Anda di halaman 1dari 9

JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.

2, Oktober 2017

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA MACAM RODENTISIDA TERHADAP


PENGENDALIAN TIKUS
(Rattus tiomanicus)
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Donni Eko Prihandino Basuki1, Idum Satia Santi2, Samsuri Tarmaja2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari beberapa macam rodentisida
sebagai pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di PT.
Tapian Nadenggan, Batu Ampar Estate, Kota Baru, Kalimantan Selatan dimulai dari bulan
Septembe 2016 sampai Oktober 2016. Percobaan disusun dengan rancangan acak lengkap berblok
RCBD (Randomized Complete Block Design) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah macam bahan aktif yang terdiri dari 2 jenis bahan aktif rodentisida yaitu
brodifakum dan kumatetralil. Faktor kedua adalah letak pemberian umpan yang terdiri dari 3 posisi
pemberian umpan yaitu umpan yang diletakkan di piringan menghadap pasar mati, umpan yang
diletakkan di piringan menghadap pasar pikul dan diantara ketiak pelepah. Akumulasi umpan
dimakan dan tikus mati yang paling banyak terdapat pada perlakuan rodentisida brodifakum yang
terletak di piringan menghadap pasar mati dan piringan menghadap pasar pikul. Perlakuan ini
efektif untuk mengendalikan hama tikus di perkebunan kelapa sawit.

Kata kunci : Kelapa Sawit, Tikus Belukar, Posisi umpan, Rodentis

PENDAHULUAN dari seluruh siklus hidup mata rantai sangat


Pengembangan perkebunan kelapa berguna dalam pengendalian hama dan
sawit mengalami kemajuan pesat karena penyakit yang efektif. Bagian yang dinilai
didukung oleh ketersediaan lahan dan kondisi paling lemah dari siklus hama dan penyakit
agroklimat yang sesuai. Tersedia lahan seluas merupakan titik kritis karena akan menjadi
26,3 juta hektar yang tersebar di pulau dasar acuan untuk pengembilan keputusan
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, pengendaliannya (Pahan, 2008).
sedangkan luas perkebunan kelapa sawit Tikus merupakan salah satu satwa liar
sudah mencapai 8,4 juta hektar (Wirianata, yang menjadi hama penting dalam kehidupan
2013). manusia, baik dalam bidang pertanian,
Tanaman kelapa sawit tidak luput dari perkebunan, permukiman, dan juga kesehatan.
ancaman serangan hama dan penyakit. Hal ini Pada bidang pertanian dan perkebunan, tikus
patut disadari mengingat terjadinya perubahan menyebabkan kerusakan pada hampir semua
ekologis yang sangat drastis dimana vegetasi jenis tanaman termasuk kelapa sawit. Jenis
semula sudah berganti dengan vegetasi lain, tikus pohon (R. tiomanicus) terutama
sehingga memungkinkan terjadinya mengakibatkan kerusakan pada pertanaman
perpindahan dari luar ke areal pertanaman kelapa dan kelapa sawit. Pada pertanaman
(Lubis, 1992). kelapa, kerusakan yang ditimbulkan dapat
Pengendalian hama dan penyakit mencapai 100%. Hasil penelitian
tanaman pada hakikatnya merupakan upaya menunjukkan bahwa di dalam perut tikus
untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh pohon dapat ditemukan sekitar 83% sisa
karena itu, konsep pengendaliannya dimulai kelapa. Pada pertanaman kelapa sawit, tikus
dari pengenalan dan pemahaman terhadap pohon merusak tanaman yang masih muda
siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. dengan cara mengerat pelepah daun dan
Pengetahuan terhadap bagian paling lemah memakan titik tumbuh tanaman sehingga
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

menyebabkan tanaman mati. Pada tanaman alat tulis untuk mencatat hasil data di
yang sudah menghasilkan, tikus makan lapangan. Bahan yang digunakan adalah
bagian mesokarp buah sekitar 4,29-13,6 g per rodentisida berbahan akif Brodifakum dengan
hari, kerusakan ini dapat menurunkan merek dagang Klerat dan Kumatetralil dengan
produksi sekitar 5% per tahun (Wood, 1984). merek dagang Tikumin.
Secara umum, upaya pengendalian Metode Penelitian
tikus pohon (R. tiomanicus ) sudah banyak Penelitian ini merupakan percobaan
dilakukan oleh manusia, baik secara non yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap
kimia maupun secara kimiawi terutama Berblok atau Randomized Complete Block
dengan menerapkan konsep pengendalian Design (RCBD) yang terdiri dari 2 faktor.
hama terpadu. Beberapa upaya pengendalian Faktor pertama adalah macam bahan aktif
yang dapat dilakukan terhadap tikus pohon yang terdiri dari 2 aras (Brodifakum dan
adalah dengan menggunakan musuh alami Kumatetralil). Faktor kedua adalah letak
(burung hantu, musang, dan ular), perangkap pemberian umpan yang terdiri dari 3 aras
perangkap hidup, mati, dan berperekat), (piringan menghadap pasar mati, piringan
mengatur jarak tanam agar tidak terlalu menghadap pasar pikul, dan ketiak pelepah)
rapat/berdekatan, melakukan sanitasi terhadap sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan
lingkungan sekitar, dan penggunaan bahan - dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri dari
bahan kimia (rodentisida dan fumigan) 64 pokok sampel, maka jumlah pokok sampel
(Priyambodo, 2003). keseluruhan yang akan digunakan untuk
Pengendalian tikus secara kimiawi melakukan penelitian yaitu 1152 pokok.
adalah dengan pemberian racun tikus yang Pelaksanaan Penelitian
bersifat akut dan antikoagulan, racun akut Penelitian ini meliputi persiapan
akan mematikan tikus setelah beberapa jam bahan, pemasangan umpan beracun dan
sedangkan racun antikoagulan mematikan pengamatan.Adapun persiapan dan
tikus setelah makan umpan beracun 3 – 5 hari. pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Kelemahan racun akut yaitu dapat membuat 1. Mempersiapkan bahan.
tikus menjadi jera sedangkan kelemahan Pemberian tanda pada tiap – tiap
racun antikoagulan yaitu tikus dapat perlakuan dengan menggunakan
memakan umpan beracun berkali – kali atau plang kayu yang telah disiapkan.
dalam jumlah banyak (Tjahjadi, 2000). 2. Melakukan sensus hama tikus sebagai
tingkat serangan awal sebelum
METODE PENELITIAN aplikasi hingga minggu terakhir.
Tempat dan Waktu Penelitian 3. Membuat rorak sebagai sumber air
Penelitian akan dilaksanakan di Batu bagi tikus agar mempermudah dalam
Ampar Estate (BAME) PT. Tapian pengamatan jumlah tikus yang mati,
Nadenggan (Sinarmas) di Kecamatan dibuat 3 kolam/rorak di samping
Kelumpang Hilir, Kabupaten Kota Baru, jalan pikul.
Propinsi Kalimantan Selatan. Dilaksanakan 4. Melakukan aplikasi umpan beracun
selama 2 bulan dari bulan September – yang telah disediakan serta
Oktober 2016. mengganti umpan yang telah
Alat dan Bahan dimakan setiap 3 hari sekali, dimulai
Alat yang digunakan dalam peneitian dari minggu ke 1 hingga minggu ke 8
ini adalah plang kayu sebagai penanda setiap 5. Pengamatan dilakukan 3 hari 1 kali (1
perlakuan, ember sebagai tempat penampung minggu 2 kali) selama 8 minggu (2
rodentisida yang akan diaplikasikan ke bulan) sesuai dengan yang telah
lapangan, cangkul sebagai alat pembuatan ditentukan.
kolam sumber air, terpal plastik sebagai 6. Jika pada pengamatan pertama
penahan air pada kolam penampung air, terdapat umpan yang telah dimakan
sarung tangan sebagai alat pelindung diri dan maka harus langsung digantikan
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

