Anda di halaman 1dari 7

Fitofarmaka, Vol. 2, No.

2, Desember 2012 : 146-152

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH MERTUA


(Sansevieria trifasciata Prain) TERHADAP KHAMIR Candida albicans

Oom Komala1), Ike Yulia2) dan Rita Pebrianti 3)


1)
Program Studi Biologi, 2,3) Program Studi Farmasi,
FMIPA Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK

Lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) merupakan tanaman yang berasal dari
Afrika dan dikenal sebagai antimikroba, serta berkhasiat obat. Tujuan dari penelitian ini
ialah mengetahui kandungan antimikroba ekstrak daun lidah mertua dengan menentukan
lebar daerah hambat (LDH) terhadap khamir Candida albicans menggunakan metode difusi
kertas cakram. Pengujian LDH dilakukan terhadap konsentrasi ekstrak daun lidah mertua
60%, 70% , 80%, 90%, serta ketokonazol 14 ppm sebagai kontrol positif dan karboksi metil
selulosa (CMC) 0,5% sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun lidah mertua pada konsentrasi 90% membentuk zona hambat terhadap C. albicans
yang paling luas tetapi tidak jernih. Hasil analisis mutu ekstrak diketahui bahwa kadar abu
ekstrak daun lidah mertua yang tidak larut dalam asam ialah 0,23% dan yang larut dalam
air ialah 5,04%. Sedangkan hasil penetapan kadar sari ekstrak daun lidah mertua yang larut
dalam air ialah 38,76% dan yang larut dalam etanol ialah 12,53%. Hasil fitokimia diketahui
ekstrak daun lidah mertua mengandung saponin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid, yang
berfungsi dapat menghambat C. albicans.

Kata kunci : daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain), Candida albicans, efektivitas,
antikhamir

ABSTRACT

Sansevieria trifasciata Prain is original plant from tropical Africans continent and
known as an anti-microbial agent, and medicinal plants. The purpose of this study was to
know the anti-microbial compound that contained in the leaves extract of S. trifasciata and to
determine the inhibitor width area against the Candida albicans yeast by using diffusion
method. Inhibitor width area tests carried out on leaves extract concentration of S. trifasciata
Prain i.e 60%, 70 %, 80%, 90%, ketokonazol 14 ppm as a positive control, and Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) 0,5% as a negative control. The result showed that leaves extract of
the S. trifasciata could inhibit the growth of C. albicans partially. The concentration 90%
formed the partial highess inhibition zone. The result analysis of quality showed that ash
measurement leaf extract non soluble acid is 0.23% and waterbase soluble is 5.04%. Pollen
extract concentration measurement waterbase is 38.76%, ethanol base is 12.53%.
Phytochemical analysis shown saponins, flavonoids, steroids, triterpenoids compound as anti-
Candida albicans.

Keyword : Sansevieria trifasciata Prain, Candida albicans, the effectivenes test, anti-yeast

PENDAHULUAN pengobatan, di samping obat-obat sintetik


Seiring dengan perkembangan yang sudah banyak beredar di pasaran.
zaman, pemakaian obat tradisional di Hal ini disebabkan obat tradisional relatif
Indonesia mengalami kemajuan yang lebih murah, selain itu lebih aman
sangat pesat. Saat ini obat-obatan digunakan. Demikian pula beberapa
tradisional menjadi salah satu alternatif jenis obat tradisional tidak kalah jika

