Anda di halaman 1dari 4

Pharmauho Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan

Volume 5 Nomor 1 April 2019 ISSN: 2442-9791

Pemanfaatan Tumbuhan Ketepeng Cina (Cassia alata


L.) Sebagai Obat Sariawan dan Bau Mulut

Muhammad Hajrul Malaka, Wahyuni, Mustakim Hamid, Didi Dharmadi Hasanuddin, Indah
Mawarni
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari 93232

E-mail: mhmalaka@uho.ac.id

Abstrak
Penelitian mengenai aktivitas antijamur dari tumbuhan ketepeng cina (Cassia alata L.) yang diketahui memiliki manfaat pengobatan
sebagai antijamur telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak etanol daun ketepeng cina
serta mengetahui aktivitas antifungi ekstrak etanol daun ketepeng cina terhadap Candida albicans, serta memformulasikan ekstrak
etanol daun ketepeng cina dalam sediaan moutwash. Ekstrak ketepeng cina dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol.
Uji stabilitas sediaan mouthwash dilakukan dengan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak ketepeng
cina 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm tidak meiliki aktivitas antifungi melainkan konsentrasi 5000 ppm yang merupakan
larutan induk memiiki aktivtas antifungi dengan zona hambat 7 mm. Aktivitas antifungi tersebut dijadikan acuan formula sediaan.
Hasil menunjukkan sediaan moutwash stabil secara fisik.

Keywords: Ketepeng cina, mouthwash, Candida, antijamur

1. Pendahuluan
Tumbuhan ketepeng cina memiliki sebutan yang dengan hasil nilai LC 50 sebesar 0,0297% dan LC 90
berbeda-beda, seperti ketepeng kebo (Jawa) atau ketepeng sebesar 0,053%, dimana pada konsentrasi 0,0297% dapat
badak (Sunda) [1]. Ketepeng cina (Cassia alata L.) menekan 50% dari pertumbuhan jamur sedangkan pada
merupakan jenis perdu yang besar dan banyak tumbuh konsentrasi 0,053% dapat menekan 90 % pertumbuhan
secara liar di tempat-tempat yang lembab, disebabkan jamur [7]. Laporan lainnya memperlihatkan ekstrak daun
karena kandungan mineral yang sesuai untuk ketepeng cina pada konsentrasi 7% dapat menekan
pertumbuhannya. Akibat yang ditimbulkan dari mudahnya pertumbuhan jamur Septoria [8]. Berdasarkan data
pertumbuhan ketepeng cina, menyebabkan tumbuhan ini penelitian tersebut, sehingga tumbuhan ketepeng cina
hidup secara liar, sebab ketepeng cina dapat tumbuh tanpa memiliki aktivitas antifungi yang dapat menghambat
pembudidayaan serta sangat jarang dimanfaatkan oleh pertumbuhan Candida albicans sebagai pengobatan
masyarakat karena kurangnya pemahaman tentang khasiat sariawan dan bau mulut. Sariawan merupakan Infeksi
dari ketepeng cina. Secara empiris, daun ketepeng cina rongga mulut disebabkan oleh jamur C. albicans yang
bermanfaat sebagai obat cacing, sariawan, sembelit, panu, disertai dengan bau yang tidak sedap. Selain sariawan,
kurap, kudis dan gatal-gatal [2]. Dalam pengobatan jamur C. albicans juga menyebabkan vulvovaginitis,
antifungi dapat dilakukan terapi non farmakologi dan infeksi kulit, infeksi kuku, infeksi paru-paru serta
farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan kandidiasis mukokutan kronis [9].
dengan cara menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Untuk dapat digunakan sebagai pengobatan sariawan
Sedangkan untuk terapi farmakologi dapat menggunakan perlu diformulasikan dalam bentuk sediaan moutwash.
alternatif pengobatan dengan bahan alam [3]. Moutwash adalah larutan cair yang digunakan sebagai
Daun ketepeng cina dikenal dengan nama lokal penghilang bau, menyegarkan, serta memberikan efek
sabandara biasa digunakan oleh masyarakat suku Muna di antiseptik dan sering digunakan dalam bentuk
Sulawesi Tenggara sebagai obat tradisional untuk terkonsentrasi yang ditujukan untuk pemberikan lokal.
penyembuhan penyakit kulit, luka infeksi, influenza dan Mouthwash merupakanlarutan air yang digunakan sebagai
bronkitis [4]. Aktivitas ini tentu dipengaruhi oleh pembersih untuk meningkatkan kesehatanrongga mulut,
kandungan metabolit sekunder. Daun ketepeng cina estetika dan keseragaman nafas [10]. Umumnya
mengandung alkaloida, saponin, flavanoid, tanin dan mouthwash mengandung bahan antibakteri dengan
antrakinon [1, 5]. Selain itu terdapat kandungan krisarobin komponen utama berupa alkohol lebih dari 20%, yang
glukosida, krisofanol, asam krisofanat rein serta dapat memicuterjadinya kanker mulut [11]. Penggunaan
aloemodina [6]. mouthwash cukup praktis karena memiliki campuran
Beberapa pendukung dari penelitian ini diantaranya homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan,
ekstrak daun ketepeng cina memiliki daya fungisida mudah diberi pemanis, bau-bauan, dan warna, serta

Pharmauho Vol. 5 No. 1, 04/2019, Hal. 29-32 29


Pharmauho Vol. 5 No. 1 Malaka dkk.

nyaman digunakan karena memberi sensasi dingin, praktis 2.4 Evaluasi Sediaan Moutwash
dan mudah digunakan. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis, dan uji
stabilitas fisik. Uji organoleptis menggunakan parameter
2. Metode bau, warna, dan tekstur. Uji stabilitas fisik dilakukan
dengan dengan metode cycling test,
2.1 Preparasi Sampel dan Ekstraksi
Sampel tumbuhan ketepeng cina diperoleh dari
kawasan Anduonohu, di kawasan rawa di sekitar Teluk 3. Hasil dan Pembahasan
Kendari. Proses pembuatan simplisia dilakukan dengan
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, perajangan, 3.1 Ekstraksi
pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan Metode maserasi dipilih karena metode ini dapat
serta pemastian mutu. Simplisia yang sudah siap mengekstraksi senyawa dengan baik dan dapat mencegah
diserbukkan menggunakan blender hingga sesuai dekomposisi senyawa yang labil terhadap panas. Prinsip
persyaratan ukuran simplisa daun. Serbuk simplisia maserasi yaitu adanya difusi cairan penyari ke dalam sel
sebanyak 500 g dimasukan dalam wadah kemudian tumbuhan yang mengandung senyawa aktif. Difusi
ditambahkan etanol sebanyak 2 liter untuk dimaserasi tersebut mengakibatkan perbedaan tekanan osmosis di
selama 3 x 24 jam. Maserat disaring untuk dipekatkan dalam dan di luar sel sehingga senyawa aktif kemudian
dengan rotary vacuum evaporator hingga diperoleh terdesak keluar akibat adanya tekanan osmosis tersebut.
ekstrak kental. Larutan dalam sel yang memiliki konsentrasi lebih tinggi
kemudian akan bergerak keluar karena adanya difusi dari
2.2 Penapisan Fitokimia pelarut yang memiliki konsentrasi lebih rendah. Proses ini
Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui terjadi terus menerus sampai terjadi kesetimbangan antara
kandungan ekstrak etanol batang tumbuhan bambu-bambu larutan di dalam dan di luar sel [13]. Proses maserasi
sesuai dengan pustaka [12] berlangsung selama tiga hari dengan penggantian pelarut
- Uji alkaloid: Ekstrak diencerkan lalu diambil bertujuan memaksimalkan proses ekstraksi senyawa kimia
sebanyak 1 mL dipanaskan, ditambahkan 1 mL HCl yang terkandung di dalam sampel. Diharapkan dari waktu
dan 2 tetes pereaksi Dragendroff, maserasi tersebut pelarut dapat menarik sebanyak-
- Uji flavonoid: ekstrak diencerkan lalu diambil banyaknya senyawa dari sampel [12]. Ekstrak kental yang
sebanyak 1 mL, di tambahkan 0,1 gram serbuk Mg diperoleh kemudian ditimbang untuk mengetahui nilai
dan 2 mL HCl, lalu amati perubahan warna merah rendemen ekstrak. Nilai rendemen ekstrak sebesar 19,14
intensif selama 25 menit % Nilai rendamen menunjukkan seberapa banyak senyawa
- Uji tanin: Ekstrak diencerkan lalu diambil sebanyak 1 yang ditarik oleh pelarut. Semakin besar rendamen yang
mL, ditambahkan 2-3 tetes larutan fecl3 1% hasil diperoleh menunjukkan bahwa semakin banyak senyawa
positif ditunjukan dengan terbentuknya warna hijau yang terekstraksi.
kehitaman atau biru kehitaman.
- Uji saponin: Ekstrak ditambahkan air hangat, kocok 3.2 Penapisan Fitokimia
hingga terbentuk busa, amati busa sampai sekitar 1-2
menit Hasil penapisan fitokimia disajikan dalam tabel
- Uji terpenoid: Ekstrak diencerkan lalu diambil berikut.
sebanyak 1 mL, ditambahkan 2 mL kloroform lalu di
kocok setelah itu ditambahkan 2 mL asam sulfat p.a. Tabel 1. Rancangan formula mouthwash
Metabolit sekunder
Sampel
2.3 Formulasi Sediaan Mouthwash Alkaloid Flavonoid Tanin Saponin Terpenoid
Ekstrak
daun
Tabel 1. Rancangan formula mouthwash ketepeng
+ + + + +
Konsentrasi (%) cina
No Bahan Fungsi
F1 F2 F3
Ekstrak Pengujian alkaloid diperoleh hasil yang positif
1 Zat aktif 10 20 30
ketepeng cina dengan terbentuknya endapan dari penggantian ligan.
2 Metil paraben Pengawet 0.1 0.1 0.1
3 Mentol Perasa 0.04 0.04 0.04
Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas
4 Propilen glikol Kosolven 10 10 10 pada alkaloid mengganti ion iod dalam pereaksi
5 Erytritol Pemanis 5 5 5 dragendorff. Sehingga pada pengujian daun ketepeng cina
6 Akuades ad Pembawa 100 100 100 diperoleh reaksi yang positif dari uji Dragendorff. Pada uji
Dragendorff menyebabkan terbentuknya endapan jingga
Sediaan dibuat dengan mencampurkan mentol pada pada penambahan pereaksi Dragendorff karena ketepeng
dengan propilen glikol, lalu diaduk sampai larut. cina memiliki senyawa alkaloid dimana atom nitrogen
Campuran ditambahkan metil paraben dan tambahkan dan pada alkaloid digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
diaduk kembali hingga larut. Setelah homogen, ekstrak koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga
daun ketepeng cina, erytritol, serta air ditambahkan ke terbentuk endapan jingga [14].
dalam campuran lalu diaduk sampai homogen.

30
Pharmauho Vol. 5 No. 1 Malaka dkk.

Penambahan serbuk Mg dan HCl pada pengujian pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi
flavonoid akan menyebabkan tereduksinya senyawa dan perubahan fisik lainnya.
flavonoid yang ada sehingga menimbulkan reaksi warna Evaluasi kestabilan sediaan dilakukan dengan
merah yang merupakan ciri adanya flavonoid [15]. Serbuk menggunakan metode cycling test. Metode ini berguna
magnesium memberikan reaksi reduksi senyawa flavonoid untuk mengevaluasi emulsi dengan siklus antara 2 suhu,
sehingga larutan uji menunjukan perubahan warna. yaitu penyimpanan dengan cara disimpan pada suhu ± 4°C
Senyawa polifenol lain seperti tanin diidentifikasi selama 24 jam kemudian dikeluarkan dan ditempatkan
menggunakan larutan FeCl3 yang menunjukkan warna kembali pada suhu ± 45°C selama 24 jam yang terhitung 1
hijau kehitaman sebagai indikator adanya tanin siklus, penyimpanan ini diulang sebanyak 6 siklus.
terkondensasi [14]. Pengujian stabilitas moutwash dilakukan dengan beberapa
Hasil analisis juga menunjukan adanya saponin pada uji yaitu uji organoleptik, viskositas, pH dan homogenitas.
ekstrak dengan adanya pembentukan busa. Saponin Pengamatan organoleptik bertujuan untuk
merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik mengetahui tekstur dengan perasa atau perabaan,
dan hidrofob. Saponin pada saat digojok terbentuk buih kemudian diamati terjadinya perubahan warna dan aroma.
karena adanya gugus hidrofil yang berikatan dengan air Sifat-sifat ini akan berhubungan dengan kenyamanan
sedangkan hidrofob akan berikatan dengan udara. Pada pengguna sediaan.
struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan
gugus non polar menghadap ke dalam. Tabel 2. Hasil uji organoleptik sediaan mouthwash
Identifikasi terpenoid pada ekstrak daun ketepeng Pengamatan F1 F2 F3
cina memberikan hasil positif dengan terbentuknya cincin Konsistensi Cair Cair Cair
coklat pada batas antara kloroform dan H2SO4. Prinsip Warna Coklat tua Coklat tua Coklat tua
reaksi dalam uji terpenoid adalah kondensasi atau Bau Khas Khas Khas
ekstrak ekstrak ekstrak
pelepasan H2O dan penggabungan karbokation dan
menyebabkan adisi elektrofilik diikuti dengan pelepasan
hidrogen. Gugus hidrogen beserta elektronnya dilepas Hasil pengamatan memperlihatkan kondisi sediaan
sehingga mengalami perpanjangan konjugasi yang yang homogen. Pengamatan homogenitas bertujuan agar
memperlihatkan adanya cincin coklat [14]. mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak,
karena sediaan yang baik harus homogen dan bebas dari
3.3 Formulasi Sediaan pertikel- partikel yang masih menggumpal. Homogenitas
berpengaruh terhadap efektivitas terapi karena
Formulasi moutwash dibuat dengan menggunakan
berhubungan dengan kadar zat aktif yang sama pada setiap
metode pengadukan. Pengadukan berselang-seling lebih
pemakaian, sehingga setiap bagian zat aktif harus memiliki
efisien dibandingkan dengan pengadukan terus menerus
karena dengan interval waktu yang singkat dapat memberi kesempatan yang sama untuk menempati tempat terapi.
Nilai pH saliva berkisar 6,2-7,6. Jika pH terlalu asam
keseragaman terhadap fase terdispersi bercampur dengan
fase pendispersi serta memberikan waktu antara bahan dapat mengakibatkan iritasi pada jaringan mukosa mulut,
yang satu dengan bahan yang lain untuk lebih mudah larut sedangkan apabila terlalu basa dapat menyebabkan
[10]. Zat tambahan digunakan dalam sediaan bertujuan mukosa mulut kering. Berdasarkan hal tersebut maka
untuk meningkatkan kualitas sediaan serta memperbaiki sediaan yang berkaitan dengan mukosa mulut manusia
kestabilan baik secara fisik maupun kimia. Salah satunya perlu disesuaikan dengan pH saliva tersebut. pH suatu
penggunaan propilen glikol. Propilen glikol dalam formula sediaan tergantung dari komponen penyusun baik zat aktif
ini berfungsi sebagai humektan dan emolien digunakan atau zat tambahan yang digunakan dalam formulasi. Hasil
pada konsentrasi 15% [14]. Pengawet yang digunakan dari pengujian menunjukkan pH sediaan moutwash berada
di rentang pH 6.
adalah metil paraben pada konsentrasi 0,2%, yang
meruapakan pengawet yang sering digunakan pada
sediaan cair [14]. Penggunaan aquades dalam formulasi 4. Kesimpulan
krim yaitu sebagai bahan pelarut. Volume akuades yang Ekstrak etanol ketepeng cina positif mengandung
digunakan disesuaikan dengan jumlah yang harus senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, dan tanin,
ditambahkan pada masing-masing formula sehingga serta dapat diformulasikan menjadi sediaan mouthwash
diperoleh volume 100 mL. yang stabil.

3.4 Evaluasi Sediaan Ucapan Terima Kasih


Stabilitas suatu produk obat atau kosmetik akan Penulis menyampaikan terima kasih kepada
sangat mempengaruhi efektivitas sediaan tersebut. Sediaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa
batas yang dapat diterima selama periode waktu Penelitian (PKM-P) Tahun 2018.
penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
Daftar Pustaka
dibuat. Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan
adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timbul 1. Fajri M, Marfu’ah N, Artanti LO. Aktivitas antifungi daun
bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, ketepeng cina (Cassia alata L.) fraksi etanol, n-heksan, dan

31
Pharmauho Vol. 5 No. 1 Malaka dkk.

kloroform terhadap jamur Microsporium canis. Jamur Cercospora personatum, Jurnal Biopropal Industri,
Pharmasipha, 2018, 2(1);1-6 2011, 2(1).
2. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: 9. Jawezt E, Melnick JL, Adelberg EA,. Mikrobiologi
Trubus Agriwidya, 2000. Kedokteran, Edisi ke-20 (Terjemahan oleh Nugroho E,
3. Nadziroh DU, Setiawan NCE, Aktivitas Antifungi Air Maulany RF), Jakarta: EGC, 1996.
Perasan Syzygium polyanthum terhadap Candida albicans 10. Gennaro A (ed), Remington: The Science and Practice of
Journal Cis-Trans (JC-T), 2018, 2(2) Pharmacy, 21th Edition, Philadephia: Lippincott Williams
4. Nurlansi, Jahidin. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol & Wilkins, 2005
dan Fraksi Etilasetat Daun Ketepeng Cina (Casia alata L). 11. McCullough MJ, Farah CS. The role of alcohol in oral
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal, 2017, carcinogenesis with particular reference to alcohol-
2(2);13-18. containing mouthwashes. Aust Dent J. 2008, 53(4); 302‐305.
5. Kusmardi, Kumala S, Enif E, Efek Imunomodulator Ekstrak doi:10.1111/j.1834-7819.2008.00070.x
Daun Ketepeng Cina (Casia alata L.) Terhadap Aktivitas 12. Harborne JB. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
dan Kapasitas Fagositosis Makrofag. Jurnal Makara Menganalisis Tumbuhan. (diterjemahkan oleh Kosasih
Kesehatan, 2007, 11(2); 5053. Padmawinata dan Iwang Soediro). Bandung: Penerbit ITB,
6. Hariana A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: 1987.
Penerbit Penebar Swadaya, 2005. 13. Depkes RI, Sediaan Galenik, Jakarta: Departemen
7. Yulistina Y, Pengujian Daya Fungisida Ekstrak Daun Kesehatan RI, 1986.
Ketepeng Cina (Cassia alata Linn.) Terhadap Fusarium sp. 14. Sangi MS, Momuat LI, Kumaunang M, Uji Toksisitas dan
Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Skrining Fitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arenga
Tanjungpura, Pontianak, 2002. pinnata), Jurnal Ilmiah Sains, 2012, 12(2).
8. Linda R, Khotimah S, Elfiyanti, Aktivitas Ekstrak Daun 15. Robinson T, Kandungan organik tumbuhan tingkat tinggi.
Ketepeng Cina(Cassia alata Linn.) Terhadap Pertumbuhan Bandung: Penerbit ITB, 1995

© 2019 by the authors; This article is an open access article distributed under the terms and conditions of
the Creative Commons Attribution License (http://creativecommons.org/ licenses/by/4.0/)

32

Anda mungkin juga menyukai