terdapat pada bagian tumbuhan seperti spektrofotometer uv-visible dan
biji, bunga, daun, akar dan batang. peralatan gelas yang umum digunakan
Flavonoid merupakan sekelompok besar di laboratorium.
senyawa polifenol tanaman yang Bahan
tersebar luas dalam berbagai bahan Bahan yang digunakan meliputi
makanan dan dalam berbagai herba rumput bamboo, aquades, alcohol
konsentrasi. Senyawa metabolit 96%, asam asetat anhidrat, asam
sekunder dalam tumbuhan yang klorida, asam nitrat, asam sulfat amil
berkaitan dengan aktivitas antikanker alkohol, besi (III) klorida, bismuth (III)
maupun antioksidan antara lain adalah nitrat, iodium, kalium iodida,
golongan alkaloid, terpenoid, polifenol, kloroform, magnesium, natrium asetat,
flavonoid, senyawa resin dan steroid raksa (II) klorida, kuersetin, alumunium
(Robinson, 1995). Salah satu tanaman klorida, metanol.
yang mengandung metabolit sekunder Sampel
yaitu herba rumput bambu.Tanaman Sampel herba rumput bambu yang
herba rumput bambu . Rumput bambu digunakan pada penelitian ini di peroleh
(Lopatherum gracile Brongn.) di Jalan Bajak I Kecamatan Medan
berkhasiat mengobati demam, infeksi Amplas, Sumatera Utara. Metode
saluran kencing, kemih berdarah, bisul, pengambilan dilakukan dengan cara
perasaan gelisah dan kehausan terus purposive, Sampel diambil pada satu
menerus (Djauhariya, 2004). tempat atau daerah saja tidak
Berdasarkan uraian diatas, belum membandingkannya dengan daerah lain.
ada penelitian yang melakukan
penetapan kadar flavonoid total dari Metode
ekstrak etanol herba rumput bambu
(Lopatherum gracile Brongn.) sehingga a. Pembuatan Ekstrak Etanol Herba
peneliti tertarik melakukan penetapan Rumput
kadar flavonoid dari ekstrak etanol Sebanyak 10 bagian (700 g)
herba rumput bambu (Lopatherum simplisia dimasukan dalam bejana,
gracile Brongn.) dengan metode tuang dengan 75 bagian etanol 96 %,
spektrofotometri visible. tutup dan diamkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering
Template Jurnal FARMASAINKES