146
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 ISSN : 2087-9164

dibandingkan dengan obat-obat sintetik. diderita oleh anak-anak dalam bentuk


Menyadari pentingnya obat tradisional sariawan rongga mulut, wanita pada alat
untuk meningkatkan kesehatan kelaminnya dalam bentuk keputihan dan
masyarakat, maka tanaman sebagai bahan menyerang kuku. Obat sintetik untuk
baku obat tradisional perlu dimanfaatkan penyakit yang disebabkan oleh C.
sebaik-baiknya. Kecenderungan kembali albicans relatif cukup mahal, banyak
ke alam (Back to nature) sangat yang resistensi dan tidak dapat
menguntungkan bagi negara kita karena menghambat khamir yang bersifat
begitu banyaknya tumbuhan obat yang sistemik, sehingga perlu diteliti senyawa
kita miliki, salah satunya adalah dari antikhamir yang berasal dari bahan alam,
tanaman lidah mertua keluarga Liliaceae seperti tanaman lidah mertua (Nasution,
yang menambah khazanah kekayaan 2005).
tanaman obat. Tanaman Sansevieria tergolong
Sansevieria trifasciata yang dikenal dalam tanaman obat karena kandungan
masyarakat sebagai tanaman lidah mertua kimia dari daun, buah dan akar telah
merupakan salah satu tanaman berkhasiat teruji positif efek farmakologisnya
obat di Indonesia. Secara tradisional (Depkes RI, 1997). Dalam penelitian ini
tanaman yang berasal dari Benua Afrika akan dilakukan pengujian aktivitas
tropis ini sering dipakai sebagai ekstrak etanol daun lidah mertua terhadap
antimikroba dan antibiotik (Yoshihiro, khamir C. albicans sehingga diharapkan
1997). Khasiat tanaman lidah mertua nantinya ekstrak daun lidah mertua
dalam menyembuhkan berbagai macam menjadi pengobatan alternatif serangan
penyakit juga diduga berhubungan khamir Candida albicans.
dengan kandungan senyawa kimia yang
dikandungnya antara lain daun dan BAHAN DAN METODE
rimpang lidah mertua mengandung Simplisia daun lidah mertua segar
saponin dan kardenolin, di samping itu varietas Laurentii (N.E.Br) De Wild,
daunnya juga mengandung flavonoid, yang tepi daunnya berwarna kuning emas
tanin dan polifenol (Depkes RI, 1997). dengan ujung daun runcing dibersihkan
Senyawa yang diduga memiliki aktivitas dari kotoran dengan menggunakan air
antimikroba pada daun lidah mertua bersih yang mengalir. Simplisia dirajang
adalah tanin, flavonoid dan saponin. kemudian dikeringkan di dalam oven
Tanin dan flavonoid merupakan turunan pada suhu 45ºC selama dua hari atau
polifenol. Mekanisme kerja turunan fenol sampai kering. Setelah kering ditumbuk
adalah dengan mendenaturasidan menjadi serbuk halus dengan
mengkoagulasi protein sel mikroba menggunakan grinder dan diayak dengan
(Siswandono dan Soekardjo, 1995). pengayak no. 20, kemudian ditimbang,
Aktifitas antimikroba dari saponin dan disimpan dalam wadah bersih dan
disebabkan sifatnya yang memiliki gugus tertutup rapat. Kadar air ditetapkan
polar (gula) dan non polar (terpenoid) dengan alat Moisture Balance AND MX-
sehingga dapat menurunkan tegangan 50. Persyaratan kadar air daun yaitu ≤
permukaan dinding sel mikroba dan 5% (DepKes RI, 1985).
mengganggu permeabilitas sel bakteri Serbuk daun lidah mertua diekstrak
(Jawetz dkk., 1996). dengan cara maserasi menggunakan
Candida albicans selalu ditemukan pelarut etanol 70%. dengan perbandingan
di dalam saluran pencernaan manusia dan 1:10. Sebanyak 1 Kg serbuk dimasukkan
hewan, sehingga kandidiasis selalu kedalam maserator, lalu direndam dengan
dianggap sebagai penyakit endogen. 10 L etanol 70% (v/v). Kemudian diaduk
Kandidiasis pada manusia lebih banyak dan direndam selama 24 jam lalu disaring

