Anda di halaman 1dari 40

OPT TANAMAN

KELAPA SAWIT DAN TEKNIK


PENGENDALIANNYA
ANDIRIDWAN
Ulat Api merupakan serangga yang berasal dari Ordo Lepidoptera dan Famili Limacodidae.
Terdapat empat spesies Ulat Api yang umum menyerang Kelapa Sawit, yaitu: Setothosea
asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Parasa lepida.
GAMBAR 1,. EMPAT JENIS ULAT API YANG UMUM
MENYERANG KELAPA SAWIT
Penyebutan Ulat Api pada OPT ini disebabkan oleh struktur seperti duri-duri yang
menyelubungi tubuhnya mengandung toksin yang dapat menimbulkan rasa gatal, sakit, dan
sensasi seperti terbakar apabila tersentuh kulit (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2016).
• Prawirosukarto (2002) menyebutkan bahwa kerusakan daun yang ditimbulkan oleh Ulat
Api terhadap Tanaman Menghasilkan (TM) berumur 8 tahun dapat menurunkan produksi
hingga 30-40% setelah 2 tahun terjadinya serangan. Sedangkan pada Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) berumur 1 tahun, serangan Ulat Api dapat menurunkan produksi
hingga 12-24% setelah 2 tahun terjadinya serangan.
Ulat Api menyerang bagian daun Kelapa Sawit dan mampu menghabiskan daun hingga
helaian daun berlubang atau habis hingga meninggalkan bagian yang dekat dengan tulang
daun. Kehilangan daun dapat mencapai 90% per pelepah daun seperti yang terlihat pada
gambar 2. Hal tersebut dapat mengganggu terjadinya proses fotosintesis pada tanaman
sehingga menghambat proses pembentukan bunga dan buah yang berdampak pada
penurunan kualitas, produksi, dan produktivitas Kelapa Sawit (Direktorat Perlindungan
Perkebunan, 2016).
Gambar 2. Daun Kelapa Sawit yang terserang hama Ulat Api
Dalam rangka pengendalian hama ulat api yang sudah eksplosif maka tindakan cepat perlu
segera dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih besar dan mengingat serangan
dapat meluas serta menghabiskan seluruh daun kelapa sawit yang ada. Tindakan cepat yang
perlu dilakukan adalah penyemprotan insektisida kimia (fongging) dengan insektisida
berbahan aktif dari golongan piretroid sintetis seperti Deltamethrin (Decis) yang bersifat
racun kontak dan lambung.
Insektisida ini diaplikasikan pada masa larva mulai instar dua, tiga, empat dan lima. Pada
fase instar kelima, lapisan lilin ulat api sudah menebal, sehingga diperlukan jumlah produk
dengan konsentrasi yang lebih tinggi (Hendro dan Qayuum, 2012).
Aplikasi dilakukan dengan cara fogging pada sore hingga malam hari yaitu saat imago dan
ulat sedang aktif.
Untuk pencegahan dan pengendalian jangka panjang beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh petani/pemilik kebun kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan (monitoring) untuk sensus populasi
a. Pengamatan global - Dilakukan setiap bulan walaupun tidak ada serangan ulat api -
Jumlah sampel minimal 2 pelepah (pelepah daun atas dan tengah)/1 pohon/ha, lebih banyak
pelepah dan pohon yang diamati maka akan semakin baik. - Dihitung jumlah ulat (larva)
pada setiap pelepah, populasi kritis (5-10 ulat/pelepah). - Melaporkan hasil pengamatan
kepada petugas UPPT.
b. Pengamatan efektif
- Dilakukan hanya pada blok dengan populasi di atas pada populasi kritis (5-10
ulat/pelepah)
- Jumlah sampel minimal 5 pelepah/5 pohon sampel/ha, lebih banyak pelepah dan pohon
yang diamati maka akan semakin baik
- Pengamatan efektif dilakukan setelah dicapai populasi kritis
- Bila populasi ulat melebihi populasi kritis berarti populasi telah melebihi Ambang
Ekonomi (AE) hama tersebut
2. Pengendalian secara fisik/mekanis
a. Pengutipan dan pemusnahan ulat (instar 1-7) pada daun-daun yang terjangkau.
b. b. Pengutipan ulat (instar 8-9) dan kepompong yang terdapat di sekitar piringan pohon.
c. Sanitasi dan pengendalian gulma khususnya di piringan pohon agar mudah mencari ulat
dan kepompong.
3. Pengendalian hayati menggunakan mikroorganisme entomopatogenik
Pemanfaatan mikroorganisme entomopatogenik dapat mengurangi atau bahkan
menggantikan insektisida kimia sintetis. Khususnya untuk pencegahan atau pengendalian
jangka panjang. Pengendalian ulat api menggunakan bahan alami terbukti lebih efektif dan
efisien (hanya 7% dari biaya pengendalian secara kimiawi).
KUMBANG TANDUK (ORYCTES RHINOCEROS)
Kumbang tanduk adalah jenis kumbang yang tersebar luas di Asia Tenggara dan termasuk
terbesar di dunia aktif pada malam hari, biasanya menempel pada pucuk daun, menyerap
cairan dan merusak jaringan daun yang masih muda.
Kumbang tanduk betina bertelur dan berkembang biak di berbagai tempat antara lain tempat
sampah, daun-daun yang telah membusuk, daun-daun yang telah mengering dan cercahan
sampah kayu dari palem, pupuk kandang atau kompos batang kelapa yang telah membusuk,
dan serbuk kayu yang dekat dengan pohon kelapa.
Data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menyebutkan batang kelapa sawit dan
kelapa yang membusuk adalah tempat terbaik untuk hidup larva kumbang tanduk. Seekor
kumbang betina mampu bertelur sebanyak 35-75 butir atau lebih.
kumbang menyerang pada bagian daun pada saat daun masih berbentuk daun tombak. Ini
sebabnya pada saat daun membuka, daun akan membentuk huruf V, terbalik. Selain itu,
Oryctes juga menyerang umbut atau titik tumbuh yang dapat mematikan tanaman. 
PENYAKIT

