Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betel l.) dalam Hand Sanitizer
terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus
Dinsella Noviyanti Taotoshe Go1, Prisca Deviani Pakan2, Elisabeth Levina Sari
Setianingrum3, Efrisca Meliyuita Damanik4
1
Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
2
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
3
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
4
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Latar Belakang: Menjaga kebersihan telah menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh
masyarakat luas. Melakukan hal kecil seperti membiasakan diri dalam mencuci tangan dapat
menyelamatkan banyak orang dari penyakit menular, terutama COVID-19. Kebiasaan
menggunakan hand sanitizer bisa menjadi alternatif yang mudah dalam cara membersihkan tangan.
Penelitian ini memanfaatkan daun sirih sebagai bahan utama pembuatan hand sanitizer.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak infusa daun sirih
(Piper betel l.) pada formulasi hand sanitizer terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan post-test only
control design. Ekstrak daun sirih diambil dengan metode infusa menggunakan pelarut akuades
selama 15-20 menit pada suhu 90oC. Formulasi hand sanitizer terdiri atas konsentrasi 30%, 35%,
dan 40% yang kemudian diuji terhadap aktivitas Staphylococcus aureus dengan pengulangan
sebanyak lima kali untuk setiap kelompok. Analisis data menggunakan Uji Kruskal-Wallis dengan
uji post-test Mann-Whitney.
Hasil: Hasil pengujian potensi antibakteri ekstrak daun sirih pada formulasi hand sanitizer
terhadap bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa formulasi tersebut memiliki potensi
antibakteri. Analisis Uji Kruskal-Wallis diperoleh hasil nilai p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05
yang artinya terdapat perbedaan rerata diameter zona hambat yang dignifikan antara kelompok
perlakuan.
Kesimpulan: Ekstrak daun sirih (Piper betel l.) dalam hand sanitizer memiliki potensi antibakteri
terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.
dalam cara membersihkan tangan. Ada Saat ini banyak penelitian yang
perbedaan yang dapat ditemukan antara memanfaatkan daun sirih sebagai bahan
mencuci tangan dengan sabun dengan utama pembuatan hand sanitizer. Penelitian
menggunakan hand sanitizer. Sabun hanya ini ingin mengambil tujuan untuk
berguna untuk menyingkirkan kuman dari mempelajari efektivitas ekstrak daun sirih
tangan, namun hand sanitizer bekerja untuk sebagai bahan utama pembuatan hand
membunuh kuman pada kulit. Hand sanitizer sanitizer berbentuk gel.
merupakan pilihan yang cocok dan efisien
ketika tidak ada akses ke area cuci tangan, *corresponding author
Dinsella Noviyanti Taotoshe Go
sulit menemukan tempat yang bersih, atau
megumihanachii@gmail.com
saat sedang bepergian. Hand sanitizer dapat
bekerja dengan baik apabila digunakan METODE PENELITIAN
dengan benar. Menurut Center for Disease
Control (CDC), saat menggunakan hand Penelitian ini dilaksanakan di
sanitizer, kedua tangan harus digosok selama Laboratorium Fakultas Kedokteran dan
kurang lebih 20 detik hingga kering agar Kedokteran Hewan Universitas Nusa
hand sanitizer dapat bekerja secara optimal. Cendana, Kupang pada Maret hingga Juli
Tidak dianjurkan untuk menyentuh pakaian 2022. Penelitian ini merupakan penelitian
atau benda lainnya apabila tangan masih true experimental dengan pendekatan
dalam keadaan basah, agar kuman tidak posttest only control group.
menempel pada permukaan tangan kembali
Daun sirih (Piper betel l.) diperoleh di
setelah penggunaan hand sanitizer.
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Daun sirih dikenal mengandung bahan Sampel Staphylococcus aureus diambil dari
antiseptik. Daun sirih secara tradisional Badan Pengawasan Obat dan Makanan
digunakan dengan cara direbus dalam air (BPOM) Kota Kupang. Sampel daun sirih
mendidih untuk membersihkan bagian tubuh, terbagi menjadi tiga kelompok dengan
atau ditumbuk hingga halus kemudian konsentrasi 30%, 35%, 40%, kontrol negatif
dilumuri di atas luka. Diketahui pula pada yaitu akuades steril, dan kontrol positef
daun sirih mengandung hidroksi kavikol, menggunakan etanol 70%. Pembuatan
kavibetol, estradiol, eugenol, metil eugenol, ekstrak dilakukan dengan metode infusa.
karvakrol, terpenes, sesquiterpenes, Daun sirih yang sudah kering kemudian
fenilpropan, kadinen, alil katekol, p-cymene, dihaluskan dan dipanaskan dengan pelarut
kariofilen, dan sitosterol. Metabolit pada akuades steril selama 15-20 menit pada suhu
daun sirih yang diketahui memiliki bahan 90oC. Formulasi hand sanitizer ekstrak daun
antibiotik adalah kavikol dan alilpirokatekol. sirih dibuat dengan formulasi sesuai dengan
Ekstrak daun sirih dapat diolah menjadi Tabel 1.1.
bahan antiseptik dan sudah menunjukkan
aktivitas antibakteri yang baik.
