Anda di halaman 1dari 11

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO.

1, 2019

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI EKSTRAK UMBI BAWANG


RAMBUT (Allium chinense G.Don.) MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL
70% TERHADAP RENDEMEN DAN SKRINING FITOKIMIA

Supomo 1, Husnul Warnida2, Bagus Moch Sahid3


1,2,3
Akademi Farmasi Samarinda
Jl. Brig Jend A. Wahab Syahranie, Samarinda, Kaltim 75124
Email korespendensi: fahmipomo@gmail.com,

ABSTRAK
Bawang rambut (Allium chinense G.Don.) merupakan tanaman yang mengandung
senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid dan saponin. Rendemen suatu ekstrak dapat
dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode ekstraksi maserasi dan digesti terhadap hasil rendemen
dan identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak umbi bawang rambut.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan
adalah bawang rambut yang diperoleh di Kota Bangun Kalimantan Timur, diekstraksi
dengan 2 metode ekstraksi yaitu metode maserasi dan digesti menggunakan pelarut
etanol 70% dan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Identifikasi senyawa metabolit
sekunder dilakukan dengan skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, dan steroid. Data pengujian diolah dengan analisis statistik. Hasil penelitian
rendemen dengan 3 kali replikasi dari metode digesti diperoleh sebesar 20,02 gram,
19,03 gram, dan 19,17 gram. Sedangkan metode maserasi diperoleh sebesar 12,38 gram,
12,45 gram, dan 15,91 gram. Sehingga terdapat perbedaan antara rendemen hasil
metode digesti dan metode maserasi. Berdasarkan pengujian skrining fitokimia
menunjukkan bahwa ekstrak kental umbi bawang rambut mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid dan saponin.

Kata kunci : Digesti, Maserasi, Allium chinense, Skrining Fitokimia, Rendemen

30
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

ABSTRACT
Allium chinense are plants that contain bioactive compounds such as alkaloids,
flavonoids, and saponins. The rendement of an extract may be affected by the extraction
mentod used. This study aims to determine the effect of maseration and digestion
extraction method on rendemen and identification of secondary metabolite in the extract
of the hair onion bulbs. Research conducted is an experimental study. The samples
used were hair bulbs obtained in Kota Bangun, East Kalimantan, extracted wiyh 2
extraction methods of maceration and digestion using ethanol 70% solvent and done as
much as 3 times replication. Identification of secondary metabolite compounds was
performed by phytochemical screening including test of alkaloids, flavonoids, saponins,
tannins, and steroids. From the test data is processed by statistical analysis. The result
of rendement with 3 times replikation of digesti mentod obtained by 20,02 gram, 19,03
gram, and 19,17 gram. While the maseration method obtained for 12,38 grams, 12,45
grams, and 15,91 grams. So there are differences between the results of the results of
digestion mentod and maseration mentod. Based on phytochemical screening tets
showed that the thick extract of hair onion bulbs contain compounds alkaloids,
flavonoids, and saponins.

Keywords: Digestion, Maseration, Allium chinense, Phytochemical Screening,


Rendement

PENDAHULUAN genus Allium yang telah banyak


Indonesia merupakan salah satu dibudidayakan oleh masyarakat di
negara tropis yang memiliki daerah Kalimantan Timur. Bawang
biodiversitas yang tinggi kaya akan rambut termasuk tanaman pangan yang
flora dan fauna. Sebagian besar dikomsumsi oleh masyarakat
tumbuhan tersebut dapat digunakan Kalimantan Timur sebagai bumbu
untuk mengatasi masalah kesehatan masakan, sayuran dan obat tradisional.
karena bersifat alami. Secara turun- Ekstraksi merupakan proses
temurun masyarakat indonesia telah penarikan kandungan kimia atau zat
memanfaatkan tanaman yang berada di yang terdapat dalam suatu bahan yang
alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, dapat larut sehingga terpisah dari bahan
termasuk pemanfaatan tanaman sebagai yang tidak dapat larut dengan
obat-obatan (Poeloengan et al, 2006). menggunakan pelarut. Beberapa metode
Salah satu tumbuhan yang umum yang dapat digunakan untuk
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat ekstraksi adalah maserasi, digesti,
adalah genus Allium yang terdiri atas perkolasi, sokletasi, dan refluks (Depkes
280 spesies dan tersebar di seluruh RI, 2000).
dunia (Robinowitch et al, 2002). Maserasi merupakan proses
Bawang rambut (Allium ekstraksi tanpa pemanasan dengan
chinense G.Don.) merupakan salah satu perendaman dan beberapa kali

