2, Oktober 2017
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari beberapa macam rodentisida
sebagai pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di PT.
Tapian Nadenggan, Batu Ampar Estate, Kota Baru, Kalimantan Selatan dimulai dari bulan
Septembe 2016 sampai Oktober 2016. Percobaan disusun dengan rancangan acak lengkap berblok
RCBD (Randomized Complete Block Design) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah macam bahan aktif yang terdiri dari 2 jenis bahan aktif rodentisida yaitu
brodifakum dan kumatetralil. Faktor kedua adalah letak pemberian umpan yang terdiri dari 3 posisi
pemberian umpan yaitu umpan yang diletakkan di piringan menghadap pasar mati, umpan yang
diletakkan di piringan menghadap pasar pikul dan diantara ketiak pelepah. Akumulasi umpan
dimakan dan tikus mati yang paling banyak terdapat pada perlakuan rodentisida brodifakum yang
terletak di piringan menghadap pasar mati dan piringan menghadap pasar pikul. Perlakuan ini
efektif untuk mengendalikan hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
menyebabkan tanaman mati. Pada tanaman alat tulis untuk mencatat hasil data di
yang sudah menghasilkan, tikus makan lapangan. Bahan yang digunakan adalah
bagian mesokarp buah sekitar 4,29-13,6 g per rodentisida berbahan akif Brodifakum dengan
hari, kerusakan ini dapat menurunkan merek dagang Klerat dan Kumatetralil dengan
produksi sekitar 5% per tahun (Wood, 1984). merek dagang Tikumin.
Secara umum, upaya pengendalian Metode Penelitian
tikus pohon (R. tiomanicus ) sudah banyak Penelitian ini merupakan percobaan
dilakukan oleh manusia, baik secara non yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap
kimia maupun secara kimiawi terutama Berblok atau Randomized Complete Block
dengan menerapkan konsep pengendalian Design (RCBD) yang terdiri dari 2 faktor.
hama terpadu. Beberapa upaya pengendalian Faktor pertama adalah macam bahan aktif
yang dapat dilakukan terhadap tikus pohon yang terdiri dari 2 aras (Brodifakum dan
adalah dengan menggunakan musuh alami Kumatetralil). Faktor kedua adalah letak
(burung hantu, musang, dan ular), perangkap pemberian umpan yang terdiri dari 3 aras
perangkap hidup, mati, dan berperekat), (piringan menghadap pasar mati, piringan
mengatur jarak tanam agar tidak terlalu menghadap pasar pikul, dan ketiak pelepah)
rapat/berdekatan, melakukan sanitasi terhadap sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan
lingkungan sekitar, dan penggunaan bahan - dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri dari
bahan kimia (rodentisida dan fumigan) 64 pokok sampel, maka jumlah pokok sampel
(Priyambodo, 2003). keseluruhan yang akan digunakan untuk
Pengendalian tikus secara kimiawi melakukan penelitian yaitu 1152 pokok.
adalah dengan pemberian racun tikus yang Pelaksanaan Penelitian
bersifat akut dan antikoagulan, racun akut Penelitian ini meliputi persiapan
akan mematikan tikus setelah beberapa jam bahan, pemasangan umpan beracun dan
sedangkan racun antikoagulan mematikan pengamatan.Adapun persiapan dan
tikus setelah makan umpan beracun 3 – 5 hari. pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Kelemahan racun akut yaitu dapat membuat 1. Mempersiapkan bahan.
tikus menjadi jera sedangkan kelemahan Pemberian tanda pada tiap – tiap
racun antikoagulan yaitu tikus dapat perlakuan dengan menggunakan
memakan umpan beracun berkali – kali atau plang kayu yang telah disiapkan.
dalam jumlah banyak (Tjahjadi, 2000). 2. Melakukan sensus hama tikus sebagai
tingkat serangan awal sebelum
METODE PENELITIAN aplikasi hingga minggu terakhir.
Tempat dan Waktu Penelitian 3. Membuat rorak sebagai sumber air
Penelitian akan dilaksanakan di Batu bagi tikus agar mempermudah dalam
Ampar Estate (BAME) PT. Tapian pengamatan jumlah tikus yang mati,
Nadenggan (Sinarmas) di Kecamatan dibuat 3 kolam/rorak di samping
Kelumpang Hilir, Kabupaten Kota Baru, jalan pikul.
Propinsi Kalimantan Selatan. Dilaksanakan 4. Melakukan aplikasi umpan beracun
selama 2 bulan dari bulan September – yang telah disediakan serta
Oktober 2016. mengganti umpan yang telah
Alat dan Bahan dimakan setiap 3 hari sekali, dimulai
Alat yang digunakan dalam peneitian dari minggu ke 1 hingga minggu ke 8
ini adalah plang kayu sebagai penanda setiap 5. Pengamatan dilakukan 3 hari 1 kali (1
perlakuan, ember sebagai tempat penampung minggu 2 kali) selama 8 minggu (2
rodentisida yang akan diaplikasikan ke bulan) sesuai dengan yang telah
lapangan, cangkul sebagai alat pembuatan ditentukan.
kolam sumber air, terpal plastik sebagai 6. Jika pada pengamatan pertama
penahan air pada kolam penampung air, terdapat umpan yang telah dimakan
sarung tangan sebagai alat pelindung diri dan maka harus langsung digantikan
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Pada Gambar 3 terlihat bahwa menunjukan lebih dari 80% berupa daging
Kumatetralil yang terletak di ketiak pelepah buah (mesocarp) dan 15% serangga (Lubis,
(Kmtrl KP) memiliki akumulasi serangan 1992). Penggunaan rodentisida berbahan aktif
baru yang paling banyak,sedangkan brodifakum dan bromadiolon memiliki
brodifakum yang terletak di piringan efektivitas yang hampir sama jika rodentisida
menghadap ke gawangan mati memiliki ini diletakkan di piringan dimana letak
akumulasi serangan baru yang paling sedikit. pemberian umpan juga berpengaruh dalam
pengendalian hama tikus.
PEMBAHASAN Tikus dapat hidup di atas pohon, di
Hasil pengamatan di lapangan dan dari atas tanah melompat dari satu ke yang lainnya
hasil analisis yang telah dilakukan atau memanfaatkan daun tumpang tindih (
ditunjukkan bahwa brodifakum sedangkan Aryata, 2006). Menurut Sulistyo, (2010) tikus
kumatetralil kurang disukai oleh tikus. belukar merupakan jenis yang paling dominan
Jenis rodentisida brodifakum memiliki dan dapat dijumpai pada hampir semua
preferensi atau tingkat kesukaan terhadap perkebunan kelapa sawit. Tikus dapat
umpan yang paling banyak sesuai dengan bersarang di atas pohon atau pada tumpukan
hasil pengamatan dan analisis yang telah kayu atau daun - daun kering di atas tanah.
dilakukan, sedangkan kumatetralil kurang Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
disukai tikus. Brodifakum merupakan salah lapangan dan hasil analisis diketahui bahwa
satu rodentisida antikoagulan generasi II yang brodifakum yang diletakkan di piringan dapat
potensial, terutama efektif terhadap spesies menurunkan populasi tikus secara cepat
tikus (Aryata, 2006). Cara kerja racun ini dilihat dari hasil akumulasi tikus yang mati di
adalah dengan mengganggu kerja vitamin K lapangan.
dalam proses pembekuan darah. Hewan Perlakuan rodentisida brodifakum
pengerat dapat menyerap dosis yang yang diletakkan di piringan paling disukai
mematikan dengan hanya 50 mg/ kg bahan tikus hal ini disebabkan tikus lebih banyak
aktif (Oudejans, 1991). bersembunyi di balik tumpukan-tumpukan
Hasil pengamatan di lapangan dan dari pelepah yang terdapat di gawangan mati dan
hasil analisis yang telah di lakukan perlakuan ini juga menghasilkan rerata tikus
menunjukkan bahwa brodifakum yang mati yang paling banyak, sehingga perlakuan
diletakkan di piringan menghadap pasar mati ini sangat baik untuk pengendalian hama tikus
dan diletakkan di piringan menghadap pasar di lapangan.
pikul merupakan perlakuan dengan tingkat Jumlah serangan baru yang terjadi di
preferensi atau tingkat kesukaan terhadap lapangann selama 8 minggu menunjukkan
umpan yang paling banyak. bahwa akumulasi serangan baru yang paling
Dalam pengendalian hama tikus di banyak terjadi pada perlakuan kumatetralil
lapangan dengan tujuan dasar adalah yang ada di ketiak pelepah, pengaruh jenis
mengurangi populasi tikus di lapangan, bahan rodentisida mempengaruhi akumulasi
dimana hama tikus dapat mengurangi hasil tingkat serangan, jenis rodentisida yang
produksi maka diperlukan penggunanaan kurang disukai tikus yaitu rodentisida
rodentisida yang tepat untuk pengendalian kumatetralil memiliki serangan baru yang
hama tikus. Pada tanaman yang sudah paling banyak dan berbeda nyata
menghasilkan, tikus makan bagian mesokarp dibandingkan jenis rodentisida berbahan aktif
buah sekitar 4,29-13,6 g per hari, kerusakan brodifakum yang terletak di piringan.
ini dapat menurunkan produksi sekitar 5% per Untuk semua jenis rodentisida yang
tahun (Wood, 1984). Tikus juga dapat diletakkan di piringan memiliki rerata tikus
mengurangi produksi sampai 5% atau lebih mati dan akumulasi umpan yang dimakan
atau 240 kg minyak sawit/ha/tahun jika paling banyak dibandingkan dengan
populasi tikus mencapai 306 ekor/ha. Hasil rodentisida yang diletakkan di ketiak pelepah,
analisis lambung tikus yang dibedah dan untuk tiap jenis rodentisida yang
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017