Oleh
Ibnu Widodo
1514121078
Kelompok 5
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang berkaki enam. Karena itulah mereka disebut pula Hexapoda.
Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian
mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. dan ahli tentang ilmu
serangga disebut entomologis.
Serangga dibagi menjadi 32 ordo atau kelompok. Urutan terbesar serangga adalah
kumbang (Coleoptera) dengan 125 keluarga yang berbeda dan sekitar 500.000
spesies yang berbeda. 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies
bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat
(Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies
bangsa kepik (Hemiptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah
(Hymenoptera).
Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai
arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam
patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat
menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen
tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula
yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi
tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman.
Perkembangan selanjutnya, bagian pathogen atau pathogen itu sendiri dapat
menampakkan diri pada permukaan tanaman inang yang abnormal. Abnormalitas
atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat
adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala,
sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut
tanda. Contoh tanda penyakit misalnya miselium jamur, spora atau konidi jamur,
badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan
sejenisnya (Syarief, 1993).
Pada praktikum ini alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah alat tulis
seperti pena, kertas A4 dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum adalah spesimen hama dari
tanaman pangan, seperti walang sangit, belalang kembara dan keong mas, dan
penghisap polong kedelai. Hama pada tanaman hortikultura seperti kepik hiaju,
ulat crop, ulat daun, ulat gulung, dan Aphis sp.. Hama pada tanaman perkebunan,
kumbang, ulat api, penggerek batang tebu, dan Helopeltis spp.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Walang Sangit
Walang sangit juga mempunyai inang alternative yang berupa tanaman rumput-
rumputan antara lain Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria
consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys,
Paspalum spp; dan Pennisetum typhoideum . Walang sangit (Leptocorisa
oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai
dari stadia telur, nimfa dan imago Walang sangit dewasa meletakkan telur pada
bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun bendera tanaman padi. Lama
periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk 200 butir. Lama
stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya +
19 hari. Lama preoviposition 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama
walang sangit 46 hari(Borror,1992).
d. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu,
ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida
yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang
berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit.
Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walang sangit
adalah yang berbahan aktif fipronil, metolkarb, propoksur, BPMC dan MIPC
(Borror,1992).
Pengendalian
Tanam serempak dengan selisih waktu kurang dari 10 hari; (2) Pergiliran atau
rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman pada suatu musim berbeda
dengan jenis tanaman yang ditanam pada suatu musim berikutnya dan jenis
tanaman tersebut bukan merupakan inang hama tanaman yang ditanam pada
musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim kedua,
populasi hama yang sudah meningkat pada musim pertama dapat ditekan; (3)
Cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii mampu menginfeksi telur, nimfa
dan kepik coklat Riptortus linearis dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi
dan dapat mencapai 50%; (4) Tanaman perangkap Sesbania rostrata di pematang
dapat mengurangi serangan hama pengisap polong kedelai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika populasi hama pengisap polong cukup tinggi,
keberadaan Sesbania dapat menekan populasi hama pengisap polong pada
tanaman kedelai hingga 35%; (5) Semprot dengan insektisida bila populasi
mencapai ambang kendali (klorfluazuron, betasiflutrin, sipermetrin, alfametrin,
carbosulfan, sihalotrin, sipermetrin) (Pracaya,1993).
Gejala serangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat
cepat dan berbentuk seperti melidi. Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan
selama 2-3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat. Umumnya gejala
serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang
habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat ini sangat rakus,
Seekor larva mampu memakan 300-500cm daun sawit per hari.
Pengendalian
Metode Penyemprotan
Untuk mengendalikan ulat api yang berkembang biak di kelapa sawit, anda bisa
menyemprotkan insektisida CYPERIN 250 EC memakai alat mist blower. Takaran
yang digunakan adalah dosis konsentrasi : 2 ml/1 liter air atau 0,5-1 liter per
hektar. Opsi lain anda bisa memakai alat fogging dengan dosis 250 ml Cyperin
250 EC yang dicampur 5 liter solar. Selanjutnya, konsentrasi ini bisa diaplikasikan
pada kebun kelapa sawit seluas 1-2 hektar.
Metode Injeksi
Metode injeksi dilakukan dengan menyuntikkan cairan tertentu pada tanaman
kelapa sawit. Untuk mengatasi hama ulat api, anda bisa menerapkan metode ini.
Yaitu dengan menyuntikkan insektisida CHEPATE 75 SP - Nufarm prod. Adapun
dosis yang dipakai sebanyak 15 ml untuk setiap pohon kelapa sawit.
Larva kumbang atau yang biasa disebut dengan urer yang menyerang pada bagian
batang dan akar tanaman. Inang urer ini adalah tanaman kehutanan, tanaman padi
dan palawija, terutama pada tanaman yang masih muda sehingga gejala yang
timbul akibat serangat uret yaitu layu kemudian mati. Pengendalian yag dapat
dilakukan yaitu dengan pengolahan tanah ataupun dengan penggunaan agensi
hayati seperti Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopleae.
Hama penggerek batang (P. castanae Hubner) yang menyerang tanaman tebu ini
merupakan hama dengan tipe mulut mandibulata yang menyerang pada tanaman
yang berumur muda hingga tua. Unutk serangan pada tanaman muda akan
menimbulkan tanaman mati pucuk. Sedangkan pada kasus serangan berat, larva
PBR akan melumat habis batang tanaman tebu. Larva PBR akan masuk ke dalam
batang dengan membuat lubang seperti lorong gerekan dari pelepah daun. Jika
populasi hama semakin tinggi, maka dapat menimbulkan kematian pada tanaman
tua. Sehingga kerugian yang diciptakan mengakibatkan penurunan bobot batang,
serta menurunkan rendemen gula. Pengendalian hama penggerek batang tebu (P.
castanae Hubner.) yaitu dengan melakukan sanitasi kebun seperti dengan
memusnahkan sumber inoculum, eradikasi tanaman, dan dengan cara hayati yaitu
melepas musuh alami seperti Tumidiclava sp dan S. inferens (Diyasti, 2010).
Endah, Joesi dkk. 2005. Pengantar Hama dan Penyakit Tanaman. Tangerang. PT.
Agro Media Pustaka.
Sudarsono, H., Rosma H., dan I Gede S. 2011. Hubungan Antara Curah Hujan
Dan Luas Serangan Belalang Kembara (Locusta migratoria manilensis
Meyen) Di Provinsi Lampung. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan
Tropika.11(1).95-101
Sulistyo, 2009. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.