31
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

pengocokan atau pengadukan pada asam klorida pekat, besi (III) klorida
temperatur ruangan (kamar). 1%, kloroform, asam sulfat pekat,
Berdasarkan proses ekstraksi metode serbuk magnesium, amil alkohol,
maserasi dapat juga dilakukan cara pereaksi bouchardat, pereaksi
panas dengan modifikasi menggunakan dragendorf, pereaksi meyer, pereaksi
suhu 40oC (Depkes RI, 2000). lieberman-bouchardat, ekstrak kental
Penelitian Putri, (2014), umbi bawang rambut (Allium chinense
menyatakan bahwa rendemen yang G.Don).
dihasilkan menggunakan metode
maserasi dan digesti memiliki pengaruh Prosedur Penelitian
yang berbeda. Serta kandungan Pembuatan Simplisia
senyawa metabolit sekunder yang Sampel yaitu umbi bawang
terdapat pada ekstrak bawang rambut rambut yang diambil dari desa Kedang
adalah alkaloid, flavonoid, saponin, Ipil Kota Bangun. Determinasi tanaman
triterpenoid, steroid, dan minyak atsiri umbi bawang rambut dilakukan di
(Liu et al, 2014). Tetapi, penelitian Labolatorium Fisiologi Jurusan Biologi
tentang ekstraksi umbi bawang rambut Fakultas Matematika dan Ilmu
dengan menggunakan metode digesti Pengetahuan Alam Universitas
jarang ditemukan atau belum pernah Mulawarman Samarinda. Bawang
dilakukan. rambut yang telah dikumpulkan
Berdasarkan latar belakang, maka ditimbang, dicuci, ditiriskan dan
dilakukan penelitian tentang pengaruh diangin-anginkan sampai kering ± 7-14
rendemen dan skrining fitokimia ekstrak hari dan dihaluskan.
umbi bawang rambut (Allium chinense
G.Don) berdasarkan metode ekstraksi Ekstraksi Dengan Metode Maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%. Dan Digesti
Metode maserasi dilakukan
METODOLOGI PENELITIAN dengan cara merendam serbuk simplisia
Alat Dan Bahan ditimbang 50 gram, dimasukkan dalam
Alat-alat yang digunakan adalah wadah kaca dan ditambahkan larutan
beaker glass (pyrex), neraca analitik, etanol 70% direndam selama 24 jam.
blender, wadah kaca, gunting, gelas Kemudian diaduk dengan maserator
ukur 100 ml, maserator, hot plate, dengan kecepatan ± 1000 rpm selama 2
tabung reaksi dan rak tabung, cawan jam. Hasil ekstraksi disaring
porselin, labu spiritus, penangas air, menggunakan corong buchner dan
ayakan mesh 60, infrared thermometer, vacum untuk memisahkan maserat
sendok tanduk, corong buchner, vacum, dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan
erlenmayer, pipet, batang pengaduk penguapan menggunakan penangas air
kaca, aluminium foil. untuk mendapatkan ekstrak kental dan
Bahan yang digunakan antara diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali.
lain etanol 70 %, air suling, tissue, Sedangkan untuk digesti,
kertas saring, asam asetat anhidrat, sebanyak 50 gram serbuk umbi bawang