Bercak Daun merupakan salah satu penyakit utama pada pembibitan kelapa sawit, sebagai
akibat serangan patogen Curvularia sp.,mula -mula menyerang daun pupus yang belum
membuka atau dua daun termuda yang sudah membuka. Tampak bercak bulat kecil, warna
kuning tembus cahaya. Bercak membesar, warna pusat bercak menjadi coklat muda dan
tampak mengendap (melekuk). Bercak dikelilingi oleh halo yang berwarna jingga
kekuningan. Penyakit ini mampu menghambat pertumbuhan bibit.
PENYAKIT INI MERUPAKAN SALAH SATU PENYAKIT UTAMA PADA
PEMBIBITAN KELAPA SAWIT, YANG DIAKIBATKAN SERANGAN
PATOGEN CURVULARIA SP.
PENGELOLAAN GULMA PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT
Pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan
pada 2 (dua) tempat, yaitu di piringan dan di gawangan (interrow).
Ada 3 jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu : Alang-alang Gulma umum
atau General Weed (GW) dan Tumbuhan pengganggu lainnya: anak kayu,
pakis, dll.
Tujuan pemberantasan alang-alang adalah untuk menghentikan
perkembangbiakannya, karena : perkembangan populasinya sangat cepat
(dengan bunga dan rhizome) ditinjau dari segi penyediaan bahan organik,
lalang tidak memberikan kontribusi pada kondisi populasi yang tinggi, sangat
berperanan penyulut kebakaran menyerap unsur hara dan air yang disimpan
di rhizome
Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan : mengurangi kompetisi unsur
hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar
piringan/pokok. untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. untuk
mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan.
memudahkan pengutipan brondolan (menekan loses brondolan).
Tujuan pengendalian gulma di gawangan : mengurangi kompetisi hara, air dan
sinar matahari mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke
gawangan lain menekan populasi hama (terutama pada TBM)
PERHATIAN :Tidak semua gulma di gawangan harus diberantas, misalnya pakis
Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata
yang dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit
(beneficial plant). Selain itu tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) dapat
mendorong terjadinya kelembaban tanah yang rendah dan erosi tanah yang
amat sangat merugikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai