Anda di halaman 1dari 8

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L)

TERHADAP Pseudomonas aeruginosa

Yusriyani*) Dian Sylviani Parung**)


*)
Akademi Farmasi Yamasi Makassar
**)
Progra Diploma III Farmasi Yamasi Makassar

Abstrak

Daun Pare sejak dahulu digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Manfaat dari
Daun Pare yaitu untuk mengobati Cacingan, Demam, Bisul dan Malaria.
Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri ekstrak Daun Pare pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode disk diffusion. Ekstraksi menggunakan pelarut
Etanol 96 % dengan metode maserasi. Konsentrasi ekstrak daun Pare yang digunakan sebesar 2,5 %
b/v, 7,5 % b/v dan 12,5 % b/v dengan kontrol negatif DMSO 1 %. Pengamatan zona hambat
dilakukan 2 kali yaitu dengan setelah inkubasi 1 x 24 jam dan setelah inkubasi 2 x 24 jam.
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol Daun Pare mempunyai aktivitas Antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan konsentrasi meningkatkan zona hambat yang
terbentuk. Pada konsentrasi ekstrak daun Pare 2,5 % b/v, 7,5 % b/v dan 12,5 % b/v zona hambat
yang terbentuk adalah 6 mm, 7,5 mm dan 9 mm. Tidak ada perubahan zona hambat pada
pengamatan 2 x 24 jam.

Kata Kunci : Ekstrak, daun pare, Pseudomonas aeruginosa, aktivitas, antibakteri

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang Salah satu tanaman yang potensial


kaya akan sumber daya hayati yaitu memiliki digunakan adalah pare. Pare mempunyai sifat
keanekaragaman hayati lebih dari 30.000 yang khas yaitu pahit. Dimanfaatkan sebagai
spesies tanaman dan 940 spesies diantaranya bahan makanan dan pengobatan. Daun Pare
diketahui sebagai tanaman obat (Pratiwi. dkk, dikalangan masyarakat khususnya di
2013). Tanaman sebagai ramuan obat kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara
tradisional menjadi hal yang lazim dilakukan digunakan sebagai obat untuk mengobati luka
secara turun temurun khususnya di daerah bakar, bisul dan biang keringat.
pedesaan. Penggunaan dan permintaan Berbagai jenis bakteri hidup sebagai
terhadap tanaman obat tradisional saat ini flora normal pada kulit manusia, sebagian
semakin bertambah sehingga penelitian ke besar adalah bakteri gram positif serta
arah obat-obatan tradisional juga semakin sebagian lainnya merupakan gram negatif.
meningkat. Perkembangan ini didukung oleh Salah satu contoh bakteri gram negatif ialah
kecenderungan manusia melakukan Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas
pengobatan secara alam atau kembali ke alam aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya
(back to nature). Selain itu disebabkan oleh ditemukan pada lingkungan yang lembap di
efek samping dari obat tradisional yang rumah sakit (Jawetz dkk, 2010).
sangat kecil dan harga yang lebih terjangkau Pseudomonas aeruginosa sering kali
dibanding obat sintetik dan juga pengobatan dihubungkan dengan penyakit yang
secara tradisional dianggap lebih efisien ditularkan secara nosokonial pada manusia,
karena sudah berlangsung turun temurun yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit.
(Tjahjohutomo. R, 2010).
Bakteri ini sering diisolasi dari tissue, ekstrak Etanol daun Pare (
penderita luka dan luka bakar yang berat. Momordica charantia L ), bakteri
Selain dapat menyebabkan infeksi pada kulit, Pseudomonas aeruginosa
mata atau telinga Pseudomonas aeruginosa Pengambilan Bahan uji
dapat menyebabkan infeksi pada saluran Bahan uji daun Pare brasal dari Kecamatan
napas bagian bawah, saluran kemih dan Katobu, kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
organ lain (Radji, 2010). Tenggara
Penelitian yang dilakukan di RSUP Pengolahan sampel
DR. M. Djamil Padang tahun 2011 – 2014 Bahan uji daun Pare segar yang telah
menunjukkan bakteri penyebab infeksi pada dikumpulkan dibersihkan dari kotoran dan
luka bakar yaitu untuk bakteri tunggal benda asing yang melekat, dipotong kecil
terbanyak yang ditemukan adalah kemudian dikeringkan dimana pada jam 7
Pseudomonas aeruginosa ( 44, 6%) dan sampai jam 10 pagi dibawah sinar matahari
Staphylococcus aureus ( 18,9%) dan Proteus langsung, melewati jam tersebut diangin-
sp ( 18,9 %) sedangkan untuk kombinasi anginkan pada suhu ruang.
bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Ekstraksi secara maserasi
Stahplycococcus aureus ( 63,7%) merupakan Daun Pare yang sudah kering ditimbang
yang terbanyak (Lusi Khairunnisa, 2015). sebanyak 500 gram dan dimasukkan kedalam
Hasil penelitian Birla DK tahun 2016 toples kaca, dilembabkan terlebih dahulu
mendapatkan hasil bahwa ekstrak daun pare dengan setengah jumlah cairan penyari etanol
dapat menghambat pertumbuhan 96% kemudian dituang seluruh cairan
Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 5 penyari. Jumlah cairan penyari yang
%, 10%, 15% dan 20% dengan diameter zona digunakan ialah 1:10. Bahan uji direndam
daya hambat yaitu 7 mm, 8 mm, 9 mm dan selama 1 x 24 jam dengan sekali - kali diaduk
10 mm (Birla DK, 2016). kemudian diserkai dan disaring. Dilakukan
Berdasarkan uraian tersebut maka remaserasi sekali. Maserat yang diperoleh
dilakukan penelitian terhadap ekstrak daun dirotavapor hingga etanolnya menguap
Pare dengan maksud untuk menentukan kemudian dipekatkan pada penangas air.
aktivitas antibakteri daun Pare dengan Sterilisasi Alat
parameter daya hambat ekstrak terhadap Alat-alat gelas distrerilkan di oven pada suhu
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. 180°C selama 2 jam. Alat-alat plastik
disterilkan pada autoklaf selama 15 menit
METODOLOGI PENELITIAN pada suhu 121°C tekanan 2 atm. Jarum ose
disterilkan dengan cara pemanasan langsung
Bahan uji diperoleh dari Kecamatan Katobu, pada lampu spiritus selama 30 detik.
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Pembuatan Medium NA
Alat dan Bahan Yang digunakan : Untuk membuat 100 ml NA ditimbang 2,8
Alumunium foil, autoklaf, batang pengaduk, gram serbuk tercampur Oxoid NA, kemudian
bunsen, gelas kimia, cawan petri, cawan dimasukkan ke Erlenmeyer, dilarutkan
porselin, corong, gelas ukur 10 ml dan 100 dengan aquadest hingga 100 ml. Setelah itu
ml, inkubator, jangka sorong, kain flannel, di didihkan hingga larut sempurna kemudian
labu erlenmeyer 250 ml, laminari air flow, ditutup dengan kapas dan dimasukkan
masker, mistar, ose, oven, panci, pinset, kedalam autoklaf selama 15 menit pada suhu
tabung reaksi, timbangan analitik, toples kaca 121°C.
dan water bath Peremajaan Bakteri
Bahan yang digunakan : Air suling, DMSO Diambil 1 ose bakteri Pseudomonas
10%, etanol 70%, kapas, nutrien agar (NA), aeruginosa lalu digores pada media Nutrien
nutrient broth (NB), kertas pH, paper disk, Agar (NA) miring. Diinkubasi selama 1 x 24
jam pada suhu 37°C. 12,5 % (ditimbang 1,25 gram) kemudian
Pembuatan Nutrient Broth disuspensikan dengan DMSO 1% hingga 10
Untuk membuat 5 ml NB ditimbang 0,13 ml.
gram serbuk tercampur Oxoid NB, Pengujian Aktivitas Antibakteri Daun
dimasukkan serbuk ke Erlenmeyer, Pare
dilarutkan dengan aquadest hingga 5 ml Dihomogenkan 20 ml media Nutrient Agar
kemudian dipindahkan dalam tabung reaksi (NA) cair dan 1 ml biakan bakteri
ditutupi dan ditutupi kapas lalu dimasukkan Pseudomonas aeruginosa dalam erlemeyer
kedalam autoklaf selama 15 menit pada suhu kemudian dituang dalam cawan petri
121°C. ditunggu hingga agak memadat. Paper disk
Suspensi Bakteri direndam dalam ekstrak etanol daun pare
Hasil biakan bakteri diambil 1 ose, lalu yang telah dibagi dalam beberapa konsentrasi
disuspensikan dengan 5 ml medium Nutrient serta kontrol negatif kemudian diletakkan ke
Broth dalam cawan petri yang berisi medium yang
Penyiapan Kontrol Negatif ( DMSO 1%) berisi nutrient agar (NA)+biakan bakteri
Kontrol negatif menggunakan Dimethyl Pseudomonas aeruginosa searah jarum jam
sulfokside (DMSO) 1%. DMSO sebanyak 1 secara berurutan mulai dari konsentrasi 2,5%,
ml ditambahkan dengan aquadest sebanyak 7,5%, 12,5%, dan kontrol negatif DMSO 1%.
99 ml kemudian dihomogenkan. Cawan petri tersebut ditutup kemudian
Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24
Etanol Daun Pare jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan
Ditimbang 0,25 gram ekstrak, disuspensikan pengukuran diameter zona hambatan
dengan DMSO 1% hingga 10 ml (untuk menggunakan jangka sorong. Untuk
konsentrasi 2,5%). Selanjutnya dengan cara memperjelas aktivitas antibakteri
yang sama dibuat konsentrasi 7,5% diikunbasikan lagi selama 2 x 24 jam
(ditimbang 0,75 gram) disuspensikan dengan kemudian dilakukan kembali pengamatan.
DMSO 1% hingga 10 ml. Untuk konsentrasi

HASIL

Warna Berat (g)


Rendamen
Sampel Simplisia Ekstrak kental Simplisia Ekstrak (%)
kering kering kental
Daun Hijau Hijau
500 40,8 8,16
pare kecoklatan Kehitaman

Tabel 4 : Ekstrak Etanol Daun Pare


Diameter Zona Hambat ( mm)
Replikasi
2,5 % 7,5 % 12,5 % DMSO 1 %
I 6 8 9,5 -
II 6 7 8,5 -
Total 12 15 18 -
Rata-rata 6 7,5 9 -

Tabel 5. Zona hambat ekstrak etanol Daun Pare terhadap Pseudomonas aeruginosa, inkubasi 1 x 24
jam

Diameter Zona Hambat ( mm)


Replikasi
2,5 % 7,5 % 12,5 % DMSO 1 %
I 6 8 9,5 -
II 6 7 8,5 -
Total 12 15 18 -
Rata-rata 6 7,5 9 -

Tabel 6.Zona hambat ekstrak etanol Daun Pare terhadap Pseudomonas aeruginosa, inkubasi 2 x 24
jam

PEMBAHASAN

Penentuan hasil uji aktivitas zona bening kemudian dirata-ratakan.


antibakteri ekstrak etanol daun Pare Pengamatan dilakukan dua kali yaitu
dilakukan dengan metode difusi agar diamati setelah diinkubasi selama 1 x 24
menggunakan kertas cakram. Zona bening jam dan diamati kembali setelah diikubasi
yang berada disekitar cakram kertas diukur selama 2 x 24 jam. Konsentrasi esktrak
dengan tujuan mengukur kekuatan etanol daun Pare yang dibuat pada
hambatan ekstrak terhadap bakteri yang penelitian yaitu 2,5 % b/v , 7,5 % b/v,
diuji. Zona hambat bening di sekitar kertas 12,5% b/v dimana kontrol negatif yang
cakram yang terbentuk diukur digunakan yaitu Dimethylsulfokside
menggunakan jangka sorong luas dimana (DMSO 1 %). Hasil uji aktivitas antibakteri
zona hambat didapatkan dengan terhadap pertumbuhan bakteri
pengukuran berdasarkan penjumlahan garis Pseudomonas aeruginosa ditampilkan pada
horizontal dan vertikal pada bagian terluar gambar 3
10
Diameter zona hambat ( mm) 9
8
7
6
5
4 1 x 24 jam
3 2 x 24 jam
2
1
0
2.50% 7.50% 12.50%
Konsentrasi ( mg / ml)

Gambar 3 : Diagram Aktivitas Antibakteri daun Pare terhadap Pseudomonas aeruginosa

Secara deskriptif hasil ini tetap bening sampai inkubasi 48 jam.


menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Pare Tidak adanya perubahan zona hambat antara
memiliki kemampuan menghambat ekstrak daun Pare yang diinkubasi selama 1 x
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. 24 jam dan 2 x 24 jam menunjukkan bahwa
Ekstrak etanol daun Pare yang diinkubasi ekstrak daun pare memiliki aktivitas
selama 1 x 24 jam memiliki hasil semakin antibakteri yang bersifat bakterisid. .
besar konsentrasi ekstrak etanol daun Pare Klasifikasi respon daya hambat
maka semakin besar juga rerata zona inhibisi antibakteri yang dilihat dari zona bening
yang terbentuk. Zona hambat yang di menurut Davis Stout dalam Jannata (2014)
dapatkan pada inkubasi 1 x 24 jam secara terdiri dari 4 respon, yaitu sangat kuat
berurut pada konsentrasi 2,5 %, 7,5 % dan (diameter zona hambat >20 mm), kuat
12,5 % adalah 6 mm, 7,5 mm dan 9 mm. (diameter zona hambat 10-20 mm), sedang
Adanya perbedaan diameter zona (diameter zona hambat 5-10 mm), dan lemah
hambat disebabkan pada perbedaan jumlah (diameter zona hambat <5 mm). Dari hasil
zat aktif pada setiap konsentrasi. Prescot penelitian pengujian aktivitas antibakteri
(2005), ukuran zona hambat bakteri juga ekstrak etanol daun Pare pada konsentrasi 2,5
dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas dari %, 7,5 % dan 12, 5 % masuk dalam kategori
organisme uji, medium kultur dan kondisi “ sedang” karena zona daya hambat yang
inkubasi, kecepatan difusi dari senyawa dihasilkan berkisar antara 5 – 10 mm.
antibakteri.
Tidak terjadi perubahan diameter zona Pada penelitian sebelumnya oleh
hambat pada pengamatan berikutnya yaitu Deepak Ku Birla (2016), ekstrak metanol
yang diikubasi selama 2 x 24 jam. Menurut daun Pare diuji dari konsentrasi 5 % hingga
Wattimena et al (1991) bahwa zat antibakteri 100 %. Dari hasil penelitian dikemukakan
dikatakan bersifat bakteriostatik bila bahwa ekstrak metanol daun Pare
menunjukkan penyempitan zona hambatan mempunyai daya hambat yang baik pada
setelah inkubasi 24 jam sedang bakterisidal konsentrasi 25 % karena zona hambat yang
mampu membentuk zona hambatan yang dihasilkan adalah diatas 10 mm yang mana
masuk dalam kelompok kategori “kuat”. SARAN
Walaupun demikian pada kategori 5 %
sampai dengan 20 % mempunyai zona Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
hambat dalam kategori “sedang”. Dengan untuk mengetahui senyawa yang paling aktif
demikian, tidak ada perbedaan hasil yang dalam menghambat pertumbuhan bakteri
signifikan pada zona hambat dari penggunaan serta perlu dilakukan pengujian ekstrak daun
ekstrak etanol Daun Pare pada penelitian ini Pare (Momordica charantia L ) secara in
dan penggunaan ekstrak metanol pada vivo.
penelitian sebelumnya.
Menurut Subahar dkk (2014) daun DAFTAR PUSTAKA
Pare mengandung flavanoid,
streroid/terpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan Agoes, Goeswin. 2015. Teknologi Bahan
karatonoid. Kandungan flavonoid, alkaloid Alam ( Serial farmasi Industri-2) ed.
dan saponin pada ekstrak daun Pare yang Revisi. Penerbit ITB: Bandung
menyebabkan adanya aktivitas sebagai
antibakteri. Atlas, Ronald. 2010. Handbook of
Flavonoid dapat menginhibisi sintesis Microbiological Media Fourth Edition.
asam nukleat, sehingga menyebabkan CRC Press: New York
pertumbuhan sel bakteri terhambat.
Flavonoid juga bekerja langsung pada Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.
membran barier sel bakteri, yang 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4.
menyebabkan kebocoran sel (Geol,RK, Gaya Baru : Jakarta
2012). Menurut Karou (2006), senyawa
alkaloid dapat menghambat pertumbuhan Birla, DK. 2016. Evaluation of Antibacterial
bakteri dengan menyebabkan lisis sel dan activity of Momordica charantia.
perubahan morfologi bakteri. journal Pharmatutor 2016: 4(11);37-40
Saponin dapat menekan pertumbuhan
bakteri dengan menurunkan tegangan Breed, Robert S, EGD Murray dan Nathan R.
permukaan dinding sel (Widodo 2005). Smith. 1957. Bergey’s Manual of
Senyawa saponin merupakan zat yang jika Determinative Bacteriology Seventh
berinteraksi dengan dinding bakteri maka Edition. The William & Wilkins
dinding tersebut akan pecah atau lisis Company: USA
(Pratiwi 2008). Saponin akan mengganggu
tegangan permukaan dinding sel, maka saat Cappuccino, James. 2013. Manual
tegangan permukaan terganggu zat Laboratorium Mikrobiologi Edisi 8.
antibakteri akan dengan mudah masuk ke EGC: Jakarta
dalam sel dan mengganggu metabolisme
hingga akhirnya terjadilah kematian bakteri Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas
(Karlina et al. 2013). Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.
Pustaka Bunda: Jakarta
KESIMPULAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang 1989. Materia Medika Indonesia Jilid
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa V. Departemen Kesehatan: Jakarta
ekstrak etanol daun Pare (Momordica
charantia L) memiliki aktivitas antibakteri Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
terhadap Pseudomonas aeruginosa yang Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
ditunjukkan dengan terbentuknya zona dan Makanan RI. 2000. Parameter
hambat. Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Departemen Kesehatan: Jakarta
Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Karlina CY, Ibrahim M, Trimulyono G.
Sosial RI. 2001. Investaris Tanaman 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Obat Indonesia (I) Jilid 2. Departemen Herba Krokot (Portulaca oleracea L.)
Kesehatan : Jakarta terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Lentera Bio
Djide, Natsir dkk. 2008. Dasar - Dasar
Mikrobiologi Farmasi. Lephas: Karou D. 2006. Antibacterial activity of
Makassar alkaloids from Sida acuta.African
Journal Of Biotechnology.
Fifendy, Mades. 2017. Mikrobiologi.
Kencana: Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2010. Suplemen I Farmakope Herbal
Indonesia. Kementrian Kesehatan RI :
Geol R K, Gautam M K, Gangwar M, Nath Jakarta
G, Rao C V. 2012. In-vitro
antibacterial activity on human Khairunnisa, Lusi. 2015. Gambaran Bakteri
pathogens and total phenolic, flavonoid Penyebab Infeksi Pada Luka Bakar dan
contents of Murraya paniculata Linn. Pola Sensivitasnya Terhadap
leaves. Asian Pacific Journal of Antibiotika Di RSUP DR. M. Djamil
Tropical. Biomedicine. Padang Tahun 2011-2014. Diploma
Thesis Universitas Andalas
Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia.
EGC: Jakarta Lay, Bibiana. 1994. Analisis Mikroba di
Laboratorium. Raja Grafindo Persada:
Hartati, Agnes. 2012. Dasar – Dasar Jakarta
Mikrobiologi Kesehatan. Nuha Medika:
Yogyakarta Madigan M dkk. 2006. Brock Biology of
Microorganisme 11th edition. Prentice
Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Hall: London
Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat
Untuk Penyembuhan Penyakit dan Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Kebugaran Tubuh. Octopus: Erlangga: Jakarta
Yogyakarta
Pratiwi SI. 2008. Aktivitas antibakteri tepung
Jannata, Rabbani Hafidata. Achmad Gunadi, daun jarak (Jatropha curcas L.) pada
Tantin Ermawati (2014). Daya berbagai bakteri saluran pencernaan
Antibakteri Ekstrak Kulit Apel ayam broiler secara in vitro [skripsi].
Manalagi (Malus sylvestris Mill.) Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus
mutans. Fakultas Kedokteran Gigi Pratiwi, dkk. 2013. Uji Aktivitas Antifungi
Universitas Jember. e-Jurnal Pustaka Rimpang Kunyit. Traditional Medicine
Kesehatan, Vol. 2, No.1 Journal,Vol 18(1)

Jawetz dkk. 2012. Mikrobiologi Kedokteran Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi
edisi 25. EGC: Jakarta Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. ECG: Jakarta
Riza, Marjoni. 2016. Dasar-dasar Fitokimia Tjahjohutomo, R. 2010. Tanaman Obat.
untuk Diploma III Farmasi. CV Trans Balai Besar Penelitian dan
Info Media: Jakarta Pengembangan Pascapanen Pertanian
Vol 5 : 33-48.
Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran UI. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Widodo W. 2005. Tanaman Beracun dalam
Aksara: Jakarta Kehidupan Ternak. Malang (ID): UMM
Pr.
Subahar, Tati.2004. Khasiat dan Manfaat
Tanaman Pare. Agromedia Pustaka: Wattimena,J.R dkk. 1991. Farmakodinamika
Jakarta dan Terapi Antibiotik. Gajah Mada
University Press : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai