Anda di halaman 1dari 4

SOAL LITERASI

Level 5

Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Bawang Merah

A. PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu bumbu dapur favorit masyarakat. Tidak heran bawang
merah kerap digunakan sebagai salah satu bumbu masakan. Untuk memenuhi kebutuhan
bawang merah tersebut, maka perlu dikembangkan budidaya bawang merah yang lebih luas.
Salah satu kendala dalam pengelolaan agribisnis tanaman bawang merah adalah adanya
serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT yang menyerang tanaman bawang
merah cukup beragam, sehingga dalam pengendalian dan pengamanan tanaman bawang
merah dari serangan OPT tersebut bukan pekerjaan yang mudah. OPT dapat berupa hama dan
mikroorganisme lainnya. Hama adalah organisme pengganggu tanaman yang dibudidayakan
sedangkan penyakit adalah mikro organisme pengganggu tanaman secara fisiologis tanaman
yang dibudidayakan. Dalam budidaya bawang merah, kita bagi menjadi dua yaitu hama penting
dan penyakit penting.
Berikut ini disajikan tabel macam-macam hama dan penyakit pada bawang merah.

Tabel 1. OPT yang menyerang tanaman bawang merah


Stadia tanaman Hama Penyakit
Tanaman muda (1 – 4 MST) 1. Orong – orong (Gryllotalpa spp.) Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
2. Ulat bawang (Spodoptera exigua)
3. Ulat grayak (Spodoptera litura)
4. Lalat pengorok daun (Liriomyza
chinensis)
Tanaman tua (5 – 9 MST) 1. Trips (Thrips tabaci) 1. Becak ungu (Alternaria porri)
2. Ulat bawang (S. exigua) 2. Downy mildew (Peronospora
3. Lalat pengorok daun (Liriomyza destructor)
chinensis. L) 3. Bercak daun cercospora (Cercospora
duddiae)
4. Antraknose (Colletotrichum
gloeosporiodes)
5. Layu Fusarium (F. oxysporum)
6. Nematoda (Dytylenchus dissaci,
Helicotylenchus retusus)
Umbi di gudang Ngengat gudang (Ephestia cautella)

Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam


Sumber : Adiyoga et al. (2000). * Ridland and Rauf (2003) ** Marwoto (1993)

B. HAMA PENTING PADA TANAMAN BAWANG MERAH


1. Orong-orong atau anjing tanah (Gryllotalpa spp.),
Hama ini menyerang tanaman yang berumur 1 -2 minggu setelah tanam. Gejala
serangan ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak.
2. Ulat bawang (Spodoptera exigua),
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang ditandai oleh adanya lubang-lubang
pada daun mulai dari tepi daun permukaan atas atau bawah.
3. Ulat grayak (Spodoptera litura),
Ulat grayak ini menyerang daun yang masih muda maupun yang tua. Gejalanya adalah
memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun. Bercak disebabkan
oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan menyisakan lapisan epidermis,
sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya. Pada serangan yang parah
menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang
merah.
4. Trips (Thrips tabaci),
Gejala serangan daun berwarna putih keperak-perakan. Pada serangan hebat, seluruh
areal pertanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati.
5. Lalat pengorok daun (Liriomyza chinensis),
Liriomyza sp. menyerang tanaman bawang merah dari umur 15 hari setelah tanam
sampai menjelang panen. Kehilangan hasil akibat hama tersebut dapat mencapai 30 –
100% tanaman bawang merah yang terserang hama ini daunnya mengering akibat
korokan larva Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan
korokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.
6. Ngengat gudang (Ephestia cautella),
Gejala serangan umbi bawang merah menjadi keropos, jika dibelah ditemukan larva atau
kotorannya. Selain menyerang bawang merah di gudang.

C. PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN BAWANG MERAH


1. Bercak ungu/trotol ( Alternaria porri )
Patogennya adalah cendawan alternaria porri, gejala serangannya adalah, infeksi awal
pada daun menimbulkan bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam, berwarna putih
dengan pusat berwarna ungu ( kelabu ).
2. Penyakit antraknosa/otomatis ( Colletotrichum gloeosporioides )
Penyebabnya adalah cendawan colletotrichum gloeosporioides, gejala serangan yang
ditimbulkan adalah ditandai dengan terlihatnya bercak berwarna putih pada daun,
selanjutnya terbentuk lekukan ke dalam ( invaginasi ), berlubang dan patah karena
terkulai tepat pada bercak tersebut. Jika infeksi berlanjut maka terbentuklah koloni
konidia yang berwarna merah muda yang kemudian berubah menjadi coklat muda,
coklat tua dan akhirnya kehitam-hitaman.
3. Penyakit layu fusarium/moler/twisting disease ( Fusarium oxysporum )
Penyebabnya adalah cendawan fusarium oxysporum, gejala serangannya adalah pada
bagian dasar umbi lapis, akibatnya pertumbuhan akar maupun umbi terganggu. Gejala
visualnya adalah daun yang menguning dan cenderung terpelintir (terputar), tanaman
sangat mudah tercabut karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk.
4. Penyakit bercak daun Serkospora ( Cercospora duddiae )
Patogennya adalah cendawan cercospora duddiae, gejalanya adalah bercak klorosis
kebanyakan terkumpul pada ujung daun dan sering tampak terpisah dengan yang
menginfeksi pangkal daun, sehingga gejala

PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)


Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan
beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.
Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi,
maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting.
Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional,terutama dalam
rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
1.  Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian
hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama dan
penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut.
Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman, seperti pemilihan varietas, penyemaian,
pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh
pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tulang
punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan
di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya,
sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.
3.  Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta
untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang
diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4.  Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT
hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT, diperlukan
usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal.
Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT diperlukan
komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani yang terampil
dalam penerapan komponen teknologi PHT.
Namun tak lepas dari itu ada 7 komponen penting dalam PHT yaitu :
1. Pengendalian secara fisik
2. Pengendalian secara mekanik
3. Pengendalian secara kultur teknik
4. Pengendalian secara varietas tahan
5. Pengendalian secara hayati
6. Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina
7. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan sebagai alternatif terakhir, namun dalam penggunaan
pestisida kimia juga harus tepat sasaran, tepat waktu dan tepat dosis.
Demikian ulasan tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah secara
singkat dan jelas, semoga bisa menambah wawasan dalam bidang pertanian dan bermanfaat
untuk anda.

Sumber : PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BAWANG MERAH (Pertanian.Go.Id)

Tabel 2. Persentase kehilangan hasil panen yang diakibatkan oleh OPT pada tanaman bawang
merah

Jenis hama/ penyakit Kehilangan hasil (%) Sumber pustaka


utama
1. Ulat bawang 32 Setiawati (1996)
2. Penyakit trotol 57 Suhardi (1989)
3. Antraknose 24 – 100 Suhardi (1989)
4. Penyakit layu 27

Gunakan “Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Bawang Merah” pada halaman di atas
untuk menjawab pertanyaan berikut

Pertanyaan 1. Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Bawang Merah

Level Level 5 (Kelas 9&10)


Konten Teks Informasi
Konteks Sains
Kompetensi Menemukan Informasi (Access and Retrieve)
Sub Kompetensi Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Rincian Kompetensi Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa,
bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat
sesuai jenjangnya.
Bentuk Soal Pilihan Ganda

Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama yang menyerang bawang merah yaitu pada daun
yang terserang berwarna putih keperak-perakan. Pada serangan hebat, seluruh areal pertanaman
berwarna putih dan akhirnya tanaman mati. Berdasarkan gejala tersebut, maka hama yang
menyerang tanaman bawang merah adalah ….

A. Lalat penggorok daun (Liriomyza sp)


B. Ulat bawang (Spodoptera exigua)
C. Ulat grayak (Spodoptera litura)
D. Ngengat gudang (Ephestia cautella)
E. Trips bawang (Thrips tabaci)
PENSKORAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN BAWANG MERAH 1
Nilai Penuh
Kode 1: E. Trips bawang (Thrips tabaci).
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Jawaban lain
Kode 9: Kosong

SOAL NUMERASI

1. Pak Ahmad berencana akan menanam cabai rawit dikebunnya. Luas lahan yang dimiliki pak
Ahmad 550 m2. Jika jarak tanam yang digunakan 60cm x 60 cm, berapakah kebutuhan bibit
cabai yang perlu disiapkan pak Ahmad dengan mempersiapkan bibit cadangan sebanyak
25% ?
A. 15 bibit
B. 16 bibiit
C. 17 bibit
D. 18 bibit
E. 19 bibit

Jawaban : E. 19 bibit

Populasi = luas lahan / jarak tanam

= 550 m2/ 60 cm x 60 cm

= 550 m2 / 3600 cm2

= 550 m2 / 36 m2

= 15,27 bibit

Bibit cadangan = 15,27 bibit x 25%

= 3,819 bibit

Jadi total kebutuhan bibit cabai rawit adalah : 15,27 + 3,819 = 19 bibit

Anda mungkin juga menyukai