32
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

rambut, dimasukkan dalam wadah kaca endapan atau paling sedikit dua dari
dan ditambahkan larutan etanol 70% tiga percobaan diatas (Harbone,
direndam selama 24 jam. Kemudian 1987).
diletakkan di atas hot plate, atur suhu
40oC dan ditunggu hingga suhu pada 2. Flavonoid
sampel mencapai 40oC yang diukur Ekstrak etanol sebanyak 1 mL
menggunakan infrared thermometer. ditambahkan 3 mL etanol 70%, dan
Perlakuan pengadukan sampel dikocok, selanjutnya dipanaskan
dilakukan menggunakan maserator dalam penangas air dan disaring.
dengan kecepatan ± 1000 rpm selama 2 Filtrat hasil mpenyaringan
jam. Hasil ekstraksi disaring ditambahkan serbuk Mg sebanyak
menggunakan corong buchner dan 0,1 gram serta 2 tetes HCl pekat
vacum untuk memisahkan maserat dan amil alkohol. Uji positif
dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan flavonoid ditandai dengan adanya
penguapan menggunakan penangas air warna merah, kuning hingga jingga
untuk mendapatkan ekstrak kental dan pada lapisan amil alkohol
diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali. (Harbone, 1987).

Identifikasi Skrining Fitokimia 3. Saponin


Ekstrak kental etanol Ekstrak etanol sebanyak 1 mL
selanjutnya diambil secukupnya dan dicampur 2 mL aquadest dan
dilarutkan dalam 20 ml etanol untuk dikocok selama 1 menit. Kemudian
pengujian skrining fitokimia. ditambahkan 2 tetes HCl. Hasil
1. Alkaloid positif adanya senyawa saponin jika
Ekstrak etanol sebanyak 1 mL terbentuk busa tidak hilang
ditambahkan 2 mL HCL 2N dan (Harbone, 1987).
dikocok. Campuran selanjutnya 4. Tanin
dibagi dalam 3 tabung berbeda. Ekstrak etanol sebanyak 1 mL
Masing-masing tabung ditetesi ditambahkan 5 bagian air panas
pelarut Mayer pada tabung dimasukkan ke dalam tabung
pertama, tabung kedua ditetesi 1 reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes
tetes pelarut Dragendorf, dan 1 FeCl3 1%. Kemudian diamati
tetes pelarut Bouchardat pada perubahan jika terbentuk warna
tabung ketiga. Adanya senyawa biru kehitaman atau biru violet
alkaloid jika pada penambahan maka positif adanya senyawa tanin
pelarut Mayer terbentuk endapan (Harbone, 1987).
kuning, pada penambahan pelarut 5. Steroid
Dragendorf terbentuk endapan Ekstrak etanol sebanyak 1 mL,
merah dan penambahan pelarut tambahkan 10 ml N-Heksan, lalu
Bouchardat terbentuk endapan diuapkan dicawan menguap.
coklat. Hasil positif mengandung kemudian ditambahkan 6 tetes
senyawa alkaloid jika terjadi asam asetat anhidrat dan 2 tetes

33
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

asam sulfat pekat. Hasil uji positif penyimpanan pada jangka waktu yang
mengandung senyawa steroid jika lama (Depkes RI, 1987). Umbi bawang
mengalami perubahan warna rambut yang telah dikeringkan
menjadi biru muda atau hijau selanjutnya dihaluskan dengan blender
(Harbone, 1987). dan diayak menggunakan mesh 60.
Tujuan pengayakan mengunakan mesh
HASIL DAN PEMBAHASAN 60 untuk memperbesar luas permukaan
sampel sehingga penarikan senyawa
Hasil Determinasi Tumbuhan kimia yang terkandung lebih mudah
Hasil determinasi tumbuhan di dilewati pelarut pada proses ekstraksi
Labolatorium Anatomi dan Sistematika (Akmal, 2014). Serbuk simplisia
Tumbuhan Fakultas Matematika dan selanjutnya disimpan dalam wadah
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas kering dan terlindung dari cahaya untuk
Mulawarman, menunjukkan bahwa mencegah kerusakn dan mutu simplisia
sampel adalah spesies Allium chinense tetap terjaga.
G.Don, famili Liliaceae.

Pembuatan Simplisia Ekstraksi Umbi Bawang Rambut


Pembuatan simplisia pada (Allium chinense G.Don.) Dengan
penelitian ini digunakan sebanyak 1800 Maserasi dan Digesti
gram selanjutnya dilakukan proses Serbuk simplisia ditimbang 50
sortasi, pencucian, pengeringan dan gram, dimasukkan dalam wadah kaca
penghalusan sehingga diperoleh 312 dan ditambahkan larutan etanol 70%
gram serbuk kering umbi bawang direndam selama 24 jam. Kemudian
rambut, sehingga diketahui susut diaduk dengan maserator dengan
pengeringannya sebesar 82,66 %. kecepatan ± 1000 rpm selama 2 jam.
Proses sortasi basah dengan Hasil ekstrtaksi disaring menggunakan
memisahkan bagian umbinya dan dicuci corong buchner dan vacum untuk
untuk menghilangkan kotoran asing memisahkan maserat dengan filtrat.
yang tercampur, umbi yang telah Selanjutnya dilakukan penguapan
dibersihkan kemudian dirajang. menggunakan penangas air untuk
Perajangan dilakukan untuk mendapatkan ekstrak kental dan
mempermudah proses pengeringan. diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali.
Umbi bawang rambut dikeringkan Metode maserasi dipilih karena
dengan cara diangin-anginkan selama perlakuannya sederhana tidak
14 hari dengan tujuan untuk memerlukan pemanasan sehingga dapat
mengilangkan kandungan air pada mencegah kandungan senyawa
simpisia, sehingga didapatkan simplisia metabolit sekunder yang tidak tahan
yang tidak mudah rusak karena air terhadap suhu tinggi pada proses
mudah ditumbuhi oleh jamur atau ekstraksi. Metode ini juga sangat efektif
kapang, agar simplisia tahan dalam karena sifat bahan dari bawang rambut

34
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

yang tidak tahan pada metode ekstraksi Gambar 1. Grafik Perbandingan


suhu tinggi (Naibaho, 2015).
Sedangkan perlakuan metode Berdasarkan gambar 1, hasil
digesti, sebanyak 50 gram serbuk umbi rendemen yang diperoleh dari metode
bawang rambut, dimasukkan dalam digesti secara berturut-turut yaitu 20,02
wadah kaca dan ditambahkan larutan gram, 19,03 gram, dan 19,17 gram.
etanol 70% direndam selama 24 jam. Serta hasil rendemen yang diperoleh
Kemudian diletakkan di atas hot plate, dari metode maserasi secara berturut-
atur suhu 40oC dan ditunggu hingga turut yaitu 12,38 gram, 12,45 gram, dan
suhu pada sampel mencapai 40oC yang 15,91 gram. Sehingga hasil perolehan
diukur menggunakan infrared data diatas menunjukkan adanya
thermometer. Perlakuan pengadukan perbedaan hasil rendemen antara
sampel dilakukan menggunakan metode digesti dan metode maserasi.
maserator dengan kecepatan ± 1000 Berdasarkan hasil uji statistik
rpm selama 2 jam. Hasil ekstrtaksi menunjukkan nilai sig 0,008 < 0,05
disaring menggunakan corong buchner yang berarti bahwa terdapat perbedaan
dan vacum untuk memisahkan maserat signifikan hasil rendemen antara metode
dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan digesti dan maserasi. Perbedaan hasil
penguapan menggunakan penangas air rendemen antara metode maserasi dan
untuk mendapatkan ekstrak kental dan metode digesti dipengaruhi oleh faktor
diulangi seluruh proses sebanyak 3 kali. suhu. Ekstraksi metode maserasi
Pemilihan metode digesti karena dilakukan pada suhu ruang (15oC-30oC)
aman dilakukan untuk mengekstraksi sedangkan metode digesti dilakukan
senyawa flavonoid karena Berdasarkan pada suhu hangat (40oC). Faktor suhu
sifat golongan senyawa flavonoid yang dan dapat meningkatkan laju
tidak tahan pemanasan suhu tinggi dan perpindahan senyawa semakin sering
mudah teroksidasi (Siregar et al, 2015). terjadi antara pelarut dengan kontak zat
Perbandingan Rendemen terlarut (solut) dalam sampel sehingga
diperoleh ekstrak yang banyak
25 (Nurhasnawati H, 2017).

20,02
20 19,03 19,17 Tabel 1. Data Hasil Rendemen Metode
15,91 Maserasi dan Digesti
15
12,38 12,45

10
Bobot Ren Rata
5 Metode Ekstra dem -
Ekstraksi k en Rata
0 Kental (%) (%)
Maserasi Digesti (gram)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

35
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

akan tertarik keluar bersama pelarut


1. MetodeMa yang digunakan (Riyani et al, 2018).
serasi 12,38 24.7
Replikasi 12,45 5 27,1 Skirining Fitokimia
1: 15,91 24,8 8 Skrining fitokimia merupakan
Replikasi 9 pemeriksaan kandungan senyawa kimia
2: 31,8 secara kualitatif untuk mengetahui
Replikasi 20,02 0 golongan senyawa yang terkandung
3: 19,03 suatu tanaman. Pengujian senyawa
19,17 38,7 metabolit sekunder tersebut meliputi uji
2. Metode 40,0 8 alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
Digesti 1 steroid. Hasil skrining fitokimia dapat
Replikasi 38,0 dilihat pada tabel 2.
1: 4
Replikasi 38,3 Tabel 2.Hasil skrining fitokimia umbi
2: 0 bawang rambut
Replikasi Hasil Pengamatan
3: Uji Reagen Hasil Mas Di
eras ges
Berdasarkan tabel 1, perolehan i ti
rendemen dari metode digesti dengan + +
perlakuan 3 kali pengulangan Alkalo Meyer Endap
menghasilkan persentase lebih besar id an + +
yaitu 40,01 %, 38,04%, dan 38,30%. Boucar kunin
Sedangkan perolehan rendemen dari dat g + +
metode maserasi memiliki persentase Endap
lebih kecil yaitu 24,75%, 24,89%, dan Dragen an
31,80%. Sehingga hasil data yang dorf Cokel
diperoleh terdapat pengaruh antara at
metode ekstraksi umbi bawang rambut Endap
terhadap hasil rendemen dengan metode an
ekstraksi yang berbeda. Perbedaan hasil Merah
rendemen diduga karena suhu. Bata
Pengaruh suhu pada proses
ekstraksi dapat menyebabkan terjadinya Flavon HCL, Kunin
permeabilitas sel dimana ketebalan oid Serbuk g + +
dinding sel akan berkurang akibat Mg, dan pada
adanya tekanan dari dalam maupun luar Amil lapisa
sel. Kemudian dinding sel akan Alkohol n amil
mengalami kerusakan dan pecah akibat alkoh
pemanasan. Sehingga kandungan ol
senyawa yang terdapat pada simplisia

36
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

Saponi Aquade Busa + + dengan terbentuknya endapan berwarna


n st dan tidak kuning, coklat, dan merah bata pada
HCL hilang masing-masing reagen. Endapan
terbentuk karena senyawa nitrogen
Steroi N- Laruta berikatan dengan ion K+ yang terdapat
d Heksan, n - - pada masing-masing reagen
Asam Cokla (Simaremare, 2014). Perbedaan warna
Asetat t endapan setiap penambahan reagen
Anhidra Keku dikarenakan adanya pergantian ligan
t dan ninga berupa logam yang terdapat pada reagen
Asam n Mayer, Bouchardat, dan Dragendorf
Sulfat (Wardana et al, 2016).
Pekat
Tanin Besi(III Laruta - -
) n
klorida kunin
1% g
Keterangan :
+ : Positif mengandung metabolit
sekunder
- : Negatif mengandung metabolit
sekunder

Berdasarkan tabel 2 hasil uji Gambar 2. Reaksi Uji Fitokimia


skrining fitokimia dari metode maserasi Alkaloid (Nafisah et al, 2014)
dan metode digesti umbi bawang
rambut adalah sama, positif Saponin merupakan senyawa yang
mengandung senyawa alkaloid, mempunyai gugus hidrofilik dan
flavonoid dan saponin. Senyawa hidrofob (Simaremare, 2014). Hasil
alkaloid merupakan senyawa yang identifikasi senyawa saponin dapat
bersifat basa karena mengandung atom membentuk adanya busa karena
nitrogen. Pengujian senyawa alkaloid memiliki sifat fisik yang mudah
dilakukan dengan penambahan larutan terhidrolisis dalam air sehingga
asam klorida dan air. Tujuan menimbulkan busa ketika dikocok
penambahan asam klorida dan air untuk (Rustina, 2016). Prinsip uji saponin
menjenuhkan larutan karena alkaloid adalah reaksi hidrolisis senyawa
bersifat basa, sehingga memerlukan saponin menjadi aglikon (senyawa
larutan yang mengandung asam bukan gula) dan glikon (senyawa gula)
(Harbone, 1987). Hasil identifikasi yang ditandai terbentuknya busa yang
senyawa alkaloid dengan penambahan stabil (Wardana et al, 2016).
reagen Mayer, Bouchardat, dan
Dragendorf menunjukkan hasil positif

37
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

Saponin dapat berkhasiat menurunkan


tegangan permukaan sehingga dapat
menghambat pertumbuhan jamur
(Khotimah K, 2016). Flavonoid
merupakan senyawa turunan fenol yang
berkhasiat menurunkan kolestrol dan
Gambar 3. Reaksi Uji Fitoimia lipid karena bersifat antibakteri
Saponin (Marliana, 2005) (Rustina, 2016). Senyawa flavonoid
juga berpotensi sebagai antioksidan
Sedangkan pada pengujian karena strukturnya mengandung gugus
senyawa flavonoid terbentuknya warna hidroksil yang dapat mendonorkan atom
kuning pada lapisan amil alkohol hidrogennya kepada radikal bebas
diduga karena reduksi oleh gas hidrogen (Supomo dkk, 2017).
setelah penambahan asam klorida pekat
dan serbuk magnesium menjadi KESIMPULAN
aglikonnya (Robinson, 1995). Berdasarkan hasil penelitian
Selanjutnya senyawa hasil reduksi akan yang diperoleh dapat disimpulkan
membentuk senyawa komplek dengan bahwa terdapat perbedaan signifikan
magnesium membentuk warna kuning antara hasil rendemen metode digesti
(Wardana et al, 2016). lebih besar dari metode maserasi yaitu
38,78% < 27,14%. Serta senyawa
Mg(s) + 2HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g) metabolit sekunder yang terdapat pada
tumbuhan umbi bawang rambut dari
metode maserasi dan digesti adalah
sama, positif mengandung alkaloid,
flavonoid dan saponin.

Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kepada Yayasan
Kagama Kalimantan Timur pada
Akademi Farmasi Samarinda, yang
telah memberikan fasilitas peralatan dan
Laboratorium selama penelitian.
Gambar 4. Reaksi Uji Fitokimia DAFTAR PUSTAKA
Flavonoid (Andersen et al, 2006) Andersen, Oyvind, and Merkham,
Kenneth R. 2006. Flavonoids
Metabolit sekunder berupa Chemistry, Biochemistry and
alkaloid dapat berkhasiat sebagai anti Aplications. New York: CRC
diare, antidiabetes, antimikroba, dan Press Taylor and Francis Group.
antimalaria, akan tetapi beberapa Hal: 143.
senyawa golongan alkaloid dapat
bersifat racun (Ningrum et al, 2016). Departemen Kesehatan RI. 1987.

38
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

Analisis Obat Tradisional.


Jakarta: Depkes RI. Hal: 8. Marliana Dewi Soerya, Suryanti Venty,
Suyono. 2005. Skrining Fitokimia
Departemen Kesehatan RI. 2000. dan Analisis kromatografi Lapis
Parameter Standar Umum Tipis Komponen Kimia Buah
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Labu Siam (Sechium edule Jacq.
Depkes RI. Hal 3-14. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.
Surakarta: Jurnal Biofarmasi. Vol
Fathurrachman, Denny Akmal. 2014. 3(1).Jurusan Kimia FMIPA,
“Pengaruh Konsentrasi Pelarut Universitas Sebelas Maret. Hal:
Terhadap Aktivitas Antioksidan 26-31.
Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona mucirata Linn) dengan Nafisah, Minhatus, Tukiran, Suyatno,
Metode Perendaman Radikal Hidayati, dan Nurul. 2014.”Uji
Bebas DPPH”. Skripsi. Jakarta: Skrining Fitokimia Pada Ekstrak
Universitas Islam Negeri Syarif N-Heksan, Kloroform, Dan
hidayatullah. Hal: 35-37. Metanol Dari Tanaman Patikan
Kebo (Euphorbiae Hirtae)”.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Prosiding seminar Nasional
Penuntun Cara Modern Kimia Universitas Negeri
Menganalisis Tumbuhan. Surabaya. (1): Hal: 279-286.
Bandung: ITB Press. Hal: 522-
531,647. Nigrum Retno, Purwanti Elly,
Sukarsono. 2016. “Identifikasi
Khotimah, Khusnul. 2016. “Skrining Senyawa Alkaloid dari Batang
Fitokimia dan Identifikasi Karamunting (Rhodomyrtus
Metabolit Sekunder Senyawa tomentosa) Sebagai Bahan Ajar
Karpain Pada Ekstrak Metanol Biologi”. Jurnal Pendidikan
Daun (Carica pubescens Lenne & Biologi Indonesia. Vol. (2)3: 231.
K.Koch) dengan LC/MS”. Skripsi.
Malang: Universitas Islam Negeri Nurhasnawati Henny., Sukarmi S, dan
Malang. Hal: 39-41. Handayani F. 2017.
“Perbandingan Metode Ekstraksi
Liu, X.C., Lu, X.N., Liu, Q.Z., Liu, Z.L. Maserasi Dan Sokletasi Terhadap
2014.”Evalution of insecticidal Aktivitas Antioksidan Ekstrak
activity of the essential oil of Etanol Daun Jambu BOL
Allium chinense G.Don and its (Syzygium malaccense L.)”.
major constituens against Jurnal Ilmiah Manutung. Vol.
Liposcelis bostrychophila (3)1: 91-95.
Badonnel”. Journal Of Asia-
Pacific Entomology. (17): 853- Putri, Dea Alvicha. 2014. “Pengaruh
856. metode ekstraksi dan konsentrasi

39
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

terhadap aktivitas jahe merah Etanol Daun Gatal (Laportea


(Zingiber officinale var rubrum) decumana (Roxb.) Wedd)”.
sebagai antibakteri Escherchia Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.
coli ”. Skripsi. Bengkulu: (11)1: 103-104.
Universitas Bengkulu. Hal: 14-32.
Siregar Tagor Marsillan, Eveline, Jaya
Poelengan, Masniari Chairul., Iyep, Felita Anthony. 2015. “Kajian
Komala., Siti, Salmah., Susan, Aktivitas dan Stabilitas
M.N. 2006. Aktivitas Antimikroba Antioksidan Ekstrak Kasar
dan fitokimia dari beberapa Bawang Daun (Allium fistulosum
tanaman obat. Bogor: Institut L.). Kajian Ilmiah. Vol. (6): 41.
Pertanian Bogor. Hal: 974-978.
Supomo, Syamsul, Eka Siswanto,
Rabinowtch, H.D., Kamenetsky, R. Manurung, Nurani. 2017. “Uji
2002. 17 Shallot (Allium cepa, Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Aggregatum Group). Allium Crop Etanol Umbi Bawang Rambut
Science: Recent Advances. New (Allium chinense G.Don) Dengan
York: CABI Publishing: 4. Penagkal Radikal DPPH (1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil)”. Jurnal
Riyani Dhea Widya Wijati., Rohadi., Ilmiah Sehat Bebaya. Vol. (2)1:
Pratiwi Ery. 2018. “Variasi Suhu 165-166.
Maserasi Terhadap Rendemen dan
Karakteritik Minyak Atsiri Jahe Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran
Emprit”. Journal E-publikasi. Teknologi Farmasi. Yogyakarta:
Semarang: Universitas Negeri Gadja Mada University Press.
Semarang. Hal: 6. Hal: 557-558, 605.

Rustina. 2016. “ Uji Aktivitas Wardana Andika Pramudya, Tukiran.


Antioksidan dan Antibakteri 2016. “Skrining Fitokimia dan
Ekstrak Etil Asetat Labu Kuning Aktivitas Antioksidan Ekstrak
(Cucuma moschata Duch.Poir)”. Kloroform Tumbuhan Gowok
Skripsi. Yogyakarta: Universitas (Syzygium polycephalum)”.
Muhammadiyah Yogyakarta. Hal: Prosiding Seminar Nasional
36-40. Kimia. Vol. (1):4-5

Robinson, T. 1995. Kandungan


Senyawa Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Hal: 47-53

Simaremare Eva Susanti. 2014.


“Skrining Fitokimia Ekstrak

40

Anda mungkin juga menyukai