Anda di halaman 1dari 9

Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

2 (2016) : 77-85 77

PEMANFAATAN GULMA BANDOTAN MENJADI PESTISIDA NABATI UNTUK


PENGENDALIAN HAMA KUTU KUYA PADA TANAMAN TIMUN

Sultan 1), Patang 2), Subari Yanto2)


1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM

zhultanz@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to know the possibility of Ageratum conyzoides L. used asan organic
pesticideand Ageratum conyzoides L. concentration appropriatein controlling pest
Aulocaphora sp. Oncucumber plant. This research is experimental research using
completely randomised design. There arefour treatment that concentration (3%),
concentration treatment (6%), concentration treatment (9%), and control which 3 repetition.
Variable research observed behavior and mortality of pest Aulocaphora sp. The results
showed Ageratum conyzoides L.extract use has the ability in controlling pest Aulocaphora
sp.at concentration 9%, which can hamper the ability eat and cause silent reaction on pest
Aulocaphora sp. furthermore, Aulocaphora sp. that eat the cucumber leaf lowest at
concentration 9%.
Keywords: Ageratum conyzoides L., organic pesticide, Aulocaphora sp.,
cucumberplant

PENDAHULUAN menyerang tanaman timun adalah hama


kutu kuya.
Tanaman timun merupakan salah Hama kutu kuya merupakan jenis
satu jenis tanaman yang menghasilkan hama kumbang yang berwarna cerah
buah yang dapat dikonsumsi langsung. kuning mengkilap.Siklus hidup hama ini
Umumnya, timun dapat dijadikan diawali dari perkembangan larvadi dalam
sayuran atau penyegar. Dalam budidaya tanah. Hama dewasa hidup dibawah
tanaman timun tidak terlepas dari daun dan aktif pada siang dan sore hari,
pemeliharaan tanaman untuk apabila terjadi serangan yang cukup
mendapatkan hasil yang baik. Oleh tinggi, hama ini memakan daun tanaman
karena itu, budidaya yang optimal seperti timun sampai hanya menyisakan tulang-
penyiraman perlu dilakukan, penyiraman tulang daun. Hama ini mempunyai sifat
dilakukan minimal dua kali sehari, tetapi yang unik yaitu apabila disentuh hama ini
apabila hujan turun tanaman tidak perlu akan menjatuhkan dirinya ke tanah
dilakukan penyiraman karena tanah seolah-olah hama ini mati, hal ini
sudah cukup air. Selain penyiraman bertujuan untuk menghindari
tanaman timun, penyiangan juga perlu predatornya. Efek bagi tanaman yang
dilakukan agar meminimalkan terjadinya terserang hama ini yaitu dapat
persaingan pada tanaman dalam menurunkan hasil panen karena daun
memperoleh unsur hara, sinar matahari, yang terserang tentunya tidak dapat
dan sebagainya. Selain itu,tahap berfotosintesis dengan baik disebabkan
pemberantasan hama dan penyakit daun pada tanaman timun habis dimakan
harus dilakukan. Umumnya, hama yang oleh hama kutu kuya.
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 78-85 78

Bahaya residu pestisida bahan digunakan sebagai pestisida nabati yang


kimia dapat diminimalkan ramah lingkungan. Kandungan kimia
denganmengembangkan bahan nabati yang ada dalam tanaman bandotan
sebagai bahan pestisida dalam sangat memungkinkan untuk dijadikan
mengendalikan hama kutu kuya. Bahan pestisida nabati yang ramah lingkungan
nabati yang sering digunakan antara lain (Grainge dan Ahmed dalamAstriani,
kedondong, jengkol, kelapa, sirsak, 2010). Kandungan kimia yang terdapat
pinang sindawar, jambu biji, lengkuas, dalam bandotan adalah saponin,
lada, bandotan, dan masih banyak lagi flavonoid, polifenol, eugenol,dan akar
bahan nabati lainnya yang dapat bandotan mengandung minyak
dijadikan sebagai pestisida yang ramah atsiri,sehingga gulma bandotan dapat
lingkungan(Anonim, 2013a). Umumnya, dijadikan pestisida yang ramah
petani masih menggunakan pestisida lingkungan.
berbahan kimia yang sangat berbahaya.
Residu yang dihasilkan oleh bahan kimia METODOLOGI PENELITIAN
(pestisida) tersebut sangat susah terurai
dan membutuhkan waktu yang lama Penelitian ini dilaksanakan
untuk dihilangkan. Pada saat ini, padaJuni 2015 sampai Juli 2015. Lokasi
pembasmi hama dan penyakit baik penelitian yaitu di perumahan Nusa
secara organik dan anorganik atau Tamalanrea Indah dan Perkebunan
bahan kimia dalam mengendalikan hama Warga Patalassang Kabupaten Gowa.
pada tanamantelah banyak
dikembangkan. Bandotan merupakan Rancangan Penelitian
gulma pengganggu, di Indonesia
bandotan merupakan gulma yang hidup Penelitian ini merupakan penelitian
liar dan banyak ditemukan diberbagai eksperimentaldengan mengaplikasikan
daerah. Gulma ini dapat ditemukan di ekstrak nabati bandotan dengan
sawah, kebun, pekarangan rumah, dan konsentrasi 0% (kontrol), 3%, 6%, dan
pinggiran jalan. Meskipun sebagian 9%sebagai pestisida nabati.Rancangan
orang menganggap gulma bandotan
acak dilakukan dengan metode undian
sebagai penggangu, ternyata bandotan
mempunyai manfaat yang dapat untuk penentuan tata letak unit
percobaan (Tabel 1).

Tabel 1. Tata Letak Unit Percobaan


K2 B3 A3 K1

K3 A2 B1 A1

C1 C2 C3 B2
Keterangan :
K: perlakuan konsentrasi 0% (kontrol)
A: perlakuan konsentrasi 3%.
B: perlakuankonsentrasi 6%.
C: perlakuankonsentrasi 9%.
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 77-85 79

Prosedur Penelitian e. Ekstrak bandotan yang telah


dikemas disimpan ditempat yang
1. Cara Mendapatkan Hama tidak terkena cahaya matahari
langsung dan diaplikasikan pada
Hama kutu kuya dewasa diperoleh hama yang ingin di kendalikan.
melaluipenangkapan langsung pada Rumus :
lahan petanidengan cara sebagai berikut
: Perhitungan Pembuatan Konsentrasi
a. Jaring penangkap hama kutu Ekstrak (Appendi, 2003)
kuya yang terbuat dari kain
disiapkan agar hama tidak V1 x C1 = V2 x C2
terluka.
b. Toples untuk menampung hama
kutu kuya juga disiapkan. Keterangan:
c. Hama yang sudah ditangkap
dimasukkan kedalam wadah V1 = Volume Larutan yang akan dibuat
toples. (ml)
C1 = Konsentrasi ekstrak yang diambil
2. Pembuatan Pestisida Nabati (mg/ml)
Bahan Bandotan V2 = Volume larutan ekstrak yang
diambil (ml)
Prosedur kerja yaitu secara diekstrak C2 = Konsentrasi larutan yang akan
(Krestini, 2011) dibuat (mg/ml)
a. Daun gulma bandotan sebanyak
500 gram yang sudah di cuci 3. Proses Aplikasi Pestisida Nabati
bersih menggunakan air Bandotan
disiapkan, kemudian daun gulma
bandotan diblender dengan Proses pengaplikasian ekstrak
mencampurkan air sebanyak 1 daun bandotan sebagai pestisida nabati
liter air. adalah:
b. Larutan ekstrak yang sudah a. Daun timun dicelupkan ke
diblender disimpan selama 3 hari dalam larutan ekstrak bandotan
agar selama penyimpanan sesuai dengan perlakuan selama
terjadi fermentasi pada ekstrak 15 detik dengan tiga kali
daun gulma bandotan. ulangan, kemudian ditiriskan dan
c. Larutan yang sudah di simpan dikering-anginkan. Setelah
selama 3 hari kemudian disaring kering, daun diberikan pada
agar tidak terdapat kotoran pada hama kutu kuya lalu diletakkan
ekstrak bandotan. ke dalam toples. Selanjutnya,
d. Ekstrak yang sudah jadi toples yang telah di berikan
dimasukkan ke dalam botol yang ventilasi udara ditutup.
bersih agar pestisida yang b. Jumlah masing–masing hama
dihasilkan baik, dan botol yang yang digunakan adalah 10 ekor
sudah diisi dengan ekstrak dalam satu toples dan hama
bandotan ditutup kembali agar yang di gunakan adalah hama
tidak terjadi kontaminasi. dewasa (imago). Jumlah daun
timun yang diberikan pada hama
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 78-85 80

sebanyak 10 gram dalam satu analisis data yang digunakan adalah


toples. Daun yang digunakan analisis ragam.
adalah daun yang sudah
dicelupkan ke dalam ekstrak HASIL DAN PEMBAHASAN
bandotan.
c. Toples yang berisi daun timun Pada penelitian ini dilakukan
dan hama diberi label berisi pengujian pestisida bandotan dengan
keterangan tanggal aplikasi dan mengaplikasikan empat konsentrasi yang
jenis konsentrasi perlakuan berbeda yaitu 0% (kontrol), 3%, 6%, dan
ekstrak bandotan. Setelah 9% dalam pengujian hama uji kutu kuya,
aplikasi, jumlah hama yang mati proses penelitian ini mengamati hama uji
dihitung pada 72 jam setelah selama 3 hari dengan sembilan
aplikasi ekstrak bandotan. pengamatan dengan interval waktu yang
digunakan delapan jam dalam satu hari.
4. Parameter Pengamatan Pengamatan tingkah laku hama kutu
kuya adalah pengamatan makan,
Parameter yang diamati meliputi bereaksi, dan diam.
pengamatan tingkah laku hama yaitu
pada tingkah laku makan, reaksi negatif 1. Pengamatan Makan
(bereaksi) dan tingkah laku diam hama
yang telah diberikan ekstrak bandotan. Pengamatan pada tingkah laku
a. Pengamatan Makan. Tingkat makan hama dilakukan dengan metode
makan hama uji yang telah di pencatatan secara sistematik terhadap
berikan ekstrak bandotan aktivitas makan hama kutu kuya.
diamati. Pencatatan dilakukan terhadap jumlah
b. Pengamatan Bereaksi. Tingkah hama yangmakan pada saat
laku hama yang sudah pengamatan sedang berlangsung, baik
memakan daun timun diamati. pengamatan pagi, siang, dan
pengamatan malam hari. Hasil
Teknik Pengumpulan Data dan pengamatan menunjukkan perlakuan
Analisis Data ekstrak bandotan dengan konsentrasi
9% menyebabkan jumlah kutu kuya
Teknik pengumpulan data yang terendah memakan daun timun, yaitu
dilakukan pada penelitian ini yaitu rata-rata 20%. Pada perlakuan ekstrak
dengan melakukan metode observasi bandotan dengan konsentrasi 6%
dengan cara pengamatan dan diperoleh hasil rata-rata 34% sampel,
pencatatan secara sistematik terhadap pengamatan ekstrak bandotan dengan
gejala yang tampak pada subjek konsentrasi 3% diperoleh hasil dengan
penelitian. Pengamatan dan pencatatan rata-rata 39% sampel. Jumlah kutu kuya
secara sistematik pada subjek secara yang memakan daun timun tertinggi
aktif terhadap objek penelitian.Teknik ditemukanpada perlakuan control, yaitu
rata-rata 46%.
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 77-85 81

Tabel 2. Rata-Rata Kutu Kuya yang Memakan Daun Timun yang Telah Dicelupkan ke
Dalam Larutan Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Pengamatan (jam) Total
Perlakuan %/12
8 16 24 32 40 48 56 64 72 sampel
Konsentrasi 5.67a 5.33ab 1.00a 6.33b 5.00a 0.33a 6.67a 7.00a 1.00a 39
3%
Konsentrasi 5.33a 4.33bc 0.33a 5.00bc 4.67ab 1.00a 6.00ab 6.33a 0.33a 34
6%
Konsentrasi 3.00b 2.33c 0.33a 3.33c 2.33b 0.33a 4.33b 3.67b 0.33a 20
9%
Kontrol 6.33a 7.00a 0.00a 8.33a 7.00a 0.33a 7.67a 8.33a 0.33a 46

Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

2. Pengamatan Bereaksi dan Diam terjadi pada perlakuan kontrol dengan


rata-rata 13%sedangkan hasil
Pengamatan pada bereaksi pengamatan ekstrak bandotan dengan
dilakukan juga melalui pencatatan secara konsentrasi 3% diperoleh rata-rata 15%
sistematik terhadapreaksi yang terjadi dan pengamatan ekstrak bandotan
pada hama yang telah diberikan ekstrak dengan konsentrasi 6% diperoleh hasil
bandotan serta pengaruh kontak dengan rata-rata 17%. Kutu kuya yang
langsung pestisida nabati bandotan yang bereaksi disekitar daun uji timun tertinggi
telah tercerna oleh hama uji kutu kuya. pada perlakuan ekstrak bandotan
Hasil pengamatan menunjukkan reaksi dengan konsentrasi 9% dengan total
kutu kuya terendah disekitar daun timun rata-rata 20%.

Tabel 3. Rata-Rata Hama Kutu kuya yang Bereaksi Disekitar Daun Timun
SetelahDicelupkan ke Dalam Larutan Ekstrak Bandotan (Ageratum
conyzoides L.)
Pengamatan (jam) Total
Perlakuan %/12
8 16 24 32 40 48 56 64 72 sampel
Konsentrasi 1.67 1.67 1.33 1.33ab
a a a 1.67a 2.00 1.67a
a 1.67 1.67a
a 15
3%
Konsentrasi 1.67a 1.67a 2.00a 1.67ab 1.67a 2.00a 2.33a 1.67a 1.67a 17
6%
Konsentrasi 1.33a 2.33a 1.67a 2.33a 2.00a 2.33a 3.67a 2.33a 2.00a 20
9%
Kontrol 1.33a 1.00a 3.33a 0.33b 0.33b 1.67a 1.33a 1.33a 2.33a 13
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yangsama
menunjukkan perbedaan yang nyata
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 78-85 82

Pengamatan reaksi diam dilakukan yang memberi respon diam terendah


melalui pencatatan secara sistematik terjadi pada tanpa perlakuan (kontrol)
terhadap hama yang memberi respon dengan rata-rata 32% sedangkan hasil
diamdisekitar daun atau toples setelah pengamatan dengan konsentrasi 3%
bereaksi negatif pada ekstrak bandotan diperoleh rata-rata 37%dan pengamatan
yang di berikan pada hama kutu kuya. ekstrak bandotan dengan konsentrasi
Selain itu, pengamatan ini juga dilakukan 6% diperoleh hasil dengan rata-rata
untuk melihat keefektifan ekstrak 40%. Kutu kuya yang memberi respon
bandotan yang digunakan dalam diam tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
mengendalikan hama kutu kuya. Hasil ekstrak bandotan dengan konsentrasi 9
pengamatan menunjukkan kutu kuya % dengan rata-rata 50%.

Tabel 4. Rata-Rata Kutu Kuya yang Diam Disekitar Daun Timun Setelah Dicelupkan
ke Dalam Larutan Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Total
Pengamatan (jam) %/12
Perlakuan
sampel
8 16 24 32 40 48 56 64 72
Konsentrasi 2.67b 3.00bc 7.67a 2.33bc 3.33ab 7.67a 1.67a 1.33bc 7.33a 37
3%
Konsentrasi 3.00b 4.00ab 7.67a 3.33ab 3.67ab 7.00a 1.67a 2.00b 8.00a 40
6%
Konsentrasi 5.67a 5.33a 8.00a 4.33a 5.67a 7.33a 2.00a 4.00a 7.67a 50
9%
Kontrol 2.33b 2.00c 6.67a 1.33c 2.67b 8.00a 1.00a 0.33c 7.67a 32

Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Persentase pengamatan tingkah perkembangan makan hama. Senyawa


laku kutu kuya dengan menggunakan bioaktif dalam bandotan mengandung
konsentrasi 3% daun timun yang telah saponin, flavanoid, polifenol, dan minyak
dicelupkan kedalam ekstrak bandotan atsiri yang berpengaruh terhadap sistem
diperoleh total rata-rata makan kutu kuya saraf otot, keseimbangan hormon,
yaitu sebesar 39% yang aktif reproduksi, perilaku berupa penolak,
makan.Pada pengamatan bereaksi yang penarik, anti makan dan sistem
telah dilakukan diperoleh rata-rata pernafasan OPT. Hal ini sesuai dengan
bereaksi hama yaitu sebesar 15% yang pendapat Grainge dan Ahmed
aktif bereaksi disekitar daun uji, pada dalamDian Astriani (2010), yang
pengamatan tingkah laku diam hama menyatakan bahwa bandotan yang
yang telah dilakukan diperoleh rata-rata dianggap sebagai gulma ternyata
37% yang diam setelah diberikan ekstrak mempunyai manfaat sebagai pestisida
bandotan. Hal ini mungkin dikarenakan nabati, karena mengandung saponin,
ekstrak daun bandotan mempunyai flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
senyawa aktif yang dapat menekan
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 77-85 83

Persentase pengamatan tingkah dan bersifat toksik sehingga


laku hama kutu kuyadengan menyebabkan hama cenderung diam.
menggunakan konsentrasi 6% daun Gangguan metabolisme mungkin juga
timun yang telah dicelupkan ke dalam disebabkan karena terdapatnya senyawa
ekstrak bandotan diperoleh rata-rata tanin dalam makanan yang dapat
makan kutu kuya yaitu sebesar 34%yang mengganggu aktivitas enzim pencernaan
aktif makan.Pada pengamatan bereaksi hama (Dian Astriani, 2010).
yang telah dilakukan diperoleh rata-rata Konsentrasi perlakuan esktrak
hama yang aktif bereaksi di sekitar daun bandotan yang paling efektif diperoleh
uji yaitu sebesar 17%. Pada dari perlakuan konsentrasi 9%.Pada
pengamatan tingkah laku diam,jumlah konsentrasi ini, aktifitas makan hama
hama yang memberi respon diam dapat ditekan dengan nilai rata-rata 20%
setelah diberikan ekstrak bandotan yaitu dikarenakan bahan aktif pestisida nabati
rata-rata 40%.Hal ini diduga dalam mampu menyebabkan gangguan
ekstrak daun bandotan mengandung aktivitas makan dengan mengurangi
metabolit sekunder yaitu senyawa nafsu makan, memblokir kemampuan
saponin, flavanoid, polifenol, dan minyak makan serangga, sehingga hama
atsiri. Beberapa senyawa fenol memilki menolak makan (Anonim, 2010). Tingkat
fungsi sebagai penolak hama dan bereaksi yang ditunjukkanyaitu 20%,
mengurangi adanya reaksi untuk makin tinggi tingkat bereaksi hama makin
memakan daun timun yang sudah bagus kerja pestisida ekstrak bandotan
dicelupkan ekstrak bandotan.Pada yang diberikan pada hama kutu kuya.
perlakuan pestisida nabati, ekstrak Pada pengamatan tingkat diam,
bandotan memiliki senyawa metabolit perlakuan ektrak bandotan
sekunder seperti saponin, flavanoid, 9%menyebabkan peningkatan respon
polifenol dan minyak atsiri (Sianturi, diam pada hama, yaitu rata-rata 50%.
2009dalamHastuti, 2014). Senyawa Ekstrak bandotan yang diberikan pada
bioaktif yang terkandung dalam daun hama berfungsi untuk menekan
bandotan tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan hama. Senyawa alkaloid
sistem saraf otot hama. dan terpenoid sangat berpotensi sebagai
Persentase pengamatan tingkah penghambat makan dan bersifat toksik
laku kutu kuya perlakuan konsentrasi 9% sehingga menyebabkan hama
ekstrak bandotan diperoleh rata-rata cenderung diam. Gangguan metabolisme
makan kutu kuya yaitu sebesar 20% mungkin juga disebabkan karena
yang aktif makan.Pada hasil terdapatnya senyawa tanin dalam
pengamatan, kutu kuya yang memberi makanan yang dapat mengganggu
reaksi aktif di sekitar daun aktivitas enzim pencernaan hama (Dian
timundiperoleh nilai rata-rata yaitu 20%, Astriani, 2010). Ini berarti bahwa
pada pengamatan tingkah laku semakin tinggi konsentrasi ekstrak
diam,kutu kuya yang memberi respon menyebabkan kondisi tubuh hama
diam setelah diberikan perlakuan semakin lemah dan
ekstrak bandotan 9% memiliki nilai rata- mengakibatkanpenurunan nafsu makan
rata 50%. Hal ini disebabkanbandotan (Londer dan Shanshen, 1991 dalam
memiliki zat metabolit sekunder. Herminanto 2004).
Senyawa alkaloid dan terpenoid sangat Tanaman bandotan mengandung
berpotensi sebagai penghambat makan zat metabolit sekunder yang efektif
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 78-85 84

dijadikan pestisida nabati, bersifat hama cenderung diam. Zat metabolit


ramah lingkungan dimana ekstraknya yang berperan sangat aktif sehingga
mengandung senyawa alkoloid seperti bandotan dapat dijadikan sebagai salah
saponin, flavonoid, eugeonol, polifenol, satu alternatif pestisida nabati untuk
minyak atsiri yang dapat menekan menghambat hama kutu kuya adalah
aktivitas makan, reaksi negatif, dan diam senyawa saponin dan flavonoid.
hama setelah terkontaminasi dengan Senyawa ini mampu menekan hama
bandotan melalui makan hama sehingga untuk makan dan bereaksi negatif.

Jumlah Daun yang di Makan Hama Kutu Kuya

Tabel 5. Data Rata-Rata Hasil Timbangan Daun Timun (Cucumis sativu L.) yang
Diberikan pada Hama Kutu Kuya (Aulocaphora sp.)
Timbangan awal Timbangan akhir Berat yang dimakan
Perlakuan
(gram) (gram) (gram)
3% 10 5.4 4.6
6% 10 6.4 3.6
9% 10 7.1 2.9
Kontrol 10 3.0 7.0
Sumber : Data primer setelah diolah,2015

Hasil penelitian menunjukkan adalah sebagai penolak hama untuk


bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari merusak tanaman. Pada penelitian ini
perlakuan konsentrasi 9% ekstrak daun tidak ditemukan tingkat mortalitas pada
bandotan. Setelah perlakuan pemberian hama uji. Hal ini disebabkan oleh
ekstrak bandotan 9%diaplikasikan beberapa kemungkinan, salah satunya
kepada hama kutu kuya,penurunan yang adalah konsentrasi yang digunakan
sangat signifikan terjadi, berat awal yaitu masih rendah. Selain itu, waktu
10 gram dan setelah pemberian pengamatan relatif singkat sehingga
perlakuan mengalami penurunan berat diperlukan pengamatan yang lebih lama
menjadi rata-rata 2.9 gram. Pada yaitu lebih dari 72 jam. Grainge dalam
perlakuan konsentrasi 6%, berat Astriani (2010) bandotan mengandung
timbangan awal 10 gram, setelah beberapa senyawa pestisida seperti
dilakukan perlakuan pemberian ekstrak alkaloid, saponin, flavanoid, polifenol,
bandotan, berat mengalami penurunan sulfur dan tanin. Pestisida nabati dapat
dengan rata-rata menjadi 3.6 gram, membunuh atau mengganggu serangga
sedangkan setelah pemberian perlakuan hama melalui cara kerja yang unik yaitu
3% ekstrak daun bandotan penurunan dapat melalui perpaduan berbagai
menjadi menjadi 4.6 gram.Konsentrasi mekanisme atau secara tunggal
9% merupakan perlakuan terbaik (Anonim, 2010). Mortalitas yang terjadi
diantara konsentrasi yang diberikan pada mungkin disebabkan oleh perpaduan
hama, karena konsentrasi ini telah berbagai mekanisme tersebut. Pada
mampu menekan kemampuan makan penelitian ini, tidak ditemukan mortalitas
pada hama dan bertindak sebagai pada hama uji.
penolak hama (Alindatus, 2009). Sifat
pestisida ada beberapa, salah satunya
Sultan , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 77-85 85

KESIMPULAN Fakultas Agroindustri Universitas


Mercu Buana Yogyakarta.
Penggunaan ekstrak bandotan
mempunyai kemampuan dalam Krestini. E. H., Wiwin Setiawati., Ineu
mengendalikan hama kutu kuya dengan Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak
konsentrasi 9% dapat menekan Tumbuhan Babadotan (Ageratum
kemanpuan makan serta reaksi diam conyzoides),
pada hama kutu kuya dan hama kutu KIRINYUH(Eupatorium
kuya memakan, reaksi negatif dan diam odoretum),DAN
terendah pada konsentrasi 9%. TAGETES(Tagetes erecta)
Terhadap Mortalitas Hama Myzus
DAFTAR PUSTAKA
Persicae, Trialeurodes
Anonim. 2010. Mamfaat Bandotan. Vaporariorum, Dan Predator
2010/27/manfaat-bandotan-,html. Kumbang Cocci Menochillus
Diakses 10 Semptember 2015. sexmaculatus. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, JL.
Anonim. 2013a. Tumbuhan Untuk Bahan Tangkuban Parahu 517 Lembang,
Pestisida Nabati. alami.wordpress. Bandung.
go.id/2013/06/29/tumbuhan-
untuk-bahan-pestisida-nabati/. Herminanto. 2004. Potensi Ekstrak Biji
Diakses 14 Desember 2013. Srikaya (Annona squamosa L.)
untuk Mengendalikan Ulat Krop
Appendi. 2003. Kubis Crocidolomia Pavonana F.
repository.usu.ac.id/bitstream/123 1) Fakultas Pertanian UNSOED
456789/29325/1/Appendi.pdf. di 2) Alumnus Fakultas Pertanian
akses pada tanggal 22 oktober UNSOED.
2015.
Nur Alindatus. 2009. Pengaruh Ekstrak
Dewi Hastuti,Abdul Mujib, Mohamad, A. Daun Bintaro (Cerbera odollam)
S,. 2014. Uji Efektifitas Larutan terhadap Perkembangan Ulat
Pestisida Nabati Terhadap Grayak (Spodoptera litura F).
Hama Ulat Krop (Crocidolomia Jurusan Biologi, Fakultas
pavonana L.) Pada Tanaman Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Kubis (Brassica oleraceae) Alam, Institut Teknologi Sepuluh
1Jurusan Agroekoteknologi, Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman
Fakultas Pertanian, Universitas Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya e-mail: kristanti@bio.its.ac.id UPT
Jakarta, KM 04. Pakupatan, Proteksi Tanaman Pangan dan
Serang, Banten Korespondensi. Holtikultura Jawa Timur Jl.
Pagesangan II/58, Surabaya
Dian Astriani. 2010. pemanfaatan gulma 60233 Indonesia.
babadotan dan tembelekan
dalam pengendalian sitophillus
spp. pada benih jagung.
Program Studi Agroteknologi

Anda mungkin juga menyukai