dengan umpan baru, begitu pula baris tanaman yang diaplikasikan


seterusnya hingga minggu kedelapan. umpan beracun yang diamati.
Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa HASIL DAN ANALISIS HASIL
parameter berikut yaitu : Data hasil pengamatan dianalisis
1. Umpan dimakan dengan sidik ragam (analysis of variance)
Menghitung jumlah umpan beracun pada jenjang nyata 5%, apabila ada beda
pada tiap perlakuan dan ulangan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak
yang telah dimakan atau hilang berganda Duncan ( Duncan Multiple Range
setiap 3 hari setelah pengumpanan. Test ) pada jenjang 5%.
2. Tikus mati Umpan dimakan
Menghitung jumlah tikus yang Akumulasi umpan yang dimakan
ditemukan mati akibat umpan merupakan jumlah rodentisida yang hilang
beracun setiap 3 hari sekali. Tikus atau dimakan pada saaat pengumpanan pada
yang dihitung adalah yang terlihat di 64 titik umpan ( 2 baris tanaman), dihitung
piringan, pasar pikul dan di sekitar mulai awal pemasangan umpan sampai akhir
rorak yang telah dibuat. penelitian. Pengamatan dilakukan di setiap
3. Tingkat Serangan pokok sampel dan penghitungan umpan
Menghitung jumlah kerusakan baru dimakan pada tiap perlakuan dan ulangan
yang ditimbulkan pada tandan buah dilakukan setiap 3 hari di tempat peletakkan
kelapa sawit saat panen dan umpan dan jika terdapat umpan yang dimakan
pengamatan dilakukan 7 hari sekali diganti dengan umpan yang baru.
setiap rotasi panen. Hanya buah pada

Tabel 1. Akumulasi umpan dimakan selama 8 minggu

Rodentisida Letak Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Jumlah Rerata


Piringan Menghadap
Pasar Mati P1 285 299 308 892 297,33a
Brodifakum Piringan Menghadap
Pasar Pikul P2 202 214 254 670 223,33c
Ketiak Pelepah P3 74 73 73 220 73,33d
Piringan Menghadap
Pasar Mati P4 44 49 43 136 45,33de
Kumatrelalil Piringan Menghadap
Pasar Pikul P5 43 37 53 133 44,33de
Ketiak Pelepah P6 33 37 40 110 36,67e
Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
atau sama efektifnya berdasarkan uji DMRT dengan jenjang 5%

Gambar 1. Jumlah umpan yang dimakan setelah 8 minggu


JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

Brodifakum yang terletak di piringan paling disukai tikus sedangkan untuk


menghadap ke pasar mati memiliki jumlah perlakuan kumatetralil yang terletak di ketiak
umpan dimakan yang paling banyak, atau pelepah memiliki jumlah umpan yang
merupakan perlakuan dengan umpan yang dimakan paling sedikit
Untuk melihat umpan yang dimakan
per 3 hari pengamatan dari berbagai perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Jumlah umpan dimakan berdasarkan pengamatan per 3 hari

Pada Gambar 1 terlihat bahwa Akumulasi tikus mati merupakan


brodifakum yang terletak di piringan jumlah tikus yang mati pada saaat
menghadap pasar mati (P1) dan brodifakum pengamatan setiap 3 hari di setiap satuan
yang terletak di piringan menghadap ke pasar perlakuan (2 baris tanaman). Tikus yang
pikul (P2) memiliki penurunan umpan yang dihitung adalah yang terlihat di piringan,
dimakan paling cepat. Sedangkan kombinasi pasar pikul dan di sekitar kolam/rorak yang
perlakuan lainnya memiliki penurunan umpan telah dibuat yang dihitung dari awal
yang dimakan lebih lambat. penelitian sampai akhir penelitian.
Tikus Mati

Tabel 2. Akumulasi tikus mati selama 8 minggu.


Rodentisida Letak Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Jumlah Rerata
Piringan Menghadap
Pasar Mati P1 99 105 102 306 102,00a
Piringan
Brodifakum Menghadap Pasar
Pikul P2 92 105 127 324 108,00a
Ketiak Pelepah P3 38 36 35 109 36,33b
Piringan Menghadap
Pasar Mati P4 21 23 20 64 21,33bc
Piringan
Kumatrelalil Menghadap Pasar
Pikul P5 13 16 25 54 18,00bc
Ketiak Pelepah P6 10 15 14 39 13,00c
Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda
nyata atau sama efektifnya berdasarkan uji DMRT dengan jenjang 5%.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

Gambar 3. Jumlah tikus mati setelah 8 minggu

Berdasarkan Uji Duncan terhadap lapangan. Perlakuan kumatetralil yang


akumulasi tikus mati bahwa brodifakum yang terletak di ketiak pelepah memiliki jumlah
terletak di piringan menghadap pasar mati, tikus mati yang paling sedikit
brodifakum yang terletak di piringan Untuk melihat jumlah tikus mati per 3
menghadap pasar pikul memiliki jumlah tikus hari pengamatan dari berbagai perlakuan
mati yang paling banyak, sehingga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
ini sangat efektif untuk pengendalian tikus di

Gambar 4. Jumlah tikus mati berdasarkan pengamatan per 3 hari

Pada Gambar 2 terlihat bahwa Serangan baru


brodifakum yang terletak di piringan Akumulasi serangan baru merupakan
menghadap pasar mati (P1) dan brodifakum jumlah kerusakan baru yang ditimbulkan pada
yang terletak di piringan menghadap ke pasar tandan buah kelapa sawit saat panen dan
pikul (P2) memiliki akumulasi tikus mati pengamatan dilakukan 7 hari sekali setiap
yang paling banyak dan setiap minggu rotasi panen. Hanya buah pada baris tanaman
mengalami penurunan tikus mati. Sedangkan yang diaplikasikan umpan beracun yang
kombinasi perlakuan lainnya memiliki diamati. Pengamatan dilakukan dari awal
akumulasi tikus mati yang lebih sedikit. penelitian sampai akhir penelitian
.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

Tabel 3. Akumulasi serangan baru selama 8 minggu.


Rodentisida Letak Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Jumlah Rerata
Piringan Menghadap
Pasar Mati (L1) P1 89 79 87 255 85,00f
Brodifakum Piringan Menghadap
(R1) Pasar Pikul (L2) P2 122 111 85 318 106,00ef
Ketiak Kelepah (L3) P3 167 149 145 461 153,67bc
Piringan Menghadap
Pasar Mati (L1) P4 113 126 99 338 112,57de
Kumatrelalil Piringan Menghadap
(R2) Pasar Pikul (L2) P5 134 147 147 428 142,67c
Ketiak Kelepah (L3) P6 198 192 199 589 196,33a
Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata atau
sama efektifnya berdasarkan uji DMRT dengan jenjang 5%.

Gambar 5. Jumlah serangan baru pada TBS setelah 8 minggu

Kumatetralil yang terletak di ketiak Sedangkan brodifakum yang terletak di


pelepah (P6) memiliki jumlah tingkat piringan menghadap gawangan mati (P1)
serangan baru yang paling banyak dengan memiliki jumlah serangan baru yang.
hasil kerusakan baru yang banyak Untuk melihat akumulasi serangan
menunjukkan bahwa kumatetralil yang baru setiap minggu dari berbagai perlakuan
diletakkan di ketiak pelepah tidak efektif dapat dilihat pada Gambar 3.
untuk pengendalian hama tikus di lapangan.

Gambar 6. Jumlah serangan baru berdasarkan pengamatan per 3 hari


JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

Pada Gambar 3 terlihat bahwa menunjukan lebih dari 80% berupa daging
Kumatetralil yang terletak di ketiak pelepah buah (mesocarp) dan 15% serangga (Lubis,
(Kmtrl KP) memiliki akumulasi serangan 1992). Penggunaan rodentisida berbahan aktif
baru yang paling banyak,sedangkan brodifakum dan bromadiolon memiliki
brodifakum yang terletak di piringan efektivitas yang hampir sama jika rodentisida
menghadap ke gawangan mati memiliki ini diletakkan di piringan dimana letak
akumulasi serangan baru yang paling sedikit. pemberian umpan juga berpengaruh dalam
pengendalian hama tikus.
PEMBAHASAN Tikus dapat hidup di atas pohon, di
Hasil pengamatan di lapangan dan dari atas tanah melompat dari satu ke yang lainnya
hasil analisis yang telah dilakukan atau memanfaatkan daun tumpang tindih (
ditunjukkan bahwa brodifakum sedangkan Aryata, 2006). Menurut Sulistyo, (2010) tikus
kumatetralil kurang disukai oleh tikus. belukar merupakan jenis yang paling dominan
Jenis rodentisida brodifakum memiliki dan dapat dijumpai pada hampir semua
preferensi atau tingkat kesukaan terhadap perkebunan kelapa sawit. Tikus dapat
umpan yang paling banyak sesuai dengan bersarang di atas pohon atau pada tumpukan
hasil pengamatan dan analisis yang telah kayu atau daun - daun kering di atas tanah.
dilakukan, sedangkan kumatetralil kurang Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
disukai tikus. Brodifakum merupakan salah lapangan dan hasil analisis diketahui bahwa
satu rodentisida antikoagulan generasi II yang brodifakum yang diletakkan di piringan dapat
potensial, terutama efektif terhadap spesies menurunkan populasi tikus secara cepat
tikus (Aryata, 2006). Cara kerja racun ini dilihat dari hasil akumulasi tikus yang mati di
adalah dengan mengganggu kerja vitamin K lapangan.
dalam proses pembekuan darah. Hewan Perlakuan rodentisida brodifakum
pengerat dapat menyerap dosis yang yang diletakkan di piringan paling disukai
mematikan dengan hanya 50 mg/ kg bahan tikus hal ini disebabkan tikus lebih banyak
aktif (Oudejans, 1991). bersembunyi di balik tumpukan-tumpukan
Hasil pengamatan di lapangan dan dari pelepah yang terdapat di gawangan mati dan
hasil analisis yang telah di lakukan perlakuan ini juga menghasilkan rerata tikus
menunjukkan bahwa brodifakum yang mati yang paling banyak, sehingga perlakuan
diletakkan di piringan menghadap pasar mati ini sangat baik untuk pengendalian hama tikus
dan diletakkan di piringan menghadap pasar di lapangan.
pikul merupakan perlakuan dengan tingkat Jumlah serangan baru yang terjadi di
preferensi atau tingkat kesukaan terhadap lapangann selama 8 minggu menunjukkan
umpan yang paling banyak. bahwa akumulasi serangan baru yang paling
Dalam pengendalian hama tikus di banyak terjadi pada perlakuan kumatetralil
lapangan dengan tujuan dasar adalah yang ada di ketiak pelepah, pengaruh jenis
mengurangi populasi tikus di lapangan, bahan rodentisida mempengaruhi akumulasi
dimana hama tikus dapat mengurangi hasil tingkat serangan, jenis rodentisida yang
produksi maka diperlukan penggunanaan kurang disukai tikus yaitu rodentisida
rodentisida yang tepat untuk pengendalian kumatetralil memiliki serangan baru yang
hama tikus. Pada tanaman yang sudah paling banyak dan berbeda nyata
menghasilkan, tikus makan bagian mesokarp dibandingkan jenis rodentisida berbahan aktif
buah sekitar 4,29-13,6 g per hari, kerusakan brodifakum yang terletak di piringan.
ini dapat menurunkan produksi sekitar 5% per Untuk semua jenis rodentisida yang
tahun (Wood, 1984). Tikus juga dapat diletakkan di piringan memiliki rerata tikus
mengurangi produksi sampai 5% atau lebih mati dan akumulasi umpan yang dimakan
atau 240 kg minyak sawit/ha/tahun jika paling banyak dibandingkan dengan
populasi tikus mencapai 306 ekor/ha. Hasil rodentisida yang diletakkan di ketiak pelepah,
analisis lambung tikus yang dibedah dan untuk tiap jenis rodentisida yang
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

diletakkan di piringan memiliki tingkat rodentisida dengan berbahan aktif


serangan baru yang lebih kecil dibandingkan kumatetralil kurang efektif untuk
yang diletakkan di ketiak pelepah. mengendalikan tikus di lapangan.
Konsetrasi dari tiap jenis rodentisida
mempengaruhi juga akumulasi umpan yang
dimakan, rodentisida dengan kadar bahan aktf DAFTAR PUSTAKA
yang lebih rendah lebih disukai tikus aktif Aryata RY. 2006. Preferensi Makan Tikus
brodifakum dan hijau, dengan konsentrasi Pohon (Rattus tiomanicus) terhadap
0.005%, , kumatetralil berwarna biru dengan umpan dan rodentisida [skripsi].
konsentrasi 0.0375% (Aryata, 2006). Dari Bogor: Departemen Proteksi
konsentrasi tiap jenis rodentisida dan dilihat Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
dari hasil analisis bahwa jenis rodentisida Pertanian Bogor.
brodifakum lebih disukai tikus karena Anonim. 2007. Pengelolaan Gulma, Hama,
memiliki konsentrasi bahan aktif yang lebih dan Penyakit Kelapa Sawit. Sinarmas
rendah yaitu 0,005% dibandingkan dengan Group. Jakarta.
jenis rodentisida kumatetralil dengan Bennett, Stuart M. 2012. Brodifacoum.
konsentrasi bahan aktif 0,0375%. Piedpiper: http://www.the-
Penggunaan rodentisida yang tepat piedpiper.co.uk/th15(k).htm. 6
berpengaruh secara nyata terhadap penurunan februari 2016.
akumulasi serangan baru yang ditandai Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa,
dengan berkurangnya juga populasi tikus dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit:
yang terdapat dilapangan, karena tikus Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
merupakan salah satu hama yang sangat Limbah, Analisis Usaha dan
merugikan tanaman kelapa sawit karena dapat Pemasaran. Penerbit Penebar
menurunkan produksi. Penanganan dengan Swadaya. Jakarta.
pemberian rodentisida yang tepat sangat Hendarjanti, Henny. 2013.
efektif dalam pengendalian hama tikus di LebihTepatPengendalianTerpadu.
perkebunan kelapa sawit. Sawit Indonesia Vol. IIEdisi 22 Hal. 8,
15 Agustus – 15 September 2013.
KESIMPULAN Lubis, A.U, 1992. Kelapa Sawit (Elaeis
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat
maka dapat diambil kesimpulan sebagai Penelitian Perkebunan Marihat Bandar
berikut: Kuala. Marihat Ulu: Pematang Siantar.
1. Rodentisida dengan bahan aktif Lubis, Rustam E. dan Widanarko, A. 2011.
Brodifakum yang diletakkan di Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia
piringan menghadap gawangan mati Pustaka. Jakarta
memiliki akumulasi umpan terbanyak Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2005.
dimakan dibandingkan perlakuan Manajemen Agribisnis kelapa sawit.
lainnya. Gadjah Mada. University Press.
2. Rodentisida dengan bahan aktif Yogyakarta.
Brodifakum yang diletakkan di Martodiputro, Salam. 2013.
piringan menghadap gawangan mati TikusTerkendaliProduksiKebunAman.
dan diletakkan di piringan menghadap Sawit Indonesia Vol. II Edisi 22 Hal.
pasar pikul memiliki akumulasi tikus 14, 15 Agustus – 15 September 2013.
mati terbanyak dibandingkan Maruli, Pardamean. 2008. Panduan Lengkap
perlakuan lainnya. Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
3. Rodentisida dengan bahan aktif Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta
Kumatetralil yang diletakkan di ketiak Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap
pelepah memiliki tingkat serangan Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis
baru terbanyak menunjukkan bahwa
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017

dari Hulu Hinnga Hilir. Penebar Sunarjo, P. I. 1992. Pengendalian Kimiawi


Swadaya, Bogor. Hama Tikus. InstitutPertanian Bogor.
Prakash I. 1988. Rodent Pest Management. Bogor.
United States: CRC Press.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tjahjadi, N. 1989. Hama Dan Penyakit
Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar Tanaman.Kanisius. Yogyakarta.
Swadaya. Untung, Kasumbogo. 1993. Pengantar
Purba, Y , Rolettha; Susanto, Agus; Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah
Prawirosukarto, Sudharto. 2005 . Mada University Press, Yogyakarta.
Hama-Hama Kelapa Sawit. PPKS. Widodo, Bambang S. 2000.
Medan. BurungHantuPengendaliTikusAlami.
Setyamidjajaja, Djoehana. 1991. Budidaya Kanisius. Yogyakarta.
Kelapa Sawit, Kanisius. Yogyakarta. Wirianata Herry. 2013. Dasar-dasar
Sugiarman. 2013. Solusi Terbaru Kendalikan Agronomi Kelapa Sawit. Institut
Tikus. Sawit Indonesia Vol. 2 Edisi 22 Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Hal. 10, 15 Agustus – 15 September Wood BJ. 1984. A long term study of R.
2013. tiomanicus miller. Population in an
Sulistyo, Bambang., AmirPurba, Oil Palm Plantation in Johore,
DonaldSiahaan, Johan Efendi, Malaysia. Study Method and
danAbubakarSidik. 2010. Population Site without Control.
BudidayaKelapaSawit. BalaiPustaka. Journal of Applied Ecology.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai