Ulat api merupakan salah satu hama penting tanaman kelapa sawit.
Terdapat banyak spesies ulat api yang menyerang pertanaman kelapa sawit di
Sumatera Utara antara lain: Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima,
Birthosea bisura, dll. Hasil pengamatan Kepala Unit Pembinaan Perlindungan
Tanaman (UPPT) Damuli Kabupaten Labuhanbatu Utara menunjukkan bahwa
pada Bulan Januari 2013, terdapat eksplosif serangan hama ulat api di
perkebunan kelapa sawit milik petani di Dusun X Desa Bandar Manis Desa
Kuala Beringin Kecamatan Kualuh Hulu dengan luas serangan berat 50 Ha
dan ringan 100 Ha. Jenis ulat yang menyerang adalah Setothosea asigna
terlihat dari morfologi ulat yaitu ulat berwarna hijau kekuningan dengan bercak-
bercak yang khas di punggungnya.
Berikut ini biologi dari Setothosea asigna (Purba, dkk., 2005) tersebut:
- Ulat berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di
punggungnya;
- Panjang ulatnya 30-36 mm dan lebarnya 14 mm;
- Telur diletakkan berderet 3-4 baris pada permukaan bawah daun. Stadia
telur 6 hari. Jumlah telur yang bisa dihasilkan betina sebanyak 300-400 butir.
- Seekor ulat mampu memakan 300-500 cm daun. Stadia ulat lamanya 50
hari;
1
- Kepompong umumnya berada sedikit di bawah permukaan tanah. Stadia
kepompong 35-40 hari.
Gambar 2. Daun-daun kelapa sawit melidi karena habis dimakan ulat api
Sumber: Laboratorium Lapangan BBP2TP Medan (2011).
Dalam rangka pengendalian hama ulat api yang sudah eksplosif maka
tindakan cepat perlu segera dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih
besar dan mengingat serangan dapat meluas serta menghabiskan seluruh
daun kelapa sawit yang ada. Tindakan cepat yang perlu dilakukan adalah
penyemprotan insektisida kimia (fongging) dengan insektisida berbahan aktif
dari golongan piretroid sintetis seperti Deltamethrin (Decis) yang bersifat racun
kontak dan lambung. Insektisida ini diaplikasikan pada masa larva mulai instar
dua, tiga, empat dan lima. Pada fase instar kelima, lapisan lilin ulat api sudah
menebal, sehingga diperlukan jumlah produk dengan konsentrasi yang lebih
tinggi (Hendro dan Qayuum, 2012). Aplikasi dilakukan dengan cara fogging
pada sore hingga malam hari yaitu saat imago dan ulat sedang aktif.
2
Symfog Fulsfog K-22 Bio
b. Pengamatan efektif
- Dilakukan hanya pada blok dengan populasi di atas pada populasi kritis
(5-10 ulat/pelepah)
- Jumlah sampel minimal 5 pelepah/5 pohon sampel/ha, lebih banyak
pelepah dan pohon yang diamati maka akan semakin baik
- Pengamatan efektif dilakukan setelah dicapai populasi kritis
- Bila populasi ulat melebihi populasi kritis berarti populasi telah melebihi
Ambang Ekonomi (AE) hama tersebut.
3
2. Pengendalian secara fisik/mekanis
a. Pengutipan dan pemusnahan ulat (instar 1-7) pada daun-daun yang
terjangkau.
b. Pengutipan ulat (instar 8-9) dan kepompong yang terdapat di sekitar
piringan pohon.
c. Sanitasi dan pengendalian gulma khususnya di piringan pohon agar
mudah mencari ulat dan kepompong.
4
Untuk mengembangkan parasitoid dan predator petani perlu menanam
tanaman yang dapat dijadikan sumber pakan (nektar), sebagai tempat tinggal
serta berlindung. Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan) juga dapat
mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.
Jenis-jenis parasitoid dan predator serta tanaman sumber pakan dan
tempat tinggal yang sudah dikenal dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
5
Gambar 5. Turnera subulata (bunga berwarna putih)
Sumber: Susanto (2011); Wikimedia (2006).
-
Gambar 6. Turnera ulmifolia
Sumber: Plantoftheweek (1999)
6
Gambar 8. Cassia tora
Sumber: Susanto (2011)
7
Kesimpulan
Bila terjadi serangan ulat api pada tanaman kelapa sawit, langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengenal (mengidentifikasi) jenis ulat api yang menyerang.
2. Menentukan tingkat serangan ulat api (untuk jenis Setothosea asigna
populasi kritis: 5-10 ulat/pelepah).
3. Bila populasi masih di bawah populasi kritis, pengamatan global diteruskan
dan peranan parasit & predator ditingkatkan.
4. Bila populasi telah mencapai populasi kritis dilakukan pengamatan efektif
(halus). Untuk menurunkan populasi dilakukan pengendalian hayati, kimia
dan secara fisik/mekanis.
5. Bila populasi telah berada di bawah populasi kritis, pengamatan global
dilakukan secara teratur. Di samping itu, upaya pengendalian
menggunakan parasit & predator (konservasi musuh alami) dikembangkan
di lokasi serangan.
8
Daftar Pustaka
Purba, R.Y., A. Susanto dan Sudharto P., 2005. Hama-Hama pada Kelapa
Sawit. Buku 1. Serangga Hama pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan. 29 h.
Susanto, A. dan A.E. Prasetyo. 2009. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit
Jenis Kerusakan dan Pengendaliannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Medan. admin@iopri.org ; www.iopri.org.