Staphylococcus aureus seringkali digunakan
sebagai indikator higienitas, untuk
mengurangi kemungkinan adanya infeksi Tabel 1. 1 Formulasi Hand Sanitizer
bakteri melalui kontak langsung, terutama Bahan Fungsi F1 F2 F3
transmisi dari tangan dikarenakan bagaimana Ekstrak Infusa Bahan aktif 30 35 40
S. aureus dikenal sebagai floral normal pada Piper betel l.
manusia sehat. Karbomer Gelling agent 0.5 0.5 0.5
tidak ditemukannya gaya elektrostasis. dengan cara denaturasi protein sel. Saponin
Prinsip like dissolves like diterapkan dalam juga memiliki karakteristik yang sama
penggunakan pelarut dalam proses ekstraksi, dengan deterjen, sehingga efek antibakteri
dimana senyawa nonpolar akan mudah larut saponin lainnya adalah mengganggu
dalam larutan nonpolar. Hal sebaliknya juga tegangan permukaan dinding sel bakteri serta
diterapkan; senyawa polar pula mudah larut menurunkan permeabilitas membran bakteri.
dalam larutan polar. Saponin merupakan Efek lain yang diberikan saponin terhadap sel
senyawa yang terdiri dari gugus polar bakteri adalah terganggunya kestabilan
(glikon) dan nonpolar (sapogenin), sehingga membran sitopasma dan menyebabkan
saponin memiliki sifat aktif permukaan yang kebocoran sitoplasma hingga kematian sel.
dapat menimbulkan busa apabila dikocok Kriteria daya antibakteri menurut Pan
dalam air. Metode ekstraksi infusa yang (2009) adalah sebagai berikut; diamenter
digunakan dalam penelitian ini menggunakan zona hambat kurang atau sama dengan 3 mm
pelarut akuades steril yang merupakan dikategorikan lemah, diameter zona hambat
senyawa polar yang hanya mampu 3-6 mm dikategorikan sedang, dan diameter
melarutkan glikon dari senyawa saponin. zona hambat lebih dari 6 mm dikategorikan
kuat. Menurut kriteria tersebut maka
Kemampuan antibakteri dari ekstrak berdasarkan tabel hasil pengkuran rata-rata
daun sirih (Piper betel l.) didapat dari diameter zona hambat ekstrak daun sirih
senyawa fitokimia yang terlarut, yaitu (Piper betel l.) sebagai bahan aktif hand
alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid, dan sanitizer terhadap pertumbuhan
fenol. Senyawa alkaloid memiliki efek Staphylococcus aureus pada konsentrasi 40%
antimikroba yang dapat merusak sktuktur (4,368 mm) dikategorikan sedang, konsetrasi
membran sel bakteri, mempengaruhi fungsi 35% (1,59 mm) dikategorikan lemah,
DNA, dan menginhibisi sintesis protein. konsentrasi 30% (1,3 mm) dikategorikan
Flavonoid juga dikenal dengan efeknya lemah, kontrol (-) dikategorikan lemah
yang mengganggu proses karena diameter zona hambat yang dihasilkan
perkembangbiakkan mikroorganisme adalah 0, serta kontrol (+) yang
patogen yang luas, seperti menginhibisi menggunakan alkohol dikategorikan sedang
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi karena diameter zona hambat yang dihasilkan
membran sitoplasma, menginhibisi adalah sebesar 4,629 mm (Tabel 1.2). Hasil
pembentukan membran sel, dan mengganggu pengujian potensi antibakteri ekstrak daun
metabolisme energi bakteri. Tanin memiliki sirih (Piper betel l.) sebagai bahan aktif hand
kemampuan untuk masuk melalui dinding sel sanitizer terhadap bakteri Staphylococcus
bakteri hingga membran terdalam, kemudian aureus menunjukkan bahwa ekstrak daun
menghambat metabolisme sel, yang berakhir sirih memiliki potensi antibakteri. Hal ini
dengan hancurnya sel bakteri. Mekanisme sejalan dengan penelitian dari Veranita
kerja terpenoid adalah dengan cara bereaksi (2021) memiliki hasil yang serupa mengenai
dengan porin pada membran luar dinding sel adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak daun
bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
sehingga mengurangi permeabilitas dinding Penelitian lain dari Nayaka (2021) mengenai
sel bakteri. uji antibakteri dan antijamur dari ekstrak
Senyawa yang terkandung dalam daun sirih yang diolah secara tradisional
ekstrak daun sirih yang juga memiliki efek menunjukkan bahwa adanya fungsi
antibakteri adalah saponin. Saponin bekerja antibakteri serta antijamur.
Tabel 1. 2 Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih (Piper betel l.) dalam Hand Sanitizer terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
berbanding lurus dengan seberapa banyaknya metode standar pembuatan gel dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam menggunakan karbomer sebagai basis gel.
formulasi. Konsentrasi ekstrak daun sirih Pemilihan basis karbomer sebagai gelling
yang ditingkatkan berdampak pada kadar agent dari sediaan gel hand sanitizer ekstrak
bahan aktif yang berfungsi sebagai agen daun sirih adalah karena karbomer telah
antimikroba dalam ektrak daun sirih digunakan secara luas dalam sediaan farmasi
bertambah, sehingga efektivitas penghambat dalam bentuk cair maupun semi padat. Kadar
pertumbuhan mikroba menjadi semakin baik. karbomer yang digunakan dalam formulasi
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil adalah 0,5% sebagai agen gel karena
penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2020) karbomer memiliki kemampuan untuk
bahwa konsentrasi yang semakin meningkat mengembang dan memiliki konsistensi yang
menunjukkan aktivitas antibakteri yang stabil di dalam air dan dalam gliserin dan
semakin besar dalam menghambat mampu menghasilkan sediaan gel yang
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. transparan, sangat cocok digunakan sebagai
Pemeriksaan organoleptis dilakukan basis sediaan gel. Bahan tambahan lainnya
untuk menentukan sifat fisik dengan cara yang digunakan dalam pembuatan gel hand
mendeskripsikan warna, bau dan konsistensi sanitizer adalah propilen glikol dengan
dari sediaan. Sediaan yang dihasilkan dapat konsentrasi sebesar 5% dan gliserin sebesar
dikatakan baik apabila memiliki warna yang 10% karena metode standar pembuatan gel
menarik, bau yang menyenangkan, bersifat menggunakan formulasi yang demikian.
stabil dan tidak beubah, dan konsistensi yang Konsentrasi propilen glikol dan gliserin
bagus agar nyaman dalam penggunaan gel. tersebut sering digunakan sebagai humektan.
Hasil pengamatan organoleptis pada produk Bahan lain seperti metil paraben digunakan
hand sanitizer dengan formulasi ekstrak daun sebagai pengawet untuk makanan serta bahan
sirih (Piper betel l.) memiliki bau khas daun kosmetik. Formulasi yang digunakan dalam
sirih pada ketiga formulasi, dengan formulasi penelitian ini menambahkan metil paraben
40% yang lebih menyengat dibandingkan sebanyak 0,1% sebagai bahan pengawet,
dengan formulasi lainnya. Warna yang kemudian etanol ditambahkan untuk
dihasilkan pada ketiga formulasi hand membantu melarutkan metil paraben. Fungsi
sanitizer memiliki warna coklat tua yang metil paraben dipilih sebagai bahan pengawet
disebabkan oleh warna dari ekstrak infusa adalah karena sediaan gel hand sanitizer
daun sirih itu sendiri. Hand santizer dengan ekstrak daun sirih memiliki kadar air yang
konsentrasi 40% memiliki warna yang tinggi. Kadasr air yang tiniggi dapat
cenderung lebih keruh dan terang menyebabkan mudahnya terjadi kontaminasi
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya mikroba. Tambahan zat lain seperti
dikarenakan formulasi konsentrasi 40% trietanolamin dengan konsentrasi 2%
memiliki kadar yang lebih banyak bertujuan untuk mempertahankan pH pada
dibandingkan dengan kelompok perlakuan sediaan gel hand sanitizer agar menjadi stabil.
lainnya. Tes homogenitas juga menunjukkan Uji pH dilakukan untuk menentukan
hasil yang baik dengan tidak ditunjukkannya apakah pH dari sediaan hand sanitizer ekstrak
gumpalan yang terbentuk, menandakan daun sirih (Piper betel l.) berada pada tingkat
bahwa sediaan formulasi hand sanitizer pH yang sama dengan kulit. Tingkat pH
dengan ekstrak daun sirih (Piper betel l.) normal pada kulit berada pada 4-6, sehingga
bersifat homogen. sediaan gel hand sanitizer harus berada pada
Gel hand sanitizer berbasis ekstrak range ini untuk mengindari terjadinya iritasi
daun sirih (Piper betel l.) menggunakan kulit. Hasil pengamatan yang dilakukan