147
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 : 146-152

dengan kain batis. Maserat di enap metil selulosa (CMC) 0,5%. Setelah
tuangkan, residu dimaserasi kembali khamir tersebar secara merata
dengan jenis dan jumlah pelarut yang menggunakan lidi kapas steril,
sama sebanyak 2 kali pengulangan. Hasil selanjutnya diletakkan kertas cakram
saringan atau filtrat etanol dicampur dan yang mengandung ekstrak uji,
diuapkan menggunakan rotavapor sampai ketakonazol, dan air. Biakan uji
tidak keluar lagi pelarutnya. Ekstrak diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC
kental dipekatkan di atas waterbath dan dan diukur lebar daerah hambat (LDH)
dikemas dalam botol berwarna coklat. masing-masing cakram uji terhadap
Setelah diperoleh ekstrak kental pertumbuhan khamir C. Albicans
daun lidah mertua dilakukan hasil analisis (Sa’diah, 2004).
mutu ekstrak yang meliputi penentuan
kadar abu yang tidak larut dalam asam, HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar abu yang larut dalam air, kadar sari Analisis Karakteristik Simplisia
yang larut dalam air dan kadar sari yang
larut dalam etanol (Depkes RI, 1985). Serbuk daun lidah mertua yang
Identifikasi kandungan zat pada diperoleh adalah sebesar 1,5 Kg dari 15
ekstrak daun lidah mertua dilakukan Kg daun lidah mertua basah. Berdasarkan
dengan uji fitokimia yang meliputi uji hasil analisis kadar air simplisia daun
flavonoid (DepKes RI, 1995), uji tanin lidah mertua adalah 8,045%. Hal ini
(pereaksi besi aluminium klorida dan menunjukkan bahwa kadar air serbuk
gelatin), uji saponin (DepKes RI, 1977), daun lidah mertua tidak memenuhi
uji alkaloid (menggunakan pereaksi persyaratan kadar air daun yaitu ≤ 5%
Mayer dan Bouchaedat), uji steroid, uji (Depkes RI, 1985). Kadar air yang tinggi
triterpenoid (Uji Lieberman-Buchard), mengakibatkan bakteri dan kapang
dan uji glikosida (Uji Lieberman- mudah untuk berkembang biak
Buchard). (Wijayakusuma dkk., 1992), Sehingga
Untuk menguji efektivitas ekstrak simplisia harus segera diekstraksi.
kental daun lidah mertua terhadap isolat
khamir C. albicans menggunakan metode Ekstrak Kental Daun Lidah Mertua
difusi kertas cakram (Sa’diah, 2004). Hasil maserasi dari 900 g serbuk
Media potato dextrose ditanami khamir diperoleh ekstrak kental sebanyak 73,6
C. albicans 1 ml konsentrasi gram. Nilai rendemen sebesar 8,18%.
pengenceran 10-6. Untuk ekstrak daun S. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
trifasciata yang duji pada konsentrasi ekstrak yang dihasilkan tidak terlalu
30%, 40% , 50%, 60% dan 70 % (pada banyak karena daun lidah mertua
uji pendahuluan) dan 60%, 70%, 80% mengandung kadar air dan serat yang
dan 90% (pada uji lanjut). Cakram kertas sangat tinggi.
dibuat dari kertas saring Whatman
diameter 6 mm, dicelupkan ke dalam Hasil Penetapan Kadar Abu dan
sediaan uji (± 1 jam), dikeringkan 37ºC Kadar Sari Ekstrak
(± 1 jam). Selanjutnya kertas cakram Hasil penetapan kadar abu daun
direndam dalam larutan selama 24 jam lidah mertua ialah 13,53%. Nilai kadar
pada suhu 37ºC kemudian keringkan abu pada serbuk daun lidah mertua
(Komala dkk., 2012). Larutan kontrol termasuk tinggi karena kemungkinan
positif digunakan ketokonazol 14 ppm, mengandung senyawa anorganik dan
untuk kontrol negatif digunakan karboksi mineral yang sangat tinggi yang

148
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 ISSN : 2087-9164

disebabkan oleh pemanasan yang tidak ini diduga senyawa turunan 5,4’-
sempurna (Depkes RI, 1995). dihidroksi flavon.
Berdasarkan penelitian diketahui Senyawa steroid merupakan suatu
bahwa kadar abu ekstrak daun lidah golongan senyawa triterpenoid yang
mertua yang tidak larut dalam asam ialah
mengandung inti siklopentana
0,23% dan kadar abu ekstrak daun lidah perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin
mertua yang larut dalam air ialah 5,04%. sikloheksana dan satu cincin
Kadar abu yang tidak larut dalam asam siklopentana. Triterpenoid adalah
adalah bagian abu yang tidak bisa senyawa yang kerangka karbonnya
dilarutkan dalam asam keras, bagian yang berasal dari enam satuan isoprena dan
tidak larut itu disebut silikat atau pasir. secara biosintesis diturunkan dari
Hasil yang ditunjukkan sebanyak 0,23% hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena,
yang tidak larut atau diduga mengandung senyawa ini tidak berwarna, berbentuk
silikat. Kadar abu yang larut dalam air kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat
adalah bagian abu yang dapat larut dalam optis aktif. Kemampuan senyawa steroid
air, Hasil yang ditunjukkan sebesar dan triterpenoid sebagai antikhamir
5,04% adalah oksida-oksida yang dapat Candida albicans sangat dipengaruhi
larut dalam air (Depkes RI, 1995). oleh keaktifan biologis senyawa tersebut.
Hasil penetapan kadar sari ekstrak Keaktifan biologis dari senyawa ini
daun lidah mertua yang larut dalam air
disebabkan oleh adanya gugus karbon.
ialah 38,76% dan kadar sari daun lidah Adanya gugus karbon ini apabila
mertua yang larut dalam etanol ialah mengalami kontak dengan khamir C.
12,53%. Hal ini menunjukkan bahwa albicans akan bereaksi dengan senyawa-
senyawa yang terdapat dalam ekstrak senyawa asam yang menyusun dinding
daun lidah mertua bersifat polar dan sel bakteri/jamur (Robinson, 1991).
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
Senyawa saponin mempunyai
mikrob.
sifat seperti sabun yang merupakan
senyawa ”surfactan agent” yang kuat,
Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun sehingga dapat menurunkan tegangan
Lidah Mertua permukaan sel (Robinson,1991).
Ekstrak daun lidah mertua
Diabsorpsinya saponin pada permukaan
mengandung senyawa saponin, flavonoid,
sel akan mengakibatkan kerusakan
steroid dan triterpenoid yang ditunjukkan
dengan naiknya permeabilitas atau
dengan hasil positif. Hasil ini sesuai
kebocoran membran sel, sehingga bahan-
dengan peneliti Yoshihiro et al. (1997),
bahan essensial yang dibutuhkan oleh
bahwa Sansevieria mengandung saponin
bakteri/jamur untuk kehidupannya hilang
dan steroid. Demikian pula menurut
dan dapat menyebabkan kematian sel
Sastradipraja (1997), kandungan lidah
bakteri/jamur (Robinson, 1991).
mertua antara lain polifenol dan saponin.
Flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol yang terbanyak terdapat di
alam. Aktifitas biologis senyawa
Hasil Uji Pendahuluan Terhadap C.
flavonoid terhadap khamir C. albicans
albicans
dilakukan dengan merusak dinding sel
Berdasarkan hasil uji pendahuluan
dan senyawa tersebut dapat masuk ke
(Tabel 1), ekstrak daun lidah mertua
dalam inti sel khamir. Menurut Sa’diah
mampu membentuk lebar daerah hambat
(2004) bahwa senyawa flavonoid
yang besar pada konsentrasi 70%.
memiliki aktivitas yang tinggi terhadap
khamir C. albicans. Golongan flavonoid

149
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 : 146-152

Tabel 1. Rata-rata LDH (mm) Ekstrak Pada uji lanjut hasilnya (Tabel 2,
Daun Lidah Mertua Terhadap Gambar 2) menunjukkan adanya aktivitas
Candida albicans antikhamir dari ekstrak daun lidah mertua
LDH (mm) pada konsentrasi 90% dengan lebar
ulangan Ekstrak Daun Lidah Mertua Ketonazol 14 ppm daerah hambat yang paling besar.
30% 40% 50% 60% 70%
Rata 11± 1 12,6 14,3 17,6 22,3 26±1
Menurut Gholib (2009) senyawa alkaloid,
rata ± 0,58 ± 0,58 ± 0,58 ±8 saponin, flavonoid dan steroid dari
ekstrak tumbuhan daun senggani
(Melastomma malabathricum L.)
Pada setiap konsentrasi ekstrak berkhasiat antijamur C.albicans.
daun lidah mertua membentuk zona Diketahui juga bahwa C. albicans lebih
parsial (tidak absolut) atau tidak tahan dibanding kapang T.
mematikan khamir 100% karena masih mentagrophytes.
ada pertumbuhan pada daerah hambat
yang terbentuk. Kontrol positif Pada ekstrak daun lidah mertua
ketokonazol 14 ppm membentuk lebar juga mengandung senyawa saponin,
daerah hambat yang paling besar dalam flavonoid, steroid dan triterpenoid, yang
menghambat pertumbuhan Candida menunjukkan khasiat sebagai antikhamir
albicans. tersebut.

Gambar 1. Lebar Daerah Hambat


Ekstrak Daun Lidah Mertua Gambar 2. Lebar Daerah Hambat
pada Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Daun Lidah
Khamir Candida albicans Mertua pada Uji Lanjut
dengan konsentrasi 30% sampai Terhadap Khamir Candida
70% albicans

Hasil Uji Antikhamir Ekstrak Etanol


Daun Lidah Mertua
Berdasarkan hasil dari uji
pendahuluan (Gambar 1) maka dilakukan
uji lanjut dengan variasi konsentrasi 60%,
70%, 80%, dan 90% untuk mengetahui
konsentrasi yang paling baik dalam
menghambat pertumbuhan khamir C.
albicans.

150
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 ISSN : 2087-9164

Tabel 2. Rata-rata LDH (mm) Ekstrak dari daun lidah mertua, yang perlu
Daun Lidah Mertua Pada Uji dilakukan penelitian. Ketokonazol dipilih
Lanjut sebagai kontrol positif pada penelitian ini
Ulangan LDH (mm) Kontrol Kontrol karena memiliki aktivitas antimikotik
Ekstrak Daun Lidah Mertua Positif Negatif
60% 70% 80% 90% terhadap ragi dermatofit. Bekerja dengan
1 9 13 15 23 30 0 menghambat sitokrom P450 jamur,
2 8 12 14 20 28 0
3 8 11 13 20 28 0 dengan mengganggu sintesis ergosterol
Rata- 8,3 12 14 21 28,6 0 yang merupakan komponen penting dari
rata
membran sel jamur. Sebagai turunan
Imidazol (Alcamo,1991), Ketokonazol
Rata-rata LDH pada Tabel 2 lebih mempu-nyai aktivitas anti jamur baik
kecil dari pada Tabel 1, kemungkinan sistemik maupun nonsistemik. Efektif
bakteri pada Tabel 2 lebih subur sehingga terhadap Candida, Cocciodes immitis,
daya hambat baik ekstrak maupun Cryptococcus neoformans, H.
ketokenazol lebih kecil. Berdasarkan Capsulatum, B. Dermatitidis, Aspergillus
sidik ragam Rancangan Acak Lengkap dan sporothrix spp.
(RAL) dan Tabel ANOVA menunjukkan
bahwa konsentrasi 90% daun lidah
mertua memberikan pengaruh yang Lebar Daerah Hambat (mm) 35
30
berbeda terhadap khamir C. aldicans. 25
Pada konsentrasi 90% menunjukkan nilai 20
L…
LDH 21 mm, sedangkan untuk nilai LDH 15
terendah ditunjukkan oleh ekstrak daun 10
lidah mertua pada konsentrasi 60% 5
0
dengan nilai LDH yaitu 8,33 mm. Dari 60% 70% 80% 90%Kontrol +
hasil yang didapatkan maka nilai LDH Perlakuan
dari ekstrak daun lidah mertua pada
konsentrasi 90% lebih rendah dari nilai Gambar 3. Grafik hubungan antara
LDH kontrol positif yang memiliki nilai konsentrasi ekstrak dengan
LDH 28,67 mm. Hal ini dapat terjadi LDH pada Candida albicans
karena dosis (konsentrasi) ekstrak daun
lidah mertua yang dipakai pada penelitian Dari grafik pengukuran LDH
ini masih relatif rendah ialah 90 g terlihat bahwa makin besar konsentrasi
dilarutkan dalam 100 ml untuk ekstrak daun lidah mertua semakin luas
konsentrasi 90%, sehingga harus di lebar daerah hambat (LDH) yang
tingkatkan dosis nya agar dapat dihasilkan dan bersifat parsial (Gambar
memberikan efek yang lebih baik bila 3).
dibandingkan dengan kontrol positif,
selain itu untuk meningkatkan KESIMPULAN DAN SARAN
kemampuannya dalam menghambat
pertumbuhan khamir C. albicans. Akan Kesimpulan
tetapi dalam menaikkan dosis 1. Ekstrak daun lidah mertua
(konsentrasi) ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) dapat
perlu kita perhatikan pula efek toksisitas menghambat pertumbuhan Candida
albicans tetapi tidak jernih.
Konsentrasi ekstrak daun lidah
mertua 90% membentuk zona hambat
yang paling luas. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka semakin
besar aktivitas hambatannya.

151
Fitofarmaka, Vol. 2, No.2, Desember 2012 : 146-152

2. Ekstrak daun lidah mertua Terhadap Trichophyton


berdasarkan uji fitokimia mentagrophytees Dan Candida
menunjukkan adanya senyawa albicans. Berita Biologi. 9(5) :
saponin, flavonoid, steroid, dan 523-527.
triterpenoid yang bersifat sebagai anti
Jawetz., E., Joseph. M., dan Edward. A.
Candida albicans. 1996. Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi 20. Alih bahasa : dr. Edi
Saran Nugroho dan dr. R. F. Maulany.
Perlu dilakukan uji toksisitas dari EGC, Jakarta.
ekstrak daun lidah mertua serta dibuat Komala, O., Bina L.S., Nina S. 2012. Uji
formulanya untuk mencegah atau Efektivitas Ekstrak Etanol Buah
mengurangi penyakit yang disebabkan
Pare (Momordica charantia L)
oleh khamir Candida albicans. sebagai antibakteri Salmonella
typhi. Fitofarmaka, Vol 2 No. 1
DAFTAR PUSTAKA :101-106.
Alcamo, I.E. 1991. Fundamental of Mic Nasution. 2005. Medical Mycology
robiology. Third edition. The Message From Dermatologie.
Benjamin/Cumminompany, Los Altos. California.
Publishing Company, Inc.777-
782. Sa’diah, Siti. 2004. Pemeriksaan
Departemen Kesehatan RI. 1997. Flavonoid Dan Asam Fenolat
Inventaris Tanaman Obat Ekstrak Etanol Dan Fraksi Herba
Indonesia (IV). Badan Penelitian Samboloto (Andrographis
Dan Pengembangan Kesehatan. paniculata Ness, Acanthaceae)
Jakarta. Serta Uji Aktivitas Antibakteri Dan
. 1995. Materia Antifungi. Ekologia. Vol 4 No 2
Medika Indonesia (V). :47-51.
Direktorat Jenderal Pengawasan Sastradipraja, S. 1997. Tanaman Hias,
Obat Dan Makanan. Jakarta. Bogor : Lembaga Biologi
Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Nasional LIPI.
Simplisia. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Siswandono dan Soekardjo. B. 1995.
Kimia Medisinal. Airlangga
Gholib, Djaenudin. 2009. Uji Daya Press.
Hambat Daun Senggani
(Melastoma malabathricum L.)

152

Anda mungkin juga menyukai