diaduk, peras dan cuci ampas dengan 3. Pemeriksaan Tanin


etanol 96% secukupnya hingga Ekstrak etanol herba rumput
dieproleh 100 bagian. Pindahkan dalam bambu (Lopatherum gracile Brongn.)
bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, ditimbang 0,5 g sampel disari dengan
terlindung dari cahaya selama 2 hari, 10 ml aquades, lalu filtratnya
kemudian disaring. Maserat I dan diencerkan dengan aquades sampai
maserat II digabungkan setelah itu tidak bewarna. Diambil 2 ml larutan
dipekatkan dengan cara diuapkan pada lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes
rotary evaporator dengan suhu tidak pereaksi besi (III) klorida. Terjadi
lebih dari 50o C hingga diperoleh warna biru atau hijau kehitaman
ekstrak kental. menununjukkan adanya tannin
b. Skrining Fitokimia 4. Pemeriksaan saponin
1. Pemeriksaan alkaloid Ekstrak etanol herba rumput
Ekstrak etanol herba rumput bambu (Lopatherum gracile Brongn.)
bambu (Lopatherum gracile Brongn.) ditimbang sebanyak 0,5 g sampel
ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 1 ml asam klorida dan 9 ditambahkan aquades panas sebanyak
ml aquades, dipanaskan air selama 2 10 ml, didinginkan kemudian dikocok
menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat kuat-kuat selama 10 detik, timbul buih
dipakai untuk percobaan berikut: yang mantap tidak kurang dari 10 menit
b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes
ditambahkan 2 tetes pereaksi larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak
Mayer. hilang menunjukkan adanya saponin.
c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu 5. Pemeriksaan steroid/triterpenoid
ditambahkan 2 tetes peraksi Ekstrak etanol herba rumput
Bourchardat. bambu (Lopatherum gracile Brongn.)
d. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditimbang sebanyak 1 g sampel di
ditambahkan 2 tetes pereaksi maserasi dengan 20 ml n-heksana
Dragendorff. selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat
Alkaloida dianggap positiff jika diuapkan dalam cawan penguap. Pada
terjadi endapan paling sedikit dua atau sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat
tiga dari percobaan diatas. anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat.
Timbul warna ungu merah
2. Pemeriksaan Flavonoid menunjukkan adanya triterpenoida atau
Ekstrak etanol herba rumput warna hijau menunjukkan adanya
bambu (Lopatherum gracile Brongn.) steroida.
sebanyak 10 g ditimbang kemudian
ditambahkan 100 ml air panas, didihkan c. Pembuatan Larutan Kuersetin
selama 5 menit dan disaring dalam Ditimbang 25 mg kuersetin,
keadaan panas, filrat yang diperoleh dilarutkan dalam labu terukur 25 ml
kemudian diambil 5 ml lalu ditambah metanol sampai tanda batas
ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml kedalam larutan Induk Baku (C= 1000
HCl pekat dan 2 ml amil akolhol, µg/ml) LIB I.. Lalu dipipet 5 ml dari
dikocok, dan dibiarkan memisah. LIB I dimasukan kedalam labu terukur
Flavonoid positif jika terjadi warna 50 ml dicukupkan dengan metanol
merah, kuning atau jingga pada lapisan sampai tanda batas (C= 100 µg/ml) LIB
amil alcohol. II.
Template Jurnal FARMASAINKES

d. Pembuatan Panjang Gelombang ml aquadest, ditambahkan metanol


Maksimum Kuersetin sampai tanda batas, dihomogenkan dan
Dipipet 4 ml dari larutan induk didiamkan selama waktu operating time
baku II (LIB II) masukan kedalam labu . Diukur serapannya pada panjang
terukur 10 ml, lalu ditambahkan 0,1 ml gelombang maksimum 400-800 nm.
AlCl3 10%, 0,1 ml natrium asetat 1 M,
dan tambahkan 2,8 ml aquadest, lalu g. Penetapan Kadar Flavonoid Total
ditambahkan metanol sampai tanda dari Ekstrak Etanol Herba
batas, dihomogenkan dan didiamkan Rumput Bambu (Lopatherum
selama 30 menit. Diukur serapannya gracile Brongn.)
pada panjang gelombang maksimum Ekstrak etanol herba rumput
400-800 nm. bambu (Lopatherum gracile Brongn.)
ditimbang sebanyak 25 mg masukan
e. Pembuatan Operating Time kedalam labu terukur 25 ml ditambah
Dipipet 4 ml dari larutan induk metanol sampai tanda batas (C= 1000
baku II (LIB II) masukan kedalam labu µg/ml), lalu dipipet 1 ml dimasukan
terukur 10 ml (C= 40 µg/ml), ditambah kedalam labu terukur 10 ml kemudian
0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml natrium asetat ditambahkan dengan 1,5 ml metanol,
1 M, dan tambahkan 2,8 ml aquadest, 0,1 ml alumunium klorida 10%, 0,1 ml
lalu ditambahkan metanol sampai tanda natrium asetat 1M, ditambahkan 2,8 ml
batas, lalu diukur operating time aquades, lalu dicukupkan dengan
kuersetin selama 60 menit pada panjang metanol sampai tanda batas,
gelombang 400-800 nm. dihomogenkan dan didiamkan selama
operating time. Diukur serapannya pada
f. Pengukuran Kurva Kalibrasi panjang gelombang maksimum 400-800
Kuersetin nm.
Ditimbang 25 mg kuersetin,
dimasukan kedalam labu terukur 25 ml Analisa Data
lalu ditambahkan metanol sampai tanda Kadar total flavonoid ekstrak
batas (C= 1000 µg/ml) (LIB I). etanol herba rumput bambu
Kemudian dipipet 5 ml dari larutan (Lopatherum gracile Brongn.) dapat
induk baku I kedalam labu terukur 50 dihitung dengan mendistribusikan nilai
ml dicukupkan dengan metanol sampai absorbansi sampel kedalam persamaan
tanda batas (C= 100 µg/ml) (LIB II). garis regresi linear yang didapat pada
Kemudian dibuat seri kadar lalu kurva kalibrasi untuk mendapatkan
dimasukan kedalam labu ukur 10 ml konsentrasinya. Nilai konsentasi sampel
masing-masing dipipet 1 ml, 2 ml, 4 ml, yang didapat kemudian didistribusikan
6 ml, dan 8 ml dari LIB II dengan lagi kedalam rumus perhitungan sebagai
konsentrasi 10 µg/ml, 20 µg/ml, 40 berikut (Geissman, 1962):
g/ml, 60 µg/ml dan 80 µg/ml lalu Kadar (µg/g) = C×V×Fp
ditambahkan metanol sampai tanda W
batas. Dipipet sebanyak 1 ml dari Keterangan :
masing-masing labu terukur dengan C = Konsentrasi senyawa dalam
berbagai konsentrasi tersebut dan larutan sampel (µg/ml)
dimasukan kedalam labu terukur 10 ml V = Volume larutan sampel (ml)
kemudian ditambahkan 1,5 ml metanol, Fp = Faktor Pengenceran
0,1 ml aluminium klorida 10%, 0,1 ml W = Berat sampel (g)
natrium asetat 1M, dan ditambahkan 2,8
Template Jurnal FARMASAINKES

HASIL DAN PEMBAHASAN yang positif ditunjukan dengan


terbentuknya warna jingga.
Hasil Pengolahan Simplisia Hasil positif kandungan saponin
Berat simplisia basah yaitu 5000 g dalam ekstrak etanol herba rumput
dan berat setelah kering yaitu 1200 g bambu ditunjukkan dengan
dan diperoleh berat serbuk simplisia nya terbentuknya busa dan dapat bertahan
adalah 980 g. Metode yang digunakan tidak kurang dari 10 menit serta tidak
maserasi dengan pelarut etanol hilang setelah penambahan HCl.
diperoleh ekstrak kental 59,617 g. Saponin memiliki glikosil sebagai
gugus polar serta gugus steroid atau
Hasil Ekstraksi triterpenoid sebagai gugus nonpolar
Hasil maserat yang didapat sehingga bersifat aktif pada permukaan
sebanyak 7000 ml dengan pelarut etanol dan membentuk misel saat dikocok
96% diuapkan menggunakan rotary dengan air. Pada struktur misel gugus
evaporator dan diperoleh ekstrak kental polar menghadap keluar sedangkan
berwarna coklat kehitaman sebanyak gugus nonpolar menghadap kedalam,
59,617 gram (Rendemen sebesar keadaan inilah yang tampak seperti busa
8,516%). (Sangi et al, 2008).
Hasil positif kandungan steroid
Skrining Fitokimia dalam ekstrak etanol herba rumput
Pada uji alkaloid, penambahan bambu ditunjukkan dengan
asam klorida bertujuan untuk terbentuknya warna hijau. Menurut
mengekstrak alkaloid yang bersifat basa Sangi et al (2008) prinsip ini
dengan menggunakan larutan asam berdasarkan pada kemampuan senyawa
(Fransworth, 1996). Setelah dilakukan triterpenoid/steroid membentuk jika
uji dengan penambahan pereaksi direaksikan dengan asam sulfat pekat
dragendorff akan menghasilkan dalam pelarut asam asetat anhidrat
endapan berwarna kemerahan hingga (pereaksi Liebermann-buchard).
jingga, pereaksi mayer akan Pada uji tanin ekstrak etanol
menghasilkan endapan berwarna putih diperoleh hasil yang positif ditunjukkan
kekuningan, sedangkan pereaksi dengan terbentuknya warna hijau
bouchardat akan menghasilkan endapan kehitaman. Pada skrining tanin
coklat. Menurut Ditjen POM (1995) digunakan larutan FeCl3 1%, perubahan
alkaloid positif jika terjadi perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh
berupa kekeruhan atau endapan paling reaksi penambahan FeCl3 1% dengan
sedikit 2 dari 3 percobaan. salah satu gugus hidroksil yang terdapat
Hasil skrining ekstrak etanol dalam senyawa tanin. Terbentuknya
herba rumput bambu terbentuk endapan warna hijau kehitaman setelah
kemerahan pada penambahan pereaksi penambahan FeCl3 1% menunjukan
dragendorff, terbentuk endapan putih adanya tanin yang terkondensasi dan
kekuningan pada pereaksi mayer dan membentuk senyawa kompleks dengan
terbentuk endapan coklat pada FeCl3 1% (Sangi et al, 2008).
penambahan pereaksi bouchardat. Golongan senyawa kimia yang
Sehingga dapat disimpulkan ekstrak terdapat dalam herba rumput bambu
etanol herba rumput bambu yang diduga sangat berpotensi sebagai
mengandung alkaloid (+). antioksidan yaitu flavonoid dan tanin
Pada uji flavonoid ekstrak etanol (Robinson, 1995).
herba rumput bambu diperoleh hasil
Template Jurnal FARMASAINKES

Tebel 1. Hasil Skrining Fitokimia

No Golongan senyawa Ekstrak


kimia Etanol
1. Alkaloid +
2. Flavonoid +
3. Saponin +
4. Tanin +
5. Steroid/Triterpenoid +

Gambar 1. Panjang Gelombang


Keterangan :
Maksimum Kuersetin
+ : Mengandung Golongan Senyawa
- : Tidak Mengandung Golongan
Hasil Operating Time
Senyawa
Warna dari larutan kuersetin perlu
Pembuatan larutan baku kuersetin dicari waktu kerjanya yang tepat untuk
Ditimbang 25 mg kuersetin, melakukan pengukuran karena besarnya
dilarutkan dalam labu terukur 25 ml absorbansi pada spektrofotometri sinar
ditambah metanol sampai tanda batas tampak sangat dipengaruhi oleh warna.
kedalam larutan Induk Baku (C= 1000 Penentuan waktu kerja dilakukan
µg/ml) LIB I. Lalu dipipet 5 ml dari dengan menggunakan larutan kuersetin
LIB I dimasukan kedalam labu terukur konsentrasi 40 µg/ml yang diukur pada
50 ml dicukupkan dengan metanol panjang gelombang 442,46 nm. Dari
sampai tanda batas (C= 100 µg/ml) LIB pengukuran operating time diperoleh
II. waktu pengukuran yang stabil dimulai
dari menit ke-9 sampai menit ke-13.
Hasil Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum Kuersetin
Pengujian flavonoid diawali
dengan pengukuran panjang gelombang
maksimum dari larutan kuersetin
dengan konsentrasi 40 µg/ml dalam
metanol dengan metode
spektrofotometri sinar tampak sehingga
diperoleh panjang gelombang 442,46 Gambar 2. Operating Time
nm dengan absorbansi 0,452. Menurut
Underwood (1986) warna Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi
komplomenter untuk pengujian Kuersetin
flavonoid yaitu berwarna kuning dan Pengukuran kurva kalibrasi
sesuai dengan rentang panjang dilakukan dengan konsentrasi larutan
gelombang yaitu 435-480 nm. Hasil yang berbeda yang dipipet dari larutan
pengukuran panjang gelombang kuersetin konsentrasi 100 µg/ml.
maksimum ditampilakan pada gambar 1 Dipipet masing-masing 1 ml, 2 ml, 4
berikut. ml, 6 ml dan 8 ml sehingga diperoleh
konsentrasi 10 µg/ml, 20 µg/ml, 40
µg/ml, 60 µg/ml dan 80 µg/ml.
Dimasukan kedalam labu terukur 10 ml
tambahkan metanol sampai tanda batas.
Template Jurnal FARMASAINKES

Kemudian pipet 1 ml dari masing- Hasil Analisis Kadar Flavonoid Total


masing konsentrasi tersebut masukan Ekstrak Etanol Herba Rumput
kedalam labu terukur 10 ml, lalu Bambu
tambahkan 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml Penetapan kadar flavonoid total
natrium asetat, serta ditambahkan 2,8 dihitung dengan menggunakan
ml aquades tambahkan metanol sampai persamaan garis regresi linier y= ax+b
tanda batas. Kemudian didiamkan yang diperoleh dari kurva kalibrasi
selama 9 menit dan diukur pada panjang kuersetin sehingga diperoleh
gelombang 442,46 nm. Dari hasil konsentrasinya (x). nilai x kemudian
pengukuran diperoleh absorbansi disubstitusikan dalam rumus
masing-masing larutan baku yang perhitungan kadar flavonoid total.
kemudian dikonversi menjadi Penetapan kadar flavonoid total
persamaan regresi linear. dilakukan dengan pengulangan
sebanyak 6 kali dan diambil rata-
Tabel 2. Nilai Absorbansi Larutan ratanya seperti yang disajikan dalam
Baku kuersetin tabel berikut.

Konsentrasi
Absorbansi
Persamaan Tabel 3. Nilai Rata-rata kadar
Regresi sebenarnya Flavonoid Total
0 0,000
Ekstrak Etanol Herba
10 0,221
20 0,268 y = 0,0096x
Rumput Bambu
40 0,422 + 0,0602
60 0,647 Kadar Sebenarnya
80 0,819 (mg QE/g Ekstrak Etanol)

Persamaan regresi yang diperoleh 223.4188 ± 0.6749 mg QE/g


dari larutan baku kuersetin yaitu y =
0,0096x + 0,0602 dengan koefisien Dapat dilihat bahwa hasil
korelasi yang diperoleh sebesar 0,9804. penelitian ekstrak etanol herba rumput
Nilai linieritas menunjukkan korelasi bambu positif mengandung flavonoid.
antara konsentrasi dan absorbansi yang Hal ini dibuktikan dengan hasil analisa
dihasilkan. Dapat dilihat pada gambar 3 dengan metode spektrofotometri sinar
berikut : tampak dengan 6 kali replikasi. Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa nilai
rata-rata kadar sebenarnya flavonoid
total dalam sampel ekstrak etanol herba
rumput bambu yaitu 223.4188 ± 0.6749
mg QE/g.

Gambar 3. Kurva Kalibrasi


Kuersetin
Template Jurnal FARMASAINKES

KESIMPULAN
Hasil skrining fitokimia ekstrak SARAN
etanol mengandung senyawa kimia Disarankan untuk peneliti
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, selanjutnya untuk melakukan uji
tanin, dan steroid dan Kadar flavonoid aktivitas biologis yang potensial pada
yang terdapat pada ekstrak etanol herba herba rumput bambu.
rumput bambu sebesar 223.4188 ±
0.6749 mg QE/g.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. (1995). Farmakope Robinson, T. (1995). Kandungan


Indonesia Edisi IV. Jakarta : Organik Tumbuhan Tinggi.
Depkes Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih
Djauhariya, Endjo. (2004). Gulma Padmawinata. Bandung. ITB.
Berkhasiat Obat. Jakarta : Hal: 152 – 154, 196
Penebar Swadaya. Hal: 70-72 Sangi, M., Max, R.J.R., Henry, E.I.S.,
Farnsworth. Norman. R. (1996). dan Veronica, M.A.M. (2008).
Biological and Pytochemical Analisis Fitokimia Tumbuhan
Screening of Plants. Gracile Obat di Kabupaten Minahasa
Brongn. Journal of Guangdong Utara. J. Progres in Chemistry.
Industry Technical College. Vol 1(1).
2008-02. Gramedia
Geissman, T. A. (1962). The Chemistry
of Flavonoid Counpound.
Pergamon Press Oxford.
Hilda, A. (2014). Uji Sitotoksik Akar
Rumput Bambu (Lophatherum
gracile B.) Dengan Variasi
Pelarut Melalui Metode BSLT
dan Identifikasi Golongan
Senyawa Aktifnya. Skripsi.
Malang : Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.

Anda mungkin juga menyukai